Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN

TATA KELOLA DANA OTSUS


BERDASARKAN PMK 76/PMK.072021
JAKARTA, 8 DESEMBER 2022

DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Papua

tentang Kewenangan dan Kelembagaan Pelaksanaan


Kebijakan Otonomi Khusus Provinsi Papua.

tentang Penerimaan, Pengelolaan, Pengawasan, dan


Rencana Induk Percepatan Pembangunan Dalam
Rangka Pelaksanaan Otonomi Khusus Provinsi Papua

tentang Pengelolaan Penerimaan dalam Rangka


Otonomi Khusus
BEBERAPA PERBEDAAN TATA KELOLA BARU (UU 2/2021 dan PP 107/2021)
DENGAN PENGELOLAAN SEBELUMNYA (UU 21/2001)

TATA KELOLA BARU TATA KELOLA SEBELUMNYA


Adanya rencana induk yang memberi arah penggunaan Belum ada rencana induk/grand desain sehingga
serta target pembangunan yang jelas perencanaan kurang terarah dan kurang tersinergi

Hadirnya pendampingan Pemerintah Pusat (K/L teknis) Pengelolaan dilepas sepenuhnya kepada pemerintah
sejak tahap perencanaan, pembinaan, pengawasan, daerah, sehingga semua risiko ditanggung sendiri oleh
sampai dengan evaluasi pemerintah daerah

Pengalokasian dilakukan langsung kepada provinsi dan


Pengalokasian kepada kab/kota dilakukan oleh
kab/kota dengan formulasi yang jelas, sehingga T-1
provinsi di tahun berjalan
pemda telah memperoleh kepastian nilai alokasi

Penyaluran dilakukan langsung kepada provinsi dan Penyaluran cenderung lebih lama karena menunggu
kab/kota dengan simplifikasi mekanisme dan dokumen kompilasi dari seluruh kab/kota serta mekanisme serta
salur untuk percepatan penerimaan pendanaan Otsus dokumen salur yang kurang simple

Terdapat tagging pendanaan Otsus baik sumber dana,


Tagging pendanaan Otsus baru atas sumber dana
output, penerima manfaat OAP, maupun sisa Dana

Adanya Badan Khusus untuk koordinasi dan


sinkronisasi pengelolaan, baik pengawasan, pembinaan, Belum ada Badan Khusus yang membantu percepatan
evaluasi, maupun pelaporan pendanaan Otsus dalam pembangunan Papua
rangka mendorong percepatan pembangunan Papua
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3
AMANAT ADANYA PERUBAHAN TATA KELOLA DALAM REVISI
UU OTSUS PAPUA (UU NO.2 TAHUN 2021)
POINT PERBAIKAN TUJUAN
Standarisasi dan penajaman tata kelola dalam bentuk Peraturan
Pemerintah (PP) Tata kelola yang lebih baik

Afirmasi manfaat pembangunan bagi OAP (Orang Asli Papua)


dalam bentuk earmarking pendanaan pada urusan pendidikan, Peningkatan kesejahteraan OAP
kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.
Perpanjangan Dana Otsus untuk 20 tahun kedepan dan
Ketersediaan pendanaan pembangunan
Perpanjangan Tambahan DBH Migas Otsus untuk 15 Tahun

Adanya rencana induk (Grand Desain) Pelaksanaan lebih terarah

Mixed skema Dana Otsus Block Grant (1% DAU) dan Earmark Pencapaian output & outcome yang efektif
berbasis kinerja (1,25% DAU) dan efisien

Pembagian Dana Otsus oleh Pemerintah atas usulan Provinsi Kepastian bagi APBD daerah

Penyaluran Dana Otsus langsung ke kab/kota Percepatan peroleh manfaat

Penguatan pembinaan dan pengawasan Pelaksanaan Terkendali

Adanya badan khusus untuk sinkronisasi, harmonisasi, evaluasi, dan Percepatan koordinasi pengendalian
koordinasi pelaksanaan Otsus pelaksanaan 4

