Anda di halaman 1dari 15

DANA

OTONOMI
KHUSUS
KELOMPOK
2
NAMA KELOMPOK 2 :
 ESTERLINA HOSYO (2019041034244)
 JESIKHA DIAN TA’BI (2020041034002)
 DIYAH RAHAYU (2020041034004)
 EMYLIA LEMBANG (2020041034006)
 AVRIANITA FRANSISKA BURAME (2020041034007)
 JUAN DANIEL MARIO R.MANSI (2020041034008)
 MIRANDA DATU RANDEBUA (2020041034009)
 MAWAR INDAH LESTARI (2020041034011)
 MINA GIBAN (2020041034012)
 YULIANA IMBIR (2020041034013)
 IKE NURUL AINI (2020041034014)
 RENI NOVELA SAMA (2020041034015)
 ANCE ELOPORE (2020041034016)
A
Dasar Hukum
Dasar Hukum
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
diberikan oleh Negara Republik Indonesia
melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001
(Lembaran Negara Tahun 2001 No. 135 dan
Tambahan Lembaran Negara No. 4151) yang
telah diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 2008
(LN Tahun 2008 No. 57 dan TLN No. 4843).
UU 21/2001 yang terdiri dari 79 pasal ini
mengatur kewenangan-kewenangan Provinsi
Papua dalam menjalankan Otonomi Khusus.
Untuk materi lengkap bisa dilihat di dalam UU
21/2001. Selain hal-hal yang diatur secara
khusus dalam UU ini, Provinsi Papua masih
tetap menggunakan UU tentang Pemerintahan
Daerah yang berlaku secara umum bagi seluruh
daerah di Indonesia
B
Jenis Dana Otonomi
Khusus (Otsus)
Jenis Dana Otonomi Khusus
(Otsus) Formula dan Penggunaan Dana Otonomi
Khusus:
Dana Otonomi Khusus adalah dana yang a) Formula Dana Otonomi Khusus untuk
dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana adalah setara 2 persen dari pagu DAU
ditetapkan dalam UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang nasional selama 20 tahun, yang
Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang
penggunaannya terutama ditujukan untuk
Perubahan atas UU Nomor 21 Tahun 2001
pembiayaan pendidikan dan kesehatan;
tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
menjadi undang-undang dan UU Nomor 11 Tahun b) Besaran dana tambahan untuk pembangunan
2006 tentang Pemerintahan Aceh. Ruang Lingkup: infrastruktur bagi Papua dan Papua Barat
(a) Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR
Papua dan Provinsi Papua Barat; (b) dana tambahan berdasarkan usulan provinsi tersebut, yang
untuk pembangunan infrastruktur bagi Provinsi penggunaannya ditujukan untuk pembiayaan
Papua dan Provinsi Papua Barat. pembangunan infrastruktur.
C
Peruntukan Dana
Otonomi Khusus
(Otsus)
a. Program bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan,
Peruntukan Dana Otonomi dan infra struktur yang merupakan kewenangan Provinsi;
Khusus (Otsus) b. Bantuan untuk institusi keagamaan, lembaga masyarakat adat
asli Papua, dan yayasan yang bergerak dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kerakyatan;
Penggunaan Dana Otsus cukup dominan digunakan untuk bidang
c. Penataan data untuk kebutuhan perencanaan pembangunan
infrastruktur, Kesehatan, dan Pendidikan dibandingkan dengan
Otonomi Khusus;
jenis penggunaan lainnya :
d. Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan yang dibiayai
dari dana Otonomi Khusus;
A. Peruntukan Dana Otonomi Khusus Provinsi
e. Peningkatan kinerja keuangan otonomi khusus; dan
 Dana Otonomi Khusus untuk Prospek dan program strategis f. Belanja operasional pelaksanaan tugas dan fungsi MRP.
lintas kabupaten/kota bidang pendidikan dan bidang kesehatan  Dana Tambahan Infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), diatur dengan Pasal 6 ayat (1) huruf b ditujukan untuk pendanaan
Peraturan Gubernur. pembangunan infrastruktur lintas kabupaten/kota.
 Dana Otonomi Khusus bagian Provinsi Papua sebagaimana  Pembiayaan Dana Otonomi Khusus bagian Provinsi Papua

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) digunakan untuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
membiayai : Gubernur.
B. Peruntukan Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota
 Dana Otonomi Khusus bagian Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) dialokasikan untuk :
a. Pembiayaan pelayanan bidang pendidikan minimal 30% (tiga puluh persen).
b. Pembiayaan pelayanan bidang kesehatan minimal 15% (lima belas persen).
c. Pembiayaan pengembangan ekonomi kerakyatan minimal 20% (dua puluh persen).
d. Pembiayaan pembangunan infrastruktur minimal 20% (dua puluh persen).
e. Pembiayaan bantuan afirmasi kepada lembaga keagamaan, lembaga masyarakat adat
asli, dan kelompok perempuan yang penganggarannya dialokasikan maksimal 6%
(enam persen);
f. Membiayai perencanaan dan pengawasan pemerintah daerah, monitoring dan evaluasi,
pelaporan program dan kegiatan yang penganggarannya dialokasikan maksimal 4 %.

MPO
KELO
K2
 Pembiayaan Dana Otonomi Khusus bagian Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c diperuntukkan untuk aksesibilitas
pendidikan dan kesehatan.
 Pedoman teknis pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.
 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan sanksi administrasi berupa penundaan penyaluran atas Dana
Otonomi Khusus bagian Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
 Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi sampai Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

MPO
KELO
K2
D
Kinerja Program Dari
Sumber Dana Otonomi
Khusus (Otsus)
A. Kinerja Program Penggunaan Dana Otonomi Khusus  Program dan Kegiatan dalam rencana kerja
oleh Provinsi penggunaan dana otonomi khusus oleh SKPD
 Pemerintah Provinsi Papua menyusun rencana kerja
harus mencantumkan secara terpisah pendanaan
penggunaan dana otonomi khusus bagian Provinsi Papua
program dan kegiatan yang bersumber dari dana
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari RKPD Provinsi Papua yang
otonomi khusus dalam usulan rencana definitif

dijabarkan dari RPJMD. (URD) sebagai bagian dari rencana kerja SKPD.
 Penyusunan rencana kerja penggunaan dana otonomi  URD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mendapatkan persetujuan dari Gubernur.
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
 URD yang telah mendapatkan persetujuan
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
pertanggungjawaban, pelaporan dan pengawasan
penggunaan dana otonomi khusus. menjadi RD.
 Penyusunan rencana kerja penggunaan dana otonomi 1) Rencana kerja penggunaan dana otonomi khusus
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
anggaran berikutnya, diselesaikan paling lama pada akhir
dengan Peraturan Gubernur.
bulan Mei tahun anggaran berjalan.
B. Kinerja Program Penggunaan Dana Otonomi Khusus oleh Kabupaten/Kota
 Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun rencana kerja penggunaan dana otonomi
khusus bagian Kabupaten/Kota untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
 Penyusunan rencana kerja penggunaan dana otonomi khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, pelaporan dan
pengawasan penggunaan dana otonomi khusus.
 Penyusunan rencana kerja penggunaan dana otonomi khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk tahun anggaran berikutnya, diselesaikan paling lama pada akhir
bulan Mei tahun anggaran berjalan.
 Mencantumkan secara terpisah pendanaan program dan kegiatan yang bersumber dari
dana otonomi khusus dalam usulan rencana definitif (URD) sebagai bagian dari
rencana kerja SKPD Kabupaten/Kota.
MPO
KELO
K5
 URD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus mendapatkan persetujuan dari
Bupati/Walikota. Kemudian disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi dan mendapat
persetujuan.
 Hasil evaluasi URD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan menjadi RD dengan
keputusan Gubernur dan disampaikan kepada Bupati/Walikota paling lama 15 (lima belas)
hari.
 Dalam hal hasil evaluasi URD sebagaimana dimaksud pada ayat (6) setelah 15 (lima belas)
hari kerja sejak diterimanya URD dimaksud oleh Gubernur belum diterbitkan Keputusan
Gubernur, maka URD yang disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur dinyatakan
berlaku.
 RD yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD Kabupaten/Kota.
 Dalam hal RD sebagaimana dimaksud pada ayat (10) tidak ditindaklanjuti oleh
Bupati/Walikota dan DPRD, dan Bupati/Walikota tetap mencantumkan URD yang diusulkan
dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD, Gubernur tidak akan melakukan evaluasi
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
MPO
KELO
K5

Anda mungkin juga menyukai