Anda di halaman 1dari 62

1 DEFORESTASI TANPA HENTI.

2018
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 2
DEFORESTASI TANPA HENTI
“POTRET DEFORESTASI DI SUMATERA UTARA,
KALIMANTAN TIMUR DAN MALUKU UTARA”

TIM PENULIS

Mufti Fathul Barri


Agung Ady Setiawan
Amalya Reza Oktaviani
Anggi Putra Prayoga
Andi Chairil Ichsan

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Isnenti Apriani
Fatimah Salimah
Ismi Rahmawati
Gamin Lampor
Dwita Sari
Andi Juanda

PENYUTING

Ambrosius Ruwindrijarto
Christian Purba

DESIGN INFOGRAFIS

Rendra Danang Saputra

FOTO

Forest Watch Indonesia


Nanang Sujana

DITERBITKAN OLEH:

Forest Watch Indonesia


fwibogor@fwi.or.id
+62 251 8333308
www.fwi.or.id
Bogor
2018

3 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


PENGANTAR
Sistem penyangga kehidu- Buku ini hanyalah sekelumit informasi tentang
pan mungkin hanya sebagian kecil kondisi hutan dan praktik pengelolaanya. Semoga
dari fungsi hutan. Namun ia adalah isi buku ini menjadi gambaran yang membawa ke-
bagian yang tak terpisahkan dan sadaran baru bagi semua pihak, khususnya dalam
menjadi sumber dari kelangsun- rumusan-rumusan kebijakan serta praktik-praktik
gan hidup makhluk, termasuk ma- pengelolaan hutan yang lebih baik. Akhir kata, kami
nusia. Rusaknya hutan sudah pasti ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
akan memutus rantai sistem itu dan berkontribusi atas terbitnya buku ini. Rasa terimaka-
tinggallah tunggu waktu untuk datangnya bencana. sih juga kami ucapkan untuk Environmental Inves-
Hutan memang memiliki nilai ekonomi yang tigation Agency (EIA) atas dukungan kerjasamanya
tinggi, hingga berbondong-bondong industri meng- sehingga membantu proses pembuatan buku ini se-
hampiri. Tak hanya kayu alam berkualitas tinggi, lama tiga tahun terakhir.
bekas tanahnya pun sangat subur untuk kebun-ke-
bun kayu dan kebun-kebun yang lain. Hutanpun ha- Hutan Sumber Air,
rus pasrah untuk dihabisi. Hutan Sumber Hidup,
Lalu, begitu merdu suara terdengar ketika hutan Hutan Milik Warga.
harus dikelola dengan “berkelanjutan”, namun ke-
nyataannya luas hutan terus saja berkurang. Praktik- Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia
praktik pengrusakan hutan tetap saja terjadi bahkan Soelthon Gussetya Nanggara
dengan sertifikat-sertifikat resmi dari pemimpin neg-
eri.

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 4


DAFTAR ISI
Ringkasan Eksekutif 06
Latar Belakang 09
Apa Itu Deforestasi? 11
Hutan Alam di Indonesia 13
Potret Terbaru Kondisi Hutan di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan
16
Maluku Utara
Penyebab Langsung Deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan
21
Maluku Utara

Pembangunan Hutan Tanaman Indsutri yang Mengorbankan Hutan Alam 22

Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit 25


Aktivitas HPH di Maluku Utara 28

Tren Deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluku Utara 35


Refleksi dan Ancaman Hilangnya Hutan Alam di Masa Depan 41

5 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


RINGKASAN mengenai perubahan iklim. Indonesia berkomit-
men mengurangi emisi sebesar 29% dengan upaya
sendiri dan menjadi 41% jika ada kerja sama inter-
nasional dari kondisi tanpa ada aksi (business as
EKSEKUTIF usual) pada tahun 2030, salah satunya melalui sek-
tor kehutanan dan pertanian.
Indonesia tidak akan mencapai target pengu-
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, men- rangan emisi yang telah ditetapkannya sendiri itu
gakui bahwa Indonesia merupakan penyumbang tanpa mengatasi deforestasi dan degradasi hutan.
emisi karbon terbesar keenam di dunia (Kompas, Fakta menunjukkan bahwa sejarah kehutanan Indo-
2015), yaitu 1,98 miliar ton emisi CO2 per tahun (WRI, nesia tak lain adalah sejarah deforestasi, dari dulu
2012). Sektor kehutanan menjadi penyumbang ter- hingga kini. Periode 1970-an FAO mengatakan laju
besar emisi karbon yang dilepaskan sebagai akibat deforestasi di Indonesia mencapai 300 ribu hektare/
deforestasi dan degradasi hutan (UNDP, 2007). Pada tahun (FAO/WB, 1990). Kemudian periode 1990-an
tahun 2011 Pemerintah Indonesia mengeluarkan laju deforestasi meningkat menjadi 1 juta hektare/
Peraturan Presiden No. 61/2011 mengenai Rencana tahun (Sunderlin dan Resosudarmo, 1997). Analisis
Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca FWI dan GFW tahun 2001 memperlihatkan bahwa
2010-2020. Kemudian juga Indonesia meratifikasi laju deforestasi terus meningkat, menjadi 2 juta hek-
Paris Agreement dengan Undang-undang No. 16 ta- tare/tahun periode 1996-2000. Selanjutnya menjadi
hun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement atas 1,5 juta hektare/tahun periode 2001-2010 dan peri-
konvensi kerangak kerja perserikatan bangsa-bangsa ode 2009-2013 lajunya sebesar 1,1 juta hektare/ta-
hun (FWI, 2011 & 2014).

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 6


ingkan dengan periode sebelumnya, dari 25 ribu
hektare/tahun menjadi 52 ribu hektare/tahun. Begitu
juga halnya dengan Kalimantan Timur dimana laju
deforestasi meningkat hampir dua kali lipat dari peri-
ode sebelumnya, dari 84 ribu hektare/tahun di tahun
2013 menjadi 157 ribu hektare/tahun di tahun 2016.
Temuan di Provinsi Maluku Utara memperlihat-
kan bahwa kinerja buruk HPH (IUPHHK-HA) merupak-
an salah satu penyebab langsung kehilangan hutan
alam. Deforestasi di dalam konsesi pertambangan
dan perkebunan kelapa sawit juga menjadi penyum-
bang terbesar deforestasi di provinsi ini. Sedangkan
di Provinsi Sumatera Utara aktor penyebab deforesta-
si adalah HTI dan ekspansi perkebunan kelapa sawit
di dalam konsesi HPH. Tingginya deforestasi oleh ak-
tivitas HTI disebabkan adanya aktifitas land clearing
atau pembukaan lahan pada tahap awal penyiapan
lahan hutan tanaman. Di Kalimantan Timur konversi
hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit diin-
dikasikan masih menjadi penyumbang utama de-
forestasi, di samping ekspansi konsesi pertamban-
gan dan HTI.
Fakta-fakta deforestasi menggugat keberpi-
hakan Pemerintah Indonesia kepada masyarakat
yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan. Terma-
suk merealisasikan keseriusan Pemerintah Indone-
sia dalam mengurangi emisi, menjaga lingkungan
hidup, mencegah bencana dan melestarikan sumber
daya alam. Fakta menunjukkan bahwa 50% dari se-
luruh daratan di Sumatera Utara, Kalimantan Timur
dan Maluku Utara telah dikuasai oleh pemegang izin
konsesi. Hanya 4% dari wilayah daratan yang dialo-
kasikan pemanfaatannya untuk masyarakat dalam
Kajian terbaru FWI, walaupun hanya dipotret berbagai bentuk program perhutanan sosial dan hu-
pada 3 provinsi, laju deforestasi masih relatif tinggi, tan adat. Fakta menunjukkan juga bahwa degradasi
yaitu sekitar 240 ribu hektare/tahun periode 2013- hutan dan deforestasi di provinsi-provinsi ini telah
2016, meningkat dibanding periode sebelumnya menyebabkan bencana lingkungan: banjir, longsor,
(2009-2013), yaitu sekitar 146 ribu hektare/tahun kekeringan dan hilangnya habitat satwa dilindungi.
(FWI, 2014). Bila ditotal maka hutan alam yang ada di Akhirnya, sebuah refleksi akhir adalah bahwa
Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluku Utara, saat ini kecenderungan hilangnya hutan alam telah
telah hilang seluas 718 ribu hektare selama tiga ta- bergeser ke wilayah timur Indonesia. Ini tak lain kare-
hun. Hasil analisis lainnya ditemukan sekitar 72% de- na hutan alam di pulau Sumatera dan pulau Kaliman-
forestasi yang terjadi di 3 provinsi tersebut berada di tan memang sudah semakin sedikit. Padahal hutan
dalam wilayah yang telah dibebani izin pengelolaan. alam di wilayah timur Indonesia itu kebanyakan be-
Aktivitas-aktivitas di dalam konsesi HPH, HTI, perke- rada di pesisir dan pulau-pulau kecil yang jika huta-
bunan kelapa sawit dan pertambangan menjadi pe- nnya hilang maka dampaknya akan jauh lebih besar
nyebab langsung (direct causes) deforestasi. jika dibandingkan dengan hilangnya hutan di pulau-
Peningkatan laju deforestasi terjadi di Provinsi pulau besar. Tenggelamnya pulau, intrusi air laut dan
Maluku Utara dan Kalimantan Timur meningkat sig- hilangnya sumber-sumber kehidupan masyarakat
nifikan, dibandingkan apa yang terjadi di Sumatera pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah timur Indo-
Utara. Di Maluku Utara, peningkatan laju deforestasi nesia kini adalah ancaman di depan mata.
bahkan mencapai lebih dari dua kali lipat jika diband-

7 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 8
LATAR BELAKANG
Pada periode tahun 2009-2013, hutan Indo-
nesia hilang seluas 1,13 juta hektare setiap
tahunnya. Kecepatan hilangnya hutan In-
donesia setara dengan 3 kali luas lapangan
sepak bola per menit.
Seiring berjalannya waktu hutan telah mengorbankan hutan sedemiki-
Indonesia semakin hilang, hutan yang an besar itu telah dilaksanakan den-
dahulu kaya kini semakin tiada. Pada gan prinsip demokrasi, kebersamaan,
tahun 2013 saja Indonesia kehilangan keadilan, berkelanjutan, dan berwa-
±1,1 juta hektare hutan alam, ini be- wasan lingkungan?.
rarti setiap menit hutan seluas tiga kali Sekarang, cerita sisa-sisa megah-
lapangan sepak bola hilang. nya hutan Indonesia mungkin hanya
Apa penyebab kehilangan hutan bisa didapat di sebagian wilayah timur
yang sangat besar di Indonesia?. Di Indonesia, di pulau-pulau Maluku dan
mana saja hutan-hutan yang hilang?. Papua. Namun, di sana pun hutan tidak
Siapa pelaku penghilang hutan?. lagi aman. Seperti halnya di Sumatera
Bagaimana caranya pelaku-pelaku itu dan Kalimantan, hutan alam di timur
menghilangkan hutan Indonesia?. Indonesia sudah diusik oleh izin-izin
Padahal Undang-Undang Dasar industri ekstraktif dan investasi berba-
Negara Republik Indonesia tahun sis lahan yang rakus ruang. Di sana pun
1945 menyatakan ”bumi dan air dan hutan alam cepat sekali menghilang.
kekayaan alam yang terkandung di Dalam upaya menemukan jawa-
dalamnya dikuasai oleh negara dan ban atas pertanyaan-pertanyaan sep-
dipergunakan untuk sebesar-besar utar hutan yang hilang itulah buku ini
kemakmuran rakyat” (Pasal 33 Ayat 3) hadir menyajikan fakta dan data, khu-
dan ”perekonomian nasional diseleng- susnya di provinsi-provinsi Sumatera
garakan berdasar atas demokrasi eko- Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku
nomi dengan prinsip kebersamaan, Utara. Buku ini mengharapkan kesada-
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, ran dan kepedulian untuk menyela-
berwawasan lingkungan, kemandirian, matkan hutan alam tersisa, khususnya
serta dengan menjaga keseimbangan di tiga provinsi itu. Juga, semoga para
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasi- pengambil kebijakan dapat berpikir
onal” (Pasal 33 Ayat 4). Oleh karenanya ulang dan menata ulang sistem tata
pertanyaan yang muncul kemudian kelola hutan. Agar amanat Undang-
adalah: apakah hutan di Indonesia Undang Dasar terwujud dan hutan
telah digunakan sebesar-besarnya yang tersisa terus terjaga dalam keber-
untuk kemakmuran rakyat?, ataukah samaan, keadilan, keberkelanjutan, ke-
hanya untuk kemakmuran segelintir mandirian dan keseimbangan.
orang?. Apakah pembangunan yang

9 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 10
APA ITU
DEFORESTASI ?
Banyak pihak memiliki berbagai hutan beserta atributnya yang diaki-
cara pandang mengenai makna de- batkan oleh aktivitas manusia, baik di
forestasi di Indonesia. Perbedaan dalam kawasan hutan maupun di luar
cara pandang itu diakui oleh ban- kawasan hutan.
yak pihak, seperti dalam World Bank Sebagaimana diketahui, pada se-
1990, FAO 1990, MOF 1992, TAG 1991, tiap tipe hutan melekat seluruh atribut
yang mengungkapkan bahwa bahwa baik struktural maupun fungsional,
kondisi hutan di Indonesia digerogoti sehingga terbentuk pula karakteristik
oleh penggunaan istilah “deforestasi” masing-masing tipe hutan tersebut.
yang kurang jelas dan tidak konsisten. Atribut struktural adalah komposisi je-
Kurang spesifiknya penggunaan istilah nis, keanekaragaman, distribusi spasial,
“deforestasi” mengakibatkan interpre- stratifikasi tajuk dan lain sebagainya.
tasi data yang beragam mengenai es- Sedangkan atribut fungsional adalah
timasi deforestasi (Wiliiam dkk, 1997). produktivitas hutan, jasa lingkungan,
Dalam pandangan yang lebih luas de- siklus hara, pengontrol erosi dan lain
forestasi sering dilihat sebagai suatu sebagainya. Dalam keadaan seimbang,
fenomena yang kompleks dimana be- struktur akan menentukan fungsi,
ragam faktor dan kepentingan saling demikian juga sebaliknya.
berinteraksi di dalamnya, termasuk Uraian di atas menegaskan makna
adanya diskursus tentang deforestasi bahwa situasi di mana setiap aktivitas
yang muncul sebagai akibat dari sistem yang berakibat pada hilangnya hutan
ekonomi dan politik Indonesia yang beserta atribut dan fungsinya baik di
korup (Asri S, 2013). Inilah kompleksitas dalam kawasan hutan maupun di luar
dan multiinterpretasi makna deforesta- kawasan hutan disebut sebagai de-
si dalam konteks dan kebijakan kehuta- forestasi. Oleh karenanya tulisan
nan Indonesia. ini sekaligus ingin meluruskan pan-
Dalam perspektif ilmu kehutanan dangan yang keliru dan sempit terkait
deforestasi dimaknai sebagai situasi hi- deforestasi yang dimaknai sebagai isti-
langnya tutupan hutan beserta atribut- lah yang berlaku dalam kawasan hutan
atributnya yang berimplikasi pada hi- dan tidak berlaku jika sudah di luar ka-
langnya struktur dan fungsi hutan itu wasan hutan.
sendiri. Pemaknaan ini diperkuat oleh Tacconi dkk (2003), menguraikan
definisi deforestasi yang dituangkan data yang menegaskan bahwa penye-
dalam Peraturan Menteri Kehutanan bab langsung hilangnya hutan di Suma-
Republik Indonesia No. P.30/Menhut- tera, Kalimantan dan Sulawesi selama
II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan periode 1985-1997 terdiri dari aktivitas-
Emisi dari Deforestasi Dan Degradasi aktivitas perkebunan sebanyak 2,4 juta
Hutan (REDD) yang dengan tegas me- hektare (14%), kebakaran hutan 1,74
nyebutkan bahwa deforestasi adalah juta hektare (10%), investor kecil 2 juta
perubahan secara permanen dari areal hektare (10%), petani pelopor 1,22 juta
berhutan menjadi tidak berhutan yang hektare (7%). Penegasan ini mengindi-
diakibatkan oleh kegiatan manusia. kasikan betapa sudah sejak lama para
Kata areal “berhutan” di dalam per- peneliti memberikan gambaran bahwa
aturan menteri ini mengandung mak- aktivitas-aktivitas tersebut merupakan
na unsur independensi kontekstual, aktivitas-aktivitas yang paling banyak
sehingga tidak terikat pada status dan menyebabkan deforestasi di Indonesia;
fungsi hutan saja tetapi lebih terfokus pengelolaannya perlu dikontrol dan
pada esensi kedudukan “hutan” itu dikendalikan untuk mempertahankan
sendiri. Dengan demikian deforestasi kualitas dan kuantitas sumberdaya hu-
mengandung makna yang sangat erat tan Indonesia.
kaitannya dengan situasi hilangnya