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4


JENIS PENDANAAN & EARMARKING PENGGUNAAN

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Otsus, diberikan sejumlah pendanaan khusus bagi Papua dan Papua
Barat. Penggunaan atas pendanaan dalam rangka Otsus diarahkan agar memberikan dampak signifikan bagi
peningkatan kualitas SDM dan kesejahteraan masyarakat Papua (khususnya OAP)

DANA OTSUS DANA TAMBAHAN


Tambahan DBH Migas Otsus SEBESAR 2,25% DARI DAU NASIONAL INFRASTRUKTUR (DTI)

Belanja Pendidikan
1% Bersifat Blockgrant • Infr. Perhubungan
35% Prov/Kab/Kota sesuai Kewenangannya
Pembangunan, Pemeliharaan, dan
• Air Bersih
Pelaksanaan Pelayanan Publik;
Belanja Kesehatan dan Perbaikan • Energi Listrik
25% Gizi Provinsi/Kabupaten/Kota Sesuai Peningkatan Kesejahteraan
Kewenangannya; OAP dan Penguatan Lembaga Adat; • Telekomunikasi

Belanja Infrastruktur Hal Lain sesuai Kebutuhan dan • Sanitasi Lingkungan


30% Provinsi/Kabupaten/Kota Sesuai Prioritas Daerah
Kewenangannya;
1,25% Bersifat Spesific
Belanja Bantuan
10% Pemberdayaan Masyarakat Pendidikan (min 30%)
Adat Provinsi/Kabupaten/Kota
Sesuai Kewenangannya. Kesehatan (min 20%)
Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 55
KERANGKA PMK 76/2022

12 BAB 72 PASAL Bab V : Pengelolaan Penerimaan Dalam rangka Otonomi Khusus


Provinsi Aceh
Bab I : Ketentuan Umum Bagian Kesatu : Penerimaan Prov dan Kab/Kota
Bab II : Pejabat Perbendaharaan Negara Penerimaan Dalam dalam Rangka Otonomi Khusus
Rangka Otonomi Khusus Prov. Aceh
Bab III : Penganggaran TKDD Untuk Penerimaan Dalam Rangka Bagian Kedua : Pengalokasian
Otonomi Khusus Bagian Ketiga : Penyaluran
Bab IV : Pengelolaan Penerimaan Dalam Rangka Otonomi Bagian Keempat : Pelaporan
Khusus Provinsi Papua Bagian Kelima : Pemantauan dan Evaluasi
Bagian Kesatu : Penerimaan Provinsi dan
Bab VI : Pertanggungjawaban Penerimaan Dalam Rangka
Kab/Kota dalam Rangka
Otonomi Khusus
otonomoi Khusus Provinsi Papua
Bab VII : Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Bagian Kedua : Perencanaan dan Penganggaran
Bagian Ketiga : Pengalokasian Bagian Kesatu : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Bagian Keempat : Penyaluran Bagian Kedua : SKPRTD, SPP, SPM, dan SP2D
Bagian Kelima : Penatausahaan Bab VIII: Konfirmasi Penerimaan Dalam rangka Otonomi Khusus
Bagian Keenam : Pelaporan Bab IX : Penundaan Penyaluran dan Penyaluran Kembali
Bagian Ketujuh : Pelaporan dan Evaluasi Penerimaan Dalam Rangka Otonomi Khusus
Bagian Kedelapan : Pembinaan dan Pengawasan Bab X : Ketentuan Peralihan
Bagian Kesembilan : Pengelolaan Sistem Informasi Bab XI : Ketentuan Lain-lain
Terintegrasi Bab XII : Ketentuan Penutup
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6
POIN PERUBAHAN TATA KELOLA DALAM PMK 76/2022 #1

EKSISTING SAAT INI TATA KELOLA BARU


(Berdasarkan PMK 139/2019
PMK 76/2022
TUJUAN
dan Perdasus)

• rencana penggunaan Berdasarkan


rencana induk dan musrenbangsus • Perencanaan menjadi lebih
sistematis dan terarah;
• Penyusunanan rencana penggunaan • Penyusunanan rencana penggunaan
dilakukan pada tahun anggaran sesuai dengan siklus penyusunan • Terdapat pendampingan Pusat
Pelaksanaan; APBD (April – Mei, t-1); dalam evaluasi rencana

