Anda di halaman 1dari 9

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN

HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KECAMATAN


KAMPAR KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Amira Hafsari
Program Studi Pendidikan Biologi, PMIPA, FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru 28293
Email : amirahafsari@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat hutan larangan adat
kenegerian rumbio dalam melestarikan sumber daya alam di Rumbio, Kecamatan Kampar,
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kearifan lokal
masyarakat Rumbio dalam mempertahankan adat dan menginformasikan keberadaan unsur-
unsur budaya konserfatif yang dimiliki masyarakat adat sehingga dapat dimanfaatkan dalam
melestarikan sumber daya alam. Penelitian ini menggunakan metode survei dan metode Focus
Group Discussion (FGD) dengan teknik survey personal interview kepada responden.
Parameter yang diamati terdiri dari biofisik, sosial-ekonomi, kelembagaan, kearifan lokal
masyarakat Rumbio dalam pengelolaan hutan, masalah pengelolaan hutan dan upaya
pelestarian dalam hutan larangan adat Kenegerian Rumbio. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hukum adat yang ditegakkan oleh ninik mamak dan pemuka adat di Desa Rumbio
mempengaruhi pengelolaan dan pelestarian hutan adat masyarakat Kenegerian Rumbio.
Masyarakat adat sangat berperan penting dalam pengelolaan hutan.

Kata Kunci : Kearifan lokal, hutan larangan adat, masyarakat adat, Rumbio

PENDAHULUAN sangat penting, hal ini dikarenakan


Hutan merupakan suatu hutan adalah tempat bertumbuhnya
kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, berjuta tanaman.
terutama pepohonan atau tumbuhan Saat ini hutan telah berada pada
berkayu lain, yang menempati daerah keadaan yang sangat memprihatinkan.
yang cukup luas (Devitriana, 2012). Banyak penyebab dari kerusakan hutan
Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat tersebut salah satunya degradasi dan
berperan dalam berbagai hal seperti deforestasi merupakan permasalahan
penyedia sumber air, penghasil utama dalam mengembalikan dan
oksigen, tempat hidup berjuta flora dan menjaga kelestarian alam. Banyak cara
fauna, dan peran penyeimbang untuk mengembalikan keadaan hutan
lingkungan, serta mencegah timbulnya agar tetap lestari, salah satunya
pemanasan global. Sebagai fungsi penerapan partisipasi masyarakat
penyedia air bagi kehidupan hutan dalam mengelola, melindungi dan
merupakan salah satu kawasan yang melestarikan hutan.
Hutan adat adalah hutan yang Secara administratif, kawasan hutan ini
berada di dalam wilayah masyarakat terletak di empat desa yakni Koto
hukum adat. Pemerintah menetapkan Tibun, Rumbio, Padang Mutung, Pulau
status hutan sebagaimana dimaksud Sarak, semuanya di wilayah
pada ayat (1), dan hutan adat Kecamatan Kampar, Kabupaten
ditetapkan sepanjang menurut Kampar, Riau.
kenyataannya mesyarakat hukum adat Perlindungan hutan bertujuan
yang bersangkutanmasih ada dan untuk menciptakan dan menjaga hutan
diakui kebenarannya (UU No. 19 yang lestari merupakan langkah yang
Tahun 2004). Berdasarkan peraturan tepat untuk menyelamatkan sektor
UU No. 19 Tahun 2004, maka Hutan kehutanan di Indonesia ini. Di dalam
Larangan Adat Kenegerian Rumbio konsep perlindungan hutan, partisispasi
termasuk hutan adat dan diakui masyarakat ikut andil bagian dalm
keberadaannya oleh pemerintah secara konsep tersebut. Pada dasarnya
sah. Hutan larangan adat ini perlu sebagian besar masih ada menerapkan
dilestarikan agar tetap terjaga kearifan lokal untuk memanfaatkan dan
keasliannya. Pengelolaan hutan adat mengelola hutan ini. Di Provinsi Riau,
oleh masyarakat adat Desa Rumbio salah satu masyarakat yang memiliki
membentuk kelembagaan adat yang kearifan lokal yang masih terjaga
dipimpin oleh penghulu dan pemangku adalah masyarakat hutan larangan adat
adat yang bertanggung jawab dan kenegerian Rumbio, Kampar. Untuk itu
berperan penting dalam pelestarian perlu diketahui kearifan lokal seperti
hutan sesuai dengan aturan-aturan apa yang berlaku dan bertujuan untuk
hukum adat yang ditetapkan (Cindy, melindungi hutan sehingga tercipta
2014). hutan yang lestari.