11 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 12
HUTAN ALAM
DI INDONESIA
Berbagai penelitian menyebutkan 41% jika ada kerja sama internasional
Indonesia sebagai salah satu negara dari kondisi tanpa ada aksi (business as
penghasil emisi karbon terbesar di du- usual) pada tahun 2030, yang akan di-
nia. Presiden Republik Indonesia, Joko capai antara lain melalui sektor kehuta-
Widodo, mengakuinya dengan men- nan, energi termasuk transportasi, lim-
gatakan bahwa Indonesia merupakan bah, proses industri dan penggunaan
penyumbang emisi karbon terbe- produk dan pertanian. Komitmen NDC
sar keenam di dunia (Kompas, 2015). Indonesia untuk periode selanjutnya
Menurut data yang dirilis oleh World ditetapkan berdasarkan kajian kinerja
Resource Institute pada tahun 2012 dan harus menunjukkan peningkatan
Indonesia menjadi negara terbesar dari periode selanjutnya.
keenam penghasil emisi karbon di du- Perkiraan mengenai peningkatan
nia dengan 1,98 miliar ton emisi CO2 emisi gas rumah kaca bisa dipahami
per tahun. Laporan The United Nations bila merujuk pada kecenderungan de-
Development Programme (UNDP) pada forestasi yang masih tinggi di Indone-
tahun 2007 menyatakan bahwa sektor sia. Angka deforestasi ini cenderung
kehutanan menjadi penyumbang ter- bervariasi di setiap periode tahunnya.
besar emisi karbon yang dilepaskan se- World Bank (1990) dalam Sunderlin
bagai akibat deforestasi dan degradasi W.D. dan Resosudarmo I.A.P (1997),
hutan. mengacu pada penelitian yang dilaku-
Menghadapi sorotan dunia terha- kan FAO, mencatat peningkatan dalam
dap emisi GRK dari sektor kehutanan estimasi deforestasi setiap tahun; yaitu
dan posisi geografis Indonesia yang san- pada tahun 1970-an 300.000 hektare
gat rentan terhadap dampak perubah- per tahun, pada tahun 1981 600.000
an iklim, pemerintah kemudian menge- hektare per tahun, pada tahun 1990
luarkan Peraturan Presiden (Perpres) satu juta hektare per tahun. Periode
No. 61/2011 mengenai Rencana Aksi 1996-2000 laju deforestasi di Indonesia
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah mencapai 2 juta hektare per tahun (FWI
Kaca (RAN-GRK) 2010-2020. Kemudian & GFW, 2001). Pada rentang 10 tahun
dalam COP 21 yang dilaksanakan di Par- berikutnya laju deforestasi mencapai
is akhir tahun 2015 dari total 196 negara 1,5 juta hektare per tahun (FWI, 2011)
anggota UNFCCC sebanyak 195 negara dan periode 2009-2013 sebesar 1,1 juta
salah satunya Indonesia menyepakati hektare per tahun (FWI, 2014).
Paris Agreement sebagai protokol baru Tingginya angka deforestasi pada
yang akan menggantikan Protokol Kyo- tahun 1990-an tidak lepas dari perkem-
to sebagai kesepakatan bersama untuk bangan industri perkayuan di Indone-
menangani perubahan iklim dengan sia. Pada tahun 1994 kayu dan produk-
berbagai aspeknya dan berkomitmen produk kayu menghasilkan sekitar
untuk melakukan pembangunan yang US$ 5,5 miliar pendapatan ekspor In-
rendah emisi. donesia, kira-kira 15% dari keseluru-
Indonesia kemudian meratifikasi han pendapatan ekspor (Economist
Paris Agreement tersebut dengan Un- Intelligence Unit (1995) dalam Cifor,
dang-undang No. 16 Tahun 2016 ten- 1997). Dalam perjalanan perkemban-
tang Pengesahan Paris Agreement atas gan industri perkayuan, terjadi pen-
konvensi kerangak kerja perserikatan ingkatan besar dalam jumlah dan laju
bangsa-bangsa mengenai perubahan hilangnya tutupan hutan di Indonesia.
iklim. Dalam undang-undang tersebut Penelitian FAO tahun 1990 menunjuk-
kontribusi yang ditetapkan secara nasi- kan bahwa tutupan hutan di negeri ini
onal (NDC) Indonesia pada periode per- telah berkurang dari 74% menjadi 56%
tama adalah mengurangi emisi sebesar dalam jangka waktu 30-40 tahun (FAO,
29% dengan upaya sendiri dan menjadi 1990:3).

13 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Di sisi lain, tingkat deforestasi yang masih tetap data luas tutupan hutan ini harus dilihat dalam kon-
tinggi adalah karena sistem politik dan ekonomi teks Indonesia sebagai negara kepulauan, di mana
yang korup, yang menganggap sumberdaya alam masing-masing gugus pulau besar memiliki karakter
khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang alam yang berbeda sedangkan pulau-pulau kecil
bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan memiliki kerentanan lingkungan yang khas pula dan
keuntungan pribadi (FWI dan GFW, 2001). Sementa- membutuhkan daya dukung hutan secara tertentu.
ra itu Badan Perencanaan Nasional (BAPPENAS) pada Demikianlah sehingga dalam konteks pengelo-
tahun 2010 menyatakan dalam hasil analisisnya bah- laan hutan, faktor kondisi geografis dan kerentanan
wa tata kelola yang buruk, penataan ruang yang ti- wilayah akibat adanya aktivitas konversi hutan di
dak sejalan antara pusat dan daerah, ketidakjelasan suatu pulau, khususnya di pulau-pulau kecil, seha-
hak tenurial, serta lemahnya kapasitas dalam mana- rusnya menjadi pertimbangan penting dalam me-
jemen hutan (termasuk penegakan hukum) menjadi nentukan arah kebijakan pengelolaan hutan. Karena
permasalahan mendasar dalam pengelolaan hutan sekecil apapun konversi yang terjadi, secara lang-
di Indonesia. sung akan berdampak terhadap keselamatan ling-
Analisis FWI menemukan bahwa sampai dengan kungan dan kehidupan masyarakat yang tinggal di
tahun 2013 luas tutupan hutan alam di Indonesia pulau tersebut.
adalah 82 juta hektare atau sekitar 46% dari luas da- Penjelasan dan paparan data di atas merupakan
ratan Indonesia. Persentase luas tutupan hutan alam gambaran umum kondisi hutan di Indonesia pada
yang dibandingkan dengan luas daratan di masing- periode 2009-2013. Gambaran umum tersebut telah
masing pulau sampai dengan tahun 2013, secara dipaparkan secara khusus, rinci dan menyeluruh
berurutan adalah Papua sekitar 85 persen daratan- dalam publikasi FWI di tahun 2014, yaitu “Potret Ke-
nya masih berupa hutan alam, Maluku 57 persen, adaan Hutan Indonesia Tahun 2009-2013”. Berang-
Kalimantan 50 persen, Sulawesi 49 persen, Sumatera kat dari publikasi tersebut, sebagai bagian dari pem-
24 persen, Bali-Nusa Tenggara 17 persen, dan Jawa baruan informasi, FWI kini berusaha memaparkan
sebesar 5 persen (FWI, 2014). kondisi terbaru tentang deforestasi dan degradasi
Gambar di bawah menunjukkan bahwa terdapat hutan di Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Timur,
pulau dan kepulauan yang sebagian besar daratan- dan Maluku Utara.
nya masih berupa hutan alam. Meskipun demikian,

Gambar 1. Persentase Luas Hutan Alam Dibandingkan dengan Luas Daratan Tahun 2013 (FWI, 2014)

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 14


15 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
POTRET TERBARU
KONDISI HUTAN
DI SUMATERA UTARA,
KALIMANTAN TIMUR
DAN MALUKU UTARA

Hutan alam di 3 provinsi ini memiliki perbedaan Hanya 9 di antaranya yang masuk dalam kategori
karakteristik, yaitu dalam hal kondisi tutupan hutan pulau besar. Pada tahun 2013 Provinsi Maluku Utara
yang ada, bentang geografis, penguasaan lahan masih memiliki hutan alam seluas 1,67 juta hektare
dalam pemanfaatan hutan, keberadaan pulau, jum- (FWI, 2014). Pada tahun 2016 hutan alam di provinsi
lah penduduk dan ancaman yang berpotensi meng- ini telah berkurang 156 ribu hektare menjadi sekitar
hilangkan hutan alam. 1,51 juta hektare, sebagian hutan alam tersebut ke-
Di tahun 2016, Sumatera Utara, Kalimantan beradaannya tersebar di pulau-pulau kecil.
Timur, dan Maluku Utara masih menyimpan 9 juta Pada tahun 2013 Kalimantan Timur memiliki
hektare hutan alam atau sekitar 40 persen dari luas 6,3 juta hektare hutan alam. Pada tahun 2016 hanya
daratan di 3 provinsi. Luas hutan alam tersebut tersisa 5,89 juta hektare, 47 persen dari luas daratan
berkurang sebesar 718 ribu hektare dari tahun 2013- provinsi ini. Hutan alam yang terhitung masih luas di
2016. Ini berarti 3 provinsi itu tersebut bersama-sa- provinsi ini menghadapi ancaman nyata dari periz-
ma menghilangkan hutan alam seluas 240 ribu hek- inan-perizinan pemanfaatan hutan. Laju deforestasi
tare tiap tahunnya, atau kira-kira seluas Kota Depok yang cukup tinggi di Kalimantan Timur menjadi per-
setiap bulannya, atau lebih dari 4 kali luas komplek tanda ancaman nyata tersebut.
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) setiap harinya Pada tahun 2013 Sumatera Utara memiliki hu-
dan setara dengan 42 kali luas lapangan sepak bola tan alam seluas 1,73 juta Ha. Pada tahun 2016 hu-
setiap jamnya. tan alam yang tersisa di provinsi ini hanya 1,64 juta
Provinsi Maluku Utara (dan Provinsi Maluku) hektare, yaitu 23 persen dari luas daratan provinsi
adalah provinsi-provinsi kepulauan di timur Indo- ini. Umumnya hutan alam yang tersisa di Sumatera
nesia. Dua provinsi ini memiliki jumlah pulau 1.780 Utara ini adalah hutan alam yang berada di dalam
menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan. kawasan konservasi.

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 16


Dari ketiga provinsi yang dikaji, lahan di Sumatera Utara, Kalimantan
Maluku Utara adalah provinsi yang Timur dan Maluku Utara, sekitar 50
tertinggi memiliki persentase tutupan persen atau 11,2 juta hektare daratan
hutan alam terhadap luas daratannya. di 3 provinsi tersebut telah dikuasai
Namun demikian, tingginya persen- oleh pemegang izin IUPHHK-HA atau
tase hutan alam ini disertai oleh po- HPH, IUPHHK-HT atau HTI , perkebu-
tensi hilangnya hutan alam yang nan kelapa sawit dan pertambangan.
tinggi juga. Karena situasi geografis Dari total 11,2 juta hektare daratan
Maluku Utara merupakan sebagai yang telah dibebani izin pengelolaan,
provinsi kepulauan memudahkan ak- sekitar 4 juta hektare atau 36 persen
ses ke hutan dan mengeluarkan kayu merupakan wilayah yang terjadi tum-
dari pulau. Selain itu, Masih lluasnya pang tindih perizinan. Disusul HPH
tutupan hutan alam berikut potensi seluas 2,6 juta hektare atau 23 persen,
kayu hutan alamnya yang besar ter- pertambangan 2,2 juta hektare atau
sisa di Maluku Utara sekaligus akan 20 persen, perkebunan kelapa sawit
menjadi incaran dari industri-industri 1,4 juta hektare atau 13 persen, dan
ekstraktif. HTI 873 ribu hektare atau 8 persen.
Kalimantan Timur menjadi provin-
PENGUASAAN LAHAN DI 3 si dengan izin konsesi terluas, yaitu
mencapai 8,6 juta hektare atau 70
PROVINSI persen dari luas daratan provinsi terse-
but. Berikutnya adalah Maluku Utara
Keberadaan industri ekstraktif ti- dimana 1,4 juta hektare atau 46 persen
dak hanya berdampak pada deforesta- luas daratan provinsi ini telah diserah-
si dan degradasi hutan tetapi juga per- kan penguasaannya dalam bentuk
soalan sosial. Keberadaan masyarakat berbagai izin konsesi, dan Sumatera
yang tinggal di dalam dan di sekitar Utara dengan total luas berbagai izin
hutanpun turut termarjinalkan dan konsesi adalah 1,1 juta hektare atau 16
bahkan ketimpangan penguasaan la- persen dari luas daratan provinsi.
hanpun semakin melebar. Dari data
perizinan pemanfaatan hutan dan

Tabel 1. Luas dan persentase penguasaan hutan dan lahan dalam bentuk perizinan tahun 2016 (angka dalam hektare)
KALIMANTAN TIMUR
Perkebunan Total Luas
Tumpang Tindih HPH HTI Kelapa Sawit Tambang Total Daratan
42% 23% 7% 13% 15% 70% 100%
3.663.887 1.999.104 567.671 1.152.392 1.289.802 8.672.856 12.466.114
SUMATERA UTARA
Perkebunan Total Luas
Tumpang Tindih HPH HTI Kelapa Sawit Tambang Total Daratan
4% 29% 25% 24% 19% 16% 100%
46.363 320.608 280.516 266.237 208.913 1.122.637 7.092.041
MALUKU UTARA
Perkebunan Total Luas
Tumpang Tindih HPH HTI Kelapa Sawit Tambang Total Daratan
25% 19% 2% 1% 52% 46% 100%
363.328 282.322 24.837 21.064 757.261 1.448.812 3.126.774
GRAND TOTAL
Perkebunan Total Luas
Tumpang Tindih HPH HTI Kelapa Sawit Tambang Total Daratan
4.073.579 2.602.034 873.023 1.439.694 2.255.975 11.244.306 100%
36% 23% 8% 13% 20% 50% 22.684.930
Sumber: FWI, 2018

