Anda di halaman 1dari 4

Pengertian zakat

Zakat merupakan bagian dari rukun islam yang ke 5, Dalam istilah fikih, zakat
mengacu pada kewajiban memberikan sebagian harta kepada mereka yang berhak
atasnya, yang ditetapkan oleh Allah. Selain itu, zakat juga berarti melakukan
pengeluaran sejumlah harta tersebut. Zakat adalah bagian dari hukum Islam yang
memiliki ciri khasnya sendiri dibandingkan dengan hukum ibadah lainnya. Ini
tidak hanya terkait dengan ibadah langsung, tetapi juga memiliki dimensi sosial
dan ekonomi yang kuat. Zakat bisa dikatakan sebagai sumber dana sosial bagi
mereka yang membutuhkan, Zakat merupakan hak tertentu dalam harta orang-
orang yang kaya yang wajib dibagikan kepada Golongan yang berhak menerima
zakat. Golongan yang berhak menerima zakat ialah mereka Yang tergolong fakir,
miskin, amil, mualaf (saudara baru), hamba, orang yang berhutang, fii Sabilillah
dan ibn sabil. Zakat berasal dari kata dasar ( ‫ ( زكي‬yang artinya bersih dan suci.
Menurut Hafidhuddin (dalam Iqbal, 2019) zakat dalam terminologi syariat
merujuk pada sejumlah harta tertentu yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan
dan diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan. Harta ini kemudian diberikan
kepada penerima yang berhak dengan persyaratan khusus yang juga telah
ditetapkan. Dengan kata lain, zakat adalah kewajiban memberikan sebagian harta
kepada yang membutuhkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam
Islam.
zakat adalah istilah yang merujuk kepada kewajiban memberikan sejumlah harta
tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, yang disebut sebagai al-mustahiq. Zakat bukan hanya sekadar
pengeluaran dana semata, tetapi juga mencakup makna memberikan sejumlah
harta tersebut. Penggunaan kata “zakat” dengan makna yang beragam, seperti
kewajiban dan pemberian, menambah kedalaman maknanya, terutama bagi
mereka yang membutuhkan bantuan. Dengan demikian, zakat bukanlah sekadar
tindakan finansial, tetapi juga merupakan sarana untuk memperkuat hubungan
antara manusia dengan Allah SWT, serta sebagai pengikat dalam membangun
hubungan sosial yang kuat antar sesama manusia, tanpa memandang status
ekonomi. Islam memberikan tuntunan bagi kehidupan manusia, dan zakat
merupakan salah satu bentuk implementasi dari nilai-nilai sosial yang peduli
terhadap kesejahteraan sesama manusia, serta menjadi instrumen penting dalam
mewujudkan keadilan sosial.
Tidak hanya itu, zakat juga mempunyai syarat syarat wajib yang harus dipenuhi
umat muslim sebelum mereka berzakat. Antara lain adalah mereka yang merdeka,
dan mereka yang sekiranya mampu untuk berzakat. Dan Zakat juga memiliki
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh harta yang diwajibkan untuk
dizakati. Terdapat dua macam zakat, yang pertama adalah zakat yang terkait
dengan harta, disebut zakat mal atau zakat harta. Contohnya meliputi zakat emas,
perak, hewan ternak, serta harta perniagaan. Dalam zakat mal, kewajiban
memberikan zakat berkaitan langsung dengan jumlah atau nilai dari harta tersebut.
Selain zakat mal, terdapat juga jenis zakat yang terkait dengan individu atau
badan, disebut zakat nafs atau zakat fitrah. Syarat-syarat benda yang wajib
dizakati antara lain:

a. Milik penuh, yang berarti harta tersebut sepenuhnya dimiliki dan berada di
bawah kekuasaan individu yang memiliki harta tersebut, sehingga dapat
dikuasakan dan dimanfaatkan tanpa adanya keterlibatan atau
ketergantungan pada orang lain. Kekayaan ini pada dasarnya adalah milik
Allah, karena Dia yang menciptakan dan memberikannya kepada manusia.
b. Harta yang wajib dizakatkan harus memiliki sifat berkembang, yang
berarti tumbuh atau menghasilkan keuntungan baik secara alami sesuai
dengan sunnatullah (ketentuan Allah dalam alam semesta) maupun melalui
usaha manusia. Ini berarti bahwa harta yang wajib dizakatkan tidak hanya
berupa kekayaan yang diperoleh secara statis, tetapi juga melalui
pertumbuhan atau penghasilan seperti keuntungan, bunga, pendapatan
investasi, dan lain sebagainya. Dengan demikian, ketentuan ini mencakup
harta yang secara sengaja dikelola untuk pertumbuhan, serta harta yang
secara alami memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan.
c. Harta yang wajib dizakatkan juga harus mencapai nishab, yang merupakan
jumlah minimum harta yang harus dimiliki selain kebutuhan pokok seperti
rumah, pakaian, kendaraan, dan perhiasan yang dikenakan. Nishab untuk
zakat adalah setara dengan 85 gram emas 24 karat. Rumah yang dimaksud
adalah tempat tinggal, dan kendaraan adalah kendaraan yang digunakan
oleh individu tersebut. Pakaian yang disewakan juga termasuk dalam jenis
harta yang wajib dizakati, seperti halnya kebun yang menghasilkan. Dua
jenis harta ini memiliki peran ganda tergantung pada kondisinya; jika
menghasilkan (produktif), maka zakat harus dikeluarkan dari hasilnya.
Perhitungan zakat dapat mengikuti salah satu dari dua alternatif
perhitungan yang diatur oleh syariah, bukan berdasarkan pertimbangan
manusia. Dua alternatif tersebut adalah: pertama, perhitungan berdasarkan
zakat perdagangan, yang dihitung berdasarkan periode satu tahun penuh
(haul) dengan mengikuti peredaran bulan. kedua, perhitungan berdasarkan
hasil panen tumbuh-tumbuhan, dihitung setiap kali panen.
Terdapat berbagai macam harta yang wajib dizakati menurut ajaran Islam, yang
dapat diidentifikasi berdasarkan isyarat nash. Ini termasuk:
a. Binatang Ternak: Meliputi hewan-hewan seperti unta, lembu, dan kambing
yang dimiliki dan digunakan untuk berbagai keperluan.
b. Emas dan Perak: Logam mulia yang menjadi simbol kekayaan dan nilai
mood dalam masyarakat
c. Tanaman dan Buah-buahan: Termasuk hasil pertanian seperti gandum, biji
gandum, dan kurma yang dihasilkan dari tanaman.
d. Harta Perdagangan: Meliputi aset-aset bisnis dan investasi yang dimiliki
oleh individu.
Menurut Ibnu Hazm, terdapat delapan jenis harta yang wajib dizakati, yaitu:
Unta, Lembu, Kambing, Gandum, Biji Gandum, Kurma, Emas, Perak. Adapun
empat jenis harta yang wajib dizakati dalam Islam seperti :
1) Zakat Nuqud: Meliputi barang-barang berharga seperti emas,
perak, mata uang, uang kertas, cek, giro, saham, dan sejenisnya.
2) Zakat al-Hawasyia: Meliputi hewan ternak seperti unta, kerbau,
sapi, domba, dan jenis hewan ternak lainnya.
3) Zakat al-Tajirah: Merujuk pada segala macam harta dagangan yang
dimiliki oleh individu atau perusahaan.
4) Zakat al-Ziraa’ah: Merupakan zakat yang dikenakan pada hasil
pertanian seperti gandum, beras, dan semua jenis hasil pertanian
lainnya.
Mengidentifikasi jenis harta yang termasuk dalam kategori ini penting untuk
memastikan kewajiban zakat yang harus dipenuhi oleh umat Islam.
Adapun ayat Al-Quran yang membahas tentang zakat :

‫َو َا ِقْيُم واالَّص ٰل وَة َو ٰا ُتواالَّز ٰك وَة َو ا ْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬
“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 43).
Disebutkan juga dalam ayat lainnya pada QS. Al-Baqarah 2: Ayat 177

‫ٰا‬ ‫ٰل‬
‫َلْيَس اْلِبَّر َاْن ُتَو ُّلْو ا ُوُجْو َهُك ْم ِقَبَل اْلَم ْش ِرِق َو اْلَم ْغ ِر ِب َو ـِكَّن اْلِب َّر َم ْن َم َن ِب ا ِهّٰلل َو ا ْلَي ْو ِم اٰاْل ِخ ِر‬
‫َو ا ْلَم ٰٓلِئَک ِة َو ا ْلِكٰت ِب َو ا لَّنِبّٖي َن َو ٰا َتى اْلَم ا َل َع ٰل ى ُحِّب ٖه َذ ِو ى اْلُق ْر ٰب ى َو ا ْلَيٰت ٰم ى َو ا ْلَم ٰس ِكْيَن َو ا ْبَن‬
‫الَّس ِبْيِل َو ا لَّسٓاِئِلْيَن َوِفى الِّر َقا ِب َو َا َقا َم الَّص ٰل وَة َو ٰا َتى الَّز ٰک وَة َو ا ْلُم ْو ُفْو َن ِبَع ْهِدِهْم ِاَذ ا ٰع َه ُد ْو ا‬
l ‫َو ا لّٰص ِبِرْيَن ِفى اْلَبْأَس ٓاِء َو ا لَّضَّرٓاِء َو ِح ْيَن اْلَبْأِس ُاوٰٓلِئَك اَّلِذ ْيَن َص َد ُقْو ا َو ُا وٰٓلِئَك ُهُم اْلُم َّتُقْو َن‬

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat,


tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari
Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang
dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba
sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang
menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,
penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 177)

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, M. (2019). Hukum Zakat Dalam Perspektif Hukum Nasional. Jurnal Asy-
Syukriyyah, 20(1), 26-51.
Sudirman, A. A. (2017). Zakat Ketentuan dan Pengelolaannya.

Anda mungkin juga menyukai