Anda di halaman 1dari 18

Perpindahan Panas

Kondensor

Kelompok 7 :

1. Leny Rahmawati (181910401025)


2. Sinta Dewi (181910401041)
3. Siti Aisyah (181910401048)
4. Evi Nadilah Giandita (181910401066)
TOPIK
01 Pengertian Kondensor

02 Tipe-Tipe Kondensor

03 Prinsip Kerja Kondensor

04 Aplikasi
TOPIK 1
Pengertian Kondensor
Pengertian Kondensor

Kondensor sebagai penukar kalor Berfungsi memaksimalkan efisiensi mesin pendingin

Terjadi pelepasan kalor Terjadi pengecilan entalpi refrigeran

Tempat terjadinya kondensasi Input : Uap hasil evaporasi, Output : Kondensat

(Basri, 2009).
TOPIK 2
Tipe-Tipe Kondensor
Tipe-Tipe Kondensor
Kondensor dengan Pendinginan Air (Water
Cooled)
 3 Tipe : Shell and Tube (Tabung dengan Pipa),
Shell and Coil (Tabung dengan Coil) , Double Tube
(2 Pipa, Pipa).

Water Air Kondensor dengan Pendinginan Udara (Air


Cooled Cooled Cooled)
 2 Tipe : Kondensor Konveksi Natural dan
Kondensor Konveksi Paksa

Kondensor dengan Pendinginan Campuran


Air dan Udara (Evapotrative)
Evapotrative  Refrigeran mengalir melalui pipa  Melalu
semprotan air, refrigerant terkondensasi 
perpindahan panas laten terjadi di seluruh pipa

(Hara, 1994).
Water Cooled Condenser

Shell and Tube (Tabung + Pipa) Shell and Coil (Tabung + Coil) Double Tube (2 Pipa)
Air Cooled Condenser

Natural Convection Forced Convenction


1. Membutuhkan luas 1. Memerlukan
permukaan yang kipas/blower untuk
besar memperkecil luas
permukaan
Natural Convection
2. Membutuhkan ruang 2. Membutuhkan lebih
lebih besar sedikit ruang
3. Sederhana dalam 3. Kompleks dalam
konstruksi konstruksi
4. Biaya rendah 4. Biaya sewa relatif
tinggi

Forced Convection
Air Cooled Condenser

Keuntungan Kerugian
1. Digunakan di lokasi di mana air 1. Laju transfer panas rendah
sulit digunakan
2. Konstruksi sangat sederhana 2. Kebisingan timbul saat beroperasi
3. Biaya awal dan biaya perawatan 3. Diperlukan luas permukaan yang
rendah besar
4. Lebih sedikit kerja dari pipa yang 4. Kurang efektif dalam kondisi cuaca
harus dilakukan panas
5. Lebih sedikit kemungkinan kotor 5. Kurang efisisen daripada
kondensor berpendingin air
6. Sangat mudah dibersihkan 6. Tidak dapat digunakan bersama
dengan refrigerant yang memiliki
indeks kompresi lebih tinggi
Evapotrative Condensor

Keuntungan Kerugian

1. Penguapan adalah 1. Membutuhkan system


proses perpindahan terpisah untuk
panas, kapasitas semprotan air
penyerapan panas dari
air diambil dari udara
yang membutuhkan
permukaan coil lebih
sedikit
2. Tidak perlu menara 2. Memerlukan
pendingin (cooling pemeliharaan rutin
tower)
3. Hanya dapat digunakan
untuk pabrik pendingin
berukuran sedang
TOPIK 3
Prinsip Kerja Kondensor
Grafik Suhu (T) Terhadap Entropi (S)
Grafik Tekanan (P) Terhadap Entalpi (H)