17 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Berdasarkan luas daratan Provinsi Sumatera 282 ribu hektare (19 persen), HTI 24 ribu hektare (2
Utara yang mencapai 7 juta hektare, 16 persennya persen), perkebunan kelapa sawit 21 ribu hektare (1
(1,1 juta hektare) telah memiliki izin konsesi. Izin persen), dan sisanya merupakan area tumpang tin-
konsesi HPH memiliki persentase penguasaan lahan dih yang mencapai 363 ribu hektare (25 persen).
tertinggi yaitu 320.608 ribu hektare (29 persen). Dis- Berbagai uraian dan angka-angka di atas menun-
usul izin konsesi HTI seluas 280.516 ribu hektare (25 jukkan situasi yang sangat berbanding terbalik. Bila
persen), izin konsesi kebun sawit seluas 266.237 ribu dibandingkan dengan pengalokasian lahan untuk
hektare (24 persen), pertambang 208.913 ribu hek- masyarakat di dalam atau di sekitar hutan. Sampai
tare (19 persen) dan sisanya, terdapat sekitar 46 ribu saat ini hanya 4 persen atau sekitar 812 ribu hektare
hektare (4 persen) merupakan area tumpang tindih kawasan hutan yang dialokasikan di tiga provinsi
perizinan. tersebut dalam bentuk program perhutanan sosial.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki luasan
konsesi sebesar 8,6 juta hektare atau 70 persen dari
total daratan provinsi tersebut. Konsesi tersebut
DEFORESTASI DI DALAM DAN DI LUAR
menggambarkan penguasaan hutan di Kalimantan KAWASAN HUTAN
Timur yang dikuasai oleh berbagai sektor pengua-
saan, yaitu HPH, HTI, perkebunan kelapa sawit dan Dalam konteks pengurusan sumberdaya hutan,
pertambangan. Tercatat juga wilayah yang menjadi Negara kemudian menetapkan kawasan hutan. Se-
area tumpang tindih (HPH, HTI, perkebunan dan bagian besar wilayah di Provinsi Sumatera Utara, Ka-
pertambangan) dengan luas 3,6 juta hektare (42 limantan Timur dan Maluku Utara pun telah ditunjuk
persen). Posisi pertama penguasaan hutan dan lahan atau ditetapkan sebagai kawasan hutan dan mem-
yaitu HPH seluas 1,9 juta hektare (23 persen), diikuti baginya dalam beberapa fungsi hutan. Peta kawasan
pertambangan 1,2 juta hektare (15 persen), perkebu- hutan menunjukkan bahwa 60 persen atau sekitar
nan kelapa sawit 1,1 juta hektare (13 persen), dan HTI 13,7 juta hektare daratan di ketiga provinsi berada
seluas 567 ribu hektare (7 persen). di dalam kawasan hutan dan 9 juta hektare yang be-
Maluku Utara yang memiliki luas daratan 3,1 juta rada di luar kawasan hutan.
hektare, 1,4 juta hektarenya atau 46 persen wilayahn- Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan di
ya telah dibebani izin pengelolaan baik itu di area 3 provinsi tersebut terbagi dalam fungsi Hutan
berhutan ataupun bukan hutan. Sementara hanya 54 Produksi (HP dan HPT) seluas 8,3 juta hektare atau
persen atau 1,7 juta hektare yang bebas dari konsesi. 37 persen, 3,5 juta hektare atau 16 persen berupa
Konsesi pertambangan menjadi konsesi yang pal- Hutan Lindung, 1 juta hektare atau 5 persen berupa
ing besar, mencapai 757 ribu hektare atau 52 persen kawasan dengan fungsi konservasi, dan 759 ribu
dari total luas izin. Berikutnya adalah HPH dengan hektare atau 3 persen berupa Hutan Produksi yang

Gambar 2. Persentase luas kawasan hutan dan bukan kawasan hutan di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan
Maluku Utara (FWI, 2018)

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 18


19 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
Adapun dalam hal kondisi tutupan hutan alam pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
yang ada, status kawasan hutan tidak berhubungan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan se-
langsung dengan kelestarian tutupan hutan. FWI cara lestari sumber daya alami hayati dan ekosistem-
menemukan bahwa di tahun 2016 di 3 provinsi ini nya. Hutan untuk fungsi lindung bertujuan untuk
40 persen daratan atau sekitar 9 juta hektare masih perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
berupa hutan alam. Dari total luas hutan alam terse- mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
but, 8,2 juta hektare berada di dalam kawasan hutan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kes-
dan sekitar 853 ribu hektare sisanya berada di luar ka- uburan tanah. Dan hutan untuk fungsi produksi ber-
wasan hutan (APL). Dari 8,2 juta hektare tersebut, 4,8 tujuan untuk pemanfaatan hasil hutan kayu, hutan
juta hektare di antaranya memiliki fungsi produksi tanaman maupun produksi hutan lainnya.
(3 juta hektare HPT, 1,5 juta hektare HP, dan 221 ribu Fakta bahwa deforestasi dominan terjadi pada
hektare HPK), sisanya, seluas 3,3 juta hektare, berada areal kawasan hutan dengan fungsi produksi karena
di dalam fungsi lindung dan konservasi. secara hukum legal kawasan tersebut dapat dibe-
Pada rentang tahun 2013-2016 telah terjadi de- bani izin untuk pemanfaatan hasil hutan kayu (HPH)
forestasi seluas 718 ribu hektare di Sumatera Utara, maupun izin hutan tanaman (HTI) atau juga dapat
Kalimatan Timur, dan Maluku Utara. 61 persen luas dikonversi menjadi peruntukan lain (HPK). Deforesta-
deforestasi tersebut terjadi di dalam kawasan hutan. si dalam Hutan Produksi dapat disebabkan karena
Proporsi terbesar deforestasi yang terjadi berada kinerja HPH yang tidak berkelanjutan ataupun pem-
di dalam areal fungsi Hutan Produksi (HPT, HP dan berian konsesi HTI pada areal hutan yang masih
HPK). Sementara itu, di dalam kawasan hutan yang produktif serta konversi hutan alam untuk peruntu-
mempunyai fungsi lindung dan konservasi pun tidak kan lainnya seperti perkebunan. Selain itu, kawasan
lepas dari deforestasi. Tercatat pada periode yang hutan produksi juga dapat dibebani untuk izin pin-
sama, hutan alam di fungsi lindung dan konservasi jam pakai kawasan hutan untuk proses eksploitasi
telah hilang seluas 68 ribu hektare. sektor pertambangan yang dapat berdampak pada
Keberadaan hutan alam yang relatif luas di keti- deforestasi.
ga provinsi dalam kawasan hutan berada pada areal Dengan situasi pengelolaan tersebut, bisa di-
dengan fungsi produksi dan fungsi lindung. Sebaran katakan juga bahwa ancaman deforestasi pada
luas hutan alam pada fungsi hutan (tabel 2) berdasar- fungsi produksi lebih besar daripada fungsi konser-
kan total luas hutan alam di 3 provinsi yaitu pada vasi dan fungsi lindung. Sehingga dengan skenario
fungsi produksi (HPT, HP dan HPK) sekitar 4,87 juta terburuk penyelenggaraan kehutanan dan dengan
hektare atau 54 persen, fungsi lindung (HL) sekitar asumsi tidak ada konversi hutan alam di fungsi lind-
2,69 juta hektare atau 30 persen dan fungsi konser- ung dan fungsi konservasi, maka hanya akan ada
vasi (Hutan Konservasi) sekitar 0,63 juta hektare atau 3,3 juta hektare areal di tiga provinsi ini yang tetap
7 persen. Sedangkan luas hutan alam di luar kawasan bertahan keberadaannya sebagai hutan alam yaitu
hutan (APL) sekitar 0,85 juta hektare atau 9 persen. Kalimantan Timur seluas 1,6 juta hektare atau sekitar
Dalam pengelolaan hutan, tiap kawasan hutan 14 persen dari luas provinsi, Maluku Utara 607 ribu
ditetapkan memiliki alokasi fungsi yang berbeda hektare atau sekitar 19 persen dari luas provinsi dan
meskipun secara umum hutan memiliki keseluru- Sumatera Utara 1 juta hektare atau sekitar 14 persen
han fungsi baik fungsi konservasi, lindung dan juga dari luas provinsi (Lampiran 14).
produksi. Hutan untuk fungsi konservasi ditujukan
untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan,
Tabel 2. Deforestasi tahun 2013-2016 dan tutupan hutan tahun 2016 di dalam kawasan hutan dan bukan kawasan hutan.
(angka dalam hektare)
KALIMANTAN TIMUR MALUKU UTARA SUMATERA UTARA Total
TOTAL
Tutupan Tutupan Tutupan
Deforesta
Status Kawasan Deforestas Tutupan Deforestas Hutan Deforesta Hutan Hutan
si 2013-
i 2013- Hutan i 2013- Alam si 2013- Alam Alam
2016
2016 Alam 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Bukan Kawasan
Hutan (APL) 217.468 672.490 30.805 54.544 28.927 126.053 277.201 853.087

Hutan Lindung 12.010 1.632.621 18.753 419.333 17.144 642.681 47.908 2.694.635

Hutan Produksi 179.349 1.179.964 36.983 245.775 19.203 167.410 235.534 1.593.149
Hutan Produksi
Konversi 2.354 41.753 32.953 170.084 1.879 9.569 37.185 221.407
Hutan Produksi
Terbatas 51.088 2.305.978 31.763 433.113 16.930 318.649 99.781 3.057.741
Hutan
Konservasi 10.332 66.655 5.653 187.935 4.991 379.467 20.977 634.058

TOTAL 472.602 5.899.461 156.909 1.510.784 89.074 1.643.830 718.585 9.054.076

Sumber: FWI, 2018

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 20


PENYEBAB LANGSUNG
DEFORESTASI

Buku ini membagi penyebab deforestasi ke konsesi perusahaan ini. Hasil analisis citra satelit
dalam dua kelompok, yaitu penyebab langsung ini diperkuat dengan temuan lapangan berupa
(direct causes) dan penyebab dasar/tidak langsung adanya pembukaan hutan campuran di bulan Juli
(underlying causes/indirect causes). Penyebab lang- tahun 2016. Temuan-temuan ini dengan demikian
sung didefinisikan sebagai aktivitas yang berdam- memperlihatkan bahwa PT Toba Pulp Lestari telah
pak langsung dalam perubahan tutupan hutan, melakukan pengingkaran komitmen untuk tidak
lebih jelasnya adalah kegiatan pembukaan hutan lagi melakukan penebangan hutan alam, walaupun
dan pemanenan kayu hutan alam. Penyebab dasar/ hutan alam itu berada di dalam konsesi mereka.
tidak langsung adalah kekuatan nasional/daerah Di Maluku Utara, selain konversi hutan alam
yang dapat mendorong terjadinya kehilangan hu- menjadi HTI, terjadi pelanggaran-pelanggaran atas
tan, terutama pada tataran kebijakan pemerintah ketentuan-ketentuan pengelolaan hutan lestari.
dan penyalahgunaan wewenang. Contohnya adalah aktivitas HPH PT Poleko Yubar-
Lebih dari 50 persen hutan alam tersisa berada sons di Pulau Obi. Penebangan di Sempadan sungai
di dalam wilayah yang telah dibebani izin (Lampi- diduga telah menyebabkan deforestasi dan degra-
ran 15). Dengan demikian semakin mengerucutkan dasi hutan yang menurunkan kualitas fungsi dae-
pandangan buku ini bahwa faktor utama penyebab rah tangkapan air di wilayah tersebut. Dampaknya:
deforestasi di 3 provinsi adalah aktivitas-aktivitas wilayah hilir di selatan Pulau Obi diterjang bencana
industri ekstraktif yang rakus akan ruang. Pandan- banjir disetiap penghujung tahun (hasil wawancara
gan ini diperkuat oleh beberapa contoh kasus pada masyarakat).
buku ini yang memaparkan penghilangan hutan Selain contoh-contoh kasus di atas yang berupa
alam di areal-areal di dalam konsesi perizinan. aktivitas-aktivitas di sektor kehutanan, penyebab
Di Kalimantan Timur, aktivitas PT Fajar Surya langsung deforestasi juga adalah maraknya ekspan-
Swadaya terbukti telah menghilangkan hutan alam si perkebunan kelapa sawit. Contoh kasusnya ialah
di wilayah Desa Muara Lambakan, Kabupaten Paser. perkebunan kelapa sawit yang berada di dalam area
Dalam rentang tahun 2009-2016 hutan alam seluas HPH PT Teluk Nauli di Sumatera Utara. Tentu saja,
17 ribu hektare hilang akibat konversi menjadi areal keberadaan perkebunan kelapa sawit di dalam ka-
perkebunan kayu (HTI). wasan hutan berarti telah terjadi pengabaian bah-
Di Sumatera Utara, di wilayah HTI PT Toba Pulp kan pelanggaran oleh pemerintah dan pelaku usaha
Lestari, hasil analisis citra satelit memperlihatkan pemegang izin konsesi atas peraturan perundang-
bahwa rentang tahun 2013-2016 terdapat seki- undangan yang berlaku.
tar 2.108 hektare hutan alam yang hilang di dalam

21 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


menghilangkan hutan alam seluas 53 ribu hektare.
PEMBANGUNAN HUTAN Tingginya deforestasi yang diakibatkan oleh aktivitas
TANAMAN INDUSTRI YANG HTI disebabkan oleh proses land clearing atau pem-
bukaan lahan pada tahap awal penyiapan lahan hu-
MENGORBANKAN HUTAN tan tanaman. Aktivitas tersebut terbukti telah meng-
ALAM gantikan hutan alam menjadi tanaman monokultur
di dalam konsesi-konsesi HTI.
Kebijakan pembangunan HTI, yaitu dalam Pantauan FWI pada bulan Juli–November 2016
bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di areal konsesi PT Toba Pulp Lestari (PT TPL) men-
pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), dimulai di awal emukan adanya penebangan hutan alam yang ter-
1990an. Selain bertujuan merehabilitasi lahan-lahan dokumentasikan di Blok Aek Nauli, Kabupaten Sim-
hutan yang sudah rusak, pembangunan HTI juga di- alungun, Sumatera Utara. Terjadinya penebangan
harapkan menjadi penyumbang bahan baku bagi hutan campuran di areal konsesi disinyalir akibat
industri kehutanan. Pada akhirnya HTI diharapkan berkurangnya pasokan bahan baku untuk kilang
dapat menghilangkan ketergantungan industri ke- pulp perusahaan. Berdasarkan hasil kunjungan la-
hutanan terhadap hutan alam. Celakanya, kebijakan pangan FWI dan KSPPM pada tahun 2016, kurangnya
yang seharusnya mampu merehabilitasi hutan jus- bahan baku diduga diakibatkan oleh adanya seran-
tru merusak hutan, yaitu dengan adanya izin-izin gan hama penyakit yang sejak tiga tahun terakhir
HTI yang berada di hutan alam. Akhirnya banyak HTI yang menyerang tanaman eucalyptus perusahaan.
yang berada di hutan alam melakukan konversi hu- Inilah yang membuat PT TPL kembali membuka hu-
tan dalam rangka penyiapan lahan tanam mereka. tan untuk area tanam baru mereka. Akhirnya, hasil
Aktivitas pembangunan HTI telah menyumbang analisis citra satelit memperlihatkan bahwa selama
10 persen deforestasi di Indonesia pada rentang ta- periode 2013-2016 di dalam konsesi PT TPL telah ter-
hun 2009-2013 (FWI, 2014). Pada tahun 2009 masih jadi deforestasi seluas 2.108 hektare.
terdapat 2 juta hektare hutan alam di dalam konsesi Dari total 115 ribu hektare luas konsesi perusa-
HTI, namun terus berkurang dan di tahun 2013 ting- haan, hanya terdapat 15 persen hutan alam (17 ribu
gal 1,5 juta hektare. Salah satu data pendukungnya hektare) yang berada di dalam konsesi perusahaan,
adalah pada rentang waktu 2009-2015, 20 persen sedangkan 27 persen sudah berubah menjadi hutan
atau 53,2 juta meter kubik kebutuhan kayu bulat di- tanaman. Fakta ini menjadi alasan mengapa PT TPL
hasilkan dari aktivitas land clearing atau penyiapan hingga saat ini masih melakukan konversi terhadap
lahan pembangunan HTI (KLHK, 2016). hutan alam di dalam konsesinya. Dugaan aktivitas
pembukaan hutan alam oleh PT TPL juga didukung
IUPHHK-HT PT TOBA PULP LESTARI oleh data deforestasi yang terjadi pada rentang wak-
Khusus untuk Sumatera Utara, terdapat izin HTI tu 2013-2016. Pada rentang waktu tersebut, hutan
dengan luas mencapai 280.516 hektare. Selama peri- tanaman menyumbang 52 persen perubahan lahan
ode 2000-2016, aktivitas HTI di Sumatera Utara telah dari hutan menjadi bukan hutan di dalam konsesi.

Gambar 3. Penebangan Hutan Alam di Sektor Aek Nauli, Kab. Simalungun, Sumatera Utara (Foto: FWI 2016)

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 22


Rangkaian fakta ini memperlihatkan bahwa se- karta. Salah satu tujuan pembangunan HTI oleh PT
lain menjadi penyebab deforestasi secara langsung, FSS ialah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
aktivitas perusahaan juga telah melanggar komit- industri pulp dan kertas di wilayah Kalimantan Timur
men kelestarian yang dinyatakannya pada bulan dengan kapasitas 300.000 ton/tahun (RKU PT FSS Ta-
Desember 2015. Pada saat itu PT TPL berkomitmen hun 2008-2017).
untuk menghilangkan deforestasi di semua rantai Wilayah konsesi PT FSS terdapat di 7 desa di 2
pasokan mereka. Dengan aktivitas-aktivitas pem- kecamatan dan 2 kabupaten yang berbeda, yaitu Ke-
bukaan lahannya itu juga, PT TPL juga melanggar camatan Longkali, Kabupaten Paser dan Kecamatan
komitmen perlindungan dan konservasi hutan yang Waru Kabupaten Penajam Paser Utara. Ketujuh desa
dinyatakannya pada tanggal 30 Juni 2014. tersebut ialah Mendik Karya, Munggu, Muara Pias,
Muara Toyu, Perkuwin, Pinang Jatus, dan Muara
Lambakan. Perusahaan ini mendapatkan Izin Usaha
IUPHHK-HT Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tana-
PT FAJAR SURYA SWADAYA man (IUPHHK-HT) dengan Kepmenhut No. 383/
Kpts-II/1997 junto No. SK.428/Menhut-II/2012 seluas
61.470 hektare. Perizinan ini memiliki jangka waktu
selama 43 tahun (35 tahun ditambah 1 daur tana-
man selama 8 tahun).
Rencananya pada awal tahun 2015 PT Agra
Bareksa (anak perusahaan Djarum Group) akan me-
nyiapkan dana sekitar Rp 2 triliun untuk membangun
pabrik pulp di Kawasan Industri Buluminung, Keca-
matan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara. Se-
lain itu, juga akan dibangun kereta api sebagai ang-
kutan pemasok bahan baku dari konsesi HTI menuju
Gambar 4. Lahan konsesi PT Fajar Surya Swadaya, Kali-
mantan Timur
pabrik. Untuk perusahaan pulp inilah maka PT FSS
digandeng. Kapasitas pabrik yang akan dibangun ini
Kerusakan alam yang disebabkan oleh aktivitas mencapai 1 juta ton/tahun (Tribunnews.com, 2015).
HTI juga nyata terlihat sejak beroperasinya perusa- Dalam Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Ha-
haan perkebunan kayu, PT Fajar Surya Swadaya (PT sil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (RK-
FSS), di Kalimantan Timur. Percepatan kerusakan UPHHK-HT) tahun 2008–2017 telah diatur rencana
ini sangat nyata karena cara kerja perusahaan yang tata ruang area kerja perusahaan. Dalam hal ini PT
membabat habis hutan dan menjadikannya perke- FSS telah mengalokasikan 45.844 hektare (68,8%)
bunan monokultur. untuk tanaman pokok, 3.257 hektare (4,9%) tanaman
PT FSS merupakan perusahaan yang bergerak unggulan, 7.524 hektare (11.3%) tanaman kehidu-
di bidang perkayuan pulp, kertas dan rayon. Perusa- pan, 6.701 hektare (10%) area kawasan lindung dan
haan ini didirikan oleh kelompok industri kertas Fa- 3.333 hektare (5%) area tidak efektif untuk produksi.
jar Surya (PT Surabaya Industri Pulp dan Kertas dan Pada tahun 2008 PT FSS telah melakukan penataan
PT Fajar Surya Wisesa) bekerjasama dengan Group tata batas, pembuatan persemaian dan pembangu-
Djarum melalui PT Agra Bareksa Indonesia dan Yayas- nan sarana prasarana serta jalan.
an Kejuangan Panglima Besar Sudirman (YKPBS) Ja-

Gambar 5. Perubahan bentang alam dilihat dari Citra Satelit Landsat 7 di dalam konsesi PT Fajar Surya Swadaya pada
rentang waktu Februari 2016 – Juli 2016

23 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Gambar 6. Peta perubahan hutan alam di dalam konsesi PT Fajar Surya Swadaya pada tahun 2009, 2013 dan 2016
Dalam rentang waktu 2009-2016, hutan alam an tutupan hutan di dalam konsesi HTI PT FSS. Hutan
yang berada di dalam konsesi PT FSS telah berkurang alam di dalam konsesi perusahaan terus berkurang
sebesar lebih dari 17 ribu hektare. Deforestasi di setiap tahunnya. Dimulai pada tahun 2009 di mana
dalam area konsesi ini terjadi akibat alih fungsi hu- pihak perusahaan belum memiliki izin pengelolaan,
tan menjadi perkebunan kayu. Hutan alam ditebang calon lokasi perusahaan tersebut masih menyimpan
untuk penyiapan lahan, kayu bulatnya dijual ke pi- 32 ribu hektare hutan alam. Luas hutan alam terse-
hak ketiga. Dari data RKUPHHK-HT PT FSS tercatat but berkurang di tahun 2013 menjadi 23 ribu hek-
bahwa terdapat 1,2 juta meter kubik kayu dari hu- tare. Berkurangnya luasan hutan alam ini sejalan
tan alam yang akan dipanen perusahaan tersebut. dengan turunnya izin IUPHHK-HT PT FSS pada tahun
Dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) PT FSS tahun 2012. Hutan alam yang berada di dalam konsesi pe-
2014 juga tercantum 55.903 meter kubik kayu hutan rusahaan pun terus berkurang, sampai tahun 2016,
alam yang akan dipasarkan atau dijual kepada pihak di mana di dalam wilayah konsesi perusahaan hanya
ke tiga. Gambar 6 memperlihatkan adanya perubah- tersisa 14 ribu hektare hutan alam.

Gambar 7. Tumpukan kayu bulat hutan alam yang telah ditebang oleh PT Fajar Surya Swadaya (Foto: JPIK Kalimantan
Timur, 2016)

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 24


EKSPANSI PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian menerus karena “hutan” selalu dibedakan dengan
Pertanian pada bulan Agustus tahun 2017 menye- “Kawasan Hutan”. Ketika tutupan hutan hilang, na-
but bahwa perkebunan kelapa sawit telah menyum- mun secara administratif hutan tersebut tidak masuk
bangkan devisa negara sebesar Rp 239,4 triliun (CNN ke dalam kawasan hutan, maka banyak pihak yang
Indonesia, 2017). Inilah yang menjadi alasan utama menolak menyebutnya sebagai deforestasi. Buku ini
pemerintah dan berbagai pihak berkepentingan berpandangan bahwa deforestasi terjadi meskipun
mati-matian memerangi kampanye-kampanye anti- tutupan hutan alam itu tidak berada di dalam ka-
sawit dan pengungkapan-pengungkapan temuan wasan hutan.
kerusakan hutan akibat perkebunan sawit. Biasanya Vijay dkk. (2016) dalam Thamrin School (2017)
dalam upaya memerangi itu, mereka menuduh bah- mengungkapkan bahwa ekspansi perkebunan ke-
wa kampanye-pengungkapan temuan kerusakan lapa sawit bertanggung jawab atas 54% deforestasi
hutan itu adalah bagian dari agenda “perang da- di Indonesia antara 1989-2013. Sementara pene-
gang” persaingan usaha yang tidak menginginkan litian sebelumnya menyatakan angka yang sedikit
majunya industri sawit di Indonesia. lebih tinggi, yaitu setidaknya 56% (Koh dan Wilcove,
Demikianlah, perkembangan industri perkelapa- 2008 dalam Thamrin School, 2017). FWI sendiri pada
sawitan di Indonesia selalu dibarengi dengan perde- tahun 2014 mengungkapkan bahwa perkebunan ke-
batan tentang perkebunan kelapa sawit sebagai pe- lapa sawit telah menghilangkan hutan alam sekitar
nyebab/bukan penyebab deforestasi. 500 ribu hektare pada tahun 2009-2013.
Istilah deforestasi menjadi perdebatan terus

25 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Gambar 8. Peta Hasil Groundcheck PT Teluk Nauli UKL I Aek Kolang yang Mayoritas sudah dikonversi menjadi Perkebu-
nan Kelapa Sawit (PT Gaharu Mas) (Foto: FWI, 2017)

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DALAM HPH tersebut terdapat beberapa lokasi yang terlihat
mengalami land clearing atau pembukaan hutan.
KAWASAN HUTAN
Padahal izin HPH hanyalah melakukan tebang pilih
dan harus menyisakan pohon-pohon yang tidak ma-
Berdasarkan analisis perubahan tutupan hutan suk ke dalam ukuran panen.
tahun 2013-2016, terdapat areal HPH di Kabupaten Temuan di lokasi ini membuktikan dugaan awal
Tapanuli Tengah yang cukup menarik untuk dijadi- bahwa areal HPH ini telah dialihfungsikan menjadi
kan contoh hilangnya hutan alam akibat ekspansi lahan untuk komoditi lain. Hal ini diperkuat dengan
perkebunan kelapa sawit. Areal itu adalah bagian informasi dari hasil kunjungan dan wawancara den-
dari konsesi IUPHHK-HA atau HPH PT Teluk Nauli Unit gan pekerja perkebunan yang memastikan bahwa
II yang terletak di Desa Markati Nauli, Kecamatan Kol- lokasi yang seharusnya adalah areal kerja UKL I Blok
ang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. PT B (Aek Kolang) PT Teluk Nauli ini telah berubah men-
Teluk Nauli mendapat Izin IUPHHK-HA berdasarkan jadi perkebunan kelapa sawit PT Gaharu Mas sejak
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.414/Menhut- tahun 2015.
II/2004. Izin tersebut berlaku sejak 19 Oktober 2004 Sejak hadirnya, aktivitas perusahaan perkebu-
sampai 30 Juni 2044 dengan luas konsesi total di Su- nan PT Gaharu Mas telah mengakibatkan konflik
matera Utara ± 83.143 hektare. dengan dengan masyarakat sekitar. Konflik tersebut
Menurut analisis peta interaktif Global Forest berkenaan dengan beraneka ragam isu, mulai dari
Watch pada tahun 2014-2015, di salah satu blok pe- penyerobotan lahan (aktual.com, 2015), rusaknya
rusahaan ini telah terjadi deforestasi seluas 873 hek- infrastruktur desa (RRI, 2016), hingga tidak tertib-
tare. Hasil analisis FWI juga memperlihatkan pada nya perizinan. Penelusuran yang dilakukan di laman
rentang tahun 2013-2016 terjadi deforestasi seluas BAPEDALDA Kabupaten Tapanuli Tengah menemu-
2.706 hektare di dalam area konsesi PT Teluk Nauli. kan bahwa sampai Desember 2017 PT Gaharu Mas
Sementara itu, jika dilihat dari pantauan citra satelit hanya pernah mengajukan permohonan perizinan
Google Earth sampai dengan tahun 2017, di konsesi penerbitan izin lingkungan.

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 26


Gambar 9. Perubahan tutupan hutan tahun 2005, 2013, 2015, dan 2017 di lihat dari Citra Satelit Google Earth
Menurut pemaparan Kepala Desa Makarti Nauli, pertanyaan. PT Teluk Nauli sendiri terkesan melaku-
perusahaan sudah melakukan land clearing sejak kan pembiaran atas pembukaan lahan dan penana-
tahun 2014 dan mulai menanam pertama sawit man kelapa sawit di lokasi izin mereka. Padahal, seki-
di tahun 2015. padahal pada bulan Agustus 2016, tar 15 km dari lokasi area yang telah ditanami kelapa
BAPEDALDA Kabupaten Tapanuli Tengah baru men- sawit masih terdapat kantor perusahaan PT Teluk
gumumkan ke masyarakat bahwa PT Gaharu Mas Nauli. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPHP) Wilayah XI
sedang melakukan permohonan penerbitan izin Pandan, melalui salah satu pegawainya, menyatakan
lingkungan untuk perkebunan kelapa sawit mereka tidak tahu menahu tentang adanya perkebunan ke-
(Lampiran 13). lapa sawit di dalam kawasan hutan tersebut. Padahal
Berdirinya perkebunan kelapa sawit di dalam masalah ini sudah terjadi sejak tahun 2014 dan ramai
konsesi HPH PT Teluk Nauli ini menimbulkan banyak diberitakan di media sampai dengan tahun 2016.

“Pada Tahun 2009-2013,


Ekspansi Perkebunan Kelapa
Sawit Telah Menyumbang De-
forestasi lebih dari 500 ribu
hektare”
Forest Watch Indonesia, 2014

27 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


A K T I V I TA S H P H
D I M A L U K U U TA R A

Kinerja buruk IUPHHK-HA atau HPH merupakan Di dalam UU 41/ 1999 tentang Kehutanan
satu di antara banyak penyebab langsung kehilan- menyatakan bahwa hutan produksi dapat diman-
gan hutan di Maluku Utara. HPH yang memiliki izin faatkan hasil hutan kayu dan bukan kayunya. Oleh
di kawasan hutan produksi secara langsung melalui karena itu dapat dikatakan bahwa deforestasi yang
operasinya mendegradasi bahkan mendeforestasi terjadi di dalam hutan produksi di Maluku Utara dise-
hutan-hutan di Maluku Utara. Dalam rentang 2013- babkan salah satunya oleh aktivitas IUPHHK-HA yang
2016 saja tutupan hutan di kawasan hutan produksi memanfaatkan hasil hutan kayu.
berkurang hingga 101 ribu hektare, dari jumlah
tersebut HPH menyumbang deforestasi sebesar 13,5
ribu hektare.