1 PERENCANAAN • rencana penggunaan di APBD tidak


sesuai dgn hasil evaluasi pemerintah
• Gubernur melakukan evaluasi
rencana penggunaan Kab/Kota dan
penggunaan yang dilakukan
gubernur atas rencana
pusat (DTI) . Pusat melakukan penilaian rencana penggunaan Kabupaten/Kota;
penggunaan Provinsi; • Pendampingan oleh Kemenkeu
• Hasil evaluasi dan penilaian rencana dilaksanakan oleh Kanwil DJPb
penggunaan menjadi dasar evaluasi di Papua.
APBD oleh kemendagri;

• Pengalokasian lebih transparan,


akuntabel dan memberikan rasa
▪ Dihitung Pusat atas usulan Provinsi;
• Dihitung oleh provinsi; keadilan dalam pemerataan
▪ Indikator penghitungan diatur dalam pembangunan antara Provinsi
• Terdapat alokasi Urusan Bersama
2 PENGALOKASIAN tanpa batasan nilai;
• Alokasi per Kab/Kota dilakukan di
PMK;
▪ Alokasi per Kab/Kota ditetapkan
dan Kab/Kota;
• Informasi alokasi Otsus/DTI utk
dalam Perpres rincian APBN sebelum
tahun anggaran berjalan; Kab/Kota lebih cepat diterima
tahun anggaran berjalan.
shg mempercepat siklus
penganggaran di daerah.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


POIN PERUBAHAN TATA KELOLA DALAM PMK 76/2022 #2

EKSISTING SAAT INI TATA KELOLA BARU


(Berdasarkan PMK 139/2019
PMK 76/2022
TUJUAN
dan Paerdasus)

• Dari RKUN ke RKUD Provinsi


• Dari RKUD Provinsi ke RKUD ▪ Dari RKUN langsung ke RKUD • Penyaluran lebih cepat diterima
Kab/Kota Provinsi/Kab/Kota; baik Provinsi dan Kab/Kota;
• Syarat Salur cukup banyak ▪ Simplifikasi syarat salur
(termasuk Form A1-A10 dan B1-B6 • Pemda yang berkinerja baik
▪ Penyaluran dari pusat dipengaruhi
sebagaimana Surat Dirjen Bina menerima penyaluran lebih
kinerja masing2 provinsi dan
Keuda No 907/375/Keuda) dalam cepat dan jumlah penyaluran

3
kab/kota (tidak perlu menunggu
lebih optimal;
PENYALURAN rangka memperoleh rekemdasi kumulatif kinerja seluruh kab/kota)
Mendagri ▪ Memperhitungkan realisasi tahap • Syarat salur lebih ringkas dan
• Penyaluran dari pusat dilakukan sebelumnya dan kesesuaian rencana substansi informasi yang
setelah kumulatif kinerja provinsi penggunaan; diperoleh semakin lengkap
dan kab/kota disampaikan, ▪ Penyaluran full 100% diberikan melalui sistem informasi
sehingga Kab/Kota berkinerja baik paling lambat November (tanpa terintegrasi;
tertunda penyaluran karena memperhitungkan sisa dana);
menunggu kab/kota lainnya

• Pengelolaan dana otsus di Rekening Khusus; • Lebih akuntabel dan


• Pengelolaan dana otsus di RUKD;
• Tagging Dana Otsus di APBD; transparan penggunaan
• Tidak mengatur pengunaan SiLPA
Dana Otsus/DTI dan SILPA
4
dana Otsus • SiLPA Dana Otsus dipisahkan dengan SiLPA
PENATAUSAHAAN • Tidak ada Rekening Khusus Dana APBD lainnya;
nya
Otsus • Pemda wajib Menyusun rencana penggunaan • Dapat ditelusuri secara
• Tidak ada tagging kegiatan yang SiLPA dan dilakukan evaluasi dan penilaian oleh lebih pasti kegiatan dan
menggunakan Dana Otsus pemerintah. output Dana Otsus