1. Proses 1-2 : Refrigeran di dalam evaporator menyerap panas disekitar


evaporator. Selama proses ini cairan berubah fase dari cair ke gas, dan pada
keluaran evaporator gas tersebut diberi pemanasan berlebih / superheated
gas.
2. Proses 2-3 : Uap yang diberi panas berlebih masuk menuju kompresor
dimana tekanannya dinaikkan. Suhu juga akan meningkat, sebab bagian
energi yang menuju proses kompresi dipindahkan ke refrigerant.
3. Proses 2-3’ : Proses kompresi isentropik  Kondisi dimana entropi tidak
berubah, terjadi pada tekanan dan suhu tinggi
4. Proses 3-4 : Gas bertekanan tinggi lewat dari compressor menuju
kondensor. Refrigerasi untuk proses ini biasanya dicapai dengan
menggunakan udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut terjadi pada
kondensor dimana fase gas diubah ke fase cair, sehingga cairan refrigerant
didinginkan ke tingkat yang lebih rendah ketika cairan ini menuju
ekspansion valve.
5. Proses 4-1: Dari cairan yang mempunyai tekanan tinggi melalui katub
Siklus Refrigerator ekspansi menuju evaporator sehingga tekanannya akan turun.

(Suhu terhadap Entropi)


(Smith, et al., 2001).
Prinsip Kerja Kondensor
Pengubahan fase gas menjadi cair (kondensasi) 
01 Kondensor yang baik harus dapat membuat cairan dingin
lanjut (subcooling) dari bahan pendingin cair sebelum
meninggalkan kondensor

Tekanan yang rendah di dalam kondensor adalah baik dan


02 ekonomis tetapi tekanan bahan pendingin yang
meninggalkan kondensor harus masih cukup tinggi untuk
mengatasi gesekan pipa dan tahanan dari alat pengatur
bahan pendingin
$130
HALF PRICE SALE
Tekanan di dalam kondensor yang sangat rendah dapat
03 Limited Time only
menyebabkan bahan pendingin tidak dapat mengalir
melalui pipa kapiler. KONDENSOR
Untuk mengubah dari fase gas menjadi cair diperlukan PRINSIP
usaha melepas kalor laten pengembunan dengan cara
04 mendinginkan uap tersebut  Media pendinginan berupa KERJA
air karena memiliki keuntungan yaitu memerlukan
pendingin yang lebih sedikit sehingga lebih ekonomis dan
memiliki dimensi yang sangat kecil (Dedi, 2006).
TOPIK 4
Aplikasi Kondensor
APLIKASI
KOLOM DISTILASI
Peran Kondenser
1. Mendinginkan uap dari reboiler
Your Picture Here 2. Mengkondesasi uap dari reboiler menjadi liquid 
ditampung dalam vessel  disebut reflux drum

Your Picture Here Your Picture Here

(Komariah, et al., 2009).


APLIKASI
PLTP (Pembangkit Listrik
Tenaga Panas bumi)

Peran Kondensor

1. Digunakan jenis direct-contact (kondensor yang


menggunakan spray) dalam mengkondesasikan uap
dengan mencampurkannya secara langsung
2. Pneggunaan spray : untuk percampuran uap dengan
dengan air pendingin  menyemprotkan air ke uap
keluaran turbin  bercampur  menghasilkan uap yang
hampir jenuh  dipompa oleh hotwell pump menuju
cooling tower

(Rosyada, et al., 2017).


DAFTAR
PUSTAKA

Basri, M.H. 2009. Efek Perubahan Aliran Massa Air Pendingin pada Kondensor terhadap Kinerja
Mesin Refrigerasi Focus 808. Jurnal SMARTek, 7(3): 197-203.
Dedy. 2006. Studi Perencanaan Evaporator pada Sistem Pendingin Adsorpsi Pasangan Karbon Aktif
dan Etanol. Surabaya: ITS. Place Your Picture Here
Hara, Supratman. 1994. Refrigerasi dan Penkondisian Udara. Bandung: Erlangga.
Komariah, et al. 2009. Tinjauan Teoritis Perancangan Kolom Distilasi untuk Pra-Rencana Pabrik
Skala Industri. Jurnal Teknik Kimia, 16(4): 19-27.
Rosyada, et al. 2017. Analisis Kinerja Kondensor Unit IV Sebelum dan Sesudah Overhaul. Jurnal
Politeknologi, 16(3): 233-238.
Smith, et al. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics. New York: McGraw-Hill
Thank You
FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai