Anda di halaman 1dari 2

Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan pantai selatan, menjadikan Yogyakarta

memiliki beberapa hutan mangrove dan salah satunya adalah mangrove Kulon Progo.
Terletak di Dusun Pasir Mendit, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon
Progo dengan luas ± 3 hektar, hutan mangrove Kulon Progo kini dibuka sebagai tempat
wisata yang ramai dikunjungi meskipun baru diperkenalkan pada awal tahun 2016.
Kebanyakan orang menganggap mangrove ini sebagai hutan mangrove Pantai Congot.
Padahal letak hutan mangrove Kulon Progo berada jauh di bagian barat dari Pantai Congot.

Sebenarnya lokasi hutan mangrove Kulon Progo merupakan wilayah konservasi yang
berfungsi sebagai pencegah abrasi dan sudah dikembangkan sejak tahun 1989. Sehingga
beberapa kalangan merasa khawatir dengan dibukanya hutan mangrove sebagai objek wisata.
Daerah ini menjadi salah satu daerah penting dalam usaha penanaman kembali mangrove di
Kulon Progo karena peluang keberhasilan penanaman relatif lebih tinggi dibandingkan
daerah lain. Hal tersebut didukung oleh tingginya komposisi vegetasi, kondisi pesisir yang
relatif terlindung dari ombak laut, dan kandungan asupan hara yang subur. Vegetasi
mangrove asli yang ada di mangrove Kulon Progo adalah Nipah (Nypa fruticans), Pandan
(Pandanus tectifolius), Bogem (Sonneratia alba), Bakau (Rhizophora spp.), Api-Api
(Avicennia marina) dan juga beberapa mangrove jenis asosiasi seperti Jeruju (Acanthus
tectifolius), Ketapang (Thalassasphia catappa), Biduri (Calonthropis gigantean), Waru laut
(Hibiscus tiliaceus) dan Ipoomea pres caprae.

Kawasan hutan mangrove Kulon Progo sendiri dikelola oleh empat pengelola, yaitu
Kelompok Pasir Kadilangu, Kelompok Api-api, Kelompok Maju lestari, dan Wana Tirta.
Dengan semakin banyaknya peminat yang mengunjungi objek wisata di hutan mangrove ini,
pastinya berdampak pada kesejahteraan masyarakat sebagai pengelolanya. Hutan mangrove
ini dikembangkan dan dibuka untuk umum dengan tujuan agar masyarakat paham dan
mengerti akan pentingnya hutan mangrove sebagai penunjang ekosistem.

Pemandangan yang diberikan di tempat ini sangatlah berbeda, bukan sekedar pohon-pohon
dan akar bakau, bentangan sungai, serta jembatan datar sebagai tempat berjalannya para
wisatawan. Tapi banyak juga spot foto yang membuat tempat ini semakin terkenal dan
menarik minat masyarakat dan wisatawan untuk mendatanginya. Adapun spot foto yang ada
di kawasan ini antara lain jalan setapak yang terbuat dari potongan bambu dengan nama
Jembatan Api-api, kemudian ada spot Satria Bergitar, Ayunan Teletubies, Kadilangu Van
Java, dan sebagainya.
Mengingat bahwa sebenarnya kawasan ini merupakan situs konservasi lingkungan, maka
perlu diingat dan diperhatikan untuk tidak berperilaku merusak alam di hutan mangrove ini.

Anda mungkin juga menyukai