Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Zakat

Zakat secara bahasa ( ‫ ( زكاة‬adalah bentuk masdar dari kata dasar ‫ )زكي‬bersih). Zakat diterjemahkan
“barakah” tumbuh, suci/bersih dan maslahah.Sesuatu itu, „zaka‟ berarti tumbuh dan berkembang,
sedang seseorang yang dikatakan „zaka‟ berarti orang ini baik. Dalam kitab-kitab fikih, perkataan zakat
diartikan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika pengertian ini dihubungkan dengan harta,
secara menurut islam harta tersebut (yang sudah dizakati) akan tumbuh dan berkembang, suci serta
berkah.Apabila dikupas pengertian menurut bahasa sebagaimana telah dikemukakan, maka akan timbul
beberapa makna, antara lain:

a. Menumbuh-kembangkan tanaman amal di akhirat, dan secara otomatis di dunia dapat langsung
dirasakan oleh para penerima zakat.

b. Bertambahnya kebaikan antara muzakki (orang yang berzakat) dan orang yang menerima zakat
adalah dalam hal „silaturahmi‟.

c. Membersihkan sikap egois dalam jiwa, seperti isyarat al-Qur‟an dalam surat At-Taubah, 9:60, yang
artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) hamba sahaya, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan. Sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

d. Memberikan identitas kebaikan seseorang yang telah berzakat.

Ukuran tertentu yang ditetapkan atas harta disebut “zakat” dan penyebutan itu disebabkan adanya
pengekangan terhadap gejolak jiwa yang selalu berorientasi negatif sebagai penyakit masyarakat.
Melalui zakat, jiwa orang yang melakukannya bersih secara batin, karena ia tidak lagi menganggap harta
adalah segalanya dan harta tidak menjamin seseorang bahagia, akan tetapi, dengan berzakat, seseorang
yang telah melaksanakannya menyadari sepenuh hati bahwa harta yang didapat hanya sekedar
pendukung kearah terlaksananya tugas pokok manusia yaitu “beribadah” kepada Allah SWT., semata.

B. Syarat-syarat wajib zakat

Syarat wajib zakat di sini dibagi ke dalam dua kategori yaitu:Pertama ; orang-orang yang diwajibkan
atasnya berzakat (muzakki). Kedua ; benda atau harta kekayaan yang wajib dizakati.

1. Syarat-Syarat Muzakki (Orang yang Diwajibkan Berzakat);

a. Merdeka.

b. Islam.

Seorang muzakki disyaratkan muslim dan tidak dikenakan kewajiban zakat bagi orang kafir. Ketentuan
ini telah menjadi ijma‟ dikalangan kaum muslimin, karena ibadah zakat tergolong upaya pembersihan
bagi orang islam. Adapun orang kafir dianggap tidak bersih jiwanya selama dia tetap berada di dalam
kekafirannya, sehingga tidak diwajibkan atasnya menzakati harta kekayaan yang ia miliki.

2. Syarat-Syarat Harta yang Wajib di Zakati; Zakat ada dua macam;

Pertama; Zakat yang berhubungan dengan harta disebut zakat mal (zakat harta). Misalnya zakat emas,
perak, hewan ternak, dan harta perniagaan.

Kedua; Zakat yang berhubungan dengan badan disebut zakat nafs atau zakat fitrah.

Adapun syarat benda yang wajib dizakati sebagai berikut:

a. Milik penuh, maksudnya harta itu berada di dalam kekuasaan dan dapat diapasajakan olehnya tanpa
tersangkut dengan orang lain. Harta kekayaan itu pada dasarnya kepunyaan Allah, karena Dialah yang
menciptakan dan mengkaruniakan kepada manusia. Karena Allah yang mengkaruniakan, maka dia yang
memerintahkan agar karunia itu sebagian dinafkahkan di jalan-Nya.

b. Harta itu berkembang, maksudnya berkembang secara alamiah sebab sunnatullah atau berkembang
sebab usaha manusia. Dengan ungkapan lain bahwa ketentuan tentang kekayaan yang wajib dizakatkan
adalah kekayaan dikembangkan dengan sengaja atau kekayaan itu sendiri memiliki potensi berkembang.
Artinya, kekayaan itu menghasilkan keuntungan, bunga, atau pendapatan, keuntungan investasi dan
semacamnya.

Berkembang menurut term istilah dapat diterjemahkan sebagai „konkrit‟ dan „tidak konkrit‟.
Berkembang secara konkrit berarti adanya pembiakan; sedang berkembang tidak konkrit maksudnya
kekayaan itu berpotensi berkembang sendiri seperti kebun dengan tamannya atau rumah kontrakan
dengan bulanannya begitu seterusnya.

c. Harta itu telah cukup nishab, maksudnya jumlah harta yang dimiliki selain kebutuhan pokok (rumah,
pakaian, kendaraan, dan perhiasan yang dikenakan) setelah melebihi batas minimal wajib zakat yaitu 85
gram emas 24 karat. Rumah disini adalah rumah tempat tinggal dan kendaraan disini adalah kendaraan
yang digunakan bagi dirinya. Sedang pakaian yang disewakan termasuk jenis harta yang wajib dizakati
sebagaimana kebun yang menghasilkan. Dua jenis harta ini memiliki peran ganda dengan kondisi
berbeda yaitu manakala kebun, kontrakan, kendaraan, dan peralatan kecantikan (rias pengantin)
menghasilkan (produktif), maka harus dikeluarkan zakat darinya. Perhitungannyapun dapat menempuh
salah satu alternative dari dua cara termudah menurut syara‟ dan bukan menurut akal manusia.

Dua alternatif itu adalah: Pertama; perhitungan berdasar zakat perdagangan, yaitu sampai haul (satu
tahun penuh; menurut hitungan qamariah) yang hitungannya berdasarkan perhitungan peredaran
bulan. Kedua; perhitungan panen tumbuh-tumbuhan yaitu setiap kali panen.Nisab dengan dua alternatif
perhitungan insya Allah akan dibahas khusus pada pembahasan sendiri.

C. Macam-Macam Harta yang Dizakati


Penentuan macam atau jenis harta yang wajib dizakati berdasar isyarat nash adalah binatang ternak,
emas, perak, tanaman dan buah-buahan serta harta perdagangan. Ibnu Hazm berpendapat jenis harta
yang wajib dizakati hanya delapan saja, yaitu:

a. Unta

b. Lembu

c. Kambing

d. Gandum

e. Biji Gandum

f. Kurma

g. Emas

h. Perak

Terlepas dari perbedaan tentang penentuan jenis harta yang wajib dizakati, secara umum syarat
menentukan sebagai berikut;

1) Pertama; Zakat Nuqud (barang-barang berharga seperti emas, perak, mata uang, uang kertas, chek,
giro, saham, dll).

2) Kedua; Zakat al-Hawasyia; An‟am (Unta,Kerbau, Sapi, Domba, dan sejenisnya).

3) Ketiga; Zakat al-Tajirah yaitu segala macam harta dagangan.

4) Keempat; Zakat al-Ziraa‟ah (pertanian) seperti Gandum, Beras, dan sejenis itu semua.

D. KEUTAMAAN & MANFAAT ZAKAT

Diantara keutamaan dan manfaat zakat sebagaimana dikemukakan al-Sayyid Salim adalah sebagai
berikut:

1. Bahwa zakat yang telah ditunaikan merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang
baik penghuni surga.

2. Pelaku zakat termasuk salah satu sifat yang dimiliki orang-orang mukmin yaitu mereka yang berhak
memperoleh rahmat Allah.

3. Dengan berzakat Allah SWT akan menumbuh kembangkan dan memberikan keuntungan bagi muzakki

4. Para muzakki diberi jaminan perlindungan oleh Allah dari sengatan terik panas pada hari kiamat.
5. Zakat dapat membersihkan harta yang belum dibersihkan, dan yang dimaksud “membersihkan” disini
aalah membersihkan harta halal dan bukan harta yang diperoleh dengan jalan tidak halal. Selain
berfungsi sebagai pembersih dan atau pencuci harta, zakat juga dapat menumbuh kembangkannya,
sehingga pelaku zakat (muzakki) akan terbuka bagi pintu-pintu rezeki

6. Zakat merupakan wasilah datangnya berbagai kebaikan dan sebaliknya tidak berzakat menyebabkan
terputusnya aliran kebaikan.

7. Zakat menurut term agama berfungsi sebagai penghapus berbagai kekhilafan dan penebus dosa

8. Dengan berzakat berarti pertanda nyata akan kebenaran iman sang muzakki. Hal yang patut diketahui
adalah bahwa sesungguhnya “harta” atau bentuk materi merupakan sesuatu yang paling berharga dan
paling dicintai oleh manusia. Keberadaan “materi” (harta) tidak dapat digantikan oleh hal-hal lain
sehingga naluri berzakat yang mampu mengalahkan kecenderungan berat manusia demi ridha Allah
disebut shadaqah yaitu “kebenaran” akan hati sang pelaku untuk memperoleh ridha itu.

9. Zakat dapat membersihkan keberadaan akhlak yang merupakan kepribadian manusia yang bersifat
mendasar. Selain dapat membersihkan dan menjernihkan jiwa, zakat juga dapat melapangkan perasaan,
sehingga sang muzakki terlihat tenang.

10. Zakat dapat menjaga harta tetap bersih dan memeliharanya dari incaran orang-orang jahat untuk
mencuri dan atau merampoknya.

11. Zakat dapat berfungsi sebagai penolong bagi kaum fakir dan mereka yang menghajatkan. Dikatakan
penolong, karena zakat dialokasikan bagi terbentuknya suatu kegiatan positif dan lahan pekerjaan serta
memenuhi kebutuhan kaum lemah karena sulitnya cari kerja. Dengan adanya zakat, masyarakat
terayomi ekonominya dan negara menjadi kuat akibat menguatnya ekonomi rakyatnya serta menjadi
terbebas dari ancaman belenggu krisis ekonomi.

12. Keberadaan zakat merupakan “andil” saham seorang muslim atas masyarkat atau umat sebagai
kewajiban sosial bagi negara Islam untuk kepentingan tentara, menjaga ancaman, tantangan dan
gangguan yang dilancarkan musuh serta sebagai upaya meminimalisir kemiskinan semaksimal mungkin.

13. Zakat merupakan bentuk syukur nikmat atas harta yang telah diperoleh.

Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA: Zakat, Ketentuan dan Pengelolaannya( Bogor: CV. Anugrah berkah
santosa, 2017), 4-75

Anda mungkin juga menyukai