Anda di halaman 1dari 6

9.

FAKTOR PENYEBAB KERAWANAN (INSECURE) HUTAN

A. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN


Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1985 tentang
perlindungan hutan, dinyatakan bahwa tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga
kelestarian hutan agar dapat memenuhi fungsinya. Untuk itu dilakukan segala usaha,
kegiatan, tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan hasil
hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama
dan penyakit, serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil
hutan.
Upaya perlindungan dan pengamanan hutan adalah bukan semata-mata tanggung jawab dan
tugas pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab dan tugas seluruh warga
masyarakat. Meskipun demikian, tanggung jawab dan tugas ini masih cukup berat untuk kita
emban bersama apalagi kegiatan perlindungan hutan ini tidak hanya mencakup kawasan
konservasi saja, tetapi juga mencakup kawasan hutan produksi, hutan lindung dan kawasan
hutan lainnya. Dengan semua keterbatasan yang ada, upaya perlindungan dan pengamanan
hutan harus tetap dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
Dilain pihak, masalah perlindungan dan pengamanan hutan adalah masalah yang cukup
kompleks serta dinamis. Dengan adanya perkembangan di berbagai bidang dan perubahan
dinamika di lapangan, maka terjadi pula perkembangan permasalahan perlindungan dan
pengamanan hutan, mulai dari perladangan berpindah dan perladangan liar yang dilakukan
oleh warga masyarakat yang sederhana, sampai pencurian kayu dan penyelundupan satwa
yang dilakukan atau didalangi oleh “bandit” berdasi.
Dalam melaksanakan upaya perlindungan dan pengamanan hutan ini, ada 3 (tiga) aspek
pendekatan yang harus diperhatikan, yaitu aspek teknis, aspek yuridis dan aspek fisik, serta
dilakukan secara fisik, preventif dan repressif. Sampai saat ini kegiatan perlindungan dan
pengamanan hutan, kebanyakan orang hanya membayangkan aspek teknis dan yuridisnya
saja, sedangkan aspek fisiknya kadang-kadang sama sekali dilupakan. Agar supaya upaya
perlindungan dan pengamanan hutan dapat berhasil dan berdaya guna, seharusnya ketiga
aspek pendekatan tersebut di atas dikembangkan bersama-sama.
Salah satu kebijaksanaan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan bidang Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam adalah: “Menciptakan keadaan yang relatif bebas dari segala bentuk
gangguan dan hambatan terhadap hutan dan kehutanan”. Berdasarkan pada prinsip di atas dan
kebijaksanaan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam maka dijabarkan
kebijaksanaan dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan. Kebijaksanaan tersebut
adalah: “Melaksanakan upaya perlindungan dan pengamanan hutan yang diperankan oleh
aparat Kehutanan dengan tenaga pengamanan hutan (Jagawana dan PPNS) sebagai inti,
bersama-sama masyarakat (yang terpilih dan terlatih, antara lain Satpam HPH,
Hansip/Wanra) dengan bersandar pada instansi atau aparat keamanan setempat”. Dewasa ini,
usaha perlindungandan pengamanan hutan di lapangan didukung oleh kekuatan Jagawana
sebanyak 7.719 orang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebanyak 1.079 orang, serta
SATPAM HPH sebanyak 720 orang. Apabila dibandingkan dengan luas kawasan hutan dan
masalah (hambatan, tantangan, gangguan dan ancaman) yang dihadapi, jumlah yang ada ini
masih belum cukup. Sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan juga masih
harus dikembangkan/ditingkatkan, karena yang ada sekarang memang belum memadai.
1. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN TERHADAP KAWASAN HUTAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 yang merupakan penjabaran Bab V
dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1967, pada dasarnya upaya perlindungan hutan dibagi
menjadi dua upaya pokok, yaitu perlindungan dan pengamanan terhadap kawasan hutan serta
upaya perlindungan dan pengamanan terhadap hasil hutan.
Upaya perlindungan dan pengamanan kawasan hutan merupakan kegiatan untuk menjaga dan
mempertahankan keberadaan kawasan hutan serta hak-hak negara atas kawasan hutan,
mencegah dan membatasi kerusakan kawasan hutan. Upaya ini diawali dengan dilakukannya
penataan batas terhadap areal hutan yang telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan sesuai
dengan fungsinya, untuk dikukuhkan menjadi kawasan hutan. Upaya ini merupakan kegiatan
perlindungan/pengamanan teknis dan yuridis.
Kegiatan perlindungan dan pengamanan selanjutnya diarahkan untuk menjaga serta
mempertahankan kawasan hutan tersebut, antara lain dengan:
- Mencegah dan/atau menindak orang yang memotong, memindahkan, merusak atau
menghilangkan tanda batas kawasan hutan.
- Mencegah dan/atau menanggulangi (termasuk di dalamnya menindak) orang
yangmengerjakan atau menduduki kawasan hutan tanpa izin Menteri Kehutanan.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain pencegahan dan penanggulangan perambahan
hutan, perladangan berpindah/liar, pemukiman liar dan penambangan liar (oleh
masyarakat).
- Mengawasi, mencegah dan menanggulangi terjadinya tumpang tindih peruntukan
(penggunaan kawasan hutan di luar fungsi yang telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan).
Yang menjadi perhatian dalam kegiatan ini antara lain adanya tumpang tindih dengan
kegiatan transmigrasi, pertambangan, pertanian (perkebunan, perikanan, dll) dan
pengusahaan hutan (HPH).
- Mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan. Dalam hubungannya dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990, upaya perlindungan terhadap kawasan hutan ini dapat
dikaitkan terutama dengan pasal 14 s/d pasal 19, pasal 29 s/d pasal 35, pasal 39, pasal 40
dan pasal 41.

2. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN TERHADAP HASIL HUTAN


Upaya perlindungan dan pengamanan terhadap hasil hutan adalah kegiatan dalam rangka
mencegah dan membatasi kerusakan hasil hutan serta menjaga hak-hak negara atas hasil
hutan. Yang dimaksud dengan hasil hutan adalah hasil-hasil yang diperoleh dari hutan yang
berupa:
- Hasil-hasil nabati seperti kayu perkakas, kayu industri, kayu bakar, bambu, rotan, rumput-
rumputan, dan lain-lain bagian dari tumbuh-tumbuhan atau yang dihasilkan oleh tumbuh-
tumbuhan di dalam hutan, termasuk hasil yang berupa minyak.
- Hasil hewan seperti satwa buru, satwa elok dan lain-lain hewan serta bagian- bagiannya
atau yang dihasilkannya.
Upaya perlindungan dan pengamanan terhadap hasil hutan mencakup kegiatan baik di dalam
maupun di luar kawasan hutan. Kegiatan perlindungan dan pengamanan hasil hutan di dalam
kawasan hutan antara lain meliputi Kegiatan untuk mencegah dan menanggulangi:
- Penebangan liar serta pencurian kayu.
- Perburuan liar
- Penggembalaan liar
- Hama dan Penyakit Hutan/hasil hutan
- Pencurian hasil hutan non-kayu (seperti rotan, bambu, buah, getah, damar, madu, terumbu
karang, dll) - Kebakaran hutan.
Kegiatan perlindungan dan pengamanan hasil hutan di luar kawasan hutan mencakup antara
lain kegiatan: Pengawasan pelaksanaan Tata Usaha Kayu dan Pengawasan Lalu
Lintas/perdagangan tumbuhan dan satwa liar. Dalam hubungannya dengan Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1990, kegiatan perlindungan dan pengamanan hasil hutan ini dapat dikaitkan
khususnya dengan pasal 11 s/d pasal 13, pasal 20 s/d pasal 25, pasal 36, pasal 39 dan pasal
40.

3. RENCANA PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN


Dalam pengembangannya, upaya perlindungan dan pengamanan hutan diarahkan untuk
mandiri. Tercapainya kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan secara mandiri ini
diharapkan akan dapat dicapai melalui:
- Pemenuhan tenaga Jagawana sebanyak 17.500 orang (650 orang/provinsi): PPNS sebanyak
4.000 orang dan Satpam HPH sebanyak 12.500 orang).
- Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan di 27
Provinsi, yang meliputi sarana komukasi operasional, sarana transportasi, bangunan, seragam,
perlengkapan dan peralatan Jagawana.
 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan di 10
(sepuluh) provinsi yang rawan kebakaran hutan.
 Pembangunan sarana dan prasarana karantina Kehutanan di 27 Provinsi.
 Terbinanya hutan lindung di 27 Provinsi.
 -Terkendalinya hama dan penyakit di 15 Provinsi (dikaitkan dengan pengembangan
HTI).
 Terbinanya Taman Buru (setiap provinsi minimal satu taman buru) dan kegiatan
wisata buru di 10 Provinsi.