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


POIN PERUBAHAN TATA KELOLA DALAM PMK 76/2022 #3

EKSISTING SAAT INI TATA KELOLA BARU


(Berdasarkan PMK 139/2019
PMK PENGELOLAAN OTSUS
TUJUAN
dan PMK 233/2020)

▪ Pemda wajib Menyusun laporan • Dengan adanya laporan tahunan


tahunan; ini, Pusat dan Daerah dapat

5
• Tidak mengatur pelaporan Dana ▪ Laporan tahunan disampaikan 3 bulan segera melakukan evaluasi
PELAPORAN Otsus/DTI setelah tahun anggaran berakhir; korektif maupun langkah-
▪ Disampaikan melalui sistem informasi langkah preventif dengan lebih
terintegrasi. cepat.

▪ Evaluasi laporan tahunan oleh Gubernur


atas laporan Kab/Kota dan oleh Pusat atas
• Tidak diatur termin waktu • Dapat diperoleh informasi
laporan Provinsi;
pemantauan dan evaluasi laporan penggunaan, kendala
▪ Pemantauan dilakukan atas kegiatan yang
• Tidak dikaitkan dengan lapiran sedang berjalan pelaksanaan dan upaya tindak
tahunan lanjut yang lebih komprehensif
6
▪ Evaluasi dilakukan atas kegiatan yang
PEMANTAUAN telah selesai untuk menetapkan kebijakan
• Tidak dikaitkan dengan rencana
& EVALUASI penggunaan tahun berikutnya ▪ Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan
selanjutnya;
• Hasil pemantauan dan evaluasi
• Tidak melibatkan Badan dengan pemantauan langsung maupun
langsung digunakan untuk
Pengarah melalui dokumen dan laporan tahunan
perbaikan pelaksanaan tahun
▪ Hasil pemantauan dan evaluasi berikutnya
disampaikan ke badan pengarah
▪ Hasil pemantauan dan evaluasi menjadi
salah satu acuan dalam penilaian rencana
penggunaan tahun berikutnya

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


POIN PERUBAHAN TATA KELOLA DALAM PMK 76/2022 #4
EKSISTING SAAT INI TATA KELOLA BARU
(Berdasarkan PMK 139/2019
dan PMK 233/2020) PMK PENGELOLAAN OTSUS TUJUAN
• Pembinaan mencakup perencanaan,
penganggaran, pengorganisasian, pelaksanaan,
pelaporan, dan evaluasi penerimaan dalam rangka
Otonomi Khusus Provinsi Papua • Dengan adanya pembinaan
lebih sistematis dan
• Dilakukan oleh K/L terkait dan pihak lainnya
7
terkoordinir mulai dari
PEMBINAAN • Tidak mengatur pembinaan Dana • Bentuk pembinaan berupa: pengelola tingkat Provinsi
Otsus/DTI 1. Asistensi dan konsultasi s/d Kampung, diharapkan
2. Sosialisasi penggunaan Dana Otsus
3. Bimbingan teknis; lebih optimal dan dirasakan
4. Diskusi kelompok terpadu; manfaatnya oleh masyarakat
• Menyusun rencana Pembinaan khususnya OAP.
• Laporan Pembinaan disampaikan ke Badan
pengarah Papua

▪ Pengawasan dilakukan melalui APIP pada K/L, • Pengawasan lebih optimal


BPKP, dan APIP Pemda; dan berjenjang sehingga
▪ Kementerian keuangan melakukan sesuai PMK meminimalisir
penyelewengan penggunaan
8
• Tidak mengatur pengawasan Dana mengenai pengawasan dalam rangka fungsi
PENGAWASAN Otsus/DTI secara khusus. Kemenkeu sebagai pengelola fisikal; Dana Otsus yang tidak sesuai
perencanaan.
▪ Laporan hasil pengawasan disampaikan ke Badan
Pengarah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


PENANGANAN KEBIJAKAN PRIORITAS PROGRAM STRATEGIS BERSAMA

❑ Sinergi usulan rencana ❑ Kesepakatan antara provinsi dan kabupaten/kota atas kebijakan prioritas program
Program dan Kegiatan strategis bersama sekurang-kurangnya meliputi:
dalam evaluasi rencana a. pemetaan Program dan Kegiatan strategis bersama berdasarkan masing-masing
anggaran dan program kab/ kewenangan provinsi/kabupaten/kota;
kota dapat meliputi antara b. Program dan Kegiatan strategis bersama mendukung percepatan pembangunan
lain sinergi Program dan Papua sesuai dengan RIPPP dan rencana aksi 5 (lima) tahunan;
Kegiatan dalam kebijakan c. kebutuhan pendanaan untuk masing-masing Program dan Kegiatan strategis
prioritas program strategis bersama yang menjadi tanggung jawab provinsi dan masing-masing kabupaten/kota;
bersama. dan
d. mekanisme pendanaan atas pelaksanaan Program dan Kegiatan strategis bersama.
❑ Kebijakan prioritas program e. Kesepakatan atas kebijakan prioritas program strategis bersama dituangkan dalam
strategis bersama merupakan berita acara yang ditandatangani bersama oleh Pemerintah Daerah provinsi dan
Program dan Kegiatan kabupaten/kota.
strategis yang berdampak
langsung kepada masyarakat ❑ Gubernur dapat ❑ Provinsi melakukan ❑ Sisa dana atas
Papua terutama OAP dan mengajukan pengelolaan dan pemotongan
membutuhkan koordinasi permohonan pembayaran terhadap penyaluran Dana
dan harmonisasi di dalam pemotongan Program dan Kegiatan Otonomi Khusus
pengelolaannya berdasarkan penyaluran Dana Otsus prioritas program Provinsi Papua, wajib
kesepakatan antara untuk kab/kota sesuai strategis bersama dikembalikan oleh
provinsi dan kabupaten/ kesepakatan dan berdasarkan provinsi kepada
kota. disalurkan ke RKUD kesepakatan kabupaten/kota.
provinsi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11


TATA KELOLA MELALUI SISTEM INFORMASI PENDANAAN OTSUS TERINTEGRASI
(Pasal 50 & 51 PP 107/2021)

Pengelolaan Pendanaan Otsus Papua dilakukan melalui Sistem Informasi Terintegrasi

HAK AKSES & PEMANFAAT


TUJUAN

Untuk mendukung kebutuhan Pemerintah Daerah


penyediaan data & informasi
dalam perumusan kebijakan Pemerintah Pusat
pengelolaan APBN atas
penerimaan dalam rangka Masyarakat
Otsus Papua

MENGINTEGRASIKAN INFORMASI KETENTUAN PENYELENGGARAAN

Penyelenggara → Menteri Keuangan


Perencanaan Pengalokasian Penyaluran Penatausahaan
Terhubung dengan sistem yang terdapat di K/L
dan Pemda dengan prinsip interoperabilitas

Pelaporan Pertanggung Monev Lokasi Koordinat


Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan
jawaban Kegiatan sistem informasi terintegrasi diatur dengan PMK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BAGAN BISNIS PROSES – SIKD OTSUS
Sistem Informasi Pengelolaan Pendanaan Otsus Terintegrasi

MODUL MODUL MODUL MODUL MODUL MODUL


PELAPORAN &
PERENCANAAN & MONITORING &
PENGALOKASIAN PENYALURAN PENATAUSAHAAN PERTANGGUNG-
PENGANGGARAN EVALUASI
JAWABAN
RAP Usulan SIPD SIPD
Alokasi
Data
SIPD SIMDA /
Realisasi
KRISNA APLIKASI
MODUL SIMDA / LAIN DI
ALOKASI Dok. Salur PEMDA MODUL
Evaluasi APLIKASI
LAIN DI MONITORING
BA Evaluasi MODUL SAKTI / & EVALUASI
PEMDA
PENYALURAN OMSPAN
SPP, SPM, Jadwal
Sub-Keg Verif Dok. SP2D Proses
Verifikasi MODUL
RKPD Output Hasil
PELAPORAN
Dashboard
SIPD SIMTRADA SAKTI /
OMSPAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Proses Tata kelola Melalui SIKD-OTSUS
https://web.djpk.kemenkeu.go.id/dana otsus/login

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14


TERIMA KASIH

JAKARTA, 08 DESEMBER 2022

DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai