Anda di halaman 1dari 3

Observasi ke Hutan Mangrove

Pada hari Sabtu, 26 Oktober 2013 lalu, saya bersama teman teman KIRS 4 Denpasar melakukan kunjungan ke salah satu Hutan Mangrove di Bali Letaknya dekat bandara Internasional Ngurah Rai, yakni di tepi Jl. Bypass jalan utama yang menghubungkan titik-titik pusat wisata antara pantai Kuta, Legian, Nusa Dua, Jimbaran sampai ke Uluwatu. Tujuan kami kesana adalah untuk melakukan observasi tentang keadaan Hutan Mangrove serta rekreasi. Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Objek wisata Hutan Mangrove Bali semakin naik pamornya setelah mendapat kunjungan dari pemain bola kelas dunia beberapa waktu lalu Christiano Ronaldo yang menjadi duta mangrove. Cristiano Ronaldo juga menanam beberapa pohon mangrove bersama Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Objek wisata ini luasnya 1300 Ha ini adalah hasil kerjasama pemerintah dengan Japan International Coorperation Agency, konsep kawasan wisata ini terbilang bagus dantaranya memberikan pemahaman kepada khususnya para pengunjung kawasan Hutan Bakau ini untuk lebih mengenal lingkungan, mencintai dan kemudian direalisasikan dengan menjaga dan melestarikannya. Begitu sampai tujuan kami menemukan plang selamat datang dengan stand loket tidak jauh dari situ. Biaya tiketnya relatif murah, yaitu sebesar Rp. 5000,- saja. Lalu kami memulai perjalanan dengan menyusuri jembatan kayu sepanjang lebih dari 2 km,

Di Hutan Mangrove Bali terdapat banyak fasilitas yang disediakan yaitu jembatan kayu (trail), pondok peristirahatan , gardu pandang dengan tinggi 10.45 meter, dan geladak terapung (floating deck). Di Hutan Mangrove Bali terdapat 13 jenis mangrove mayor, 9 jenis mangrove minor, dan 28 jenis mangrove associates. Selain itu terdapat 62 jenis burung, 32 jenis crustacean ( kepiting dan udang ), dan 10 jenis reptil terdapat di Tahura ini. Pertama, fungsi fisik; menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut; dan mengolah bahan limbah. Kedua, Fungsi biologis ; tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air; tempat bersarangnya burung; habitat alami bagi berbagai jenis biota. Ketiga: Fungsi ekonomi; sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, dan bahan bangunan. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem Padang Lamun dan terumbu karang berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir. Selain itu, ekosistem mangrove merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi (misal, mangrove di Indonesia terdiri atas 157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah,118 jenis fauna laut dan berbagai jenis fauna daratEkosistem mangrove juga merupakan perlindungan pantai secara alami untuk mengurangi resiko terhadap bahaya tsunami. Hal ini dikarenakan karakter pohon mangrove yang khas, ekosistem mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Disamping itu, ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus dan merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground), serta daerah pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Mangrove juga berperan sebagai pemasok larva ikan, udang, dan sebagai tempat pariwisata. Menurut Hardjosento (1981) dalam Saenger (1983), hasil dari hutan mangrove dapat berupa kayu, bahan bangunan, chip, kayu bakar, arang kulit kayu yang menghasilkan tannin (zat penyamak), dan lain-lain. Selanjutnya Saenger,(1983) juga merinci hasil-

hasil produk dari ekosistem hutan mangrove meliputi beberapa hal. Pertama, bahan bakar; kayu bakar, arang dan alkohol. Kedua,bahan bangunan; balok perancah, bangunan, jembatan, balok rel kereta api, pembuatan kapal, tonggak dan atap rumah. Ketiga, makanan; obat-obatan dan minuman, gula alkohol, asam cuka, obat-obatan. Keempat, perikanan; tiang-tiang untuk perangkap ikan, pelampung jaring, pengeringan ikan, bahan penyamak jaring, dan lantai. Kelima, pertanian; makanan ternak, pupuk, dan sebagainya. Keenam, produksi kertas; berbagai macam kertas. Hutan mangrove merupakan sumber daya alam daerah tropis yang mempunyai manfaat ganda baik dari aspek sosial ekonomi maupun ekologi. Besarnya peranan ekosistem hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk- tajuk pohon mangrove atau manusia yang bergantung pada hutan mangrove tersebut (Naamin, 1991). Manfaat ekonomis di antaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu bakar, arang, kayu konstruksi) dan hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan dan pariwisata). Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna. Dampak dari keberadaan izin pengusahaan parawisata alam ini sangat jelas pada bidang ekologi dan tentunya acaman kepunahan hutan mangrove itu sendiri. Kerusakan hutan mangrove yang berada di kawasan tahura akan menyebabkan meningkatnya resiko bencana kepada masyarakat. Salah satu akibatnya adalah meningkatnya polusi udara mengingat banyaknya kendaraan bermotor yang ada di Bali

Anda mungkin juga menyukai