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 28


Tabel 3. Daftar perusahaan izin IUPHHK-HA di Maluku Utara
No Nama Perusahaan Provinsi Kabupaten No. SK Tanggal SK

1 Bela Berkat Anugrah, PT Maluku Utara Halmahera Selatan 389/Menhut-II/06 12-Jul-06


9/1/IUPHHK-
2 Mahakarya Agra Pesona, PT Maluku Utara Halmahera Timur HA/PMDN/2017 10-Mar-17

3 Mohtra Agung Persada, PT Maluku Utara Halmahera Tengah 400/Menhut-II/06 19-Jul-06

4 Nusa Niwe Indah, PT Maluku Utara Halmahera Utara 410/Menhut-II/04 18-Oct-04


24/1/IUPHHK-
5 Nusa Pala Nirwana, PT Maluku Utara Halmahera Selatan HA/PMDN/2016 15-Nov-16

6 Paleko Yubarsons, PT Maluku Utara Halmahera Selatan 962/Kpts-II/99 14-Oct-99

7 Surya Kirana Dutamas, PT Maluku Utara Halmahera Selatan 630/Menhut-II/2009 15-Oct-09

8 TAIWI Unit I, PT Maluku Utara Halmahera Timur 368/Menhut-II/09 23-Jun-09

9 TAIWI Unit II, PT Maluku Utara Halmahera Selatan 394/Kpts-II92 22-Apr-92

10 Telaga Bhakti Persada, PT Maluku Utara Halmahera Selatan 372/Menhut5-II/09 23-Jun-09

11 Tunas Pusaka Mandiri, PT Maluku Utara Halmahera Utara 351/Menhut-II/06 12-May-06

12 Wana Kencana Sejati Unit II, PT Maluku Utara Halmahera Tengah 295/Menhut-II/07 28-Aug-07

13 Wana Kencana Sejati, PT Maluku Utara Halmahera Timur 95/Menhut-II/05 12-Apr-05


21/1/IUPHHK-
14 Wijaya Kencana Indonesia, PT Maluku Utara Halmahera Selatan HA/PMDN/2016 18-Oct-16
Sumber: Kompilasi FWI, 2018

Pemegang izin HPH seharusnya melakukan Poleko Yurbarsons. Kedua perusahaan tersebut mas-
penebangan secara selektif dan melakukan penana- ing-masing memiliki luas konsesi 63 ribu dan 82 ribu
man kembali di area hutan yang telah ditebang. Na- hektare. Keduanya menguasai lebih dari setengah
mun lagi-lagi praktik pengelolaan hutan oleh HPH wilayah Pulau Obi. Buku ini menganalisis bahwa ter-
seringkali tidak demikian. Beberapa kasus di mana dapat 37 ribu hektare hutan alam di wilayah konse-
wilayah-wilayah bekas tebangan HPH malah telah si PT Telaga Bakti Persada, sementara di PT Poleko
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berladang bah- Yubarsons masih terdapat tutupan hutan alam seluas
kan menjadi pemukiman. Demikianlah yang terjadi di 46 ribu hektare. Pada rentang tahun 2013-2016 hu-
wilayah-wilayah HPH di Pulau Obi. tan alam di kedua konsesi tersebut hilang seluas 8,9
Kasus di Pulau Obi membenarkan pandangan ribu hektare, yaitu 4,8 ribu hektare di area konsesi PT
beberapa penulis yang mencatat bahwa di Asia Teng- Telaga Bakti Persada dan 4,1 ribu hektare di area PT
gara dan di daerah tropis pada umumnya ada urutan Poleko Yubarsons.
kegiatan yang khas dimana hutan mula-mula dibuka Berdasarkan dokumen RKT dan RKU PT Telaga
oleh perusahaan penebangan kayu (HPH) dan selan- Bakti Persada, perusahaan ini merupakan anak peru-
jutnya diusahakan untuk pertanian (Grainger 1993; sahaan dari PT Kayu Lapis Indonesia (KLI) dan sejak
Kummer dan Turner 1994, dalam Sunderlin WD, dan 2014 hingga 2016 selalu mengirimkan hasil panen
Resosudarmo IAP, 1997). Dengan demikian dapat kayunya kepada perusahaan induknya tersebut, yaitu
diargumentasikan bahwa di daerah-daerah dimana PT Kayu Lapis Indonesia di Jawa Tengah. Jumlah kayu
urutan kegiatan ini terjadi, kegiatan pembalakan yang dialirkan kepada PT KLI pada tahun 2016 adalah
oleh HPH merupakan penyebab deforestasi, dimana sekitar 40 ribu meter kubik. Lain dengan PT Poleko
dalam hal ini para peladang berpindah hanya men- Yubarsons yang mengirimkan hasil panen kayu tiap
gisi kekosongan yang diciptakan oleh perusahaan- tahunnya ke industri pengolahan kayu yang berbe-
perusahaan HPH (Sunderlin WD dan Resosudarmo da-beda di wilayah Maluku, Sulawesi, Jawa Timur,
IAP, 1997). Jawa Tengah, hingga ke Sumatera Utara.
Saat ini, Pulau Obi dikuasai oleh dua perusahaan
HPH besar, yaitu PT Telaga Bhakti Persada dan PT

29 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Tabel 4. Aliran kayu dari IUPHHK HA di Pulau Obi tahun 2014-2016
Perusahaan Tahun IPHHK Wilayah Jumlah
3
Kayu (m )
PT Telaga 2014 PT Kayu Lapis Indonesia Jawa Tengah 39.658, 52
Bakti Persada 2015 PT Kayu Lapis Indonesia Jawa Tengah 45.779, 87
2016 PT Karunia Rimba Makmur Semesta Sumatera Utara 2.169,43
PT Kayu Lapis Indonesia Jawa Tengah 40.080,82
PT Poleko 2014 PT Kutai Timber Indonesia Jawa Timur 9.076, 93
Yurbarsons PT Waenibe Wood Industries Maluku 1.539, 41
2015 PT Karunia Rimba Makmur Semesta Sumatera Utara 2.169, 43
PT Karya Wisesa Sumatera Utara 1.863, 72
PT Kutai Timber Indonesia Jawa Timur 17.145, 69
PT Panca Usaha Palopo Sulawesi Selatan 3.566, 64
PT Waenibe Wood Industries Maluku 3.032, 93
2016 PT Karunia Rimba Makmur Semesta Sumatera Utara 1.588
PT Karya Wisesa Sumatera Utara 1.863,72
PT Kutai Timber Indonesia Jawa Timur 8.392,21
Sumber: FWI, 2018. Kompilasi dokumen Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI)

Box 1. Penguasaan Lahan di Pulau Obi, Maluku Utara


Pulau Obi berada di sisi selatan Provinsi Maluku Utara, bagian dari wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Di Pulau Obi terdapat 3 Kecamatan yang terdiri dari 18 desa. Berdasarkan data BPS Kabupaten Halmahera
Selatan tahun 2015 jumlah penduduk di Pulau Obi mencapai lebih dari 36 ribu jiwa. Pulau Obi memiliki
luas 2.500 km2 sehingga tidak termasuk dalam kategori pulau kecil menurut UU 1/2014. Meskipun demikian
berdasarkan temuan-temuan lapangan berupa dampak dan kerusakan lingkungan, nyatalah bahwa sumber
daya alam pulau ini seharusnya dikelola dengan tetap memperhatikan keberlangsungan dan daya dukung
pulau yang kecil ini, demi terjaganya sistem penyangga kehidupan di pulau tersebut.
Meskipun sudah banyak penduduk yang mendiami Pulau Obi, ternyata 92 persen daratannya berstatus
Kawasan Hutan. Akibatnya sebagian besar masyarakat, bahkan gedung-gedung pemerintah dan fasilitas
publik, berada dalam Kawasan Hutan.
Berdasarkan status Kawasan Hutan itu pula dapat diduga bahwa daratan yang ada di Pulau Obi sebagian
besar memang diperuntukkan untuk dieksploitasi, khususnya untuk pemanfaatan kayu-kayu yang berasal
dari hutan alam di pulau tersebut. Penelusuran FWI menemukan bahwa 70 persen daratan pulau ini berstatus
hutan produksi dan 13 persen berupa hutan produksi yang dapat di konversi. Selain itu, ditemukan juga
wilayah pertambangan yang mencapai 49 persen dari luas daratan pulau ini.
Tingginya penguasaan lahan oleh korporasi di Pulau Obi akan menjadi bom waktu konflik sosial, khususnya
konflik antara masyarakat dan perusahaan industri ekstraktif (pertambangan dan HPH). Total luas izin
pertambangan di Pulau Obi mencapai 126 ribu hektare atau 49 persen dari luas pulau. Sementara itu izin
HPH mencapai 145 ribu hektare atau 56 persen dari luas pulau.
Analisis tutupan lahan tahun 2017 yang dilakukan FWI menemukan bahwa dari 186 ribu hektare luas wilayah
yang telah dikuasai perusahaan ada sekitar 19 ribu hektare, atau sekitar 10 persennya, adalah perkebunan
yang selama ini menjadi sumber kehidupan dan ekonomi masyarakat. Selanjutnya, 48 ribu hektare atau
26 persen berupa semak belukar yang kemungkinan besar adalah lokasi ladang-ladangnya masyarakat,
dan 421 hektare wilayah pemukiman, termasuk di dalamnya berbagai fasilitas umum dan gedung-gedung
pemerintahan.
Pada sisi bencana lingkungan, sampai dengan tahun 2016 di setiap hulu sungai di Pulau Obi telah dan masih
terjadi eksploitasi sumberdaya alam baik berupa pemanenan kayu (HPH) ataupun pertambangan. Pulau
yang kecil ini hutannya sudah gundul sehingga terjadilah bencana tahunan yang merusak sumber-sumber
kehidupan ini. Akibatnya adalah banjir yang sudah menjadi makanan rutin tahunan bagi masyarakat Pulau
Obi. Pada bulan Desember 2016 banjir yang terjadi di Pulau Obi telah merusak lebih dari 1.400 bangunan
dengan nilai kerugian mencapai ratusan miliar (Tempo, 2016).

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 30


INDIKASI PELANGGARAN SVLK PT POLEKO
YUBARSONS, MALUKU UTARA

PT Poleko Yubarsons adalah perusahaan yang Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
saat ini memegang izin pengelolaan hutan IUPHHK- dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK). ( Daftar temuan
HA dengan SK No. 962/Kpts-II/1999 tanggal 14 Ok- pelanggaran sistem VLK berdasarkan Perdirjen ter-
tober 1999 dengan luas izin mencapai 86.599 hek- lampir pada lampiran 12).
tare. Lokasi izin perusahaan ini adalah di utara dan
selatan Pulau Obi. Dengan izin tersebut maka dapat
dibilang bahwa PT Poleko Yubarsons menguasai 32
KETIDAKSESUAIAN AREA KONSESI
persen wilayah daratan Pulau Obi. DENGAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI
PT Poleko Yubarsons telah memiliki sertifikat le- Pada kriteria Poin 1.1 Perdirjen No. P.14/PHPL/
galitas kayu atau SVLK. Penilikan sertifikasi legalitas SET/4/2016 jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 ten-
kayu sudah 3 kali dilakukan, yaitu pada tahun 2015, tang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian
2016, dan 2017. Penilikan dan penerbitan sertifikat Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
dilakukan oleh lembaga sertifikasi PT Lambodja dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) dijelaskan bahwa
Sertifikasi. Sertifikat terakhir yang dikantongi PT areal unit manajemen hutan terletak di kawasan hu-
Poleko Yubarsons bertanggal 12 Mei 2017. tan produksi. Hasil penilikan oleh lembaga sertifikasi
Proses penilikan dan penerbitan sertifikat VLK menyatakan bahwa areal PT Poleko Yubarsons telah
untuk PT Poleka Yubarsons ini nampaknya men- sesuai dengan peruntukannya. Ini berbeda dengan
gandung kejanggalan. Penilikan yang dilakukan temuan FWI pada bulan Mei 2017 yang berdasar-
pada tanggal 20-25 Maret 2017 menghasilkan kepu- kan analisis data spasial dan pengecekan langsung
tusan pembekuan sertifikat karena adanya 6 verifier melalui kunjungan lapangan bahwa terdapat sekitar
yang secara kategoris tidak terpenuhi. Pengumu- 9.992 hektare area konsesi yang berada di luar ka-
man pembekuan dilakukan pada tanggal 18 April wasan hutan fungsi produksi. Sebagaian besar atau
2017. Anehnya tidak sampai satu bulan kemudian, sekitar 9.300 hektare berada di Area Penggunaan
tepatnya pada 12 Mei 2017 keluarlah pengumuman Lain (APL), 585 hektare di Hutan Lindung (HL) dan si-
penerbitan sertifikat dari lembaga sertifikasi yang sanya sekitar 74 hektare di Hutan Suaka Alam (HSA).
sama, PT Lambodja Sertifikasi. FWI menemukan bahwa pemukiman penduduk,
Pemantauan yang dilakukan FWI pada bulan fasilitas umum, dan kantor pemerintah (di antaran-
Mei 2017 di lokasi perusahaan PT Poleko Yubarsons ya adalah Rumah Sakit, Kantor Camat, Kantor Desa,
menemukan adanya 3 indikasi pelanggaran oleh Kantor Polisi, Bank, Sekolah) berada di dalam Area
perusahaan terhadap Peraturan Direktur Jenderal Penggunaan Lain (APL) yang masuk sebagai wilayah
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No. P.14/VI- izin PT Poleko Yubarsons.
BPPHH/2014 jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 ten-
tang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian

31 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Gambar 10. Peta kawasan hutan dan sebaran izin IUPHHK-HA di Pulau Obi, Maluku Utara

KETIDAKSESUAIAN IDENTITAS primer hasil hutan (IPHH)/pasar mempunyai iden-


titas fisik dan dokumen yang sah. Untuk PT Poleka
FISIK KAYU
Yubersons, hasil penilikan yang dilakukan lembaga
Pada kriteria Poin 3.1 Perdirjen No. P.14/PHPL/ sertifikasi menyatakan bahwa kriteria tersebut telah
SET/4/2016 jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 ten- terpenuhi, khususnya pada item Nomor Batang di
tang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Laporan Hasil Produksi (LHP) yang dapat ditemukan
Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) di lapangan dan pembubuhan logo V-legal pada
dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) dijelaskan bahwa kayu hasil tebangan yang telah dilakukan. Pada ke-
pemegang izin harus menjamin bahwa semua kayu nyataannya, FWI menemukan dalam kunjungan la-
yang diangkut dari tempat penimbunan kayu (TPK) pangannya bahwa tidak ada nomor kayu di tunggak
hutan ke TPK antara dan dari TPK antara ke industri hasil tebangan.

Gambar 11. Tunggak kayu hasil tebangan, pengangkutan kayu, dan penumpukan kayu di Tempat Pengangkutan Kayu
(Foto: FWI, 2017)

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 32


PENGABAIAN ASPEK LINGKUNGAN Dokumen hasil penilikan menjelaskan bahwa PT
Poleko Yubarsons telah melaksanakan sebagian pen-
DAN SOSIAL
gelolaan lingkungan seperti pembuatan jalan den-
Pada kriteria Poin 4.1 Perdirjen No. P.14/PHPL/ gan sistem pengerasan batu dan tanah, pembuatan
SET/4/2016 jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 ten- gorong-gorong, turap dan penataan sempadan sun-
tang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian gai. Kegiatan pemantauan lingkungan dari segi fisik-
Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) kimia, biologi, sosial telah ada laporan dan sarana
dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) dijelaskan bahwa prasarana pemantauan telah dimiliki. Fakta berbeda
pemegang izin harus memiliki Analisa Mengenai ditemukan oleh pemantauan yang dilakukan FWI,
Dampak Lingkungan (AMDAL)/Dokumen Penge- di antaranya adalah: terdapat sungai yang dijadikan
lolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL)/Upaya jalan, penebangan di sempadan sungai dan anak
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Peman- sungai, penimbunan mata air, dan perusahaan telah
tauan Lingkungan (UPL) dan melaksanakan ke- menimbulkan konflik sosial. Aktivitas perusahaan
wajiban yang dipersyaratkan dalam dokumen ling- juga diduga kuat menjadi penyebab banjir di Pulau
kungan tersebut. Lembaga sertifikasi dalam hasil Obi. Banjir itu telah menyebabkan rusaknya kebun-
penilikannya menyatakan bahwa PT Poleka Yuber- kebun dan ladang milik masyarakat.
sons telah memenuhi syarat untuk kriteria tersebut.

Gambar 12. Sungai yang dijadikan jalur sarad pengangkutan kayu, penebangan di sempadan sungai dan anak sungai,
penimbunan mata air, dan hancurnya kebun masyarakat akibat banjir (Foto: FWI, 2017)

33 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 34
TREN DEFORESTASI
DI SUMATERA UTARA,
KALIMANTAN TIMUR
DAN MALUKU UTARA
Tingginya permintaan pasar global bedaan aktor ini sejalan dengan perbe-
terhadap komoditi berbasis sumber daan kondisi sumberdaya hutan yang
daya alam seperti kayu, minyak sawit, ada di masing-masing provinsi; kondisi
pulp, tambang, dan kertas mendorong sumber daya yang ada menentukan je-
sikap reaktif dan oportunis pemerintah nis komoditas yang bertanggung jawab
untuk mengeluarkan banyak kebijakan atas tingginya deforestasi di masing-ma-
sektoral yang semata-mata berorientasi sing provinsi tersebut.
pada peningkatan pendapatan, berciri Dari data di tabel 5 terlihat bahwa
eksploitatif dan tidak berkelanjutan. Ini 72 persen deforestasi yang terjadi di Su-
semua berdampak pada tekanan yang matera Utara, Kalimantan Timur dan Ma-
semakin tinggi terhadap hutan alam luku Utara terjadi di dalam wilayah yang
di Indonesia, degradasi hutan dan de- telah dibebani izin pengelolaan. Aktivi-
forestasi. tas-aktivitas di dalam konsesi perizinan
Demikian halnya dengan deforesta- tersebut merupakan faktor penyebab
si di 3 provinsi, Sumatera Utara, Kali- langsung (direct causes) deforestasi.
mantan Timur dan Maluku Utara, yang Sebagian besar deforestasi yang di-
sama-sama dilatari oleh permasalahan- indikasikan terencana di dalam wilayah
permasalahan pada tataran kebijakan. yang memiliki izin. Dengan kata lain:
Meskipun demikian ternyata ada per- deforestasi yang dilakukan secara legal.
bedaan-perbedaan penyebab lang- Dengan kata lain pula, minimnya kehen-
sungnya. Yang paling mencolok adalah dak dan aksi nyata untuk mengurangi
perbedaan aktor penyebab langsung laju deforestasi demi keberlanjutan dan
deforestasi di 3 provinsi tersebut. Per- kelestarian hutan alam.

Tabel 5. Deforestasi di dalam konsesi izin pengelolaan hutan dan lahan (angka dalam hektare)

DEFORESTASI 2013-2016
PROVINSI Perkebunan Total
Tumpang Di luar
HPH HTI Kelapa Tambang Deforestasi di TOTAL
Tindih Konsesi
Sawit dalam Konsesi
Kalimantan
Timur 203.902 54.495 29.501 61.571 35.907 385.376 87.226 472.602
Maluku
Utara 31.715 14.597 2.843 9.098 46.717 104.971 51.938 156.909
Sumatera
Utara 170 14.758 4.945 6.049 676 26.598 62.476 89.074

Grand Total 235.788 83.850 37.290 76.718 83.300 516.945 201.640 718.585
Sumber: FWI, 2018

35 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


ANGKA DALAM HEKTARE

Gambar 13. Tren Laju deforestasi pada tahun 2013 dan 2016 di 3 provinsi

Jika dirata-rata, laju deforestasi pada rentang ta- 84 ribu hektare/tahun di tahun 2013 menjadi 157 ribu
hun 2013-2016 di ketiga provinsi tersebut cenderung hektare/tahun di tahun 2016.
meningkat, yaitu dari 146 ribu hektare/tahun (FWI, Jika dilihat dari lokasi dimana deforestasi terjadi,
2014) menjadi 239 ribu hektare/tahun. Peningkatan peningkatan laju deforestasi terlihat sangat signifikan
laju deforestasi yang signifikan terjadi di Maluku Utara di lokasi HPH, pertambangan dan di wilayah-wilayah
dan Kalimantan Timur. Sementara di Sumatera Utara dengan tumpang tindih perizinan. Di lokasi-lokasi
laju deforestasi cenderung menurun bila dibanding- tersebut terjadi peningkatan laju deforestasi yang
kan dengan periode sebelumnya. Di Maluku Utara, mencapai dua kali lipat dari periode sebelumnya
peningkatan laju deforestasi bahkan mencapai lebih (Gambar 13).
dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan periode Perbedaan karakterisitik sumber daya hutan dan
sebelumnya, dari 25 ribu hektare/tahun menjadi 52 komoditas yang dikeruk di ketiga provinsi menyebab-
ribu hektare/tahun. Begitu juga halnya dengan Ka- kan perbedaan kecenderungan (tren) penyebab lang-
limantan Timur dimana laju deforestasi meningkat sung deforestasi di provinsi-provinsi tersebut.
hampir dua kali lipat dari periode sebelumnya, dari

ANGKA DALAM HEKTARE

Gambar 14. Tren laju deforestasi pertahun di dalam dan di luar konsesi periode tahun 2009-2013 dan 2013-2016 di Kaliman-
tan Timur

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 36


TREN DEFORESTASI DI KALIMANTAN tahun 2016. Peningkatan laju deforestasi di provinsi
ini sejalan dengan mulai maraknya pembangunan
TIMUR
HTI. Peningkatan laju deforestasi di dalam konsesi HTI
Dilihat dari segi jenis perizinan, peningkatan laju di Kalimantan Timur diprediksi akan terus terjadi dari
deforestasi yang terlihat signifikan di Kalimantan tahun ke tahunnya. Ini juga sejalan dengan pening-
Timur terjadi di area konsesi HPH dan pertamban- katan luasan izin HTI sejak tahun 2009-2016, dimana
gan. Di lokasi-lokasi izin tersebut terjadi peningkatan pada tahun 2009 luas izin HTI di Kalimantan Timur
laju deforestasi dari periode tahun sebelumnya. Ber- adalah 298 ribu hektare dan meningkat di tahun 2013
beda dengan lokasi perkebunan kelapa sawit dimana menjadi 373 ribu hektare, dan 377 ribu hektare di ta-
hanya sedikit terjadi peningkatan laju deforestasi. Na- hun 2016 (KLHK, 2016).
mun dilihat dari luas deforestasi yang terjadi di dalam Pembangunan pabrik pulp di Kabupaten Pena-
konsesi, deforestasi di dalam izin perkebunan kelapa jam Paser Utara yang sudah berjalan sejak tahun 2017
sawit merupakan yang terbesar jika dibandingan tentu saja berarti munculnya kebutuhan bahan baku
dengan izin-izin lainnya. Tingginya angka deforestasi kayu, baik itu kayu dari hutan alam maupun kayu dari
di dalam izin perkebunan kelapa sawit bahkan terjadi hutan tanaman. Kebutuhan kayu untuk pabrik pulp
sejak periode tahun 2009-2013. inilah yang akan mendorong konversi hutan alam
Peningkatan laju deforestasi di dalam konsesi menjadi tanaman monokultur, baik di dalam ataupun
HPH menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana di luar konsesi HTI itu sendiri.
kinerja para pemegang izin HPH. Penebangan kayu
yang dilakukan secara selektif di lokasi HPH seha- TREN DEFORESTASI
rusnya tidak berdampak signifikan terhadap tutu- DI SUMATERA UTARA
pan hutan di dalam areal konsesi HPH. Terlebih jika
Laju deforestasi di Sumatera Utara cenderung
di area-area bekas tebangan dilakukan penanaman
menurun. Dari yang semula 37 ribu hektare/tahun
kembali, dengan pemeliharaan dan pengawasan
menjadi 29 ribu hektare/tahun. Penurunan laju de-
memadai oleh para pemilik izin. Deforestasi yang ter-
forestasi ini terjadi tidak lain karena memang hutan
jadi di dalam konsesi HPH memperlihatkan bahwa
alam yang ada di provinsi ini sudah semakin sedikit.
pemanfaatan hutan oleh HPH belum menerapkan
Di tahun 2016 tinggal 1,6 juta hektare hutan alam
prinsip-prinsip berkelanjutan. Memang harus diakui
yang ada di Sumatera Utara. Luas hutan alam tersisa
bahwa meningkatnya laju deforestasi di dalam HPH
ini adalah 23 persen dari luas daratan provinsi.
juga sejalan dengan meningkatnya jumlah izin HPH
Di tahun 2013 laju deforestasi di luar konsesi
di Kalimantan Timur sampai dengan tahun 2016.
mencapai 26 ribu hektare/tahun. Laju deforestasi
Pada tahun 2009, luas HPH di Kalimantan Timur men-
tersebut turun di tahun 2016 menjadi 20 ribu hektare/
capai 328 ribu hektare, meningkat menjadi 343 ribu
tahun. Jika dilihat dari area yang telah dibebani izin,
hektare di tahun 2016 (KLHK, 2016).
hampir semua lokasi izin mengalami penurunan laju
Peningkatan laju deforestasi di Kalimantan Timur
deforestasi kecuali pada lokasi HPH. Di dalam konsesi
juga terjadi pada area izin HTI. Laju deforestasi 6 ribu
HPH laju deforestasi meningkat dari 2,4 ribu hektare/
ha/tahun di tahun 2013 menjadi 9 ribu ha/tahun di
tahun menjadi 4,9 ribu hektare/tahun.

ANGKA DALAM HEKTARE

Gambar 15. Tren laju deforestasi pertahun di dalam dan di luar konsesi periode tahun 2009-2013 dan 2013-2016 di
Sumatera Utara

37 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Selain karena kinerja pemilik izin HPH yang be- Sampai dengan tahun 2017 di Maluku Utara hanya
lum menerapkan prinsip berkelanjutan, salah satu terdapat satu izin perkebunan kelapa sawit (PT Glora
penyebab tingginya deforestasi di dalam HPH di Su- Mandiri Membangun) yang sudah beroperasi dengan
matera Utara adalah ekspansi perkebunan kelapa luas 10.500 hektare. Total luas area yang sudah diberi
sawit di dalam area konsesi HPH. Contoh kasus ini izin perkebunan kelapa sawit di Maluku Utara adalah
telah dipaparkan di atas, yaitu di dalam konsesi HPH 48 ribu hektare.
PT Teluk Nauli dimana terdapat perkebunan kelapa Pada tahun 2013 laju deforestasi di dalam konsesi
sawit yang pembangunannya telah dimulai sejak ta- perkebunan kelapa sawit adalah 905 hektare/tahun.
hun 2014. Contoh kasus ini sekali lagi memperlihat- Laju tersebut meningkat menjadi 3 ribu hektare/ta-
kan lemahnya kontrol terhadap kawasan hutan di hun pada tahun 2016. Kecenderungan peningkatan
Sumatera Utara, baik oleh pemerintah maupun oleh laju deforestasi akibat ekspansi perkebunan kelapa
pemilik izin. sawit di Maluku Utara ini diprediksi akan terus ber-
Hal yang berbeda ditemukan di areal konsesi langsung mengingat tren luas perizinan kelapa sawit
HTI di Sumatera Utara dimana laju deforestasi cend- yang juga terus meningkat dari tahun ke tahunnya.
erung menurun, walaupun dari sisi perizinan sampai Pada tahun 2009 terdapat 7.500 hektare izin perke-
dengan tahun 2016 terdapat 377 ribu hektare izin bunan kelapa sawit, meningkat menjadi 15.500 hek-
HTI di Sumatera Utara (KLHK, 2016). Deforestasi yang tare di tahun 2013, dan 48 ribu hektare di tahun 2016
tersebut terjadi karena area-area HTI yang dahulu ma- (Dirjenbun, 2017).
sih berupa hutan alam telah berubah menjadi hutan Hal yang menarik juga terjadi pada deforestasi
tanaman. yang terjadi di dalam konsesi HPH. Laju deforestasi di
dalam konsesi HPH di Maluku Utara meningkat dari
TREN DEFORESTASI 3,3 ribu hektare/tahun menjadi 4,8 ribu hektare/tahun
DI MALUKU UTARA (dari 2013 ke 2016). Namun dari sisi perizinan, luas izin
HPH di Maluku Utara cenderung menurun dari tahun
Peningkatan laju deforestasi di Maluku Utara ter- ke tahunnya. Pada tahun 2009, terdapat 804 ribu hek-
jadi di seluruh wilayah yang telah dibebani izin, baik tare areal dengan izin HPH di Maluku Utara, lalu turun
itu HPH, HTI, Kelapa Sawit, Pertambangan, ataupun menjadi 565 ribu hektare di tahun 2013, dan 545 ribu
wilayah-wilayah dimana terjadi tumpang tindih per- hektare di tahun 2016 (KLHK, 2016).
izinan. Dari semua jenis areal terbebani izin tersebut, Area-area bekas tebangan HPH di Maluku Utara
deforestasi di dalam konsesi pertambangan menjadi sering kali dimanafaatkan oleh masyarakat untuk
penyumbang terbesar deforestasi di dalam konsesi berladang bahkan menjadi pemukiman. Masyara-
di Maluku Utara. Hal ini sudah terjadi sejak rentang kat yang membuka ladang di area bekas tebangan
tahun 2009-2013. Laju deforestasi di dalam konsesi HPH hanya mengisi kekosongan yang diciptakan
pertambanganpun meningkat sangat signifikan, dari oleh perusahaan-perusahaan HPH (Sunderlin WD
semula 6 ribu hektare/tahun menjadi 15 ribu hektare/ dan Resosudarmo IAP, 1997). Lemahnya pengawasan
tahun. dan tidak adanya penanaman kembali di area bekas
Selain pertambangan, ekspansi perkebunan kela- tebangan disinyalir menjadi penyebab perambahan
pa sawit ke hutan alam juga mulai menjadi ancaman dan berdampak pada berubahnya penutupan lahan
yang meningkatkan laju deforestasi di Maluku Utara. di wilayah izin konsesi.

ANGKA DALAM HEKTARE

Gambar 16. Tren laju deforestasi pertahun di dalam dan di luar konsesi periode tahun 2009-2013 dan 2013-2016 di Maluku
Utara

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 38


TREN DEFORESTASI PADA AREA Besarnya luas area tumpang tindih perizinan
antara konsesi pertambangan dengan konsesi lain-
TUMPANG TINDIH
nya lebih banyak disebabkan oleh banyaknya jenis
Laju deforestasi meningkat sangat tinggi di area- izin pertambangan yang dikeluarkan. Jenis-jenis izin
area dengan perizinan yang tumpang tindih. Pening- tersebut adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP), Kon-
katan itu adalah dari 36 ribu hektare/tahun di tahun trak Karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Penam-
2013 menjadi 78 ribu hektare/tahun di tahun 2016. Di bangan Batubara (PKP2B), dan Izin Pertambangan
Kalimantan Timur dan Maluku Utara deforestasi yang Rakyat (IPR). Banyak dari jenis izin tersebut yang di-
meningkat di area-area tumpang tindih perizinan ini pecah lagi menjadi izin eksplorasi dan izin eksploitasi.
bahkan menjadi penyumbang terbesar deforestasi Kesulitan dalam mengakomodasi kegiatan per-
yang terjadi di dalam konsesi. Di Kalimantan Timur, tambangan dalam penataan ruang juga menjadi se-
laju deforestasi di area tumpang tindih meningkat bab sulitnya menghindari tumpang tindih antara per-
dari 32 ribu ha/tahun menjadi 67 ribu ha/tahun. Se- izinan pertambangan dan sektor-sektor lain (ESDM,
dangkan di Maluku Utara dari 2 ribu ha/tahun men- 2008). Kegiatan sektor pertambangan baru dapat
jadi 10 ribu ha/tahun. berlangsung jika ditemukan kandungan potensi min-
Analisis lebih detail di area tumpang tindih per- eral di suatu wilayah. Itupun masih harus melalui ta-
izinan menunjukkan bahwa area izin pertambangan hap pengujian untuk menentukan layak eksploitasi
yang bertumpang tindih dengan izin sektor-sektor dilakukan di wilayah tersebut. Inilah yang membuat
lain berkontribusi cukup besar terhadap keseluruhan proses penetapan kawasan pertambangan biasanya
deforestasi. Pada tahun 2013 tumpang tindih periz- membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan den-
inan antara pertambangan dan perkebunan kelapa gan proses penataan ruang itu sendiri.
sawit menjadi penyumbang terbesar keseluruhan Data yang ada mengindikasikan bahwa penye-
deforestasi di area-area tumpang tindih perizinan. Ke- bab lebih dominan deforestasi yang terjadi di dalam
cenderungan tersebut berubah di tahun 2016 dima- area tumpang tindih perizinan antara pertambangan
na laju deforestasi di dalam irisan antara izin HPH dan dan sektor lainnya adalah aktivitas-aktivitas yang
pertambangan meningkat 3,5 kali lipat jika diband- dilakukan di luar sektor pertambangan itu sendiri.
ingkan dengan tahun 2013, dari 9 ribu hektare/tahun Dalam hal ini deforestasi di dalam konsesi HPH diindi-
menjadi 35 ribu hektare/tahun. kasi masih menjadi penyebab dominan hilangnya hu-
Selain irisan antara pertambangan dan HPH, pen- tan alam di area-area tumpang tindih perizinan, disu-
ingkatan laju deforestasi juga terjadi pada area tum- sul oleh HTI dan kemudian perkebunan kelapa sawit.
pang tindih perizinan pertambangan dan HTI, dari 5 Akan tetapi indikasi ini tidak berlaku di Maluku Utara
ribu hektare/tahun menjadi 19 ribu hektare/tahun. dimana deforestasi di area tumpang tindih perizinan
Pada periode yang sama laju deforestasi di area tump- cenderung disebabkan oleh aktivitas pertamban-
ang tindih perizinan pertambangan dan perkebunan gan itu sendiri. Kecenderungan ini dikonfirmasi oleh
kelapa sawit meningkat dari 12 ribu hektare/tahun tingginya angka dan laju deforestasi di dalam konsesi
menjadi 15 ribu hektare/tahun. pertambangan di provinsi ini.

ANGKA DALAM
HEKTARE

Gambar 17. Tren laju deforestasi pada area-area dengan tumpang tindih perizinan

39 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 40
REFLEKSI DAN ANCAMAN
HILANGNYA HUTAN ALAM
DI MASA DEPAN
Seluruh kumpulan fakta yang telah intah kepada korporasi. Mau tidak mau
diuraikan mendorong kita semua untuk kesimpulan yang harus diambil adalah
mempertanyakan komitmen Pemerin- bahwa sebagian besar kehilangan hutan
tah Indonesia untuk turut dalam upaya alam diindikasikan terencana di dalam
mengurangi emisi karbon secara global. area yang berstatus legal (memiliki izin)
Fakta menunjukkan bahwa degradasi oleh korporasi ataupun pihak lain. Tiga
hutan dan deforestasi masih terus ter- jalur perencanaan dan pemberian restu
jadi. Legal maupun ilegal. Fakta-fakta pemerintah menuju deforestasi adalah:
itu juga memaksa kita mempertanyakan
keberpihakan Pemerintah Indonesia ke- Konversi Hutan Alam Men-
pada masyarakat yang tinggal di dalam jadi Perkebunan Kelapa Sawit
dan di sekitar hutan, dan keseriusan dan Hutan Tanaman Industri
Pemerintah Indonesia menjaga ling-
kungan hidup, mencegah bencana dan
(IUPHHK-HT/HTI)
melestarikan sumber daya alam. Fakta Dari tahun 2013 sampai 2016, setiap
menunjukkan bahwa masyarakat yang tahunnya hutan alam di dalam konsesi
tinggal di dalam dan di sekitar hutan se- perkebunan kelapa sawit hilang seluas
makin termarjinalkan dan penguasaan 25 ribu hektare (20 ribu hektare di Kali-
lahan semakin timpang, 50 persen dari mantan Timur, 3 ribu hektare di Maluku
seluruh daratan di Sumatera Utara, Kali- Utara, dan 2 ribu hektare di Sumatera
mantan Timur dan Maluku Utara telah di- Utara). Di Kalimantan Timur konversi
kuasai oleh pemegang izin konsesi. Han- hutan alam menjadi perkebunan kelapa
ya 4 persen dari wilayah daratan yang sawit diduga masih menjadi penyum-
dialokasikan oleh pemerintah dalam bang utama deforestasi. Ini juga terjadi
berbagai bentuk program perhutanan di rentang waktu sebelumnya, 2009-
sosial dan hutan adat. Fakta menunjuk- 2013.
kan juga bahwa degradasi hutan dan Hal yang sama terjadi juga di Ma-
deforestasi di provinsi-provinsi ini telah luku Utara. Walaupun bukan tidak men-
menyebabkan bencana lingkungan: jadi penyumbang terbesar deforestasi
banjir, longsor, kekeringan dan hilang- di provinsi tersebut, laju deforestasi aki-
nya habitat satwa yang dilindungi. bat ekspansi perkebunan kelapa sawit
Hutan alam di Indonesia tidak per- di Maluku Utara cenderung meningkat,
nah lepas dari ancaman. Dari tahun 2013 yaitu dari 905 hektare/tahun menjadi
sampai 2016 hutan alam di 3 provinsi, 3 ribu hektare/tahun. Kecenderungan-
Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan nya, peningkatan laju deforestasi akibat
Maluku Utara, hilang sebanyak 718 ribu ekspansi perkebunan kelapa sawit di
hektare. Dengan demikian maka laju Maluku Utara akan terus berlangsung
deforestasi sebesar 240 ribu hektare/ mengingat tren luas perizinan perke-
tahun, atau 20 ribu hektare/bulan. Pada bunan kelapa sawit yang juga terus me-
tahun 2016 total luas hutan alam di 3 ningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
provinsi tinggal 9 juta hektare. 2009 totalnya terdapat 7.500 hektare
Sebagian besar, tepatnya 72 persen, areal dengan izin perkebunan kelapa
dari seluruh deforestasi di Sumatera sawit, meningkat menjadi 15.500 hek-
Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku tare di tahun 2013, dan 48.623 hektare
Utara terjadi di dalam wilayah yang izin di tahun 2016.
konsesinya telah diberikan oleh pemer-

41 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Peningkatan laju deforestasi juga terlihat pada
hutan alam yang berada di dalam konsesi HTI. Dari
10 ribu hektare/tahun di tahun 2013 menjadi 12 ribu
hektare/tahun di tahun 2016. Di Kalimantan Timur
laju deforestasi di dalam konsesi HTI meningkat dari
6 ribu hektare/tahun menjadi 9 ribu hektare/tahun.
Peningkatan laju deforestasi ini berkorelasi dengan
pertambahan luas area dengan izin HTI di Kaliman-
tan Timur: 298 ribu hektare di tahun 2009, 373 ribu
hektare di tahun 2013, dan 377 ribu hektare di tahun
2016. Pendorong peningkatan laju deforestasi lain-
nya adalah dimulainya pembangunan pabrik pulp
di Kabupaten Penajam Paser Utara. Kebutuhan kayu
untuk pabrik pulp ini akan mendorong konversi hu-
tan alam menjadi tanaman monokultur baik di dalam
ataupun di luar area konsesi HTI.

Praktik Legal dan Ekspansi Perkebunan


Kelapa Sawit di Konsesi IUPHHK-HA/HPH
Dari tahun 2013 sampai 2016 setiap tahunnya
hutan alam di dalam area konsesi HPH di Sumatera
Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku Utara hilang se-
Ekspansi Pertambangan
luas rata-rata 27 ribu hektare. Ini adalah peningkatan Pertambangan adalah sektor yang memiliki andil
laju deforestasi dua kali lipat jika dibandingkan den- besar terhadap hilangnya hutan alam. Ini terjadi ter-
gan rata-rata laju deforestasi dari tahun 2009 sampai lebih khusus di Maluku Utara dan Kalimantan Timur.
2013, 13 ribu hektare/tahun. Di Maluku Utara pen- Deforestasi di dalam area dengan izin pertambangan
ingkatan laju deforestasi adalah dari 3,3 ribu hektare/ bahkan menjadi penyumbang terbesar hilangnya
tahun menjadi 4,8 ribu hektare/tahun. Di Sumatera hutan alam di Maluku Utara. Dalam periode 2013-
Utara dari 2,4 ribu hektare/tahun menjadi 4,9 ribu 2016 tercatat 15 ribu hektare hutan alam yang hilang
hektare/tahun. Di Kalimantan Timur dari 7 ribu hek- setiap tahun di dalam area izin konsesi pertamban-
tare/tahun menjadi 18 ribu hektare/tahun. gan. Laju deforestasi tersebut meningkat lebih dari
Salah satu penyebab tingginya deforestasi di dua kali lipat dari periode sebelumnya, 2009-2013,
dalam area konsesi HPH adalah ekspansi perkebunan yang 6 ribu hektare/tahun. Hal yang sama juga ter-
kelapa sawit ke dalam Kawasan Hutan yang telah di- jadi di Kalimantan Timur, laju deforestasi di dalam
bebani izin HPH itu. Contoh kasusnya adalah adanya konsesi pertambangan meningkat dari 5 ribu ha/
perkebunan kelapa sawit di dalam area konsesi HPH tahun (2009-2013) menjadi 11 ribu ha/tahun (2013-
PT Teluk Nauli di Sumatera Utara. 2016).
Selain itu buruknya kinerja para pemilik izin HPH Kecenderungan hilangnya hutan alam di dalam
dalam mengelola hutan secara berkelanjutan secara konsesi pertambangan diprediksi masih akan terus
langsung juga menyebabkan deforestasi. Peneban- terjadi di 3 provinsi ini mengingat bahwa sampai
gan kayu yang dilakukan secara selektif di area HPH dengan tahun 2016 masih terdapat lebih dari 800
seharusnya tidak berdampak signifikan terhadap tu- ribu hektare hutan alam yang berada di dalam area
tupan hutan alam di areal konsesi. Apalagi jika di ar- konsesi pertambangan.
ea-area bekas tebangan dilakukan penanaman kem- Akhirnya, sebuah refleksi akhir adalah bahwa
bali dengan pemeliharaan dan pengawasan yang saat ini kecenderungan hilangnya hutan alam telah
memadai oleh para pemilik izin. Oleh karenanya pen- bergeser ke wilayah timur Indonesia. Ini tak lain kare-
ingkatan laju deforestasi yang signifikan di dalam na hutan alam di Pulau Sumatera dan Pulau Kaliman-
area konsesi HPH menimbulkan kecurigaan adanya tan memang sudah semakin sedikit. Padahal hutan
usaha penggantian komoditas dari kayu hutan alam alam di wilayah timur Indonesia itu kebanyakan be-
menjadi bukan kayu hutan alam. Selain itu, lemahnya rada di pesisir dan pulau-pulau kecil yang jika hutan-
kontrol dan pengawasan di area-area bekas teban- nya hilang maka dampaknya akan jauh lebih besar
gan menyediakan kondisi untuk perambahan lahan jika dibandingkan dengan hilangnya hutan di pulau-
oleh masyarakat yang berusaha mengisi ruang ko- pulau besar. Tenggelamnya pulau, intrusi air laut dan
song yang ditelantarkan tersebut. hilangnya sumber-sumber kehidupan masyarakat
pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah timur Indo-
nesia kini adalah ancaman di depan mata.

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 42


DAFTAR PUSTAKA
APHI. 2016. Road Map Pembangunan Hutan WD, dan Resosudarmo IAP. 1997. Laju dan Pe
Produksi Tahun 2016-2045. Jakarta nyebab Deforestasi di Indonesia: Penelaahan
Asri S. 2013. Dimensi Internasional Dalam Kerancuan dan Penyelesaiannya. Occasional
Deforestasi Di Indonesia. Vol. 14, No. 2, Juli 2013 Paper No. 9 (I). Cifor. Bogor
Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional Fajar Surya Swadaya. 2018. Dokumen
Aktual. 2015. Perkebunan Penyerobot Lahan RKUPHHK-HT PT Fajar Surya Swadaya tahun
Koptan di Tapteng Garap Lahan Secara illegal. 2008-2017
http://www.aktual.com/perkebunan-penyero Fajar Surya Swadaya. 2014. Dokumen RKTPHHK-
bot-lahan-koptan-di-tapteng-garap-lahan-se HT PT Fajar Surya Swadaya tahun 2014
cara-ilegal/ diakses pada 18 Oktober 2017 FWI, GFW. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia
Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Se Tahun 2000. Bogor
latan. 2015. https://halmaheraselatankab.bps. FWI. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia
go.id/ akses tanggal 19 Juli 2017 Tahun 2000-2009. Bogor
BAPEDALDA Tapanuli Tengah. 2017. http:// FWI. 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia
www.bapedalda-taptengkab.info/file_down Tahun 2009-2013. Bogor
load/35_16-08-03-1-39-31_82581_gaharumas. Grainger, A. 1993. Controlling Tropical Deforestation.
jpg diakses pada 18 Oktober 2017 Earthscan, London. Dalam Sunderlin WD,
BAPPENAS. 2010. Indonesian Climate Change dan Resosudarmo IAP. 1997. Laju dan Pe
Sektoral Roadmap (ICCSR) Summary Report nyebab Deforestasi di Indonesia: Penelaahan
Forestry Sektor, hal. 2. Jakarta Kerancuan dan Penyelesaiannya. Occasional
CNN Indonesia. 2017. Kementan Klaim Paper No. 9 (I). Cifor. Bogor
Sawit Sumbang Devisa Negara Rp. 239 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2008.
Triliun. https://www.cnnindonesia.com/eko Mengatasi Tumpang Tindih antara Lahan Pert
nomi/20170829150806-92-238106/kementan- ambangan dan Kehutanan. Direktorat Sumber
klaim-sawit-sumbang-devisa-negara-rp239- Daya Mineral Dan Pertambangan. Jakarta
triliun diakses tanggal 12 Oktober 2017 Kementerian Kelautan dan Perikanan. Direktorat
Dirjenbun. 2017. Data Izin Usaha Perkebunan (IUP) Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil http://www.
sampai dengan tahun 2017. Jakarta ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/
Djajadilaga M. 2009. Emisi Gas Rumah Kaca public_c/pulau_data. Akses tanggal 12 Oktober
Dalam Angka. Asisten Deputi Urusan Data dan 2017
Infromasi Lingkungan, Kementerian Negara KLHK. 2016. Data Peredaran Kayu Bulat di Indonesia.
Lingkungan Hidup. Jakarta Kompilasi Dokumen Rencana Pemenuhan
Economist Intelligence Unit. 1995. Country Bahan Baku Industri (RPBBI) sampai dengan
Report: Indonesia 4th Quarter 1995. The Econo Tahun 2009-2016. Jakarta
mist Intelligence Unit, London. Dalam Sunderlin

43 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


KLHK. 2016. Kompilasi Data Statistik Kehutanan bun_pt_gaharu_mas.html diakses pada 18
dari Tahun 2009-2016. Jakarta Oktober 2017
Kompas. 2015. Jokowi: Ironis, Luas Hutan Indonesia Sunderlin WD, dan Resosudarmo IAP. 1997. Laju
Terbesar, tetapi Penghasil Emisi Karbon dan Penyebab Deforestasi di Indonesia: Penel
Tertinggi. http://nasional.kompas.com/ aahan Kerancuan dan Penyelesaiannya. Occa
read/2015/11/26/13455761/Jokowi.Ironis.Luas. sional Paper No. 9 (I). Cifor. Bogor
Hutan.Indonesia.Terbesar.tetapi.Penghasil.Emisi. Tacconi L, dkk. 2003. Proses Pembelajaran
Karbon.Tertinggi diakses tanggal 20 November (Learning Lesson) Promosi Sertifikasi Hutan Dan
2017 Pengendalian Penebangan Liar Di Indonesia.
Kummer, D.L. and B.L. Turner II. 1994. The human Center For International Forestry Research.
causes of deforestation in Southeast Asia. Bogor
BioScience 44(5):323-328. Dalam Sunderlin WD, Teluk Nauli. 2012 Dokumen RKUPHHK-HA PT
dan Resosudarmo IAP. 1997. Laju dan Penyebab Teluk Nauli Tahun 2012-2021
Deforestasi di Indonesia: Penelaahan Kerancuan Tempo. 2016. Kerugian Akibat Banjir di Pulau
dan Penyelesaiannya. Occasional Paper No. 9 (I). Obi Capai Ratusan Milyar. https://nasional.
Cifor. Bogor tempo.co/read/826441/kerugian-akibat-banjir-
Lambodja Sertifikasi. 2016. Resume Hasil Penil di-pulau-obi-capai-ratusan-miliar . Akses tang
ikan Verifikasi Legalitas Kayu Pada IUPHHK-HA gal 12 oktober 2017
PT Poleko Yubarsons. Bogor Thamrin School. 2017. Meluruskan Logika
Lambodja Sertifikasi. 2017. Pengumuman Pem tentang Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Ver
bekuan Sertifikat PHPL / VLK terhadap IUPHHK- sus Deforestasi. Press Relase. Jakarta
HA PT Poleko Yubarsons. Bogor Toba Pulp Lestari. 2010. Dokumen RKUPHHK-HT
Lambodja Sertifikasi. 2017. Pengumuman PT Toba Pulp Lestari tahun 2010-2019
Penerbitan Sertifikat PHPL / VLK terhadap I Tribunnews. 2015. Agra Bareksa Bangun Pabrik
UPHHK-HA PT Poleko Yubarsons. Bogor Pulp dan Rel Kereta Api di PPU. http://kaltim.
Mongabay. 2017. Orangutan Tapanuli Spesies tribunnews.com/2015/03/03/agra-bareksa-ban
Baru Yang hidup di Ekosistem Batang Toru. gun-pabrik-pulp-dan-rel-kereta-api-di-ppu.
https://www.mongabay.co.id/2017/11/05/ akses tanggal 12 oktober 2017
orangutan-tapanuli-spesies-baru-yang-hidup- Undang - Undang No. 1 Tahun 2014 Tentang
di-ekosistem-batang-toru/ diakses pada 7 No Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
vember 2017 Kecil
Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Undang - Undang No.16 Tahun 2016 Tentang
Produksi Lestari No. P.14/VI-BPPHH/2014 jo P.15/ Pengesahan Paris Agreement To The United
PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tentang Standar dan Nations Framework Convention On Climate
Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Penge Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi
lolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa
kasi Legalitas Kayu (VLK) Mengenai Perubahan Iklim)
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang
Nomor: P.30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Kehutanan
Pengurangan Emisi dari Deforestasi Dan Degra William D. Sunderlin dan Ida Aju Pradnja Reso
dasi Hutan (REDD) sudarmo, 1997. Laju dan Penyebab Deforestasi
Peraturan Presiden (Perpres) No. 61/2011 mengenai di Indonesia: Penelaahan Kerancuan dan Pe
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas nyelesaiannya. Center For International Forestry
Rumah Kaca (RAN-GRK) 2010-2020 Research. Bogor
Presiden Republik Indonesia. 2010. Naskah World Bank. 1990. Indonesia: Sustainable Devel
Akademik Rencana Aksi Nasional Penurunan opment of Forests, Land, and Water. The World
Emisi Gas Rumah Kaca. Jakarta Bank, Washington, DC. Dalam Sunderlin WD,
Poleko Yubarsons. 2014. Dokumen RKUPHHK- dan Resosudarmo IAP. 1997. Laju dan Penyebab
HA Tahun 2014-2022 Deforestasi di Indonesia: Penelaahan Kerancuan
Rani Moediarta R, Stalker P. 2007. Sisi Lain dan Penyelesaiannya. Occasional Paper No. 9 (I).
Perubahan Iklim. Mengapa Indonesia Harus Cifor. Bogor
Beradaptasi Untuk Melindungi Rakyat Miskin World Resoure Institute. 2012. dalam Kata Data.
nya. UNDP. Jakarta 2016. Cina dan Amerika, Penghasil Emisi Karbon
RRI. 2016. Di Tuding Penyeabb Rusaknya Jem Terbesar Dunia. https://databoks.katadata.co.id/
batan, Ratusan Warga Geruduk Kebun PT Gaha datapublish/2016/11/14/cina-dan-amerika-
ru Mas. http://rri.co.id/sibolga/post/beri penghasil-emisi-karbon-terbesar-dunia. akses
ta/264945/daerah/dituding_penyebab_ru tanggal 20 Novermber 2017
saknya_jembatan_ratusan_warga_geruduk_ke

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 44


Lampiran 1. Peta Sebaran Tutupan Hutan tahun 2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Sumatera Utara

45
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
Lampiran 2. Peta Sebaran Tutupan Hutan tahun 2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Kalimantan Timur

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


46
Lampiran 3. Peta Sebaran Tutupan Hutan tahun 2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Maluku Utara

47
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
Lampiran 4. Peta Sebaran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA)2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Kalimantan Timur

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


48
Lampiran 5. Peta Sebaran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA)2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Sumatera Utara

49
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
Lampiran 6. Peta Sebaran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA)2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Maluku Utara

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


50
Lampiran 7. Peta Sebaran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) 2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Kalimantan Timur

51
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
Lampiran 8. Peta Sebaran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) 2016 dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Sumatera Utara

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


52
Lampiran 9. Peta Sebaran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) 2016, Sebaran Perkebunan Kelapa Sawit, dan Deforesta-
si tahun 2013-2016 di Maluku Utara

53
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
Lampiran 10. Peta Sebaran Sebaran Perkebunan Kelapa Sawit dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Kalimantan Timur

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


54
Lampiran 11. Peta Sebaran Sebaran Perkebunan Kelapa Sawit dan Deforestasi tahun 2013-2016 di Sumatera Utara

55
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
Lampiran 12. Daftar temuan indikasi pelanggaran sistem VLK berdasarkan Perdirjen No. P.14/VI-BPPHH/2014
jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016

p.1 Kepastian areal IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan


K.1.1 Areal unit manajemen hutan terletak di kawasan hutan produksi
Temuan FWI / Pemantau
Penilaian LVLK Independen
Memenuhi: SK IUPHHK-HA PT Poleko
Yubarsons beserta peta lampirannya yang
telah disahkan oleh pejabat berwenang
tersedia lengkap dan
berdasarkan overlay Peta Penunjukan
9.992 hektare area konsesi
1.1.1 Pemegang Izin/Hak Pengelolaan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku
berada di luar kawasan
mampu menunjukkan keabsahan Izin Usaha (Lampiran surat menteri kehutanan No.
hutan fungsi produksi. 9.333
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) 490/menhut-II/2012 tanggal 5 September
hektare di APL, 585 hektare
2012) dengan PDAK PT Poleko Yubarsons
Hutan Lindung, 74 hektare
(Lampiran Surat keputusan menteri
Hutan Suaka Alam
kehutanan dan perkebunan No.
S.962/KptsII/1999 tanggal 14 Oktober 1999)
menunjukkan bahwa lokasi areal PT Poleko
Yubarsons telah sesuai dengan
peruntukannya.
P.3 Keabsahan perdagangan atau pemindahtanganan kayu bulat
K.3.1 Pemegang izin menjamin bahwa sumua kayu yang diangkut dari tempat penimbunan kayu (TPK) hutan ke TPK
antara dan dari TPK antara ke industri primer hasil hutan (IPHH)/pasar, mempunyai identitas fisik dan dokumen yang
sah
Temuan FWI / Pemantau
Penilaian LVLK Independen
3.1.1 Seluruh kayu bulat yang Memenuhi: Tersedia dokumen LHP serta
ditebang/dipanen atau yang dipanen/ telah disahkan oleh petugas yang berwenang.
Tidak ditemukan nomor
dimanfaatkan telah di–LHP-kan Dokumen LHP sesuai dengan fisik kayu.
batang di tunggak kayu
Nomor batang di LHP dapat ditemukan di
lapangan.
P.4 Pemenuhan aspek lingkungan dan sosial yang terkait dengan penebangan
K.4.1 Pemegang izin telah memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)/Dokumen Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (DPPL)/Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) &
melaksanakan kewajiban yang dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan tersebut
Temuan FWI / Pemantau
Penilaian LVLK Independen
Memenuhi: PT Poleko Yubarsons telah Sungai yang dijadikan jalan,
melaksanakan sebagian pengelolaan penebangan di sempadan
4.1.2 Pemegang izin memiliki laporan
lingkungan seperti pembuatan jalan dengan sungai dan anak sungai,
pelaksanaan RKL dan RPL yang menunjukkan
sistem pengerasan batu dan tanah, penimbunan mata air, dan
penerapan tindakan untuk mengatasi
pembuatan gorong-gorong, timbulnya konflik sosial.
dampak lingkungan dan menyediakan
turap dan penataan sempadan sungai. Selain itu, aktivitas
manfaat sosial
Kegiatan pemantauan lingkungan dari segi perusahaan juga diduga
Fisik-kimia, Biologi sosial ada laporan dan kuat menjadi penyebab
sarana prasarana pemantauan yang banjir yang terjadi di Pulau
dimilikinya. Obi.
Sumber: Hasil pantauan FWI, 2017

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 56


Lampiran 13. Pengumuman BAPEDALDA Kabupaten Tapanuli Tengah tentang permohonan penerbitan izin
lingkungan untuk perkebunan kelapa sawit PT Gaharu Mas

57 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Lampiran 14. Deforestasi tahun 20013-2016 dan tutupan hutan tahun 2016 di dalam kawasan hutan dan
bukan kawasan hutan (angka dalam hektare)

KALIMANTAN TIMUR
Deforestasi 2013- Tutupan Hutan
Status Kawasan
2016 2016 bukan hutan Luas Daratan
Bukan Kawasan Hutan (APL) 217.468 672.490 3.619.354 4.291.844
Hutan Lindung 12.010 1.632.621 131.287 1.763.908
Hutan Produksi 179.349 1.179.964 1.834.284 3.014.248
Hutan Produksi Konversi 2.354 41.753 78.874 120.628
Hutan roduksi Terbatas 51.088 2.305.978 534.330 2.840.308
Hutan Konservasi 10.332 66.655 368.523 435.178
TOTAL 472.602 5.899.461 6.566.653 12.466.114
MALUKU UTARA
Deforestasi 2013- Tutupan Hutan
Status Kawasan
2016 2016 bukan hutan Luas Daratan
Bukan Kawasan Hutan (APL) 30.805 54.544 562.293 616.837
Hutan Lindung 18.753 419.333 161.317 580.650
Hutan Produksi 36.983 245.775 234.685 480.460
Hutan Produksi Konversi 32.953 170.084 392.992 563.076
Hutan roduksi Terbatas 31.763 433.113 233.828 666.941
Hutan Konservasi 5.653 187.935 30.875 218.811
TOTAL 156.909 1.510.784 1.615.990 3.126.774
SUMATERA UTARA
Deforestasi 2013- Tutupan Hutan
Status Kawasan
2016 2016 bukan hutan Luas Daratan
Bukan Kawasan Hutan (APL) 28.927 126.053 3.931.074 4.057.128
Hutan Lindung 17.144 642.681 555.272 1.197.954
Hutan Produksi 19.203 167.410 526.734 694.144
Hutan Produksi Konversi 1.879 9.569 66.161 75.731
Hutan roduksi Terbatas 16.930 318.649 323.193 641.842
Hutan Konservasi 4.991 379.467 45.776 425.244
TOTAL 89.074 1.643.830 5.448.211 7.092.041

TOTAL 718.585 9.054.076 13.630.854 22.684.930

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 58


Lampiran 15. Deforestasi tahun 20013-2016 dan tutupan hutan tahun 2016 di dalam dan di luar
konsesi perizinan (angka dalam hektare)
TUTUPAN HUTAN ALAM 2016

Total di Dalam
PROVINSI TUMPANG TINDIH HPH HTI KEBUN TAMBANG Konsesi DI LUAR KONSESI Total
KALIMANTAN
TIMUR 1.179.276 1.629.739 138.444 228.799 348.900 3.525.158 2.374.303 5.899.461

MALUKU UTARA 207.539 169.165 2.611 3.010 348.297 730.621 780.163 1.510.784

SUMATERA UTARA 34.597 193.300 53.647 3.552 106.897 391.993 1.251.837 1.643.830

Grand Total 1.421.412 1.992.204 194.702 235.361 804.094 4.647.773 4.406.303 9.054.076
Persentase dengan
total luas hutan 16% 22% 2% 3% 9% 51% 49% 100%
DEFORESTASI 2013-2016

Total di dalam
PROVINSI TUMPANG TINDIH HPH HTI PO TAMBANG konsesi DILUAR KONSESI TOTAL
KALIMANTAN
TIMUR 203.902 54.495 29.501 61.571 35.907 385.376 87.226 472.602

MALUKU UTARA 31.715 14.597 2.843 9.098 46.717 104.971 51.938 156.909

SUMATERA UTARA 170 14.758 4.945 6.049 676 26.598 62.476 89.074

Grand Total 235.788 83.850 37.290 76.718 83.300 516.945 201.640 718.585
Persentase dengan
total deforestasi 33% 12% 5% 11% 12% 72% 28% 100%

59 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018


Forest Watch Indonesia (FWI) merupakan organisasi jaringan pemantau hutan independen, yang
terdiri dari individu-individu yang memiliki komitmen untuk mewujudkan proses pengelolaan
data dan informasi kehutanan di Indonesia yang terbuka dan dapat menjamin pengelolaan sum-
berdaya hutan yang adil dan berkelanjutan. FWI yakin bahwa cita-cita ini hanya akan terwujud
apabila tercipta kondisi dimana semua data kehutanan dan data yang terkait dengan sumberdaya
hutan bisa diperoleh dengan mudah dan cepat oleh semua orang, serta pengelolaan hutan di
Indonesia sungguh-sungguh terbebas dari semua jenis kegiatan eksploitasi hutan dan pengalihan
penggunaan kawasan hutan yang dapat mengurangi atau menghilangkan daya dukung ekosistem
hutan dan menimbulkan konflik.

VISI
Visi FWI adalah mewujudkan sistem pengelolaan data dan informasi kehutanan di Indonesia
yang terbuka menuju pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Visi
ini hanya akan terwujud apabila tercipta kondisi dimana semua data dan informasi kehutanan
dan yang terkait dengan sumberdaya hutan bisa diperoleh dengan mudah dan cepat oleh semua
orang serta pengelolaan hutan di Indonesia sungguh-sungguh terbebas dari semua jenis kegiatan
eksploitasi hutan dan pengalihan penggunaan kawasan hutan yang dapat mengurangi atau meng-
hilangkan daya dukung ekosistem hutan dan menimbulkan konflik.

MISI
1. Membangun pangkalan data dan informasi yang kredibel dan terkini.
2. Menyebarluaskan data dan informasi kepada publik.
3. Mempromosikan proses pembuatan kebijakan kehutanan dan pelaksanaan kebijakan yang
transparan dan akuntabel.
4. Mendorong partisipasi publik agar terlibat secara aktif dan konstruktif dalam mewujudkan tata
kelola yang baik.

DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 60


61 DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018
DEFORESTASI TANPA HENTI. 2018 62

Anda mungkin juga menyukai