1. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan metode pemisahan untuk memisahkan suatu bahan
dengan bahan lainnya dengan cara menyerap bahan dengan menggunakan bahan
pengadsorpsi sehingga diperoleh bahan yang diinginkan. Proses adosrpsi biasanya
terjadi antara bahan yang berfase cair yang akan diserap dengan bahan solid yang
berfungsi sebagai penyerap dari cairan atau yang dikenal dengan istilah adsorben.
Perpindahan panas dapat terjadi secara konveksi yaitu pada cairan yang
diserap akan menerima panas. Perpindahan panas akan terjadi apabila terdapat
perbedaan temperatur. Proses perpindahan panas secara konduksi terjadi pada
adsorben yang merupakan benda padat, perpindahan panasnya terjadi pada material
padat tidak terjadi perpindahan media perantaranya atau konduksi.
Banyaknya pori yang dimiliki oleh adsorben maka kemapuan untuk
menyerap adsorbat atau bahan yangdiserap semakin banyak. Proses perpindahan
panas dapat terjadi antara bahan yang diserap dan adsorben. Pembuatan campuran
adsorben dilakukan untuk mendapatkan peningkatan pada transfer massa dan
panas. Adsorben harus mampu menyebarkan aliran panas yang diterima secara baik
dan cepat ke seluruh bagian adsorben. Kecepatan transfer panas ini berbeda-beda
hasilnya antara adsorben berbentuk butiran (granules) dan padatan (solid).
Perpindahan panas pada padatan lebih baik daripada butiran tetapi perpindahan
massanya rendah. Perpindahan panas lebih tinggi pada padatan dikarenakan
kerapatan adsorben bentuk padat lebih tingi daripada butiran.
Perpidahan panas merupakan perpindahan energi karena adanya perbedaan
temperatur. Contoh perpindahan panas pada adsorpsi yaitu perpindahan panas dari
matahari ke adsorben untuk menguapkan refrigeran. Kecepatan panas pada karbon
aktif yang dipadatkan, jarak antar molekulnya yang rapat memungkinkan
perpindahan panas ke adsorben lebih cepat. Adsorben karbon aktif yang bentuknya
butiran mempunyai perpindahan panas yang lebih rendah karena jarak antara
molekul penyusunnya renggang mengakibatkan panas dari matahari akan lama
mengkonduksi. Panas yang diterima adsorben akan lama menguapkan refrigeran.
Massa jenis karbon aktif yang dipadatkan lebih besar dari pada yang massa
karbon aktif yang berbentuk serbuk dengan mengasumsikan volume ruang
keduanya adalah sama. Pemadatan karbon aktif atau adsorben tersebut
mengakibatkan jarak antar materi pada adsorben akan semakin rapat sehingga
mengakibatkan panas dari satu titik dapat menginduksi titik lain disekitarnya secara
cepat daripada bentuk butiran. Semakin besar konduktivitas termal suatu bahan
maka laju panas juga kan semakin besar. Konduktivitas termal karbon aktif ynag
dipadatkan lebih besar daripada karbon aktif yang bentuk butiran.
Adsorben berpori dengan volume total yang luas maka massa adsorben
menjadi lebih kecil, sehingga konduktivitas termalnya semakin kecil juga.
Perpindahan panas akan lebih maksimal terjadi pada adsorben yang memiliki
sedikit pori atau total pori yang kecil. Pemberian pori dapat mempengaruhi proses
desorpsi namun pada kepadatan yang sama, pembuatan pori tidak mempengaruhi
perpindahan panas bahkan justru meningkatkannya. Perpindahan panas meningkat
karena panas dapat masuk ke pori dan menginduksi materi di sekitarnya sehingga
penyebaran panas dalam bahan menjadi lebih cepat (Sukatiman, 2014).
2. Distilasi
Distilasi merupakan proses pemisahan komponen fase cair dengan fase cair
berdasarkan pada perbedaan titik didih dari komponen tersebut. Suatu campuran
dapat dipisahkan dengan distilasi biasanya untuk memperoleh senyawa dengan
tingkat kemurnian tertentu. Komponen yang bersifat lebih volatile dengan titik
didih yang lebih kecil akan lebih dahulu menguap sehingga terpisahakan dengan
komponen yang memiliki titik didih yang berbeda (Jannah, 2010). Fase uap akan
dikondensasi sehingga kembali dalam bentuk cairan.Proses perpindahan panas
terjadi pada proses pemisahan secara distilasi ini. Distilasi memerlukan panas untuk
mengadakan proses penguapan komponen sehingga bisa berubah menjadi uap.
Distilasi sederhana melakukan proses penguapan komponen zat dengan cara
memanaskan komponen pada labu distilasi. Labu distilasi dipanaskan sehingga
campuran cairan didalam labu mengalami penguapan membentuk fase uap.
Perpindahan panas pada cairan disebut dengan perpindahan panas secara konveksi
dikarenakan media perambatan panas berupa fluida. Perpindahan panas juga terjadi
pada proses distilasi ini yaitu pada labu distilasi. Proses perpindahan panas terjadi
secara konduksi pada material labu distilasi yang mengalami perpindahan panas
dari daerah pada labu distilasi yang mempunyai temperatur lebih tinggi ke daerah
yang ber temperatur rendah. Perpindahan panasnya secara konduksi karena terjadi
antara material labu distilasi yang tidak mengalami perpindahan massa.
