Anda di halaman 1dari 30

KEJAKSAAN NEGERI PADANGSIDIMPUAN

JAKSA MASUK SEKOLAH


Kejahatan Narkoba & Kenakalan Remaja
Oleh: Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri
Padangsidimpuan

TIM PENYUSUN
PENERANGAN HUKUM

LAMRO SIMBOLON, SH
ALI ASRON HARAHAP. SH. MH
M. ZUL SYAFRAN HSB, SH
ASRIN, SH
PALITO HAMONANGAN, SH

LATAR BELAKANG

Hukum dan masyarakat akan selalu berkaitan, sejalan dengan


sebuah adagium hukum oleh Marcus Tullius Cicero(106-43 SM),
seorang filsuf, ahli hukum, dan ahli politik kelahiran Roma. yaitu
ubi Societas ibi Ius, dimana ada masyarakat disitu ada hukum.
Pandangannya tentang aliran interaksi dalam masyarakat dan
pembentukan struktur hukum membawanya pada kesimpulan
bahwa setiap masyarakat mutlak menganut hukum, baik
disengaja ataupun tidak.Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari perilaku masyarakatyang tergambar dalam adagium
oleh Plautus (495 SM) seorang filsuf asal Roma, yaituhomo homini
lupus, manusia adalah serigala bagi sesama.
Saat ini jumlah tindak pidana yang berkaitan dengan remaja
cukup memprihatinkan, baik itu mereka sebagai obyek (korban)
tindak pidana maupun sebagai subyek (pelaku) tindak pidana itu
sendiri.
Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan dan kewenangan lain
berdasarkan ketentuan perundang-undangan, sebagai barisan
terdepan dalam proses penuntutan dan melakukan eksekusi
terhadap pelanggaran hukum yang telah diputus oleh hakim dan

A. DEFINISI TINDAK PIDANA

Tindak pidana menurut Moeljatno adalah


perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana terhadap siapa saja yang
melanggar larangan tersebut.
Larangan dan ancaman pidana terhadap
suatu perbuatan di Indonesia diatur dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) dan Undang-undang lain yang
mengandung ancaman pidana, seperti UU
Tindak Pidana Korupsi, UU Narkotika, UU
Perlindungan Anak, dll
Berdasarkan data yang ada terkait perkara
yang mendominasi di wilayah hukum
Kejaksaan Negeri Padangsidimpuan, untuk
wilayah Kota Padangsidimpuan pada tahun
2015 adalah perkara Narkotika, bahkan
secara umum terkait kejahatan Narkotika
saat ini di Indonesia sudah memasuki
darurat narkotika.

B. KEJAHATAN NARKOTIKA

Narkotika diatur dalam UU.


No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika, dimana dalam
pasal 1 angka 1 UU Tindak
Pidana Narkotika tersebut
dijelaskan Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan
tanaman,
baik
sintetis
maupun semisintetis, yang
dapat
menyebabkan
penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi
sampai
mengilangkan rasa nyeri,
dan
dapat
menimbulkan
ketergantungan.

SANKSI
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Dalam UU. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika tersebut diatur terkait
ancaman pidana yaitu dalam pasal 111 sampai 148, adapun perkara yang
sering terjadi antara lain yang diatur :
Pasal

SANKSI
TINDAK PIDANA NARKOTIKA

Selain itu perkara narkotika yang paling umum terjadi dilingkungan


remaja adalah menyalahgunakan narkotika itu sendiri, berdasarkan
UU Tindak Pidana Narkotika yang dikatakan sebagai penyalahguna
narkotika adalah setiap orang yang menggunakan narkotika
tanpa hak atau melawan hukum (tanpa ijin). Adapun hukuman
yang diatur dalam UU ini pada pasal 127 adalah paling lama 4
tahun penjara.

SANKSI
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Bahkan selain itu, menurut
pasal 131 apabila
mengetahui telah terjadi
tindak pidana narkotika namun
tidak melaporkan maka
dikenakan pidana penjara
paling lama 1 tahun atau
denda paling banyak Rp.
50.000.000,- begitu pula
dengan percobaan untuk
melakukan tindak pidana
narkotika maupun
permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana
tersebut juga dikenakan dengan
pidana yang sama dengan
tindak pidana narkotika yang
dimaksud (pasal 132).

KETENTUAN REHABILITASI
PENYALAHGUNA NARKOTIKA

DASAR HUKUM
Surat
Edaran
Mahkamah
Agung
Nomor
:
04/Bua.
6/Hs/Sp/IV/2010 tanggal 07 April 2010 tentang revisi atas
SEMA 07 tahun 2009 tentang Penempatan Penyalahguna,
Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Pecandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial
Surat Edaran Jaksa Agung Nomor : SE-002/A/JA/02/2013
tanggal
15
Februari
2013
tentang
Penempatan
Penyalahgunaan Narkotika ke Lembaga Rehabilitasi dan
Rehabilitasi sosial
Surat Edaran Jaksa Agung Nomor : SE-601/E/EJP/02/2013
tanggal 28 Februari 2013 tentang Petunjuk Teknis untuk
Melengkapi Surat Edaran Jaksa Agung
Meskipun keberlakuan UU. No. 35 tahun 2009 tentang
Pasal
13 ayat (4) PP. No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Narkotika merubah cara pandang negara terhadap pecandu
wajib lapor pecandu Narkotika
narkotika, dimana pecandu narkotika tidak sebagai pelaku
kriminal melainkan dinyatakan sebagai korban namun perlu
diantisipasi terhadap kemungkinan untuk memanfaatkan
celah PP dan UU tersebut oleh pihak pengedar atau bandar
narkotika. Sehingga perlu dilakukan secara selektif dan
pengendalian yang ketat dengan menerapkan syarat-syarat

KLASIFIKASI
PENEMPATAN TERSANGKA/ TERDAKWA DI LEMBAGA
REHABILITASI
(SEJA : B-601/E/EJP/02/2013)

Dalam tahap penuntutan, Penuntut Umum dapat


menempatkan tersangka/ terdakwa pecandu Narkotika
dan Korban Penyalahgunaan Narkotika dipanti
Rehabilitasi Medis dan/atau sosial, di luar Rumah
Tahanan Negara, dengan syarat dan ketentuan :
a. Tersangka/terdakwa adalah pecandu, dibuktikan
dengan asesmen dokter baik dalam klasifikasi : coba
pakai, teratur pakai, pecandu suntik, dan pecandu
bukan suntik
b. Terdapat penetapan Pengadilan Negeri
c. Mempertimbangkan masih terbatasnya fasilitas
panti rehabilitasi medis/sosial, biaya, maupun
pelaksanaan peradilan yang cepat, sederhana, biaya
ringan, maka penempatan tersangka/terdakwa pada
panti rehabilitasi yang dimaksud, sementara masih
dibatasi

KLASIFIKASI
PENEMPATAN TERSANGKA/ TERDAKWA DI LEMBAGA
REHABILITASI
(SEJA : B-601/E/EJP/02/2013)

Penuntut Umum dalam tuntutan pidana dapat menuntut berupa penempatan terdakwa
pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika ke panti rehabilitasi medis dan sosial,
dengan syarat-syarat dan klasifikasi sebagai berikut :
a. Terdakwa pada saat di tangkap
oleh penyidik dalam kondisi
tertangkap tangan;
b. Pada saat tertangkap tangan
sesuai huruf a di atas, ditemukan
barang bukti pemakaian untuk 1
(satu) hari dengan perincian
berikut
: Laboratorium
c. sebagai
Surat
Uji
berdasarkan permintaan penyidik
yang
menyatakan
positif
menggunakan Narkotika
d. Perlu Surat Keterangan dari
dokter jiwa/psikiater pemerintah
yang ditunjuk oleh Hakim
e. Tidak terdapat bukti bahwa yang
bersangkutan terlibat dalam
peredaran gelap Narkotika.
f.