Hutan larangan adat kenegerian
Rumbio merupakan salah satu bentuk METODOLOGI PENELITIAN
kearifan lokal yang telah diterapkan Penelitian dilakukan di dua
sejak lama oleh masyarakat Kampar kawasan hutan larangan adat yang
yang masuk dalam kenagarian Rumbio. termasuk dalam kenegerian Rumbio
Hutan ini terdaftar pada dinas yakni kawasan Hutan Larangan Adat
kehutanan dengan luas ± 500 Ha. Rumbio di dusun V danau siboghia
desa Rumbio dan kawasan Hutan sehubungan dengan banyaknya
Larangan Adat Ghimbo Potai di dusun permasalahan.
V koto tibun desa Koto Tibun Data yang dikumpulkan dari
Kecamatan Kampar, Kabupaten penelitian ini berupa data primer yang
Kampar, Riau pada tanggal 20 Mei dikumpulkan melalui wawancara
2017 pukul 08.00-15.00 WIB. mendalam dan observasi serta diskusi.
Penelitian dibantu oleh Kepala Dusun Untuk membuktikan dan
V danau siboghia dan perwakilan mempermudah penelitian, digunakan
Yayasan Pelopor sebagai pengelola alat dokumentasi berupa kamera digital
Hutan Larangan Adat Ghimbo Potai. dan tape recorder.
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode Focus Group HASIL DAN PEMBAHASAN
Discussion (FGD) dan survei dengan Hutan Larangan Adat Rumbio
melakukan interview responden Hutan Larangan Adat
dengan ninik mamak, kepala dusun Kenegerian Rumbio adalah pusaka
dan masyarakat setempat. tinggi masyarakat adat Kenegerian
Parameter yang diamati pada Rumbio. Secara administratif, kawasan
penelitian ini yaitu: 1) Kondisi biofisik; hutan ini terletak di empat desa, yakni:
2) Kondisi sosial ekonomi masyarakat Rumbio, Padang Mutung, Pulau Sarak,
di Kenagarian Rumbio; 3) Pengelolaan dan Koto Tibun. Semuanya di wilayah
hutan oleh masyarakat adat; 4) Bentuk Kecamatan Kampar, Kabupaten
kelembagaan adat di kenagarian Kampar, Riau. Hutan larangan adat
Rumbio dalam mendukung ini berada pada kawasan seluas ±500 H
pengelolaan hutan; 5) Permasalahan, yang kondisinya masih sangat asri,
tantangan, ancaman yang muncul terutama masih terpeliharanya berbagai
dalam pengelolaan hutan larangan adat jenis flora dan fauna yang khas di
kenagarian Rumbio; 6) Upaya yang daerah ini (Kepala Desa, 2017).
dilakukan dimasa kini dan akan datang Kekayaan alam tersebut di dukung oleh
dalam pelestarian hutan larangan adat adanya serasah-serasah daun yang
kenagarian Rumbio; 7) Tingkat mampu meningkatkan kandungan
keberlanjutan hutan adat kenegerian unsur hara tanah dan efektivitas potensi
Rumbio dimasa yang akan datang, tanah. Sebagian besar lahan hutan
larangan adat masih berupa lahan Menurut Datuk Syahrul (2017)
gambut. Gambut masih berupa tutupan mayoritas kondisi sosial ekonomi
hutan dan menjadi habitat bagi masyarakat adat Rumbio berupa kolam
berbagai spesies fauna dan tanaman ikan dan perkebunanan karet. Ikan di
langka yang ada di hutan Rumbio. dalam kolam berupa, ikan patin, bawal,
Sebagai hutan primer, hutan lele dan kalu tetapi yang banyak
larangan Rumbio memiliki vegetasi dipelihara adalah ikan lele dan ikan
yang asli dan beragam diantaranya patin. Tahun 2006 didirikan tempat
pohon tampui (Baccaurea sp.), pasak pembuatan makanan ikan oleh
bumi (Eurycomma longifolia), meranti pemerintah setempat. Selain itu,
(Shorea sp.), akar lembujo, akar sumber air bersih juga merupakan aset
kerbau, akar tampak, pohon sialang, ekonomi masyarakat setempat.
cempedak hutan, akar kempas, gaharu, Minoritas yang bekerja sebagai
dan petai (Parkia speciosa). Sedangkan pedagang dan pegawai hanya diduduki
fauna di kawasan ini di antaranya oleh masyarakat adat kelas atas. Dalam
harimau rumbio, beruang, beruk, tapir, bidang sosial hasil hutan digunakan
rusa, babi, kancil, trenggiling, elang, untuk pembangunan masjid, mushalla,
ayam hutan, dan beberapa jenis rumah, jembatan dan sekolah. Cara
burung. melestarikan hutan dipelihara sesama
Hal ini sejalan dengan masyarakat dan masyarakat dilarang
Koentjaraningrat (1990) yang menebang pohon yang ada di dalam
mengemukakan bahwa adapun daerah hutan. Jika dilanggar akan dikenakan
hutan yang biasa paling digemari sanksi yang telah disepakati oleh ninik
sebagai daerah untuk membuka ladang mamak.
adalah daerah hutan rimba primer, Hutan larangan adat
karena daerah hutan serupa itu tidak Kenegerian Rumbio memiliki
membutuhkan tenaga ekstra untuk mekanisme pengelolaan hutan
membersihkan belukar bawah yang sehingga hutan adat Rumbio masih
tebal. Masyarakat adat Rumbio bertahan hingga sekarang. Mekanisme
memiliki sistem pertanian yang cukup pengelolaan hutan adat Rumbio
baik dan kondusif, yaitu perkebunan meliputi:
karet dan sawah.
1. Perencanaan, pengelolaan hutan Sumpah Kowi yang berbunyi,
larangan di mulai dari kelembagaan “Tatayok dikambalikan. Tamakan
adat yang mengelola hutan. dimuntahkan”. Artinya pusaka
Kelembagaan adat ini dipimpin tinggi adat berupa rimbo (hutan)
oleh kepala ulayat yang dikenal larangan adat yang terlanjur diolah
dengan ninik mamak yakni Datuok atau diambil (tatayok) harus
Ulak Simano, Kamaruzzaman dari dikembalikan menjadi pusaka adat
Suku Pitopang sebagai menteri jangan sampaitermakan (tamakan)
Luar Negeri dan Datuok Godang, untuk kebutuhan sendiri.
Edi Susanto dari suku Domo 4. Pengawasan, pengawasan hutan
sebagai menteri Luar Negeri. larangan diketuai oleh Kepala
Terdapat pula delapan orang Dusun V Danau Siboghia yakni
penghulu adat yang lain untuk Bapak Syahrul. Bapak Syahrul
duduk bermusyawarah bersama merangkap sebagai ninik mamak
dalam mengambil keputusan. dan ketua dari kelembagaan Sentra
2. Pemanfaatan, sumber daya alam Penyuluhan Kehutanan Pedesaan.
yang terdapat didalam kawasan 5. Penegakan Hukum Adat,
hutan larangan dimanfaatkan hanya pelanggaran terhadap hutan
untuk kepentingan sosial sesuai larangan diselesaikan secara
ketentuan hukum adat yang musyawarah dan adanya toleransi
berlaku. Hasil hutan boleh diambil pada penyelesaian masalah.
untuk anak kemenakan yang miskin Penjatuhan sanksi disesuaikan
dengan syarat dan ketentuan dari dengan besar kecil kesalahan dan
ninik mamak dan pemerintah keadaan melanggar.
setempat.
3. Pengendalian, hukum adat yang Kelembagaan Desa Rumbio
ditegakkan oleh ninik mamak dan terdiri dari kelembagaan formal dan
perangkat-perangkat desa setempat informal. Kelembagaan formal yaitu
saat ini melarang pengambilan berupa yayasan pelopor. Sedangkan
kayu di hutan untuk sementara informal adalah kepemimpinan ninik
hingga kondisi hutan kembali mamak yang sangat dihormati oleh
pulih. Hal ini sesuai dengan masyrakat secara turun temurun. Ninik
mamak cukup dominan, kebijakan- Dengan adanya kalimat yang di
kebijakan yang dikeluarkan ninik pasang di jalan masuk menuju hutan
mamak yang sepuluh dipimpin oleh larangan adat, yang berbunyi
Datuok Ulak Simano dari suku “Diriwayatkan dari Abdullah bin
Pitopang yang selalu dipatuhi Hubsi, ia berkata ‘Rasulullah pernah
masyarakat. bersabda, siapa yang menebang
sebatang pohon, maka Allah akan
Struktur kelembagaan SPKP Desa membenamkan kepalanya ke dalam api
Rumbio : neraka’” (Al-hadist). Hal ini
 Dt. Ulak Simano membuktikan bahwa masyarakat adat
 Kepala Desa juga berpegang teguh kepada agama
 Dt. Raja Mangkuto
 Ketua BPD yang bersendikan Al-Qur’an dan Al-
 LPM Desa Rumbio hadist dalam pelestarian ekologis hutan
 Ketua SPKP
larangan adat agar dapat di teruskan
 Dt. Tumanggung
 Ninik mamak pemuda Desa secara turun temurun. Oleh karena itu,
Rumbio Kelompok pemadam api
larangan agama juga dipatuhi termasuk
 Bendahara
 Sekretaris penebangan hutan liar tanpa meminta
 KMPM/KTM Rumbio izin pemangku adat, penghulu dan
 Koordinator bidang penyuluhan
 Koordinator bidang kerjasama pemerintah setempat.
 Koordinator bidang bina usaha Datuk Syahrul menegaskan
bahwa disamping eksploitasi hutan
Permasalahan yang dihadapi
yang terjadi saat ini, upaya penjagaan
yaitu kekhawatiran masyarakat dengan
dan pengawasan oleh ninik mamak
adanya masyarakat dalam maupun luar
beserta pemuda dan masyarakat
yang menganggu kelestarian hutan
setempat dapat menetralisir pemudaran
maka mata pencaharian mereka untuk
kearifan lokal. Selain itu, pembuatan
meningkatkan taraf kehidupan akan
parit dan penanaman pohon
terganggu. Masyarakat mengharapkan
aren sebagai pembatas hutan dan kebun
adanya keterlibatan langsung
warga dimasa yang akan datang dapat
pemerintah setempat dengan terjun
memberikan kontribusi nyata dalam
langsung yang artinya menjaga,
upaya mempertahankan dan
mengawasi dan melestarikan hutan
larangan adat tersebut.
melestarikan kawasan larangan hutan selain itu, kandungan bahan organik
adat tersebut. pada tanah ini juga sedikit.
Dilihat dari permasalahan yang Berbagai jenis flora seperti
muncul, hutan larangan adat Rumbio pohon kepala, pohon cikubin, pohon
masih bisa dipertahankan bila ada pasak bumi, pohon nangka hutan,
kerjasama yang signifikan antara pohon ribo-ribo, pohon akar tampak.
pemerintah dengan masyarakatadat Dihutan ini juga terdapat pohon
setempat, dan pemerintah dapat meranti, kulim, kampas, keranji, dara-
menindak lanjuti ke berlanjutan hutan dara, kelat, poniang-poniang dan lain-
adat ini secara cepat dan sigap. Dengan lain. Sedangkan jenis-jenis faunanya
perhatian yang sangat besar oleh seperti kancil, tringgiling, babi, rusa,
masyarakat setempat untuk menjaga tapir, monyet, cingkuok, ayam hutan,
dan mengelola hutan dengan dan lain-lain. Dalam hutan juga
kebijakan sumber daya tradisional dan terdapat berbagai jenis burung yaitu
pembangunan berangkat dari asumsi burung serindit, enggang, beo, murai
tentang persediaan sumber daya yang biasa, murai batu, kuaran, balam,
tetap sebagai sebuah keyakinan. punai, dan lain-lain. Dan sistem
Sehingga ancaman-ancaman yang pertanian dengan tata letak yaitu,
muncul dapat diatasi sesuai dengan perkampungan, persawahan, kolam
hukum yang berlaku dan dapat ikan, kebun karet, hutan. Persawahan/
memperdayakan kembali hutan perladangan yang membatasi antara
larangan adat ini. perkampungan dan hutan sebagai
faktor keamanan bagi masyarakat yang
Hutan Larangan Adat Ghimbo potai tinggal disekitar hutan.
Kondisi biofisik dari hutan Kondisi sosial ekonomi
larangan adat Rimbo Potai dan daerah masyarakat di desa Koto Tibun sudah
sekitarnya dari segi lahan, daerah baik. Penghasilan masyarakat di desa
tersebut merupakan lahan berupa tanah Koto Tibun berupa ikan di dalam
yang memiliki kontur tanah menanjak kolam berupa, ikan patin,nila dan lele
yang menjadiciri khasnya dan bersifat tetapi yang banyak dipelihara adalah
topsoil, tanah topsoil merupakan tanah ikan niladan ikan patin. Keberadaan
dengan status nutrisi yang rendah, sumber mata air yang terdapat dikaki
bukit itu juga memberikan kontribusi Hutan Larangan Adat telah
penting bagi masyarakat di desa dikelola sejak zaman nenek moyang
tersebut. dengan cara tradisional. Wilayah hutan
Hutan Larangan Adat Ghimbo adat dikuasai oleh ninik mamak yang
Potai yang masuk dalam kenegerian berasal dari persukuan yang sama.
Rumbio sampai kini memang terjaga Permasalahan, tantangan,
dengan baik. Hal tersebut merupakan ancaman yang muncul dalam
salah satu dampak dari tetap pengelolaan hutan adat Ghimbo Potai
berlakunya peraturan adat yang telah seiring dengan perkembanganya zaman
dibuat dan berlaku di desa Koto Tibun, adalah kekhawatiran para ninik mamak
yang bukan hanya peraturan lisan terhadap tingkah laku masyarakat yang
tetapi juga peraturan dalam bentuk tidak mematuhi peraturan yang telah di
tertulis. sepakati untuk menjaga dan
Menurut Bapak sudirman yang melestarikan ekologis hutan. Posisi
merupakan salah satu yayan pelopor hutan ini sangat lemah. Pasalnya
pengelola hutan larangan adat ghimbo posisinya tidak termasuk dalam
potai Desa Koto Tibun menyatakan kawasan hutan, tetapi kawasan
bahwa dalam mempertahankan Hutan pemanfaatan langsung sebagaikawasan
Larangan Adat Ghimbo Potai, perkebunan dan lokasinya berbatasan
peraturan yang berlaku adalah siapun langsung dengan jalan lintas Simpang
tidak boleh menebang pohon ataupun Tibun – Kebun Durian, yaitu jalan
merusak hutan. Karena hutan adat yang menghubungkan Kecamatan
merupakan hutan dari ninik mamak. Kampar dengan Kampar Kiri. Kawasan
Apabila ada yang berani untuk itu sangat rentan menjadi tempat
merusak hutan tersebut maka akan kegiatan illegal logging karena
diberi sanksi yang tegas baik itu sanksi kemudahan akses untuk membawa
secara hukum maupun sanksi adat. kayunya.
Dalam peraturan adat, sanski yang “Menurut akademisi dari Ilmu
diberikan apabila ada yang berani Lingkungan Universitas Riau, Dr
merusak hutan harus membayar denda Sofyan Siregar, karakter hutan adat
kepada ninik mamak. Rumbio ini memungkinkannya untuk
bertahan cukup lama. Hutan Adat
Rumbio bisa dikatakan terus Desa Rumbio Dusun V Danau
terpelihara. Karakternya yang khas Siboghia, Datuk Syahrul (Kepala
adalah letaknya di kontur tanah Dusun V Danau Siboghia) serta
perbukitan, yang relatif sejuk dan masyarakat Dusun V Danau Siboghia
menjadi sumber air yang bagus. yang sudah menerima kedatangan kami
Sumber air ini menjadi nafas dan menjadi narasumber serta
kehidupan bagi warga sekitar dan respoden.
masyarakat global pada umumnya”
(Weny Adriani, 2012).
Daftar Pustaka
KESIMPULAN Salim. HS., S.H.,M.S. 2003. Dasar-
dasar hukum kehutanan. Sinar
Dari penelitian yang telah
grafika. Jakarta.
dilakukan, dapat diambil kesimpulan Siahaan, S.H., M.H. 2004. Hukum
bahwa upaya-upaya para ninik mamak lingkungan dan ekologi
pembangunan edisi
untuk menanamkan nilai-nilai kearifan kedua. Erlangga. Jakarta.
lokal dalam melestarikan hutan adat Weny adriani. 2012. Kearifan Lokal
yang masuk dalam kenegerian rumbio Masyarakat Rumbio dalam
Mempertahankan Keberadaan
telah menjadi contoh nyata, bahwa Hutan Larangan Adat. (online)
kearifan lokal dapat mempertahankan http://wenyandriani.blogspot.co.i
d/2013/11/jurnal-
kelestarian hutan. Hal ini membuktikan bioetnomelayu.html (Diakses
bahwa masih banyak dari masyarakat pada 28 Mei 2017)
yang masih peduli mengenai Taufik Asman, M. Ardhiansyah dan
Kausar. 2013. Peranan Hukum
pembudayaan adat untuk menjaga dan Adat dalam Menjaga Kelestarian
melestarikan hutan larangan adat Hutan Larangan Adat
Kenegerian Rumbio Kecamatan
Kenegerian Rumbio. Kampar Kabupaten Kampar.
(online)http://download.portalgar
uda.org/article.php?article=Peran
Ucapan terima kasih kepada: an-Hukum-Adat-Dalam-
Terimakasih kepada Bapak Dr. Menjaga-Kelestarian-Hutan-
Larangan-Adat-Kenegerian-
Suwondo, S.Pd, M.Si dan Bapak Rumbio-Kecamatan-Kampar-
Darmadi, S.Pd, M.Si selaku dosen Kabupaten-Kampar (Diakses
pada 28 Mei 2017)
pembimbing praktikum kuliah
lapangan biotnolmelayu, Bapak Kepala

Anda mungkin juga menyukai