Panas yang diperoleh dari distilasi sederhana ini biasanya berasal dari hot
plate. Hot plate mengalami perpindahan panas secara konduksi pada bagian plate
yang mengalami kenaikan temperature. Perpindahan panas secara radiasi juga dapat
terjadi yaitu ketika kita merasakan panas bila berada di sekitar rangkaian alat
distilasi sederhana. Perpindahan panas secara radiasi berupa gelombang atau tanpa
media perantara, sehingga walaupun tidak menyentuh alat tersebut perpindahan
panas masih dapat dirasakan pada tubuh seseorang yang berada di sekitar.
Tekanan uap adalah gaya tekan yang dimiliki setiap komponen yang
memungkinkan komponen tersebut meguap. Besarnya tekanan tekanan uap suatu
zat sama dengan tekanan parsial akan timbul ketika molekul komponen tersebut
suadah menjadi uap. Tekanan uap komponen berubah dengan perubahan
temperatur. Semakin tinggi temperaturnya maka tekanan uap komponen semakin
tinggi untuk meninggalkan fase cair dan menjadi fase uap. Setelah komponen
menjadi uap makan dilakukan proses kondensasi atau pendinginan komponen uap
sehingga dapat berubah kembali menjadi komponen fase cair (Treybal, 1987).
3. Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan atau komposisi dari suatu
campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada absorben cair yang
diikuti dengan pelarutan. Proses terjadinya absorpsi ini sendiri melibatkan peristiwa
perpindahan, yaitu perpindahan massa (mass transfer) dan juga perpindahan panas
(heat transfer) yang terjadi dalam suatu alat yang disebut dengan absorber.
Perpindahan panas yang terjadi di dalam absorber diantaranya adalah antara fluida
dengan dinding pipa dan juga pada dinding pipa itu sendiri. Perpindahan panas
yang terjadi pada absorber yaitu secara konduksi dan konveksi. Perpindahan massa
pada absorben terjadi antara cairan dan gas yang akan di serap.
Perpindahan panas secara konveksi terjadi kontak antara gas yang diserap
dan cairan penyerapnya. Perpindahan panas yang terjadi dikarenakan adanya
perbedaan temperatur antara gas yang akan diserap dan cairan penyerapnya yang
mengadakan kondisi kesetimbangan antara uap dan cair. Perpindahan panas
antara kedua fluida ini berlangsung secara konveksi dikarenakan adanya
perpindahan massa atau pergerakan fluida yang menjadi perantara panas.
Pergerakan fluida yang akan akan membantu transfer panas yang tejadi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi juga pada proses absorpsi. Pada
kolom absorpsi terjadi perpindahan panas antara fluida yang bereaksi dengan
bagian material kolom absorpsi. Proses absorpsi ada yang disertai reaksi kimia,
bila reaksi yang terjadi secara eksotermis maka aka nada panas yang dikeluarkan
dari reaksi yang akan berpindah ke material kolom absorpsi. Perpindahan panas
ini membuat kolom absorpsi akan mengalami kenaikan temperatur. Kolom
absorber yang menggunakan packing atau isian, maka akan terjadi perpindahan
panas juga terhadap packing. Perpindahan panas yang terjadi pada material kolom
absorpsi tidak disertai perpindahan dari material kolom tersebut maka
perpindahan panas ini disebut dengan perpindahan panas secara konduksi.
Absorpsi gas dan uap dalam cairan ditemukan pada berbagai aplikasi dalam
teknologi kimia. Proses perpindahan panas dan massa secara simultan dalam sistem
gas-cair, tetapi dalam banyak kasus yang penting perpindahan massa adalah
dominan dan efeknya perpindahan panas dapat diabaikan. Proses absorpsi dapat
dianggap sebagai pertukaran massa secara isotermal, namun dalam beberapa kasus
perpindahan panas yang signifikan maka tidak bisa diabaikan.
Panas absorpsi dapat menyebabkan kenaikan gradien temperatur yang
kemudian dapat mengarah pada perpindahan panas. Temperatur dapat
mempengaruhi tekanan uap konsentrasi ekuilibrium antara dua fase yang juga dapat
mempengaruhi proses dari pertukaran massa. Contohnya ketika suatu absorbatnya
adalah uap dengan panas absorpsi yang tinggi, sehingga menggunakan absorben
air, selanjutnya akan ada interest yang tumbuh dalam proses tersebut yaitu
perpindahan massa akan dimulai dan menghasilkan perubahan suhunya.
Alat kontak cairan gas tempat absorpsi adalah spray tower, trayed tower,
atau packed tower. Perpindahan panas terjadi pada alat kontak absorpsi, bila
menggunakan packed tower maka akan terjadi perpindahan panas dari material
packed yang punya temperature tinggi ke material packed yang bersuhu lebih
rendah. Perpindahan yang terjadi pada alat kontak absorpsi secara konveksi.
Sistem yang melibatkan falling film liquid telah diaplikasikan secara luas
dalam peralatan modern. Absorpsi dalam liquid film dengan rezim aliran, geometri,
dan kondisi batas yang masing-masing berbeda. Variasi suhu yang diabaikan ke
arah yang rendah dan pada dasarnya mengasumsikan profil temperatur di sepanjang
ketebalan film. Variasi suhu dalam model mempengaruhi proses melalui efeknya
pada sifat fisik dari cairan. Hasil berupa tekanan uap larutan dapat mengurangi
kemampuan film untuk mengabsorpsi lebih banyak uap, yang pada gilirannya
mengurangi panas yang dihasilkan. Panas yang dipindahkan dari permukaan
membuat film menjadi mampu mengabsorpsi uap tambahan dan panas yang
dihasilkan akan lebih banyak ketika absobat jauh dari permukaan (Yih, 1980).