Anda di halaman 1dari 23

1

LAPORAN PRAKTIKUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN


IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Disusun Oleh:
Kelompok 16 / Perikanan C
SANGGA PERMANA 230110150
SEPTIAN ARYA RIZKI 230110150185
SRI FITRIYAH R. 230110150218

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karuniaNya, praktikan telah menyelesaikan penyusunan laporan
akhir praktikum Identifikasi parasit pada ikan mas untuk memenuhi tugas
praktikum mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan.
Praktikan juga menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan praktikum. Praktikan berharap laporan
praktikum ini dapat berguna bagi teman-teman sekalian maupun masyarakat
luas. Praktikan menyadari bahwa laporan praktikum ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
dibutuhkan demi kebaikan bersama.

Jatinangor, Juni 201

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parasit merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi yang menyebabkan
penurunan kualitas dan kuantitas ikan budidaya. Parasit dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan bahkan kematian, sehingga menyebabkan
penurunan produksi dan kualitas ikan hias yang mengakibatkan kerugian
ekonomi bagi pembudidayanya. Penyakit infeksi merupakan salah satu kendala
dalam usaha budidaya ikan, baik ikan konsumsi maupun ikan hias air tawar.
Tingkat penularan penyakit pada umumnya dinyatakan dengan prevalensi
kejadian dan intensitas parasit. Prevalensi dan Intensitas tiap jenis parasit tidak
selalu sama karena banyaknya faktor yang berpengaruh, salah satu faktor yang
berpengaruh adalah ukuran inang (Dogiel et al., 1970 dalam Awilia, 2002).
Ikan mas (Cyprinus Carpio Linn) merupakan ikan air tawar yang
mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi, pemeliharaannya mudah dan banyak
diminati masyarakat karena dagingnya enak dan gurih serta kandungan
proteinnya cukup tinggi (Bijanti, 2005). Serangan hama dan penyakit merupakan
salah satu penyebab gagalnya usaha budidaya ikan mas. Penyebab penyakit pada
ikan mas adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, cacing dan udang renik. Selain
itu kenaikan atau penurunan suhu secara mendadak dapat menyebabkan stres
pada ikan mas. Kandungan oksigen yang terlarut juga berpengaruh terhadap
kehidupan ikan mas. Apabila kandungan oksigen yang terlarut sangat rendah
akan menyebabkan penurunan nafsu makan ikan mas, sehingga pertumbuhan
terganggu dan ikan mudah terserang penyakit (Fujaya, 2004).
Ikan Ar-ar (Carassius carracius) pertama kali dibudidayakan oleh
masyarakat Cina pada tahun 960-1729. Awalnya bentuk ikan ar-ar seperti ikan
Mas (Cyprinus carpio L), bedanya ikan ar-ar tidak memiliki sepasang sungut di
mulutnya (Bachtiar 2002). Ikan ar-ar merupakan ikan hias air tawar yang hidup

1
2

di perairan dengan air yang mengalir tenang serta berudara sejuk (Bachtiar
2002).
Upaya paling baik yang dapat dilakukan oleh pembudidaya baik ikan
konsumsi maupun ikan hias dalam menghadapi kemungkinan serangan penyakit
ikan adalah melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ini dapat
dilaksanakan dengan melakukan upaya pembersihan (dekontaminasi) secara
berkesinambungan, baik terhadap kolam pemeliharaan, ikan peliharaan maupun
semua peralatan yang digunakan. Ada beberapa teknik pencegahan yang dapat
dilakukan oleh pembudidaya, yaitu secara mekanik, kimia dan biologis.
Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya
penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai
jenis patogen, jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman
1987). Maka untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan pada ikan-ikan yang
dibudidayakan, dilakukan pengamatan parasit untuk beberapa sampel ikan di
suatu perairan budidaya sehingga jika suatu usaha budidaya diketahui
terkontaminasi oleh parasit dapat ditanggulangi secara cepat dan tidak terjadi
penularan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi
endoparasit dan ektoparasit apa pada organ ikan dan membandingkan parasit
yang terdapat antara ikan besar dan ikan kecil.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
dapat membedakan antara endoparasit dan ektoparasit dan sebagai dasar untuk
mahasiswa yang akan melakukan PKL ataupun penelitian tentang parasit dan
penyakit ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas


Ikan Mas (C. carpio) adalah salah satu ikan perairan tawar yang hidup di
danau, sungai yang perairannya tidak dalam, tidak begitu deras, dan berair
hangat. Ikan mas (C. carpio) termasuk dalam jenis ikan pemakan hewan dan
tumbuhan (omnivora). Ikan Mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian
150600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30 C.
Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan Mas terkadang ditemukan di perairan
payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30% (Suseno,
2000:24).
Menurut Suseno (2000:21), ikan Mas di Indonesia berasal dari daratan
Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang
sangat penting. Ikan Mas awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan,
budi daya ikan Mas diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa
Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat sudah menggunakan
kakaban untuk pelekatan telur ikan Mas yang terbuat dari ijuk pada tahun 1860,
sehingga budi daya ikan Mas kolam di daerah Galuh disimpulkan sudah
berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas


Adapun klasifikasi ikan mas menurut Susanto, 2007:14 adalah:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio, L.

3
4

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Sumber: http://3.bp.blogspot.com/

2.1.2 Morfologi Ikan Mas


Tubuh ikan Mas dibagi (3) tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada
kepala terdapat alat-alat, seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang
tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar. Jaringan tulang
atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan
dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang bebas
(Santoso, 1993: 12-13).
Tubuh ikan mas (C. carpio) berbentuk agak panjang dan sedikit pipih ke
samping, bibir mulut lunak dan dapat disembulkan (protaktil), serta memiliki
kumis atau sungut (barbel) yang pendek dua pasang pada sudut-sudut mulutnya.
Warna tubuhnya bermacam-macam ada yang merah, hijau, biru keperakan,
hitam, kuning muda, coklat keemasan, dan berbelang-belang campuran dari
beberapa warna (Rukmana, 2003). Secara umum, hampir semua tubuh ikan mas
tertutupi sisik, kecuali beberapa strain yang hanya memiliki sisik sedikit dan tipe
sisiknya adalah sisik tipe sikloid (lingkaran) (Amri, 2002).
Sirip punggung (dorsal) berukuran memanjang dengan bagian belakang
berjari keras dan di bagian akhir bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan
dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur mempunyai ciri seperti sirip
punggung, yakni berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuk (Linea
lateralis atau gurat sisi) ikan mas tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh
5

melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Kulitnya
banyak mengandung kelenjar lendir, tertutup oleh sisik, sirip dan ekor yang
simetris, insang tertutup tutup insang (Amri, 2002).
Saluran pencernaan ikan Mas berupa segmen-segmen, meliputi mulut,
rongga mulut, faring, esofagus, pilorus, usus, rektum dan anus. Ikan Mas dapat
memakan plankton maupun invertebrata kecil. Atas dasar inilah maka dapat
dikatakan bahwa ikan Mas merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora.
Keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi
terhadap kondisi makanan yang memiliki kadar serat yang tinggi sehingga
memerlukan pencernaan lebih lama. Hal ini dapat dibuktikan melalui
pengamatan pada organ dalam ikan Mas yang tidak ditemukan adanya lambung
tetapi bagian depan usus halus terlihat membesar yang lebih dikenal dengan
istilah lambung palsu. Ikan Mas memilki panjang usus yang melebihi panjang
tubuh ikan. Pada pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa
tubuh ikan Mas memiliki panjang baku 19 cm sedangkan panjang ususnya
mencapai 50 cm atau hampir tiga kali lipat dari panjang tubuhnya. Usus yang
panjang tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil hidrolisis makromolekul
makanan secara maksimal (Santoso, 1993:14).
Ikan Mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu 20oC-25oC
dan pH air antara 7-8. Di antara jenis ikan Mas itu sendiri, jika diamati lebih
lanjut, ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini
menunjukkan adanya perbedaan ras pada jenis ikan air tawar (Suseno, 2000:21).

2.2Parasitologi
Pada dasarnya ilmu parasitologi adalah mempelajari mengenai
simbiosis, terutama bentuk suatu organisme yang bersifat parasit. Dua
organisme yang hidup bersama dan menguntungkan bagi salah satu atau kedua
simbiont tersebut. Biasanya kedua simbiont adalah merupakan organisme yang
berbeda spesies, tetapi juga dapat dari spesies yang sama.
6

Dari kehidupan yang simbiosis tersebut, dapat dikelompokkan dalam


kategori yang berbeda menurut hubungan antara kedua simbiont tersebut.
Sehingga ada beberapa jenis simbiosis tersebut yaitu:
1. Phoresis
Adalah sistem simbiosis dimana satu simbiont membawa simbiont lainnya
dan secara fisiologik mereka saling bergantung. Biasanya salah satu phoront
lebih kecil dari lainnya. Misalnya : spora jamur menempel pada kaki lebah.
2. Mutualisme
Adalah simbiosis yang saling menguntungkan, dimana organisme satu
secara fisiologik bergantung pada organisme lainnya dimana satu organisme
tidak dapat hidup terpisah dari organisme lainnya. Misalnya: Protozoa dan fauna
yang hidup didalam usus rayap.
3. Commensalisme
Adalah simbiosis dimana salah satu organisme hidup dalam organisme
lainnya tetapi tidak mempengaruhi secara fisiologik pada organisme yang
ditempati (hospes), tetapi organisme tersebut tidak dapat hidup diluar hospes.
Ada dua bentuk yaitu: ekto commensalisme (hidup diluar tubuh hospes) dan
endocommensalisme (hidup didalam tubuh hospes). Misalnya: Entamoeba
ginggivalis, hidup dalam mulut orang. Organisme tersebut memakan bakteri,
sisa makanan, sel epitel yang mati, tetapi tidak menyebabkan sakit pada hospes.
Organisme tersebut tidak dapat hidup ditempat lain.
4. Parasitisme
Organisme yang hidup di dalam hospes dan menyebabkan sakit pada
hospes. Ada dua bentuk yaitu ektoparasit dan endoparasit.

2.3 Deskripsi Parasit


Suatu parasit merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau
dalam suatu organisme kedua, yang disebut inang. Interaksi yang membentuk
hubungan inangparasit adalah kompleks. Ketika suatu parasit mencoba untuk
menyebabkan infeksi, inang merespon dengan menggerakkan suatu kesatuan
tempur dari mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah penyakit yang akan
7

memasuki mekanisme pertahanan disebut resistensi (kekebalan). Tanpa


resistensi disebut kerentanan.
Organisme atau parasit yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap
tubuh inang, disebut patogen.Kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan
penyakit disebut patogenisitas. Ketika suatu mikroba memasuki inang ( ketika
memasuki jaringan tubuh dan memperbanyak diri), mikroba menimbulkan
infeksi. Jika inang rentan terhadap infeksi dan fungsinya dirusak, hal ini disebut
penyakit. Maka suatu patogen merupakan beberapa mikroorganisme atau
organisme yang lebih besar mampu menyebabkan penyakit. Suatu patogen
pertama kali harus mencapai jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum
melakukan kerusakan.

2.4 Identifikasi Dan Jenis Parasit

2.4.1 Dactylogyrus sp.


Adapun klasifikasi ektoparasit Dactylogyrus sp. adalah:
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Trematoda Monogenea
Ordo : Dactylogiridea
Familia : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Species : Dactylogyrus sp.
8

Gambar 3. Dactylogyrus sp.


Sumber: http://www.gyrodb.net/

Dactylogyrosis adalah penyakit ikan yang disebabkan oleh infeksi cacing


Dactylogyrus sp.pada insang. Umumnya cacing ini menyerang pada spesies
spesies ikan air tawar. Cacing Dactylogyrus merupakan cacing golongan
Trematoda Monogenea. Bentuk cacing ini pipih seperti daun. Ukuran panjang
cacing ini antara 0,2 0,5 mm dan dapat mencapai 2 mm pada cacing dewasa
(Anonim, 2004). Siklus hidup cacing ni secara langsung, di mana cacing ini
berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan telur-telur yang memiliki
filamen yang panjang. Telur-telur cacing akan berkembang menjadi
onchomiracidium, yang selanjutnya akan menempel pada insang ikan.
Cacing yang menempel/melekat pada insang ikan akan menyebabkan
sekresi mukus yang berlebihan (banyak), dan terkumpul pada bagian tepi. Ikan
akan menjadi anoxic (mengalami gangguan pernafasan) dan terjadi
pembengkakan operculum dari insang.
Infeksi Dactylogyrus pada insang akan menyebabkan perubahan warna
pada insang, di mana insang tertutup oleh mucus berwarna keputihan. Selain itu,
insang akan mengalami kerusakan dan perdarahan akibat menempelnya mulut
Dactylogyrus. Insang biasanya akan membengkak yang ditandai dengan
penonjolan operkulum (Anonimus, 1999). Selain itu gejala klinis lainnya adalah
kulit berlendir dan berwarna pucat, ikan lebih sering mengambang di permukaan
kolam, hilangnya nafsu makan dan meningkatnya gerak pernafasan.
Perubahan mikroskopik yang ditimbuilkan Dactylogyrus pada insang
tersifat oleh adanya hiperplasia dari kartilago insang. Selain itu juga tampak
potongan cacing pada lamela primer.

2.4.2 Marsipometra confusa


Adapun klasifikasi endoparasit Marsipometra confusa adalah:
Filum : Helminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
9

Famili : Amphicotylidae
Genus : Marsipometra
Spesies : Marsipometra confusa

Cacing Marsipometra mempunyai tubuh yang beruas-ruang, bersklolex


seperti anak panah dengan dua buah botrium sebagai alat pelekat. Segmen dekat
skolex kecil jika dewasa besar dan segmennya adalah hemaprodit. Uterus
terdapat di bagian tengah segmen, ovarium letaknya di bagian posterior.
Kelenjar vitelin terdapat di kedua belah sisi segmen. Larva stadium procercoid
terdapat dalam tubuh Cyclops, stadium plerocercoid terdapat dalam otot daging
ikan, dewasanya terdapat dalam usus. Segmen tubuh disebut strobilus.

2.4.3 Jenis Parasit


Pada umumnya parasit dapat dikelompokan berdasarkan, tempat di tubuh
ikan, waktu terdapat pada tubuh ikan, kelangsungan hidup pada inang
(Ketergantungan pada Inang), Inang bagi parasit dan parasit terhadap inangnya.

Berdasarkan tempat ditubuh ikan, parsit dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada bagian luar tubuh ikan atau
di bagian yang masih terdapat udara dari luar, seperti bagian kulit, lendir, sisik,
sirip, rongga mulut, operculum dan insang. Contoh ektoparasit misalnya Lernea
cyprinacea, Argulus japonicus, dan Myxobolus koi.

b. Endoparasit
Endoparasit adalah parsit yang hidupnya di dalam tubuh inang, seperti
pada alat pencernaan (usus), peredaran darah (sel darah), otak, otot daging, dan
organ tubuh seperti ginjal, hati, dan gelembung renang. Contoh endoparasit
misalnya Sangunicola inermis, Myxosoma cerebralis, dan Cryptobis borreli.

Sedangkan berdasarkan waktu terdapatnya pada tubuh ikan, parasit dibagi


menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Parasit Temporer
10

Parasit temporer adalah kelompok parasit yang berada pada tubuh inang
pada waktu mengambil makanan saja. Bila sudah kenyang parasit meninggalkan
inang dan parasit hidup bebas. Contonya adalah Pacet, Lintah, dan Nyamuk.

b. Parasit Stasioner
Parasit Stasioner adalah kelompok parasit yang hidup bebas, jadi tidak
membutuhkan tubuh inangnya untuk tempat hidup atau mendapatkan makanan.

c. Parasit Periodik
Parasit periodik adalah parasit yang sebagian dari siklus hidupnya saja
berada pada tubuh iangnya dan ada stadium yang hidup bebas.

d. Parasit Permanen
Parasit permanen adalah parasit yang selama hidupnya termasuk seluruh
siklus hidupnya berada pada tubuh inang. Contoh dari parasit ini misalnya kutu
rambut.

Berdasarkan kelangsungan hidup pada inang (ketergantungan pada inang),


parasit dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Parasit Obligat
Parasit obligat adalah kelompok parasit yang semasa hidupnya tergantung
pada inang, tanpa inang ketika slah satu stadium larvanya akan mati. Misalnya
parsit Lernea sp. Pada stdium larva copepodid, jika tidak mendapat inang (ikan,
kecebong) akan mati demikian pula dengan Argulus (kutu ikan).

b. Parasit Fakultatif
Parasit fakultatif adalah sekelompok parasit yang dapat hidup tanpa inang.
Misalnya jamur Saprolegna dapat hidup pada telur yang mati atau ikan hidup
dan spora hidup bebas atau cacing Strongyloides larva rhabditisnya ditemui di
alam dan dalam usus manusia.

Parasit terhadap inangnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. Host Spesifik
11

Disebut host spesifik artinya parasit tersebut hanya dapat hidup pada inang
tertentu (satu jenis ikan) saja, bila tidak mendapatkan inang parasit akan mati.
Contohnya yaitu Myxosoma cerebralis hanya dapat hidup pada Trout.

b. Non Host Spesifik


Parasit non host spesifik mempunyai inang banyak artinya parasit tersebut
dapat menyerang berbagai spesies ikan. Misalnya Argulus fiolaceus dapat
menyerang berbagai spesies ikan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Berikut adalah peralatan yang akan digunakan dalam pengamatan:
No Alat Fungsi
1. Sonde Untuk membunuh ikan
2. Pisau Untuk mengambil lendir dibagian kulit,
mengambil sisik parasit pada sirip dan
insang
3. Gunting,. Untuk membedah ikan
4. Pinset Untuk mengambil organ tubuh ikan
5. Cawan Petri, Sebagai tempat untuk meletakan organ
tubuh ikan dan mencairkannya dengan
air
6. Gelas Objek dan Cover Untuk wadah pengamatan parasit
Glass
7. Mikroskop Alat untuk megamati parasit
8. Gelas ukur Untuk wadah air
9. Wadah plastik berisi air Untuk wadah ikan yang akan diamati
10. Timbangan Untuk menimbang bobot ikan
11. Penggaris Untuk megukur panjang ikan

3.2.2 Bahan
Berikut adalah bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengamatan:
No Bahan Fungsi

12
13

2. Ikan Mas (Cyprinus Sebagai bahan yang diamati organ


carpio) tubuhnya
3. Air Sebagai bahan untuk memudahkan
pengamatan parasit

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Pengamatan jenis ektoparasit pada kulit, sirip, dan insang


1. Pengamatan parasit pada kulit :
1. Diambil bagian sisik ikan
2. Diletakan pada objek glass
3. Diberi setetes air
4. Diamati di bawah mikroskop.

2. Pengamatan parasit pada sirip:


1. Bagian sirip ikan digunting, baik sirip dorsal, ventral, atau caudal
2. Diletakkan pada objek glass
3. Diberi setetes air
4. Diamati di bawah mikroskop.

3. Pengamatan parasit pada insang:


1. Lembaran-lembaran insang digunting
2. Dikerok bagian insang diatas objek glass dengan menggunakan pisau
3. Diberi setetes air
4. Diamati di bawah mikroskop.

3.3.2 Pengamatan jenis endoparasit pada usus dan otot


1. Pengamatan parasit pada usus:
1. Ikan dibedah lalu ambil ususnya
2. Usus dibersihkan
3. Isi usus dikeluarkan lalu dilarutkan dalam air
14

4. Diambil sedikit denagn menggunakan pipet dan ditaruh diatas objek


glass
5. Diamati di bawah mikroskop.

2. Pengamatan parasit pada otot:


1. Sisik ikan dibersihkan
2. Otot ikan dibedah
3. Diamati apakah ada bintik-bintik putih pada otot
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Identifikasi Parasit Ikan Mas Kelompok

4.1.2 Hasil Pengamatan Identifikasi Parasit Ikan Mas Kelas

4.1.3 Perhitungan Intensitas dan Prevalensi Parasit Ikan Mas


Intensitas (Ektoparasit) =


Intensitas (Endoparasit) = =


Prevalensi (Ektoparasit) = x 100%


Prevalensi (Endoparasit) = x 100%

4.2 Pembahasan

15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E & Liviawaty, E. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan.


Kanisius.

Alifuddin, M. Dkk. 2002. Inventarisasi Parasit Pada Ikan Hias Yang


Dilalulintaskan Di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Jurnal
Akuakultur Indonesia.

Alifuddin, M. Dkk. 2003. Parasit Pada Ikan Hias Air Tawar (Ikan Cupang,
Gapi Dan Rainbow) Parasites In Fresh Water Ornamental Fish (Cupang,
Guppy And Rainbow Fish). Jurnal Akuakultur Indonesia.
Bijanti, Retno. Dkk. Antigenesity Protein Of Aeromonas Hydrophila Caused
Ulcer Disease On Goldfish (Cyprinus Carpio Linn) Using Indirect ELISA
Technique. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga: Surabaya.

17

Anda mungkin juga menyukai