Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MIERALOGI DAN PETROLOGI


SERI REAKSI BOWEN

Disusun Oleh :

Nama : Magdalena Regina Papene


NIM : 710018065
Kelas :

JURUSAN TEKIK PERTAMBANGAN


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatNya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Seri Reaksi Bowen. Dalam
penyusunan dan pembuatan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini tidak
akan terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak R. Andy Erwin Wijaya, S.T., M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
2. Bapak Ir. Hedro Puromo Selaku dosen Mineralogi & Petrologi
3. Teman-tema dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
yang telah memberikan bantuan dalam menyusun makalah ini

Semoga bantuan dan kerjasama yang telah diberikan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Saya menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan yang
disebabkan oleh kemampuan saya yang sangat kurang, untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran bagi yang membaca yang bersifat konstruktif
sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.

Yogyakarta,18 Mei 2019

Magdalena Regina Papene


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PEGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Bowen Reaction Series
2.2. Penjelasan tentang Bowen Reaction Series
2.3. Mineral Silika & Non silika
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari


segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang membahas tentang sifat-
sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang terjadi
baik didalam maupun diatas permukaan bumi, serta mempelajari sejarah
perkembangannya sejak bumi ini diciptakan sampai saat ini. Ilmu ini mempelajari
benda-benda terkecil seperti atom sampai berukuran besar seperti benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.

Untuk mempelajari semua tentang Bumi, dapat kita mulai dari pembentuk bumi
yang paling dasar yaitu mineral. Mineral dapat kita jumpai disekitar kita, dapat
berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang telah diendapkan pada dasar
sungai.Beberapa mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena
didapatkan dalam jumlah yang cukup besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak. Kecuali beberapa jenis mineral yang memiliki
sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan
yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi
oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang
dikenal sebagai “kristal”.

Seperti halnya ilmu-ilmu lainya,geologi ini memiliki konsep dan metodologi


yang komprehensif sebagai sebuah disiplin ilmu.Oleh karena itu,pengetahuan dan
pengalaman dalam bidang keilmuan mahasiswa sangat diperlukan untuk
memperoleh relevansi diantara ilmu-ilmu lain.

1.2 Maksud & Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk dapat lebih memahami dan mendalami penjelasan bowen reaction
series & mineral silika dan non silika
b. Untuk menambah wawasan tentang bahan galian dalam dunia
pertambangan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bowen Reaction Series

1.2 Penjelasan tentang Bowen Reaction Series

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan


kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar
yaitu:
1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.
2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung


semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara
perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya
pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai
dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma karena
penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali dapat
terbentuk dalam temperature yang sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi
jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk
pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent
Melting”; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan
larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur dapat menurun terus jika
pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang
terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam temperatur yang rendah

Mineral yang berada disebelah kanan dapat diwakili oleh mineral


kelompok Plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar
luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang
tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt.
Andesin dapat terbentuk pada suhu menengah dan terdapat batuan beku
Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah
adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti granit
atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret
: “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi
Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus.
Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut
Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na
( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral


Potasium Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa,
maka mineral Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara
seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang
terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah
sekali terubah menjadi mineral lain.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen
menemukan bahwa mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan
lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi
fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan dapat menentukan ciri dan
sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang lambat
memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk.

Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”, dimana lengan


bagian atas mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan
kanan atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous),
sedangkan lengan kiri atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak
berkelanjutan (discontinuous).

1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai
dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan
berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium
yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik
kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin
dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium
feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar
dengan hamper 100% natrium terbentuk.

2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate
dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang
temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma.
Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-
satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur
berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral
yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu
9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C
Biotit mulai terbentuk.

Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang


telah ada tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang
menyebabkan mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim
tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan
rim Pyroxene.Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana
semua besi dan magnesium telah selesai dipergunakan dalam pembentukan
mineral.

Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi,


magnesium, kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya
potassium, aluminium dan silica. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung
membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan terbentuk mika
muscovite apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang
sebagian besar mengandung silica dan oksigen akan membentuk Quartz
(kuarsa).Dalam kristalisasi mineral-mineral ini tidak termasuk dalam deret
reaksi karena proses pembentukannya yang saling terpisah dan independent.

BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini,tentunya masih banyak kekurangannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.Penulis banyak berharap kepada pembaca
yang budiman sudi bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis dan khususnya juga kepada pembaca pada
umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://linaparanitageo2012.blogspot.com/2012/12/mineral-silikat-dan-non-
silikat.html
http://bumi-is-earth.blogspot.com/2011/05/berdasarkan-senyawa-kimiawinya-
mineral.html
http://petroclanlaboratory.weebly.com/bowen-reaction-series.html
http://jojogeos.blogspot.com/2012/12/mineral-silika-dan non-silika.html
http://wahyusyah.multply.com/journal/item/44/PENGELOMPOKAN-MINERAL-
LENGKAP
http://anakgeotoba.blogspot.com/2010/04/klasifikasi-mineral.html
http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/02/sifat-kimiawi-mineral.html

Anda mungkin juga menyukai