B. RUANG LINGKUP ILMU PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN


HUTAN
Perlindungan hutan adalah merupakan bagian dari kegiatan silvikultur yang bertujuan untuk
menyelamatkan hutan dari musuh-musuhnya. Perlindungan hutan merupakan bagian dari
kegiatan silvikultur yang sangat penting dan harus diberikan perhatian khusus sesuai dengan
subyeknya.
Ilmu Perlindungan Hutan dapat dipelajari secara terpisah dari bagian silvikultur lainnya,
dengan demikian ilmu ini akan tetap terasa pentingnya dan tidak pernah akan dilupakan.
Sasaran umum daripada perlindungan hutan adalah menanamkan kesadaran kepada setiap
petugas kehutanan akan pentingnya hubungan ilmu perlindungan hutan dengan cabang lain
dari ilmu silviculture pada khususnya serta cabang-cabang ilmu kehutanan pada umumnya
yang dalam hubungan ini kita kenal baik sebagai “forest management”.
Penyebab kerusakan hutan demikian banyak macamnya dan beberapa diantaranya sangat
merusak sehingga mustahil kita dapat memperoleh hasil tanaman yang menguntungkan tanpa
memberikan perlindungan yang cukup. Hal ini berlaku pula pada tanaman pertanian sehingga
dapat dikatakan bahwa perlindungan adalah merupakan dasar utama baik untuk tanaman
kehutanan maupun untuk tanaman pertanian. Namun demikian pada kenyataannya didaerah-
daerah hutan yang baru saja
pada tingkat awal pembangunannya, perlindungan ini masih kurang diperhatikan. Dengan
habisnya hutan alam, maka dimulailah hutan-hutan tanaman. Dalam proses pertumbuhan
hutan tanaman, timbul berbagai macam masalah dimana diantara masalah ini yang dianggap
sangat penting adalah melindungi tanaman dari musuh-musuhnya yang selalu mengancam
pada setiap saat.
Di Amerika pada mulanya, perlindungan hutan dipusatkan pada tanaman tua atau vegetasi
yang mempunyai nilai penting yang masih terdapat di dalam hutan alam. Tetapi pada akhir-
akhir ini perlindungan terutama ditekankan pada hutan-hutan tanaman. Pengalaman di
Amerika menunjukkan bahwa metode perlindungan yang dianggap murah dan efektif serta
aman, adalah penterapan sistem forest management dan sistem silvikultur untuk jangka
panjang.
Problema perlindungan tidak boleh dianggap sederhana karena tidak begitu mudah
menemukan perusak-perusaknya dalam waktu singkat. Tidak ada suatu sistem perlindungan
yang dapat dianggap memuaskan. Dalam perencanaan forest management diusahakan agar
sumber-sumber serangan dan perusak yang potensial agar dapat dikenal secara baik dan
dievaluasi sebelum menimbulkan kerugian. Dengan management yang baik, begitu timbul
gejala-gejala kerusakan maka pada saat itu pula dilakukan tindakan (penekanan populasi)
untuk menghindari kerugian yang besar. Kadang-kadang aktifitas sesuatu penyebab
kerusakan secara langsung menyebabkan berkembangnya sumber perusak lain. Seorang ahli
kehutanan harus dapat mengindentifisir setiap sumber-sumber perusak dan dapat
merencanakan sistim perlindungannya untuk menghindari atau mengurangi bahaya dari
sumber perusak tersebut.
Tindakan silvikultur dalam pengelolaan hutan dapat menimbulkan bahaya kerusakan yang
besar atau sebaliknya. Kerusakan hutan sesungguhnya dapat dibuat menjadi minim dengan
jalan melaksanakan sistem silvikultur secara intensif. Sebagai contoh, sistem transportasi
yang baik dengan jalan-jalan hutan yang cukup banyak, sehingga memudahkan penjelajahan
pada seluruh areal hutan. Hal ini memberi kemungkinan untuk menyelamatkan pohon-pohon
yang terserang perusak. Oleh sebab itu kerusakan yang timbul dapat diperkecil. Selanjutnya
dengan manajemen yang intensif dimana biasanya hutan dibagi ke dalam kelas-kelas kerja
yang baik, sehingga pengawasan dan penelitian dapat dilakukan secara mudah untuk segera
mengetahui sumber dan awal dari setiap serangan. Sebaliknya manajemen hutan biasanya
menghendaki tegakan hutan sejenis yang lebih peka terhadap serangan perusak dibandingkan
dengan hutan alam. Sebagaimana kita ketahui hutan tanaman sejenis akan memerlukan waktu
yang sangat panjang untuk sampai pada komposisi yang stabil. Dalam perjalanan yang
panjang ini dapat menyebabkan berkembangnya perusak dalam jumlah yang cukup besar.
Tegakan murni (hutan sejenis) biasanya lebih diinginkan karena dengan manajemen yang
baik dapat diharapkan volume yang produktif dan lebih menguntungkan dibanding dengan
tegakan campuran. Hasil-hasil penelitian Bugner di Switzerland menunjukkan bahwa antara
tegakan murni dengan tegakan campuran hampir sama saja pertumbuhan volumenya. Untuk
kepentingan perlindungan hutan, Bugner menyarankan tegakan campuran karena lebih
efektif, sangat mudah regenerasinya dan aman dari pada serangan perusak. Adalah benar
bahwa tegakan murni yang seumur mempunyai resiko yang sangat besar, karena merupakan
suatu lingkungan yang sangat disenangi oleh musuh-musuhnya dengan demikian kerugian
yang besar dapat terjadi dengan mudah.
Suatu pendapat dalam hal pembangunan atau penanaman hutan produksi kiranya dapat
mengikuti saran-saran berikut:
1. Tanamlah bermacam-macam spesies dalam suatu areal tegakan.
2. Tanamlah pohon-pohon yang tidak seumur dalam suatu areal tegakan hutan atau
buatlah tegakan-tegakan seumur dalan areal yang kecil kemudian tegakan ini
dihubungkan dengan tegakan lain yang berbeda umurnya.
3. Jika tegakan murni yang ditanam, buatlah masing-masing tegakan dalam ukuran yang
lebih kecil.
Suatu tegakan yang tidak seumur yang terdiri dari semua tingkatan umur mulai dari seedling
sampai pada pohon masak-tebang yang ditanam secara bercampur baur akan lebih resisten
terhadap kerusakan. Tetapi tipe hutan ini kurang dikembangkan karena pengaturan umurnya
sangat sulit. Suatu yang dianggap lebih aman adalah tegakan seumur yang diselang seling
dengan tegakan sejenis yang berlainan umurnya. Luas masing-masing tegakan diatur
sedemikian rupa yakni terdiri dari beberapa acres (1 acres = 0,40469 ha).
Hutan murni akan memberi jaminan keuntungan yang lebih besar daripada hutan campuran,
disamping itu pengaturan pengelolaannya jauh lebih mudah. Apabila tegakan murni ini terdiri
dari spesies-spesies yang sesuai dan diatur dengan kemampuan manajemen yang sempurna,
maka dapat diharapkan hasil pertumbuhan yang sukses. Pada tegakan hutan campuran
sebaiknya dipilih beberapa jenis yang resisten terhadap serangan perusak di samping jenis-
jenis komersial yang tidak resisten. Tidak mustahil bahwa jenis-jenis yang dianggap resisten
akan berubah menjadi tidak resisten sehingga kerugian besar dapat terjadi. Sebagai seorang
rimbawan, maka kesemua faktor tersebut perlu dipertimbangkan masak-masak di dalam
rencana pembangunan hutan buatan.

C. KLASSIFIKASI PERUSAK HUTAN


Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan-gangguan hutan dapat dibagi dua bagian yaitu
faktor-faktor fisik dan biologis. Faktor-faktor fisik meliputi hal-hal seperti angin, air,
kekeringan, petir, vulkanisme dan sebagainya. Faktor-faktor biologis meliputi pengaruh yang
disebabkan oleh jasad-jasad hidup yaitu manusia, binatang, tumbuh- tumbuhan.

Disamping kedua faktor tersebut di atas, faktor-faktor manusia, ternak, api (kebakaran), air
(banjir) dan hal lain yang dipengaruhi oleh masyarakat, seringkali dibicarakan tersendiri
merupakan faktor-faktor social, sebagaimana dijelaskan pada Skema Faktor-faktor Penyebab
Kerusakan Hutan.

Kemungkinan pada beberapa tempat, kerugian sebagai akibat binatang ternak jauh lebih besar
dibandingkan dengan kerugian yang disebabkan oleh sumber-sumber perusak lainnya. Pada
daerah-daerah yang terisolir kerusakan hutan oleh binatang- binatang liar dianggap sangat
penting karena dapat menimbulkan kerugian yang besar.

Selanjutnya kerusakan hutan yang disebabkan oleh atmosfir dapat terjadi secara terus-
menerus, bahkan sangat sulit sekali meramalkannya dibandingkan dengan perusak- perusak
lainnya. Akibat suhu yang tinggi, suhu rendah, kekeringan, air dan atmosfer lainnya demikian
umum sekali dan tidak dapat diramalkan sebelumnya. Tidak diragukan bahwa total kerugian
dalam beberapa tahun yang diakibatkan oleh atmosfir ini akan lebih besar daripada perusak-
perusak lainnya, disamping itu cuaca yang tidak normal adalah merupakan perangsang
timbulnya serangan-serangan dari jenis perusak lainnya seperti cendawan dan serangga. Juga
karena cuaca dapat timbul kebakaran hutan, sebab tanpa udara yang sesuai api tidak akan
menyala. Faktor penyebab kerusakan hutan antara lain:

I Faktor- faktor Fisik: api, angin, air, vulkanis, petir dan lain-lain.

II Faktor-faktor Biologis: a). Manusia, ternak, binatang menyusui lainnya, burung-burung,


serangga (hama); b) Tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, jamur, bakteri, virus dll (penyakit )

III Faktor-faktor Sosial: Kebakaran hutan, Peladangan, Penggembalaan, penebangan liar dan
Pencurian kayu

Uraian-uraian di atas yang menjelaskan secara singkat berbagai sumber perusak,


menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri tiap tipe perusak di atas dapat dianggap penting
karena masing-masing mempunyai potensi untuk membinasakan hutan. Dengan kenyataan
tersebut maka setiap rimbawan harus menyadari bahwa untuk perlindungan yang baik maka
perlu diperhatikan keseimbangan alamnya.

Perlindungan hutan dalam usahanya menekan populasi perusak, memerlukan keahlian secara
khusus. Seorang akhli dibidang ini harus mengetahui cara-cara klassifikasi serta gambaran
dari setiap penyebab kerusakan sehingga dengan demikian ia dapat memilih metode
pemberantasan yang sesuai. Tidak seorangpun rimbawan yang dapat menjadi akhli pada
semua bidang perlindungan, tetapi hanya dapat menjadi spesialisasi pada salah satu cabang
saja.

Seorang rimbawan, walaupun bukan spesialis perlindungan tetapi harus mengetahui


problema-problema perlindungan yang dianggap penting, harus memiliki kecakapan untuk
mengatasi penyebab kerusakan, harus mengerti prinsip-prinsip

pengaturan pemberantasan musuh-musuh hutan apabila dia temukan dilapangan dan pada
akhirnya harus dapat mengorganisir dan melaksanakan tindakan pemberantasan yang
diperlukan. Untuk membantu mengetahui tekhnik-tekhnik secara detail mengenai setiap
penyebab kerusakan dia dapat mengundang seorang spesialis ke lapangan. Seorang
spesialisasi dalam ilmu perlindungan hutan harus selalu menyadari dirinya bahwa apa yang
dilakukan tidak lain adalah dengan tujuan membantu kesuksesan program forest management
yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai