Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS DAN SUHU DINGIN


PADA MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP
OPERCULUM IKAN NILEM (Osteochillus hasselti)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas laporan praktikum


Disusun oleh:
SANGGA PERMANA

NPM. 230110150167

VADHILAH SAVETRI

NPM. 230110150181

MUHAMMAD FARRAS

NPM. 230110150216
Perikanan C/ Kelompok 9

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Praktikum dengan judul Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Suhu Dingin
Pada Media Air Terhadap Membuka dan Menutup Operculum Ikan Nilem
(Osteochilus vittatus) ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan akhir praktikum ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan di masa mendatang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Demikian laporan ini kami buat semoga bermanfaat bagi kami dan khususnya
untuk para pembaca.

Jatinangor, 25 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB

Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... iii

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 1
1.3 Manfaat ....................................................................................... 1

II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nilem .................................................................................. 2
2.2 Suhu ............................................................................................ 4

III

METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 5
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 5
3.3 Prosedur ...................................................................................... 5

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil . .......................................................................................... 7
4.2 Pembahasan .............................................................................. 10

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 12
5.2 Saran ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 13
LAMPIRAN ...................................................................................... 14

ii

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1. Banyaknya Buka Tutup Operculum Ikan Nilem


2. pada Suhu Kamar (25 oC) ................................................................... 7
3. Banyaknya Buka Tutup Operculum Ikan Nilem
pada Suhu dinaikkan 3oC (28oC) ....................................................... 7
4. Banyaknya Buka Tutup Operculum Ikan Nilem
pada Suhu diturunkan 3oC (22oC) ...................................................... 7
5. Hasil Data Kelas Buka Tutup Operculum Ikan Nilem
pada Suhu Kamar ............................................................................... 8
6. Hasil Data Kelas Buka Tutup Operculum Ikan Nilem
pada Suhu dinaikkan 3oC ................................................................... 8
7. Hasil Data Kelas Buka Tutup Operculum Ikan Nilem
pada Suhu diturunkan 3oC.................................................................. 9

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

1. Ikan Nilem ......................................................................................... 3

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar

baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat
permukaan air hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan air. Namun, di
danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake ikan tidak dapat hidup. Ada
beberapa spesies ikan dibudidayakan dan dipelihara untuk hiasan dalam akuarium,
kita kenal sebagai ikan hias.
Poikilotermik merupakan salah satu dari kompensasi fisiologis dimana
organisme dapat berhasil hidup dalam lingkungan yang berubah-rubah,
pengertiannya yaitu keadaan dimana suhu tubuh berfluktasi sesuai dengan
suhulingkungan, kondisi ini ditemukan pada beberapa hewan invertebrate dan
vertebrata tingkat rendah.
Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti
suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas,
oleh karena itu perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen
terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan
akuatik tersebut.

1.2

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu panas

media air terhadap membuka & menutup operculum benih ikan nilem yang secara
tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.
1.3

Manfaat Praktikum
Mengetahui laju pernafasan dan laju metabolisme ikan nilem dengan cara

menghitung bukaan operkukumnya baik pada saat suhu panas ataupun suhu dingi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nilem


Ikan hanya dapat hidup di air dan mempunyai alat pernapasan yang khusus.
Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh
darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan oksigen tersebut
dipengaruhi struktur alat pernapasan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan parsial
O2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas
berdifusi ke dalam darah atau keluar melalui alat pernapasan. Ikan bernapas dengan
insang yang terdapat pada sisi kanan dan kiri kepalanya. Insang berbentuk
lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar
dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen,
dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati,
ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan
bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Pernafasan ikan berlangsung 2
tahap, yaitu :
1. Tahap I (Tahap Pemasukan) : pada tahap ini mulut ikan membuka dan tutup
insang menutup sehingga air masuk rongga mulut, kemudian menuju lembaran
insang, disinilah oksigen yang larut dalam air diambil oleh darah, selain itu
darah juga melepaskan karbondioksida dan uap air.
2. Tahap II (Tahap Pengeluaran) : mulut menutup dan tutup insang membuka
sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar melalui insang. Air yang
dikeluarkan ini telah bercmpur dengan CO2 dan uap air yang dilepaskan darah.
Nilem, nilem mangut, atau melem (Osteochilus vittatus) adalah sejenis ikan
air tawar anggota suku Cyprinidae. Ikan herbivora ini diketahui menyebar di Asia
Tenggara: Tonkin, Siam (Thailand), Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra,

dan Jawa. Nilem merupakan ikan budidaya untuk konsumsi, terutama di Jawa. Kini,
nilem juga diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Cypriniformes
Famili:
Cyprinidae
Genus:
Osteochilus
Spesies:
O. hasselti

Gambar 1. Ikan Nilem

Ikan bertubuh sedang, panjang total hingga 260 mm. Tinggi tubuh pada
awal sirip dorsal 3-3,7 berbanding panjang standar (tanpa sirip ekor). Panjang
kepala 4,1-4,5 berbanding panjang standar. Moncong membulat tumpul, dengan
bibir yang berkerinyut dan dapat disembulkan. Sungut maksilar kurang lebih
sepanjang diameter mata, sungut rostral lebih pendek. Awal sirip dorsal kira-kira
sejajar dengan gurat sisi ke-8 atau ke-9; terpisahkan dari ubun-ubun oleh 10-12
sisik. Sirip dorsal dengan III jari-jari keras (duri) dan 10-13 jari-jari lunak; jari-jari
sebelah depan memanjang, panjangnya lebih dari atau sama dengan panjang kepala.
Rumus sirip dada I.13-16; sirip perut I.8; dan sirip dubur III.5. Gurat sisi 33-34.
Ikan nilem biasa dibudidayakan orang di Pulau Jawa, terutama di Jawa
Barat. Ikan ini digemari telur-telurnya karena rasanya yang lezat. Akan tetapi
sekarang produksinya cenderung menurun, sementara umumnya nilem dipelihara
sebagai produk sampingan dari kolam-kolam pemeliharaan ikan mas, nila, atau
gurami.
Satu percobaan yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat,
mendapatkan bahwa ikan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus memakan
aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga berpeluang untuk digunakan
sebagai pembersih air danau.
Ikan nilem memakan berbagai jenis fitoplankton yang tergolong ke dalam
suku-suku Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Desmidiaceae.
Semenjak populernya "terapi kaki" menggunakan Garra rufa, ikan melem menjadi

alternatif karena memiliki perilaku sama, yaitu mengerumuni kaki yang dicelup ke
dalam kolam dan memakan kulit ari kaki.

2.2 Suhu
Suhu menurut Kangingan (2007:52-53) adalah suatu besran yang
menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu menunjukkan
derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas
benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu
dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu juga disebut temperatur. Benda yang panas memiliki suhu lebih tinggi
dibandingkan benda yang dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu
adalah termometer. Namun dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengukur suhu
masyarakat cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu
dengan valid.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),
ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang
berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer
ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa.

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Tanggal : 19 Oktober 2016
Waktu : Pukul 10.00 WIB - selesai
Tempat : Lab. FHA

3.2 Alat dan Bahan


Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai
berikut :
3.1.1 Alat :
Beaker glass sebagai ikan untuk ikan yang akan diamati
Wadah plastic sebagi tempat ikan sebelum dan setelah diamati
Water bath sebagai penangas air
Freezer sebagai tempat pembuatan es batu
Palu / martil untuk memecah bongkahan es batu
Termometer Hg / alcohol untuk mengukur suhu air
Hand counter untuk menghitung bukaan operculum
Timer / stopwatch untuk mengamati waktu

3.1.2 Bahan :
Benih ikan nilem sebanyak 3 ekor
Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan
Stok es batu untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

3.3 Prosedur Praktikum


Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain :

1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah
plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
2. Ambil sebanyak 3 ekor benih ikan nilem dari akuarium stok, lalu masukkan ke
dalam salah satu wadah plastic yang telah diberi media air.
3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( volumenya ), lalu ukur suhunya
dengan thermometer dan catat hasilnya.
4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar ( . 0,5 C)
b. T2 = untuk suhu 3 C di atas suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 6 C di bawah suhu kamar
5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup
operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter
dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk
masing masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja
yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya
sampai ke sepuluh ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan
ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit.
Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi 0,5 C. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit
demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada
kisaran toleransi 0,5 C. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
9. Data hasil pengamatan kemudian ditabulas

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Data Kelompok 9
Tabel 1. Banyaknya Buka Tutup operculum Ikan Nilem pada Suhu Kamar
(250C)
Ikan ke :

Ulangan

Rata-rata

234

241

251

242

223

222

262

235.67

261

207

261

243

Rata-rata Keseluruhan

240.22

Tabel 2. Banyaknya Buka Tutup Operculum Ikan Nilem pada Suhu


dinaikkan 3C (28oC)
Ikan ke :

Ulangan

Rata-rata

280

289

255

274.67

274

290

261

275

281

269

267

272.3

Rata-rata Keseluruhan

274

Tabel 3. Banyaknya Buka Tutup Operculum Ikan Nilem pada Suhu


diturunkan 3C (22oC)
Ikan ke :

Ulangan

Rata-rata

221

216

202

213

212

239

241

230.67

217

229

233

226.3

Rata-rata Keseluruhan

223.32

Tabel 4. Hasil Data Kelas Buka Tutup Operculum Ikan Nilem pada Suhu Kamar
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

T1
Ikan I
Ikan II
200
201
266
303
195
211
244
242
203
201
228
235
149
196
177
166
242
236
224
240
215
203
248
251
233
236
209
233
301
301
165
196
227
204
195
179
240
260
199
224
192
211
176
193
195
204
Rata-rata

Ikan III
196
293
258
240
206
252
217
183
243
229
215
239
243
223
312
180
187
185
274
186
225
210
199

Rata2
199
287
221
242
203
238
187
175
240
231
211
246
237
222
305
180
206
186
258
203
209
193
199
220

Tabel 5. Hasil Data Kelas Buka Tutup Operculum Ikan Nilem pada Suhu
dinaikkan 3C
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7

Ikan I
283
327
259
293
264
260
221

T2 (T1+3C) C
Ikan II
Ikan III
302
284
316
314
277
280
287
307
295
255
271
268
236
231

Rata2
290
319
272
296
271
266
229

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

226
236
275
275
264
280
252
246
288
283
279
223
252
264
342
348
259
225
248
221
284
257
249
255
234
240
251
258
215
216
257
270
Rata-rata

239
272
265
252
249
275
252
341
240
252
293
292
205
250
232
289

233
274
270
250
273
259
256
344
241
240
278
265
226
253
221
272
264

Tabel 6. Hasil Data Kelas Buka Tutup Operculum Ikan Nilem pada Suhu
diturunkan 3C

Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

T3 (T1-3C) C
Ikan I
Ikan II
Ikan III
170
182
178
239
243
233
167
157
185
199
215
219
192
186
182
154
190
181
167
168
158
164
156
166
213
231
226
184
221
207
190
194
161
251
244
243
196
215
182
174
194
181
274
265
281
147
154
131
185
187
209
147
161
168
156
155
232
187
166
165
176
164
164

Rata2
177
238
170
211
187
175
164
162
223
204
182
246
198
183
273
159
194
159
181
173
168

10

22
23

150
178
177
167
Rata-rata

182
170

170
171
175

4.2 Pembahasan
Dari data hasil praktikum kelompok, dapat dilihat perbedaan intensitas buka
tutup operculum ikan nilem pada setiap tingkat suhu yang disediakan. Tingkat suhu
yang diterapkan pada praktikum ini adalah suhu kamar, suhu yang dinaikkan 3oC,
dan suhu yang diturunkan 3oC. Suhu kamar yang didapatkan oleh kelompok 9
adalah 25oC, sehingga suhu yang dinaikkan 3oC adalah 28oC dan suhu yang
diturunkan 3oC adalah 22oC.
Kelarutan oksigen di setiap tingkat suhu berbeda, sehingga aktivitas buka
tutup operculum dan laju pernafasan ikan pun akan berbeda. Kelarutan oksigen ini
berkaitan dengan tingkat konsumsi oksigen dan laju metabolisme ikan. Prinsip
dasar dari laju pernafasan kan yang dipengaruhi oleh tingkat suhu yang berbeda
adalah laju pernafasan ikan di suhu tinggi lebih besar dibandingkan dengan laju
pernafasan ikan di suhu rendah.
Pada suhu kamar (25oC) didapatkan data rata rata buka tutup operculum
benih ikan nilem sebesar 240.22. Pada suhu yang dinaikkan 3oC dari suhu kamar
(28oC) sebesar 274 dan pada suhu yang diturunkan 3oC dari suhu kamar (24oC)
sebesar 226.3. Data hasil praktikum ini didapat dari hasil uji coba 3 ekor ikan nilem
dengan tiga kali pengulangan setiap ikan nilem pada tiga tingkat suhu yang berbeda.
Pada praktikum ini didapatkan beberapa perbedaan hasil data dari setiap
pengulangn. Hal ini di akibatkan karena aktivitas ikan yang tidak menentu pada saat
praktikum dilakukan. Ikan dengan aktivitas lebih banyak (bergerak ke permukaan,
dasar, dan tepian beaker glass) memiliki aktivitas buka tutup operculum yang lebih
besar. Hal ini bisa terjadi karena ikan yang digunakan kemungkinanan mengalami
stress karena pergantian suhu air yang terus dilakukan.
Sementara untuk data kelas yang didapatkan dari masing-masing kelompok
terjadi perbedaan pula disetiap suhunya. Dari rata-rata kelas yang didapat pada suhu
kamar didapat rata-rata buka tutup operculum tiap satu menit adalah 220. Untuk

11

suhu yang dinaikkan 3oC didapat rata-rata 264 dan untuk suhu yang diturunkan 3oC
didapat rata-rata sebesar 175.
Perbedaan dari masing masing kelompok tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor, diantaranya umur ikan dan besar tubuh ikan. Umur dan
besar tubuh ikan, sangat memengaruhi laju metabolisme ikan tersebut. Ikan yang
lebih muda cenderung membutuhkan energi lebih banyak dari ikan yang sudah tua
karena ikan yang lebih muda memerlukan energi yang lebih besar untuk proses
pertumbuhannya, begitu pula besar tubuh ikan, semakin besar ikan tersebut,
aktivitas ikan akan semakin menurun yang menyebabkan ikan tidak memerlukan
energi yang terlalu besar. Perbedaan jumlah buka tutup juga dapat di sebabkan oleh
ketidak akuratan perhitungan oleh praktikan.
Dalam praktikum ini kita dapat mngetahui bahwa, semakin sering ikan itu
membuka serta menutup mulutnya bila suhu meningkat, maka laju metabolisme
ikan akan meningkat sehingga gerakan membuka dan menutupnya operculum ikan
akan lebih cepat daripada suhu awal kamar, serta sebaliknya pula jika suhu menurun
maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya.
Kenaikan suhu pada suatu peraiaran menyebabkan kelarutan oksigen (DO)
Dissolve Oxygen di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga akan kebutuhan
organisme air terhadap oksigen semakin bertambah dengan pergerakan operculum
yang semakin cepat.
Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi
membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar.
Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi penurunan metabolisme pada
ikan yang mengakibatkan kebutuhan O menurun, sehingga gerakannya melambat.
Penurun O juga dapat menyebabkan kelarutan O di lingkungannya meningkat.
Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar 1 dibandingkan temperature
linkungannya (Nikolsky, 1927). Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari
temperature lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan itu sendir

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat kami simpulkan bahwa perubahan suhu
lingkungan pada ikan sangat memengaruhi laju konsumsi oksigen pada ikan
tersebut, dalam suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga gerakan
membuka serta menutupnya operculum stabil.
Kenaikan suhu pada suatu peraiaran menyebabkan kelarutan oksigen atau
DO di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga akan kebutuhan organisme air
terhadap oksigen semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin
cepat. Sementara penurunan suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan
kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme
dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya
frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan tersebut.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan pada praktikum fisiologi hewan air ini saran
yang dapat disampaikan, yaitu diharapkan semua praktikkan melakukan
perhitungan dengan lebih teliti, agar hasil lebih tepat. Sehingga dalam pengolahan
data dan pembahasan bisa lebih mudah. Sebaiknya pula kita menggunakan hand
counter yang tidak sulit dipencet ketika akan menghitung agar hasil pun lebih
akurat.

12

13

DAFTAR PUSTAKA

Misrullor, Arif. 2015. Laporan Hasil Percobaan :Pengaruh Suhu Terhadap


Gerakan Operkulum Pada Ikan Mas. Semarang : Universitas Negeri
Semarang
SUBAGJA, J., R. GUSTIANO, & L. WINARLIN. 2007. Pelestarian Ikan Nilem
(Osteochilus

hasselti C.V.)

Makalah Lokakarya

Melalui

Nasional

Teknologi

Pengelolaan

dan

Pembenihannya.
Perlindungan

Sumberdaya Genetik di Indonesia.


Tim Ikhtiologi. 1989. Ikhtiologi. Bogor : Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

14

LAMPIRAN

Pengukuran

air

saat

suhu Pengukuran air saat suhu kamar

dinaikkan 3oC

Ikan nilem yang dijadikan bahan Menghitung dengan hand counter


praktikum

Anda mungkin juga menyukai