TIM PENYUSUN
PENERANGAN HUKUM
LAMRO SIMBOLON, SH
ALI ASRON HARAHAP. SH. MH
M. ZUL SYAFRAN HSB, SH
ASRIN, SH
PALITO HAMONANGAN, SH
LATAR BELAKANG
B. KEJAHATAN NARKOTIKA
SANKSI
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Dalam UU. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika tersebut diatur terkait
ancaman pidana yaitu dalam pasal 111 sampai 148, adapun perkara yang
sering terjadi antara lain yang diatur :
Pasal
SANKSI
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
SANKSI
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Bahkan selain itu, menurut
pasal 131 apabila
mengetahui telah terjadi
tindak pidana narkotika namun
tidak melaporkan maka
dikenakan pidana penjara
paling lama 1 tahun atau
denda paling banyak Rp.
50.000.000,- begitu pula
dengan percobaan untuk
melakukan tindak pidana
narkotika maupun
permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana
tersebut juga dikenakan dengan
pidana yang sama dengan
tindak pidana narkotika yang
dimaksud (pasal 132).
KETENTUAN REHABILITASI
PENYALAHGUNA NARKOTIKA
DASAR HUKUM
Surat
Edaran
Mahkamah
Agung
Nomor
:
04/Bua.
6/Hs/Sp/IV/2010 tanggal 07 April 2010 tentang revisi atas
SEMA 07 tahun 2009 tentang Penempatan Penyalahguna,
Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Pecandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial
Surat Edaran Jaksa Agung Nomor : SE-002/A/JA/02/2013
tanggal
15
Februari
2013
tentang
Penempatan
Penyalahgunaan Narkotika ke Lembaga Rehabilitasi dan
Rehabilitasi sosial
Surat Edaran Jaksa Agung Nomor : SE-601/E/EJP/02/2013
tanggal 28 Februari 2013 tentang Petunjuk Teknis untuk
Melengkapi Surat Edaran Jaksa Agung
Meskipun keberlakuan UU. No. 35 tahun 2009 tentang
Pasal
13 ayat (4) PP. No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Narkotika merubah cara pandang negara terhadap pecandu
wajib lapor pecandu Narkotika
narkotika, dimana pecandu narkotika tidak sebagai pelaku
kriminal melainkan dinyatakan sebagai korban namun perlu
diantisipasi terhadap kemungkinan untuk memanfaatkan
celah PP dan UU tersebut oleh pihak pengedar atau bandar
narkotika. Sehingga perlu dilakukan secara selektif dan
pengendalian yang ketat dengan menerapkan syarat-syarat
KLASIFIKASI
PENEMPATAN TERSANGKA/ TERDAKWA DI LEMBAGA
REHABILITASI
(SEJA : B-601/E/EJP/02/2013)
KLASIFIKASI
PENEMPATAN TERSANGKA/ TERDAKWA DI LEMBAGA
REHABILITASI
(SEJA : B-601/E/EJP/02/2013)
Penuntut Umum dalam tuntutan pidana dapat menuntut berupa penempatan terdakwa
pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika ke panti rehabilitasi medis dan sosial,
dengan syarat-syarat dan klasifikasi sebagai berikut :
a. Terdakwa pada saat di tangkap
oleh penyidik dalam kondisi
tertangkap tangan;
b. Pada saat tertangkap tangan
sesuai huruf a di atas, ditemukan
barang bukti pemakaian untuk 1
(satu) hari dengan perincian
berikut
: Laboratorium
c. sebagai
Surat
Uji
berdasarkan permintaan penyidik
yang
menyatakan
positif
menggunakan Narkotika
d. Perlu Surat Keterangan dari
dokter jiwa/psikiater pemerintah
yang ditunjuk oleh Hakim
e. Tidak terdapat bukti bahwa yang
bersangkutan terlibat dalam
peredaran gelap Narkotika.
f.
1) Kelompok metamphetamine
(shabu) : 1 gram
2) Kelompok MDMA (ekstasi) : 2,4
gram = 8 butir
3) Kelompok Heroin : 1,8 gram
4) Kelompok Kokain : 1,8 gram
5) Kelompok Ganja : 5 gram
6) Daun Koka : 5 gram
7) Meskalin : 5 gram
8) Kelompok Psilosybin : 3 gram
9) Kelompok LSD (d-lysergic acid
diethylamide) : 2 gram
10)Kelompok PCP (phencyclidine) : 3
gram
11)Kelompok Fentanil : 1 gram
12)Kelompok Metadon : 0,5 gram
13)Kelompok Morfin : 1,8 gram
14)Kelompok Petidin : 0,96 gram
15)Kelompok Kodein : 72 gram
16)Kelompok Bufrenorfin : 32 mg
KLASIFIKASI
PENEMPATAN TERSANGKA/ TERDAKWA DI LEMBAGA
REHABILITASI
(SEJA : B-601/E/EJP/02/2013)
PENYALAHGUNAAN
LEM KAMBING/ LEM GOAT
*Lem Kambing
NGELEM
/ Lem Goat
merupakan bahan perekat
yang
biasa
digunakan
dalam keperluan seharihari dan keberadaannya
mudah didapat.
