Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN BULAN FEBRUARI 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN
TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN (BASARHUT)

ABDUL ARIS, S.Hut.

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) BATULANTEH


KABUPATEN SUMBAWA
2015

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

LAPORAN BULANAN (FEBRUARI 2015)


PELAKSANAAN KEGIATAN
TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan merupakan unsur sistem penyangga kehidupan manusia dalam
lingkup yang lebih luas dan sebagai modal dasar dalam pembangunan negara.
Unsur sistem penyangga ini juga yang akan berdampak terhadap
keseimbangan ekosistem baik dalam wilayah sekitar hutan maupun dalam
lingkup yang lebih global. Dalam hal pembangunan negara, hutan merupakan
salah satu bidang yang dapat memberikan manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Manfaat ini dapat berupa manfaat ekonomi, ekologi
serta sosial budaya.
Pengelolaan hutan terutama dalam hal pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
hutan. Dalam hal ini pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang
rasional, wajar, terencana, optimal dan bertanggungjawab. Hutan yang
merupakan lingkungan terdekat bagi masyarakat sekitar hutan dan penting
dalam hal pendampingan terhadap masyarakat sekitar hutan mengenai
pemahaman dan pembinaan dalam pengelolaan hutan. Hal tersebut tentunya
harus didukung oleh sebuah unit pengelola hutan yang profesional dan
kompetibel dalam hal pengelolaan hutan yang lestari dan bermanfaat.
Hutan yang merupakan sumber daya alam yang dikuasai negara,
pengurusan dan pengelolaannya di atur oleh negara. Hal ini dimaksudkan agar
dapat memberikan manfaat bagi banyak masyarakat luas secara adil dan
merata. Penguasaan hutan oleh negara ini juga yang menjadikan kontrol
sebuah negara terhadap hutan yang ada di negara ini harus dilakukan. Kontrol
yang tepat mengakibatkan hutan dapat terlindungi secara lestari. Perlindungan

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

hutan oleh negara ini menjadi tanggung jawab negara untuk mengatasi
pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan.
Adanya perusakan hutan dapat terjadi oleh beberapa hal, yaitu
kurangnya pemahaman masyarakat sekitar terhadap pengelolaan hutan yang
benar dan kurangnya kontrol pemerintah terhadap pencegahan perusakan
hutan. Beberapa hal tersebutlah yang kemudian menjadi dasar sebuah
pengurusan atau pun pengelolaan hutan. Dalam hal kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai pengurusan dan pengelolaan hutan yang bermanfaat
dan lestari, peran pemerintah menjadi penting untuk memberikan
pemahaman dalam hal pengurusan dan pengelolaan hutan yang sesuai.
Salah satu wujud kontrol pemerintah dalam pencegahan perusakan
hutan adalah membuat kebijkan agar pencegahan perusakan hutan dapat
dilakukan. Kebijakan inilah yang nantinya harus dipahami bersama agar upaya
perlindungan hutan dapat terlaksana. Kebijakan dan implementasi pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan menjadi dasar sebuah aturan yang baku
dan menyeluruh dalam upaya perlindungan hutan. Kebijakan inilah yang
menjadi acuan bersama yang mengikat untuk dapat diterapkan dan
diimplementasikan.
Salah satu kebijakan atau aturan yang mengikat dalam hal perlindungan
hutan adalah Undang-undang No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan. Kebijakan dan arahan perlindungan hutan
dalam kebijakan ini wajib diimplementasikan dalam wilayah negara Indonesia,
terutama terhadap hutan yang berada dalam wilayah negara atau hutan
negara. Pengimplemenasian dan pengontrolannya harus menjadi peran aktif
bagi unit pengurusan atau pengelola hutan agar proses pencegahan dan
pemberantasan dapat berjalan dengan optimal.
Peran unit pengelola hutan agar pencagahan dan pemberantasan dapat
tercapai perlunya sebuah identifikasi masalah. Identifikasi masalah ini dapat
dapat dilakukan terhadap daerah yang rawan atau pun yang sudah terjadi
kegiatan perusakan hutan. Beberapa kegiatan perusakan hutan diantaranya

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

perambahan, illegal logging, pembakaran hutan, dan lain-lain. Sebelum


pengidentifikasian masalah ini tahapan awalnya adalah inventarisasi beberapa
kegiatan yang dapat mengakibatkan perusakan hutan atau pun kegiatan yang
telah terjadi perusakan hutan.
B. Maksud dan Tujuan
Inventarisasi dan identifikasi daerah yang rawan dan kegiatan yang
telah mengakibatkan perusakan hutan dimaksudkan untuk mengumpulkan
data dan menganalisis beberapa lokasi yang rawan dan yang telah terjadi
perusakan hutan, sebab dan akibat terjadinya kerusakan hutan dan pelaku
perusakan hutan. Inventarisasi dan identifikasi daerah yang rawan dan
kegiatan yang telah mengakibatkan perusakan hutan bertujuan:
1.

Mencegah terjadinya kerusakan hutan.

2.

Memberantas perusakan hutan.

3.

Memberikan efek jera terhadap pelaku perusakan hutan.

4.

Menbina serta mendampingi masyarakat setempat dalam hal kelestarian


hutan agar tidak terjadi perusakan hutan.

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

II.

KONDISI UMUM TEMPAT KERJA

A. Illegal Logging
Beberapa lokasi dalam kawasan hutan yang menjadi kelola RPH
Batudulang rawan akan penebangan liar atau illegal logging. Kerawanan ini
akibat potensi yang ada dalam kawasan hutan menjadi pilihan masyarakat
yang tidak bertanggungjawab untuk dimanfaatkannya secara illegal. Beberapa
potensi yang dapat menimbulkan kerawanan terhadap illegal logging adalah
tanaman atau pohon-pohon yang besar yang terdapat tahi angin serta
sebagian kecil potensi kayu sonokeling.

Gambar 1 Lokasi beberapa kegiatan illegal logging dilakukan

Dalam hal pemanfaatan tahi angin secara illegal yang dilakukan oleh
masyarakat setempat denga cara menebang pohon-pohon besar yang
terdapat tahi angin. Hal ini yang menjadikan banyak pohon-pohon besar,
seperti tanaman Prek Mayung (Keruing), Kayu Santan, Kayu Manis yang
merupakan asosiasi tumbuhan tahi angin menjadi sasaran para pemungut tahi
angin untuk ditebang secara illegal dan liar. Pemanfaatan dengan cara

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

menebang ini dilakukan karena masyarakat ingin cepat mendapatkan tahi


angin dalam jumlah banyak, sedangkan pemanfaatan dengan cara
pemungutan di ranting-ranting yang lapuk dan jatuh ke tanah lebih sedikit
hasil pemanfaatannya.

Gambar 2 Hasil illegal logging untuk memanfaatkan tahi angin

Hasil pengecekan lapangan menunjukkan bahwa tanaman Prek Mayung


dan Kayu Santan merupakan tanaman yang paling banyak ditebang. Hal ini
dikarenakan pada tingkatan pohon besar Prek Mayung dan Kayu Santan tahi
angin banyak menempel di ranting-ranting pohon-pohon tersebut. Hal tersebut
juga yang menjadikan pohon Prek Mayung dan Kayu Santan target penebangan
liar oleh para pengumpul tahi angin di kawasan hutan.
Tahi angin merupakan tanaman sejenis lumut yang menepel pada
pohon-pohon yang lembab. Sifat tanaman ini adalah tanaman epifit.
Kegunaan tanaman ini adalah sebagai tanaman obat bagi beberapa penyakit
seperti masuk angin, mencret, disentri, sariawan dan bahan kosmetik.
Sebagian besar masyarakat setempat menggunakan tahi angin sebagai bahan
kosmetik, yatu sebagai masker muka yang melindungi wajah dari radiasi terik
sinar matahari. Banyaknya manfaat tahi angin yang juga bernilai ekonomi

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

menjadikan tumbuhan tahi angin ini sebagai salah satu potensi yang banyak
dicari para pengepul atau pengusaha hasil hutan bukan kayu (HHBK).
B. Perambahan
Hasil orientasi atau pengecekan lapang terkait masalah perlindungan
hutan menunjukkan adanya kegiatan perambahan di kawasan hutan dalam
areal kerja RPH Batudulang. Areal perambahan ini berada di sekitar batas
kawasan hutan yang masuk ke dalam kawasan hutan. Sebagian perambahan
ada yang sudah lama dilakukan dan sebagian baru dilakukan. Sebagian besar
perambahan ini dilakukan untuk kegiatan perladangan atau pengembangan
kebun kopi masyarakat setempat dan sebagian kecilnya perintisan jalan dalam
kawasan hutan.

Gambar 3 Peta lokasi perambahan

Perambahan yang sudah lama dilakukan di beberapa lokasi ada yang


mengalami perluasan. Perluasan perambahan ini terjadi pada sekitar areal
perambahan yang sudah lama dilakukan. Perluasan perambahan ini sangat
jelas terlihat karena beberapa pohon-pohon kecil ditebang. Persiapan
perluasan perambahan pun sudah dilakukan di beberapa lokasi, yaitu melalui

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

peneresan kulit batang pohon agar pohon yang diteres mati secara perlahanlahan. Sampai menunggu pohon itu mati dan tumbang dengan sendirinya
perluasan areal perambahan terjadi secara perlahan-lahan.

Gambar 4

Perluasan areal perambahan di lokasi yang telah dilakukan


perambahan

Gambar 5 Areal perambahan yang telah lama dilakukan

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

Beberapa areal yang baru mengalami perambahan tidak terlalu


mencolok bekas tebangannya. Hal ini dikarenakan sebagian besar yang
ditebang berupa tanaman pada tingkatan tiang dan pancang. Hal ini diduga
areal yang akan dirambah ini akan ditanami kopi. Hal ini dikarenakan dalam
menanam kopi tidak semua tingkatan pohon ditebang sebelum bibit tanaman
kopi ditanam. Hal ini dikarenakan pada tahapan awal penanaman kopi,
diperlukan beberapa pohon sebagai sedikit penaung tanaman kopi dan
penahan sebagian air dalam tanah.

Gambar 4 Areal yang baru dirambah

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

C. Inventarisasi dan Identifikasi Perusakan Hutan


Pengumpulan data menjadi penting untuk dapat menganalisis
perusakan hutan yang akan terjadi di daerah rawan dan yang terjadi telah
terjadi perusakan hutan. Pengumpulan data ini dapat berasal dari informasi
atau laporan informan serta orientasi lapang baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja. Pentingnya inventarisasi atau pengumpulan data ini juga
ditindaklanjuti dengan pengecekan lapang secepat mungkin agar dapat
menimalisir kerusakan yang akan dan telah terjadi dan mencegah kerusakan
yang lebih besar lagi.
Kepastian informasi hasil pengamatan lapang terhadap kerusakan hutan
ini dikumpulkan datanya sebagai data base Resort Pengelolaan Hutan (RPH)
terkait, dalam hal ini RPH Batudulang. Data base atau laporan hasil
pengamatan terhadap kerusakan hutan ini dikoordinasikan oleh personil RPH
kepada kantor KPHP Batulanteh. Data base ini juga yang kemudian menjadi
rujukan atau perencanaan penyelesaian masalah dan tindak lanjut
penanganan terhadap kerusakan hutan, baik ditingkat RPH maupun KPHP
Batulanteh.
Dalam penyelesaian yang mendesak atau secepat mungkin dapat
ditangani oleh personil RPH, maka personil RPH dapat menangani
penyelesaian masalah untuk meminimalisir terhadap kerusakan akan
mengakibatkan kerusakan yang lebih besar. Penangan tersebut tentunya
selama masih berada dalam areal kerja RPH Batudulang. Hal tersebut juga
agar tidak terjadi tindakan pembiaran terhadap masalah yang terjadi dalam
pengelolaan hutan di tingkat RPH.
Hasil dari identifikasi dan analisis dari semua pengamatan lapang
menunjukkan perusakan hutan berupa kegiatan penebangan liar dan
perambahan kawasan hutan. Kegiatan perusakan hutan tersebut dilakukan
oleh masyarakat setempat dilakukan akibat beberapa faktor. Beberapa faktor
tersebut seperti pemanfaatan tahi angin oleh masyarakat setempat dengan
cara yang melanggar aturan, dalam hal ini tidak memungut tahi angin yang

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

sudah jatuh dari inangnya atau pohon, melainkan dengan cara menebang
pohon yang diinangi oleh tahi angin agar cepat mendapatkan tahi angin dan
untung yang lebih besar daripada hanya memungut. Hal lainnya adalah
penebangan pohon berkayu sekitar batas kawasan hutan yang berdekatan
dengan lahan garapan masyarakat setempat serta untuk membuka atau
memperluas perambahan dalam kawasan hutan.
Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat merambah kawasan
hutan karena kurangnya pemahaman masyarakat setempat dalam hal batas
kawasan hutan. Beberapa masyarakat ada yang terlanjur menggarap atau
merambah sebelum diadakan kegiatan rekonstruksi batas kawasan hutan
tahun 2013 oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH). Keadaan yang
sudah terlanjur tersebut sebagian diperluas karena kegiatan perambahan
tersebut sebelumnya tidak diketahui oleh personil RPH maupun KPHP
Batulanteh. Hal lainnya yang menyebabkan adanya kegiatan perambahan
adanya pemahaman yang salah terhadap calon lokasi Hutan Kemasyaratan
(Hkm). Hal ini akibat adanya pemahaman masyarakat yang dapat menebang
tegakan dalam kawasan hutan yang termasuk dalam lokasi calon Hkm. Lokasilokasi perambahan yang baru berada di lokasi calon HKm yang sudah mereka
petak-petakan lebih dahulu sebelum pengurusan pengelolaan lokasi HKm
dilakukan oleh kelompok HKm setempat, dalam hal kelompok HKm Hutan
Lesatri Desa Batudulang. Perambahan di lokasi calon HKm tersebut sebagian
besar mereka akan manfaatkan untuk dijadikan kebun kopi yang secara tahap
awal penanamannya menebang tegakan-tegakan yang masih kecil.

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

10

III. MATRIKS LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Nama
Jabatan
Tempat Bertugas
Pembina

: Abdul Aris
: Tenaga BASARHUT
: KPHP Bantulanteh Kabupaten Sumbawa, NTB
: Dindin Saefuddin S.Hut

A. Matrik Laporan Bulan Februari 2015


No.

Jenis
Kegiatan

Tujuan

Sasaran/
Target

Lokasi

Waktu
Pelaksanaan

Biaya
(Rp.)

Capaian
Hasil s/d Bulan

Penanggung
Jawab

Pengecekan dan
identifikasi
bangunan dalam
kawasan hutan

Mengetahui lokasi
dan keadaan
bangunan dalam
kawsan hutan
sebagai database
monitoring
penggunaan
kawasan hutan.

Bangunan dalam
kawasan hutan

Petak HL 9

02
Februari
2015

40.000

Database lokasi
dan keadaan
bangunan dalam
kawasan hutan

100

Kepala Seksi
Pengendalian
dan
Pemantauan
Pengelolaan
KPHP
Batulanteh

Pembinaan
kelompok
budidaya lebah
trigona sekitar
kawasan resort

Mengarahkan,
mendampingi dan
memantau
kelompok tani
dalam pengelolaan
sebagai mitra KPHP
Batulanteh

Batu Padewa dan


Bunga Hitam

Dusun
Brang Pelat

11 dan 20
Februari
2015

30.000

100

Kepala RPH

Kelompok
Mampis Rungan

Dusun Sampa

25
Februari
2015

30.000

Pendampingan
pengembangan
budidaya lebah
trigona

100

Kepala RPH

Identifikasi areal
rawan
perambahan

Menentukan dan
mengetahui lokasi
yang rawan
perambahan

Kawasan RPH dan


sekitarnya

Petak HL 9

09
Februari
2015

40.000

Pengecekan
lokasi rawan
perambahan dan
perambahan
hutan

100

Kepala RPH

Identifikasi areal
rawan illegal
logging

Menentukan dan
mengetahui lokasi
yang rawan
perambahan

Kawasan RPH dan


sekitarnya

Petak HL 9

09
Februari
2015

40.000

Pengecekan
lokasi illegal
logging dan
rawan illegal
logging awasan
hutan

100

Kepala RPH

Keterangan

(lanjutan)
No.
5

Jenis
Kegiatan
Pembinaan
kelompok
masyarakat
sekitar kawasan
resort

Tujuan
Mengarahkan,
mendampingi dan
memantau
masyarakat sekitar
kawasan resort.

Sasaran/
Target
Kelompok
masyarakat Dusun
Sampa

Lokasi
Dusun
Sampa

Waktu
Pelaksanaan

Biaya
(Rp.)

24 dan 25
Februari
2015

60.000

Capaian
Hasil s/d Bulan
Pendampingan
pengembangan
budidaya lebah
trigona dan
pemanenan
madu hutan

Penanggung
Jawab

100

Kepala RPH

Keterangan

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

B. Permasalahan
Kendala yang terdapat dalam pencegahan dan pemberantasan hutan,
yaitu:
1. Kurangnya personil dalam areal kerja RPH Batudulang, yaitu terdiri dari
satu Kepala RPH dan satu tenaga polhut.
2. Kurangnya

pendekatan

kepada

masyarakat

setempat

terhadap

pembinaan dan pengarahan dalam hal perlindungan hutan, sehingga


lambannya penilaian terhadap karakter masyarakat setempat.
3. Kurangnya sosialiasasi dan pemahaman terhadap batas kawasan hutan
serta pengelolaan HKm terhadap dan oleh masyarakat setempat.

C. Pemecahan Masalah
Dalam mengatasi permasalahan atau kendala yang telah disebutkan di
atas adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan tambahan personil dalam areal kerja RPH Batudulang dan
mengajak warga masyarakat dalam hal pencegahan perusakan hutan.
2. Meningkatkan pendekatan persuasif terhadap masyarakat setempat.
3. Sosialisasi terhadap masyarakat setempat dan kelompok HKm terhadap
batas kawasan hutan dan pengelolaan HKm.

Mengetahui,
Pembina Tenaga BASARHUT

( Dindin Saefudin, S.Hut )

Sumbawa, 18 Maret 2015


Tenaga BASARHUT

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

Abdul Aris, S.Hut )

13

LAMPIRAN

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

Dokumentasi pengecekan dan identifikasi bangunan dalam kawasan hutan

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

15

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

Dokumentasi pembinaan kelompok budidaya lebah trigona sekitar kawasan resort


(persiapan dalam pembangunan rak-rak stup)

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

16

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

Dokumentasi pembinaan kelompok budidaya lebah trigona sekitar kawasan resort


(pengontrolan stup-stup lebah trigona)

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

17

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA BAKTI SARJANA KEHUTANAN

Dokumentasi kelompok masyarakat petani madu hutan sekitar kawasan resort


(Dusun Sampa)

ABDUL ARIS - KPHP BATULANTEH SUMBAWA NTB

18

Anda mungkin juga menyukai