Bukan residivis kasus Narkotika

1) Kelompok metamphetamine
(shabu) : 1 gram
2) Kelompok MDMA (ekstasi) : 2,4
gram = 8 butir
3) Kelompok Heroin : 1,8 gram
4) Kelompok Kokain : 1,8 gram
5) Kelompok Ganja : 5 gram
6) Daun Koka : 5 gram
7) Meskalin : 5 gram
8) Kelompok Psilosybin : 3 gram
9) Kelompok LSD (d-lysergic acid
diethylamide) : 2 gram
10)Kelompok PCP (phencyclidine) : 3
gram
11)Kelompok Fentanil : 1 gram
12)Kelompok Metadon : 0,5 gram
13)Kelompok Morfin : 1,8 gram
14)Kelompok Petidin : 0,96 gram
15)Kelompok Kodein : 72 gram
16)Kelompok Bufrenorfin : 32 mg

KLASIFIKASI
PENEMPATAN TERSANGKA/ TERDAKWA DI LEMBAGA
REHABILITASI
(SEJA : B-601/E/EJP/02/2013)

Untuk menuntut berupa lamanya proses rehabilitasi, maka


Penuntut Umum harus dengan sungguh-sungguh
mempertimbangkan kondisi/taraf kecanduan terdakwa,
sehingga dalam hal ini diperlukan adanya keterangan ahli.
Dan sebagai standar dalam proses terapi dan rehabilitasi
adalah sebagai berikut :
1) Program Detoksifikasi dan Stabilisasi : lamanya 1 (satu)
bulan
2) Program Primer : lamanya 6 (enam) bulan
3) Program Re-Entry : lamanya 6 (enam) bulan

PENYALAHGUNAAN
LEM KAMBING/ LEM GOAT
*Lem Kambing
NGELEM

/ Lem Goat
merupakan bahan perekat
yang
biasa
digunakan
dalam keperluan seharihari dan keberadaannya
mudah didapat.
Namun
dalam
perkembangan
saat
ini,
banyak
remaja
yang
menyalahgunakan
lem
tersebut
dengan
cara
menghisap uap/ aroma lem
untuk mendapatkan efek
fly atau yang sering
disebut dengan ngelem

KANDUNGAN
LEM
LEM GOAT
Lem ini dibuat
dariKAMBING/
karet dengan mencampurkan
karet
tersebut dengan Zink oksida atau Magnesium oksida
menggunakan alat khusus, sehingga terbentuklah karet yang
bentuk lembaran tipis. Selanjutnya lapisan tipis tersebut
dibuat menjadi pasta menggunakanpelarut (pada umumnya
menggunakan zat kimia bernama Toluene). Dengan
penambahan panas pada proses ini akan menjadi lebih
mudah dan lebih efisien. Setelah itu baru dicampur dengan
resin, dan diaduk hingga menjadi lem
Dalam dunia farmasi toluene digunakan dalam pembuatan
pemanis non gula sakarin, anastesi lokal benzokain, dan juga
dalam pembuatan asam benzoate.

EFEK PENYALAHGUNAAN
LEM KAMBING/ LEM GOAT
NGELEM

efek jangka pendek

efek jangka panjang.

Denyut
jantung
meningkat
Mual-muntah
Halusinasi
Mati rasa atau hilang
kesadaran
Susah bicara atau cadel
Kehilangan koordinasi
gerak tubuh.

Kerusakan otak (bervariasi,


mulai dari cepat pikun, parkinson
dan kesulitan mempelajari
sesuatu)
Otot melemah
Depresi
Sakit kepala dan mimisan
Kerusakan saraf yang memicu
hilangnya kemampuan mencium

EFEK PENYALAHGUNAAN
LEM KAMBING/ LEM GOAT
1.Sudden Sniffing Death
NGELEM
Kematian mendadak saat menghirup uap
pelarut umumnya disebabkan oleh sabotase
fungsi jantung. Gejala awalnya adalah denyut
nadi meningkat dan tidak teratur, lalu tak lama
kemudian berhenti untuk selamanya.
2. Asphyxia
Uap pelarut juga bisa mengikat oksigen di
sistem pernapasan dan memicu asphyxia atau
kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
3. Sesak napas
Di kalangan anak jalanan, aktivitas ngelem
sering dilakukan dengan kepala ditutup tas
plastik agar uap tidak menyebar ke manamana. Ketika tubuh sudah terpengaruh uap
pelarut, si anak jalanan tidak bisa melepas
sendiri plastik penutup tersebut dan akan mati
lemas jika tidak ada temannya yang
menolong.
4. Bunuh diri
Depresi dan halusinasi merupakan dampak
serius dari uap solven. Dampak ini bisa
membunuh seseorang jika orang itu kemudian

KENAKALAN REMAJA
Kenakalan Remaja ( Juvinile Delinquency)
adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak
muda yang merupakan gejala sakit (patologis)
secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku
yang menyimpang,
adapun dalam UU. No. 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU. No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pada pasal 1 angka 1
disebutkan bahwa anak adalah mereka yang
masih belum 18 tahun termasuk anak dalam
kandungan, dalam pasal tersebut adalah terkait
dengan anak sebagai korban,
sedangkan dalam hal anak sebagai pelaku
disebutkan dalam pasal 1 angka 3 UU. No. 11 tahun
2012 tentang peradilan anak, yaitu mereka yang
telah berumur 12 tahun sampai 18 tahun.
Adapun kenakalan remaja yang sering terjadi
khususnya di Kota Padangsidimpuan antara lain
perbuatan cabul dan tawuran

PERBUATAN CABUL

perbuatan cabul, adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan atau


perbuatan keji yang berhubungan dengan nafsu kekelaminan.
Dalam KUHP perbuatan cabul diatur dalam pasal 289 KUHP dimana disebutkan
barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun. Sedangkan dalam pasal 285
KUHP bila perbuatan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut
dilakukan untuk memaksa seorang perempuan yang bukan isterinya bersetubuh
dengan dia diancam dengan pidana pemerkosaan dan dihukum penjara
paling lama 13 tahun.
Apabila perbuatan tersebut dilakukan kepada seseorang yang belum berusia
18 tahun, maka mengacu pada UU tentang perlindungan anak pada pasal
81 untuk pemerkosaan diancam hukuman pidana penjara paling singkat 5
tahun paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,- hal tersebut dikenakan juga untuk perbuatan cabul yang
diatur dalam pasal 82 UU perlindungan anak.

PERBUATAN CABUL

Terkait dengan kenakalan remaja


saat ini sangat memperihatinkan
khususnya di wilayah kota
Padangsidimpuan yang mana sesuai
dengan berita dalam surat kabar
Metro Tabagsel baru-baru ini dimana
beberapa orang remaja mengaku ke
orangtua bekerja di pasar, namun
kenyataannya remaja tersebut
bekerja sebagai seorang
Pangaledom (Pemandu Karaoke)
dan ditangkap di sebuah hotel. Hal
ini disebabkan karena pergaulan
bebas yang dapat mengarah
kepada prostitusi dan narkotika.

TAWURAN

a.

b.

c.

d.

Selanjutnya dalam hal tawuran yang


juga sering dilakukan para remaja,
diatur dalam pasal 170 KUHP
dengan hukuman pidana penjara:
Paling lama 5 tahun enam
bulan,
Paling lama 7 tahun apabila
dengan sengaja
menghancurkan barang atau
mengakibatkan luka-luka,
Paling lama 9 tahun bila
mengakibatkan luka berat
Paling lama 15 tahun bila
mengakibatkan maut.
Merujuk pada UU. peradilan anak
pada pasal 81 ayat (2) pidana
penjara yang dapat dijatuhkan
kepada anak paling lama dari
maksimum ancaman pidana
penjara bagi orang dewasa.

BALAP LIAR
Berdasarkan UU.No. 22
tahun 2009, pada pasal 115
disebutkan :
Pengemudi Kendaraan
Bermotor di Jalan dilarang:
a. mengemudikan Kendaraan
melebihi batas kecepatan
paling tinggi yang
diperbolehkan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21; dan / atau
b. berbalapan dengan
Kendaraan Bermotor
lain.
Ketentuan Pidana diatur
dalam Pasal 297
menyebutkan :
Setiap orang yang
mengemudikan
Kendaraan Bermotor
berbalapan di Jalan

BALAP LIAR
Pasal 311 UU. No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
1) Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan
Kendaraan Bermotor dengan cara atau keadaan
yang membahayakan bagi nyawa atau barang
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00
(tiga juta rupiah).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
kerusakan Kendaraan dan/ atau barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat
juta rupiah).
3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling
banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah).
4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK


UU. No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, menjelaskan :
Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan
data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol,
atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti
atau
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum
yang dilakukan dengan menggunakan Komputer,
jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya.
Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan,
menyiapkan,
menyimpan,
memproses,
mengumumkan,
menganalisis,
dan/atau menyebarkan informasi.
Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat
dan
prosedur
elektronik
yang
berfungsi
mempersiapkan,
mengumpulkan,
mengolah,
menganalisis,
menyimpan,
menampilkan,
mengumumkan,
mengirimkan,
dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.

INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK


Pasal 27 UU tentang ITE menjelaskan,
1)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan
dan/atau
mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
2)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan
dan/atau
mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan perjudian.
3)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan
dan/atau
mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran
nama baik.
4)Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan
dan/atau
mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki
muatan
pemerasan
dan/atau
pengancaman.
Pidana diatur dalam pasal 45 ayat (1), pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK


Pasal 28
1) Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan
kerugian
konsumen
dalam
Transaksi
Elektronik.
2)Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan
informasi
yang
ditujukan
untuk
menimbulkan
rasa
kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok
masyarakat
tertentu
berdasarkan
atas
suku,
agama,
ras,
dan
antargolongan (SARA).
Pidana pasal 45 ayat (2), pidana

PERDAGANGAN ORANG
(HUMAN TRAFFICING)

Dalam UU. No. 21 tahun 2007 tentang


pemberantasan tindak pidana perdagangan
orang, pada pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa
perdagangan orang adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan,
penampungan,
pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekerasan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan didalam negara
maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi
atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Tindak pidana perdagangan orang tersebut
seringkali berkaitan dengan anak sebagai obyek,
dimana sering kita lihat di media massa elektronik
maupun cetak, bahwa perdagangan orang yang
terjadi dilakukan dengan cara kekerasan bahkan
janji untuk bekerja atau mendapat sejumlah uang,

SKEMA PENANGANAN PERKARA


KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PENUNTUT
UMUM
MENERIMA
SPDPDITELITI
(Ps.
109 ATAS TERSANGKA DAN BARAN
PENYIDIK
PERKARA
BERKAS
TIDAK
LENGKAP
LENGKAP
PERKARA
MENYERAHKAN
DIPERIKSA
TANGGUNG
DAN
JAWAB
PENUNTUT UMUM MENERIMA BERKAS PERKARA (Ps. 8
PENYIDIKAN

SKEMA PENANGANAN PERKARA


KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERIKSAAN
PENYIDIK
PENUNTUT
PELAKSANAAN
UPAYA
HUKUM
MENYERAHKAN
UMUM
DI
PUTUSAN
PENGADILAN
MELIMPAHKAN
MEMBACAKAN
HAKIM
TANGGUNG
(EKSEKUSI)
SURAT
PERKARA
JAWAB
DAKWAAN
KE
ATAS
PENGADILAN
TERSANGKA
NEGERI
DAN BARANG
DENGAN BUKTI
PERMINTAAN
KEPADAAGAR
PENU
PUTUSAN
HAKIM

KESIMPULAN

Saat ini jumlah tindak pidana yang berkaitan dengan


remaja cukup memprihatinkan, baik itu mereka sebagai
obyek (korban) tindak pidana maupun sebagai subyek
(pelaku) tindak pidana itu sendiri. Perkara yang
berkaitan erat dengan remaja terutama di wilayah Kota
Padangsidimpuan mayoritas berupa perkara Narkotika,
namun perkara Perbuatan Cabul, serta perkelahian
remaja (tawuran) harus diwaspadai,begitu juga tindak
pidana lain seperti tindak pidana perdagangan orang,
dimana remaja rentan menjadi korban.
Mengingat bahwa saat ini merupakan era globalisasi
dimana segala bentuk informasi dapat diakses dengan
mudah
melalui
sarana-sarana
teknologi,
maka
diharapkan untuk tetap bijak dalam penggunaanya
serta tetap tunduk pada peraturan yang berlaku.

KEJAKSAAN NEGERI
PADANGSIDIMPUAN

SEKIAN & TERIMA


KASIH

Anda mungkin juga menyukai