Namun
dalam
perkembangan
saat
ini,
banyak
remaja
yang
menyalahgunakan
lem
tersebut
dengan
cara
menghisap uap/ aroma lem
untuk mendapatkan efek
fly atau yang sering
disebut dengan ngelem
KANDUNGAN
LEM
LEM GOAT
Lem ini dibuat
dariKAMBING/
karet dengan mencampurkan
karet
tersebut dengan Zink oksida atau Magnesium oksida
menggunakan alat khusus, sehingga terbentuklah karet yang
bentuk lembaran tipis. Selanjutnya lapisan tipis tersebut
dibuat menjadi pasta menggunakanpelarut (pada umumnya
menggunakan zat kimia bernama Toluene). Dengan
penambahan panas pada proses ini akan menjadi lebih
mudah dan lebih efisien. Setelah itu baru dicampur dengan
resin, dan diaduk hingga menjadi lem
Dalam dunia farmasi toluene digunakan dalam pembuatan
pemanis non gula sakarin, anastesi lokal benzokain, dan juga
dalam pembuatan asam benzoate.
EFEK PENYALAHGUNAAN
LEM KAMBING/ LEM GOAT
NGELEM
Denyut
jantung
meningkat
Mual-muntah
Halusinasi
Mati rasa atau hilang
kesadaran
Susah bicara atau cadel
Kehilangan koordinasi
gerak tubuh.
EFEK PENYALAHGUNAAN
LEM KAMBING/ LEM GOAT
1.Sudden Sniffing Death
NGELEM
Kematian mendadak saat menghirup uap
pelarut umumnya disebabkan oleh sabotase
fungsi jantung. Gejala awalnya adalah denyut
nadi meningkat dan tidak teratur, lalu tak lama
kemudian berhenti untuk selamanya.
2. Asphyxia
Uap pelarut juga bisa mengikat oksigen di
sistem pernapasan dan memicu asphyxia atau
kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
3. Sesak napas
Di kalangan anak jalanan, aktivitas ngelem
sering dilakukan dengan kepala ditutup tas
plastik agar uap tidak menyebar ke manamana. Ketika tubuh sudah terpengaruh uap
pelarut, si anak jalanan tidak bisa melepas
sendiri plastik penutup tersebut dan akan mati
lemas jika tidak ada temannya yang
menolong.
4. Bunuh diri
Depresi dan halusinasi merupakan dampak
serius dari uap solven. Dampak ini bisa
membunuh seseorang jika orang itu kemudian
KENAKALAN REMAJA
Kenakalan Remaja ( Juvinile Delinquency)
adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak
muda yang merupakan gejala sakit (patologis)
secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku
yang menyimpang,
adapun dalam UU. No. 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU. No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pada pasal 1 angka 1
disebutkan bahwa anak adalah mereka yang
masih belum 18 tahun termasuk anak dalam
kandungan, dalam pasal tersebut adalah terkait
dengan anak sebagai korban,
sedangkan dalam hal anak sebagai pelaku
disebutkan dalam pasal 1 angka 3 UU. No. 11 tahun
2012 tentang peradilan anak, yaitu mereka yang
telah berumur 12 tahun sampai 18 tahun.
Adapun kenakalan remaja yang sering terjadi
khususnya di Kota Padangsidimpuan antara lain
perbuatan cabul dan tawuran
PERBUATAN CABUL
PERBUATAN CABUL
TAWURAN
a.
b.
c.
d.
BALAP LIAR
Berdasarkan UU.No. 22
tahun 2009, pada pasal 115
disebutkan :
Pengemudi Kendaraan
Bermotor di Jalan dilarang:
a. mengemudikan Kendaraan
melebihi batas kecepatan
paling tinggi yang
diperbolehkan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21; dan / atau
b. berbalapan dengan
Kendaraan Bermotor
lain.
Ketentuan Pidana diatur
dalam Pasal 297
menyebutkan :
Setiap orang yang
mengemudikan
Kendaraan Bermotor
berbalapan di Jalan
BALAP LIAR
Pasal 311 UU. No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
1) Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan
Kendaraan Bermotor dengan cara atau keadaan
yang membahayakan bagi nyawa atau barang
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00
(tiga juta rupiah).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
kerusakan Kendaraan dan/ atau barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat
juta rupiah).
3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling
banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah).
4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
PERDAGANGAN ORANG
(HUMAN TRAFFICING)
PENUNTUT
UMUM
MENERIMA
SPDPDITELITI
(Ps.
109 ATAS TERSANGKA DAN BARAN
PENYIDIK
PERKARA
BERKAS
TIDAK
LENGKAP
LENGKAP
PERKARA
MENYERAHKAN
DIPERIKSA
TANGGUNG
DAN
JAWAB
PENUNTUT UMUM MENERIMA BERKAS PERKARA (Ps. 8
PENYIDIKAN
PEMERIKSAAN
PENYIDIK
PENUNTUT
PELAKSANAAN
UPAYA
HUKUM
MENYERAHKAN
UMUM
DI
PUTUSAN
PENGADILAN
MELIMPAHKAN
MEMBACAKAN
HAKIM
TANGGUNG
(EKSEKUSI)
SURAT
PERKARA
JAWAB
DAKWAAN
KE
ATAS
PENGADILAN
TERSANGKA
NEGERI
DAN BARANG
DENGAN BUKTI
PERMINTAAN
KEPADAAGAR
PENU
PUTUSAN
HAKIM
KESIMPULAN
KEJAKSAAN NEGERI
PADANGSIDIMPUAN