Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan

Menurut pendapat Imam Syafi’i, Malik dan Ahmad, wakaf dianggap telah terlaksana dengan adanya
lafadz atau sighat, walaupun tidak ditetapkan oleh hakim. Milik semula dari wakaf telah hilang
atau berpindah dengan terjadinya lafadz, walaupun barang itu masih berada di tangan wakif.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa dalam hukum Islam tidak diperlukan banyak persyaratan
menyangkut prosedur atau tata cara pelaksanaan wakaf. Hanya Abu Hanifah yang berpendapat
bahwa benda wakaf belum terlepas dari milik wakif, sampai hakim memberikan putusan yaitu
mengumumkan barang wakaf tersebut.
Salah satu permasalahan yang paling mendasar dan pertama untuk dibicarakan dalam rangka
pemberdayaan harta benda wakaf adalah proses dan adminitrasi perwakafan tanah. Hal ini
dilakukan sebagai langkah awal untuk pengamanan harta benda wakaf sebagai salah satu aset umat
Islam.
Latar Belakang.
Dalam sejarah Islam wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW, karena wakaf disyari’atkan setelah
Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah pada tahun kedua Hijriah. Walau ada dua pendapat
yang berkembang dikalangan ahli yurisprudensi Islam ( Fuqoha ) tentang siapa yang pertama kali
melaksanakan syariat wakaf. Ada yang berpendapat Rasulullah
3
( Ansor ) ada juga yang berpendapat Umar ( Muhajirin ).
Seiring dengan perjalanan waktu, perwakafan tetap berkembang sampai dengan masa pemerintahan
sahabat-sahabat dan dinasti Umayyahlah yang saat itu dipimpin oleh khalifah Hisyam
bin Abd.Malik terbentuk lembaga wakaf. Lembaga wakaf inilah yang pertama kali melakukan
pengadministrasian wakaf di Mesir, bahkan ditiru oleh seluruh Negara Islam.
Begitu pula yang terjadi di Indonesia, wakaf telah berkembang di masyarakat sejak zaman dahulu.
Akan tetapi pengurusan dan pengelolaannya masih bersifat konvensional atau tradisional atas dasar
saling percaya antara nadzir dan wakif. Sikap atau perilaku seperti ini syah-syah saja, akan tetapi
kurang bisa optimal pengelolaannya bahkan cenderung kurang memperhatikan pengamanan benda
wakaf.
Oleh karena itu perlu diadakan penertiban dan pendataan harta benda wakaf melalui
pengadministrasian yang tertib dan benar sehingga benda wakaf tersebut bisa aman bahkan bisa
dikembangkan. Pengadministrasian perwakafan tanah akan lebih tertib dan baik bilamana wakaf
tersebut dimulai dengan proses yang sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku, baik itu
secara syar’I maupun hukum dan peraturan pemerintahan.
Landasan Hukum
1.Al qur’an surat Al-Baqoroh ayat 282,
4
Yang artinya : “Hai orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara
Kamu menuliskannya dengan benar”.
1.Al qur’an surat Al-Imron ayat 92.
Yang artinya : “ Kamu sekali – kali tidak sampai kepada kebajikan ( yang sempurna ) sebelum
kamu menafkahkan sebagian hartayang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
Allah mengetahuinya”
1.UU No. 5 tahun 1960 tentang : Peraturan Dasar Pokok-pokok agraria
2.UU No. 41 tahun 2004 Bab I pasal I :
Wakaf adalah perbuatan hokum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syari’ah.
1.PP No. 28 tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik
2.PP No 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Wakaf
5.
1.PP No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf
2.Peraturan Menteri Agama No 1 tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No 28 tahun
1997 tentang Perwakahan Tanah milik
3.Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN No 3 tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP No 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
10. Keputusan Kepala BPN No 1 tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Perngaturan dan
Pelayanan Dilingkungan Pertanahan Nasional
11. Peraturan Kepala BPN RI No. 6 tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan Standar
Prosedur Operasi Pengaturan Dan pelayanan Pertanahan untuk Jenis Pelayanan Pertanahan tertentu
Tujuan
Dengan penertiban prosedur dan pengadministrasian perwakafan tanah, maka diharapkan :
1.Tersusun administrasi perwakafan tanah dengan tertib dan benar.
2.Proses perwakafan tanah sesuai dengan peraturan dan Undang- Undang
3.Tanah wakaf akan tercatat sehingga lebih terjaga keamanan, kelestarian dan
pengembangannya karena terdata dengan kongkrit.
4.Pemberdayaan tanah wakaf akan lebih optimal.
5.Aset wakaf akan mudah diakses sewaktu – waktu bilamana diperlukan.
6
BAB III
RUMUSAN KEGIATAN
Untuk memperlancar dan mendukung kegiatan pengadministrasian perwakafan tanah, maka harus
dimulai dengan proses dan prosedur terjadinya peristiwa wakaf yang sesuai dengan syariah dan
Undang-Undang Pemerintahan yang berlaku, sebagaimana berikut :
1.Mengadakan pendataan harta benda wakaf secara lengkap dan akurat.
2.Mengadakan sosialisasi tentang Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 dan peraturan lainnya.
3.Gerakan pendataan tanah wakaf bagi yang bersertifikat ataupun belum bersertifikat
4.Mengoptimalkan fungsi dan pemanfaatan tanah wakaf untuk meningkatkan kesejahteraan
umat melalui pengembangan pengelolaan dan pemberdayaan.
5.Mengadakan data base tanah wakaf baik ditingkat Kecamatan ( KUA ) maupun tingkat
Kabupaten.
7
BAB IV
Permasalahan dan Pemecahannya
1.A. PERMASALAHAN.
1.Kurangnya sosialisasi tentang tata cara perwakafan tanah.
2.Kurangnya pendataan inventarisasi harta benda wakaf.
3.Minimnya informasi kepada masyarakat tentang tanah wakaf yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya.
4.B. PEMECAHAN MASALAH.
1.I. Diadakan sosialisasi tentang Tata Cara Perwakafan kepada masyarakat yang antara
lain meliputi :
1.Pihak yang hendak mewakafkan dapat menyatakan ikrar wakaf dihadapan Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.
2.Pernyataan kehendak wakif dituangkan dalam bentuk Akta Ikrar Wakaf sesuai dengan jenis
harta benda yang diwakafkan , diselenggarakan dalam Majelis Ikrar Wakaf yang dihadiri
Nazhir, Mauquf Alaih dan sekurang-kurangnya 2 orang saksi.
3.Isi dan bentuk ikrar wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
4.Dalam melaksanakan ikrar wakaf pihak yang mewakafkan diharuskan menyerahkan kepada
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, surat-surat sebagai berikut :
8
1.Tanda bukti kepemilikan harta benda/ tanah.
2.Tanah yang akan diwakafkan , maka harus disertai dengan surat keterangan dari kepala desa,
yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan kepemilikan benda tidak bergerak
dimaksud.
3.Surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan pernyataan status tanah tersebut.
Agar perwakafan tanah milik dapat dilaksanakan dengan tertib, maka tata cara perwakafannya harus
ditentukan pula. Berbeda dengan ketentuan yang terdapat dalam kitab-kitab fikih tradisional dan
kebiasaan yang terdapat dalam masyarakat adat , tata cara perwakafan tanah milik menurut PP ini
adalah sebagai brikut :
1.Seseorang atau badan hukum yang hendak mewakafkan tanahnya (sebagai calon wakif)
datang sendiri kepada pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan
kehendaknya. Apabila calon wakif itu tidak dapat datang sendiri karena sakit , sudah tua atau
karena alasan lain yang dapat diterima, ia dapat membuat surat kuasa secara tertulis dengan
persetujuan dengan ditandatangani 2 orang saksi . Ikrar wakaf itu kemudian dibacakan pada
nadzir dihadapan PPAIW. Pada waktu menghadap Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf itu, wakif
harus membawa surat-surat berikut : sertifikat hak milik atau benda bukti pemilikan tanah
lainnya,
2.Surat keterangan Kepala Desa yang diperkuat oleh camat setempat mengenai kebenaran
pemilikan tanah itu dan penjelasan bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa,
3.Surat keterangan pendaftaran tanah,
9
1.Surat-surat yang dibawa calon wakif itu diperiksa lebih dahulu oleh Pejabat Pembuat Akta
Ikrar Wakaf , apakah telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan.
Kemudian PPAIW meneliti saksi-saksi dan mengesahkan susunan nadzir ;
2.Di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dan dua orang saksi, wakif mengucapkan ikrar
wakafnya kepada nadzir yang telah disahkan dengan ucapan yang jelas dan terang. Bila wakif
tidak dapat mengucapkan ikrarnya karena bisu misalnya, ia dapat menyatakan kehendaknya itu
dengan isyarat, kemudian mengisi formulir ikrar wakaf. Setelah selesai pengucapkan ikrar
wakaf, wakif nadzir, saksi-saksi dan PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap tiga.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agama
(yang telah melimpahkan wewenang itu kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama) untuk
membuat Akta Ikrar Wakaf. Pejabat tersebut adalah Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan
setempat. Bila di suatu kecamatan belum ada Kantor Urusan Agama, maka yang menjadi PPAIW
untuk kecamatan bersangkutan adalah Kepala Urusan Agama Kecamatan terdekat. Akta Ikrar
Wakaf yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf itu adalah otentik. dibuat setelah wakif
mengikrarkan penyerahan tanah wakafnya.
1.II. Dalam rangka penertiban administrasi perwakafan tanah, maka perlu diadakan
Pendaftaran Tanah Wakaf.
Setelah Akta Ikrar Wakaf dilaksanakan sesuai dengan ketentuan – ketentuan tersebut di
10
atas, maka Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan atas nama nadzir yang bersangkutan
diharuskan mengajukan pendaftaran tanah wakaf kepada instansi yang berwenang guna menjaga
keutuhan dan kelestariannya.
Setelah selesai Akta Ikrar Wakaf, maka PPAIW atas nama nadzir diharuskan mengajukan
permohonan kepada instansi berwenang setempat untuk mendaftar perwakafan tanah milik tersebut
menurut ketentuan PP No. 42 Tahun 2006. Instansi berwenang tersebut mencatatnya pada buku
register wakaf dan menerbitkan bukti pendaftaran tanah wakaf. Setelah itu nadzir yang
bersangkutan wajib melaporkannya kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agama, dalam hal
ini adalah Kepala KUA Kecamatan.
Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977 tentang Tata cara Pendaftaran Tanah
Milik menyebutkan bahwa “untuk keperluan pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah , tidak
dikenakan biaya pendaftaran, kecuali biaya pengukuran dan materai”
Berdasarkan PP No. 42 Tahun 2006, tata cara pendaftaran harta benda wakaf yaitu :
Wakaf tanah sebagai Harta Benda Tidak Bergerak
– Pendaftaran sertifikat tanah wakaf dilakukan berdasarkan AIW .
– Tanah yang diwakafkan sudah berstatus hak milik didaftarkan menjadi tanah wakaf atas
nama nazhir.
11
– Apabila tanah yang diwakafkan hanya sebagian dari keseluruhan, harus dilakukan
pemecahan sertifikat milik terlebih dahulu, kemudian didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama
nazhir.
– Pejabat yang berwenang di bidang pertanahan kabupaten/kota setempat mencatat perwakafan
tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya.
III. Penyampaian informasi kepada masyarakat tentang keberadaan Tanah Wakaf di
daerahnya.
1.PPAIW menyampaikan AIW kepada Kantor Kementerian Agama dan BWI untuk dicatat
dalam register umum wakaf yang tersedia pada kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
dan BWI.
2.Nadzir hendaknya memberitahukan kepada masyarakat tentang keberadaan tanah wakaf
kepada masyarakat sekitar lokasi.
3.Masyarakat dapat mengetahui atau mengakses informasi tentang tanah wakaf sebagai benda
tak bergerak yang termuat dalam register umum yang tersedia pada Kantor Kementerian
Agama Kabupaten / Kota.
12
BAB V
Kesimpulan Saran Dan Penutup
Kesimpulan.
1.Pihak yang hendak mewakafkan dapat menyatakan ikrar wakaf dihadapan Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan Ikrar Wakaf, dan pelaksanaan Ikrar Wakaf tersebut
dilaksanakan dalam Majlis Ikrar Wakaf.
2.Majelis Ikrar Wakaf tersebut dihadiri oleh Wakif/Kuasa Wakif, Nadhir, Mauquf Alaih dan
sekurang – kurangnya 2 orang saksi.
3.Form,isi dan bentuk ikrar wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
4.Setelah Akta Ikrar Wakaf dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, maka PPAIW atas nama
nadzir yang bersangkutan diharuskan mengajukan permohonan kepada instansi berwenang
untuk mendaftar perwakafan benda yang bersangkutan guna menjaga keutuhan dan
kelestariannya.
5.PPAIW menyampaikan AIW kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota dan BWI
untuk dicatat dalam register umum wakaf yang tersedia pada kantor Kementerian Agama
Kabupaten / Kota dan BWI.
13
S a r a n.
1.Agar Kementerian Agama memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat agar
ditumbuhkan gerakan wakaf tanah yang diperuntukkan tidak sebatas untuk tempat ibadah,
sehingga diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada nadzir untuk pengelolaan dan
pengembangan, dalam rangka memberikan manfaat kepada masyarakat .
2.Diharapkan kepada nadzir agar selalu mencatatkan tanah wakah serta hasil pengembangannya
3.Diharapkan kepada nadzir untuk bisa amanah, kreatif dan inovatif dalam pengelolaan dan
pengembangan, sehingga hasilnya lebih optimal untuk mensejahterakan umat.
Penutup
Demikian hasil kertas kerja kelompok I semoga dapat bermanfaat untuk perkembangan pengelolaan
wakaf baik ditingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten/ Kota. Sumbang saran dan masukan yang
konstruktif dari pihak lain demi penyempurnaan hasil tulisan ini

TAHAP-TAHAP IKRAR WAKAF & SERTIPIKASI TANAH WAKAF


1. Calon Wakif (orang yang ingin mewakafkan) melakukan musyawarah dengan keluarga untuk mohon
persetujuan untuk mewakafkan sebagian tanah miliknya.
2. Syarat tanah yang diwakafkan adalah milik Wakif baik berupa pekarangan, pertanian (sawah-tambak)
atau sudah berdiri bangunan boleh berupa tanah dan bangunan prduktif, atau bila tanah negara sudah
dikuasai lama oleh nadzir/pengurus lembaga sosial-agama dan berdiri bangunan sosial-agama.
3. Calon Wakif memberitahukan kehendaknya kepada Nadzir (orang yang diserahi mengelola harta benda
wakaf) di Desa/Kelurahan atau Nadzir yang ditunjuk.
4. Nadzir terdiri dari
a. Nadzir Perorangan biasa disebut Nadzir Desa/Kelurahan atau Nadzir yang ditunjuk (Minimal 3 orang
maksimal 5 orang berdomisili KTP di kecamatan wilayah tempat Objek Wakaf)
b. Nadzir Organisasi contoh Pengurus NU atau Pengurus Muhammadiyah di tingkat kecamatan atau
kabupaten.
c. Nadzir Badan Hukum (memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku)
5. Calon Wakif dan Nadzir memberitahukan kehendaknya kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
(PPAIW) yaitu Kepala KUA yang mewilayahi tempat objek wakaf guna merencanakan Ikrar Wakaf dengan
membawa bukti asli dan foto copy kepemilikan (Sertipikat Hak, HGB, Petok atau Keterangan Tanah Negara
(yang sdh dikuasai Lembaga Sosial dan didirikan bangunan sosial)
6. Bila objek yang diwakafkan berasal dari sertipikat hak milik yg dipecah (tidak diwakafkan keseluruhan)
maka perlu dipecah dulu sesuai dengan luas yang diwakafkan (proses pemisahan/[emecahan sertipikat di
BPN). Bila dari tanah yasan/bekas hak adat, atau dari tanah Negara perkiraan luas yang diwakafkan
mendekati luas riel,
7. Calon Wakif & Nadzir memenuhi persyaratan administrasi yang dibutuhkan (lihat lampiran persyaratan
administrasi) Diusakan persyaratan administrasi telah lengkap sebelum dilaksanakan Ikrar Wakaf
8. Setelah persyaratan diperiksa dan cukup memenuhi syarat, Ikrar Wakaf dilaksanakan di depan PPAIW
dan diterbitkan Akta Ikrar Wakaf (untuk wakaf baru/wakifnya masih ada) atau Akta Ikrar Pengganti Ikrar
Wakaf (untuk wakaf telah lama dilakukan oleh wakif dibawah tangan dan wakifnya telah meninggal dunia,
ahli waris hanya mendaftarkan wakaf)
9. Nadzir atau orang yang ditunjuk mendaftarkan Tanah Wakaf ke Kantor BPN setempat untuk
mendapatkan sertipikat Tanah Wakaf sesuai dengan persyaratan yang ada. (lihat gambar tahapan sertipikai
tanah wakaf)

PERSYARATAN ADMINISTRASI PROSES SERTIPIKASI TANAH WAKAF

DARI TANAH YASAN/PETOK D


1.Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala desa/kelurahan atau camat
2.Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan
3.Asli Petok D atau yang sejenis (SPOP, girik dll). Bila tidak ada/hilang diganti keterangan
pernyataan kehilangan dari yang bersangkutan/ahli waris diketahui kepala desa.kelurahan dan dua
orang saksi. Diupayakan ada kehilangan dari kepolisian (polsek)
4.Asli Riwayat Tanah dari kepala desa/kelurahan
5.Foto copy C desa atau bukti lain sesuai dengan riwayat tanah dilegalisir kepala desa/kelurahan atau
bukti penguasaaan tanah (pernyataan dll) sesuai dengan riwayat tanah.
KHUSUS BAWEAN : Bila Buku C desa tidak ada diganti Fotocopy Peta Blok Pajak tanah wakaf (
difotocopy pecah-pecah saja, bila digabung jadi satu blok) dan foto copy Daftar Rincian Objek Pajak atau
buku daftar pajak tahun 2003 dan 2009 bila ada nama objek pajak tanah wakaf
6.Surat keterangan Warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat bila wakif meninggal dunia
atau riwayat tanah terakhir atas nama orang tua yang sudah meninggal.
7.Surat Persetujuan dan Kuasa seluruh ahli waris kepada wakif (mewakili seluruh ahli waris) untuk
mendaftar/melaksanakan ikrar wakaf.
8.Foto copy KTP dan Kartu Keluarga seluruh ahli waris dilegalisir (no 6 – 8 bila wakif atau petok d
atas nama orang yang sudah meninggal)
9.SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir
10.Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti AIW asli dan copy. (Bila wakif masih hidup
memakai Ikrar Wakaf & AIW, bila wakif telah meninggal atau ikrar sebelum tahun 1977 memakai
Akta Pengganti AIW dan disertai keterangan warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat)
(Nomor 1 s/d 10 rangkap 2 dilegalisir)
11.Mengisi Formulir dari BPN

DARI TANAH NEGARA MURNI


1.Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala desa/kelurahan atau camat
2.Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan
3.SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir KUA
4.Surat Pernyataan menguasai tanah negara oleh tokoh masyarakat & ta’mir dan kuasa untuk
melaksanakan Ikrar Wakaf
5.Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf asli
6.Copy keterangan PBB lokasi terdekat bidang wakaf
7.Copy gambar kretek desa
8.Foto copy sertipikat tanah sekitarnya yang berbatasan dengan lahan wakaf (bila ada). (nomor 1
s/d 7 rangkap 2 dilegalisir)
9.Mengisi Formulir BPN
Keterangan : Tanah negara yang dikelola pihak lain dan Fasilitas Umum ada ketentuan lain lebih lanjut. TKD
sementara tidak bisa wakaf

Dari Tanah bersertipikat hak milik, atau hak guna bangunan


1.Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala desa/kelurahan atau camat
2.Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan
3.Asli sertipikat tanah yang diwakafkan
4.SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir.
5.Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti AIW asli
6.Surat keterangan Warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat bila wakif meninggal dunia
atau sertipikat masih atas nama orang tua yang sudah meninggal.
7.Surat Persetujuan dan Kuasa seluruh ahli waris kepada wakif (mewakili seluruh ahli waris) untuk
mendaftar/melaksanakan ikrar wakaf.
8.Foto copy KTP/KSK seluruh ahli waris dilegalisir (no 6 – 7 bila wakif atau sertipikat atas nama
orang yang sudah meninggal)
9.Copy keterangan PBB bidang wakaf bila ada dan SPP Waris bila diperlukan (Nomor 1 s/d 8
rangkap 2 dilegalisir)
10.Mengisi Formulir BPN

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2017 (“Permen No. 2/2017”), yang mengatur
mengenai tata acara pendaftaran tanah wakaf.
Permen No. 2/2017 berlaku pada tanggal 22 Februari 2017, dan mencabut (i) Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 6 Tahun 1977 tentang Tata Pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan Tanah Milik, dan (ii) ketentuan
persyaratan pendaftaran Tanah Wakaf sebagaimana diatur dalam Lampiran II Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.
Tanah yang dapat diwakafkan dapat berupa:
1.tanah dengan hak milik atau tanah milik adat yang belum terdaftar;
2.tanah dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Tanah Negara;
3.Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak Pengelolaan atau Hak Milik;
4.Hak Milik atas Satuan Rumah Susun; dan
5.Tanah Negara
Cangkupan tanah yang dapat diwakafkan dalam Permen No. 2/2017 jauh lebih luas daripada Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 6/1977.
Tanah yang telah diwakafkan statusnya berubah menjadi benda wakaf terhitung sejak tanggal ikrar wakaf. Nazhir
harus menyerahkan Akta Ikrar Wakaf (“AIW”) dan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (“APAIW”) kepada Kantor
Pertanahan, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan AIW dan APAIW.
Tenggang waktu tersebut jauh lebih cepat dibandingkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 6/1977 yakni
3 (tiga) bulan.
Persyaratan dokumen yang harus diserahkan beragam, tergantung dengan status tanah yang akan didaftarkan,
namun secara umum Nazhir harus menyerahkan (i) surat permohonan, (ii) AIW/APAIW, (iii) surat pengesahan
Nazhir yang bersangkutan dari instansi yang menyelenggarakan urusan agama tingkat kecamatan, dan (iv) surat
pernyataan bahwa tanah yang akan didaftarkan tidak dalam keadaan sengketa, perkara, sita dan tidak dijaminkan.
Selain itu masih terdapat dokumen-dokumen yang harus dilengkapi, namun tergantung dengan status tanah yang
akan didaftarkan. Apabila akan mendaftarkan tanah dengan hak milik maka Nazhir harus turut menyerahkan
sertifikat hak milik dan surat ukur. Jika yang akan didaftarkan adalah tanah dengan Hak Guna Bangunan/ Hak
Pakai di atas tanah Hak Pengelolaan atau Hak Milik, maka yang harus diserahkan selain dokumen umum seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya adalah, surat ukur, sertifikat Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang
bersangkutan dan surat izin pelepasan dari pemegang Hak Pengelolaan atau Hak Milik.
Setelah semua dokumen telah dilengkapi maka Kantor Kepala Pertanahan akan menerbitkan Sertifikat Tanah
Wakaf atas nama Nazhir, dan mencatat dalam Buku Tanah dan sertifikat Hak atas Tanah yang menyatakan bahwa
Hak atas tanah tersebut telah dihapus berdasarkan AIW/APAIW dan telah diterbitkan Sertifikat Tanah Wakaf
dengan detail sesuai dengan tanah yang didaftarkan.

Rukun Wakaf dan Syarat Wakaf


Sebelum mengetahui cara mewakafkan tanah, calon pemberi wakaf atau disebut waqif harus
memahami apa saja rukun dan syarat agar wakaf bisa dilakukan.

Ini dia rukun wakaf atau hal dasar yang harus dipenuhi seperti yang dilansir dari bwi.or.id:

1.Ada orang yang berwakaf.

2.Ada benda yang diwakafkan.

3.Ada pihak yang menerima wakaf.

4.Ada ikrak wakaf.

Di samping itu ada pula syarat wakaf yang merupakan pengembangan dari rukun wakaf,
yaitu:

1.Berkaitan dengan pewakaf

Mampu secara hukum

Waqif merupakan pemilik harta secara penuh

Berakal

Cukup umur atau

2.Berkaitan dengan harta wakaf

Barang berharga

Diketahui kadar atau jumlahnya

Sah kepemilikannya

Harta tidak melekat dengan yang lain alias berdiri sendiri.


3.Berkaitan dengan penerima wakaf

Jumlah tertentu yaitu, jelas jumlah penerimanya

Jumlah tidak tertentu yaitu, untuk kepentingan banyak orang.

4.Berkaitan dengan Ikrar Wakaf

Ikrak diucapkan dengan menunjukkan kekekalan wakaf yang dilakukan

Ucapan direalisasikan segera

Bersifat pasti

Tidak diikuti dengan syarat yang membatalkan.

Baca Juga: Hati-Hati! Tanah Wakaf Tidak Bisa Diperjualbelikan

Cara Wakaf Tanah


Adapun cara wakaf tanah ialah:

1.Calon waqif datang ke KUA terdekat dengan membawa kelengkapan berupa


identitas diri dan dokumen sah atas tanah yang dimiliki.

2.Waqif melakukan pengucapan ikrar wakaf kepada nazhir (pengelola harta wakaf)
dengan saksi Kepala KUA dan para penerima manfaat.

(Setidaknya ada dua orang saksi yang harus hadir dalam proses ikrar tersebut. Sebagai
catatan, bila wakaf yang dilakukan untuk jumlah tak tertentu, maka penerima wakaf tidak
perlu hadir.)

3.Kepala KUA membuat akta ikrar wakaf dan surat pengesahan

4.Salinan akta ikrar diberikan pada waqif dan nazhir

5.Nazhir melakukan pendaftaran atas tanah wakaf ke Badan Pertanahan Nasional


(BPN).

Adapun kelengkapan yang harus dibawa ialah surat pengantar pendaftaran tanah wakaf dari
Kepala KUA, akta ikrar wakaf, dan surat pengesahan nazhir.)

Menurut pendapat Imam Syafi’I, Malik dan Ahmad, wakaf dianggap telah terl aksana dengan adanya lafaz atau
sigat, walaupun tidak ditetapkan oleh hakim.
Milik semula dari di wakaf telah hilang atau berpindah dengan terjadinya lafaz, walaupun barang itu masih berada
di tangan wakif.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa dalam ukum Islam tidak diperlukan banyak persyaratan menyangkut
prosedur atau tata cara pelaksanaan wakaf. Hanya Abu Hanifah yang berpendapat bahwa benda wakaf belum
terlepas dari milik wakif, sampai hakim membertikan putusan yaitu mengumumkan barang wakaf tersebut.
Pembahasan
BAB III
TATA CARA PERWAKAFAN DAN PENDAFTARAN BENDA WAKAF
Bagian Kesatu
Tata Cara Perwakafan
Pasal 223

1.Pihak yang hendak mewakafkan dapat menyatakan ikrar wakaf dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.
2.Isi dan bentuk ikrar wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
3.Pelaksanaan ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf, dianggap sah jika dihadiri dan
disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi.
4.Dalam melaksanakan ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang mewakafkan diharuskan menyerahkan
kepada Pejabat yang tersebut dalam pasal 215 ayat (6), surat-surat sebagai berikut :
5.a. Tanda bukti pemilikan harta benda
b. Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka harusdisertai oleh keterangan dari kepala desa,
yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak bergerak dimaksud
c. atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda tidak bergerak yang bersangkutan[1].
Agar perwakafan tanah milik dapat dilaksanakan dengan tertib, maka tata cara perwakafannya harus ditentukan
pula. Berbeda dengan ketentuan yang terdapat dalamkitab-kitab fikihtradu\isional dan kebiasaan yang terdapat
dalam masyarakat adat , tata cara perwakafan tanah milik menurut PP ini adalah sebagai brikut : (1). Seseorang
atau badan huklum yang hendak mewakafkan tanahnya (sebagai calon wakif) datang sendiri kepada pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan hendaknya. Kalau calon wakif itu tidak dapat datang
sendiri karena sakit , sudah tua atau karena alasan lain yang dapat diterima, ia dapat membuat ikrar wakaf secara
tertulis dengan persetujuan Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten yangt bersangkutan dihadapan 2 orang
saksi . Ikrar wakaf itu kemudian dibacakan pada nadzir dihadapan PPAIW. Pada waktu menghadap Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf itu, wakif harus membawa surat-surat berikut : 9A0. sertifikat hak milik atau benda
bukti pemilikan tanah lainnya, (b). keterangan kepala desa yang diperkuat oleh camat setempat mengenai
kebenaran pemilikan tanah itu dan penjelasan bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa, (C). keterangan
pendaftaran tanah, (d). izin Bupati/Walikotamadya dalam hal ini dalam hal ini Kepala Subdirektorat Agraria
setempat, (e) surat-surat yang dibawa calon wakif itu diperiksa lebih dahulu oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Tanah , apakah telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan . Kemudian PPAIW
meneliti saksi-saksi dan mensahkan susunan nadzir ; (f) di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dan dua
orang saksi, wakif mengucapkan ikrar wakafnya kepada nadzir yang telah disahkan dengan ucapan yang jelas dan
terang. Bila wakif tidak dapat mengucapkan ikrarnya karena bisu misalnya, ia dapat menyatakan kehendaknya itu
dengan isyarat, kemudian mengisi formulir ikrar wakaf.Setelah selesai pengucapkan ikrar wakaf, wakif nadzir,
saksi-saksi dan PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap tiga.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agama (yang telah
melimpahkan wewenang itu kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama) untuk membuat Akta Ikrar
Wakaf. Pejabat tersebut adalah Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan setempat. Bila di suatu kecamatan belum
ada Kantor Urusan Agama, maka yang menjadi PPAIW untuk kecamatan bersangkutan adalah Kepala Urusan
Agama Kecamatan terdekat, (g). Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf itu adalah
otentik. Ia dibuat setelah wakif mengikrarkan penyerahan tanah wakafnya[2].
Bagian Kedua
Pendaftaran Benda Wakaf
Pasal 224
Setelah Akta Ikrar Wakaf dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam pasal 223 ayat (3) dan (4) , maka Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan atas nama nadzir yang bersangkutan diharuskan mengajukan permohonan
kepada Camat untuk mendaftar perwakafan benda yang bersangkutan guna menjaga keutuhan dan kelestariannya.
Pendaftaran tanah wakaf diatur oleh pasal 10 ayat (1) s/d (5) PP No. 28 Tahun 1977 dan beberapa pasal Peraturan
Menteri Agama No. 1 Tahun 1978.
Pendaftaran tanah wakaf ditentukan dalam PP dan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6
Tahun 1977.
Setelah selesai Akta Ikrar Wakaf, maka PPAIW atas nama nadzir diharuskan mengajukan permohonan kepada
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah cq. Kepala Sub Direktorat Agraria setempat untuk mendaftar perwakafan
tanah milik tersebut menurut ketentuan PP No. 10 Tahun 1961. Selanjutnya Kepala Sub Direktorat Agraria
mencatatnya pada buku tanah dan setifikatnya. Setelah itu nadzir yang bersangkutan wajib melaporkannya kepada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agama, dalam hal ini adalah Kepala KUA Kecamatan ( Peraturan Menteri
Agama No.1 Tahun 1978.
Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977 tentang Tata Pendaftaran Tanah Milik menyebutkan
bahwa “untuk keperluan pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah , tidak dikenakan biaya pendaftaran,
kecuali biaya pengukuran dan materai”[3].

Penutup

Kesimpulan

Pasal 223

1.Pihak yang hendak mewakafkan dapat menyatakan ikrar wakaf dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.
2.Isi dan bentuk ikrar wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
3.Pelaksanaan ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf, dianggap sah jika dihadiri dan
disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi.

Pasal 224
Setelah Akta Ikrar Wakaf dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam pasal 223 ayat (3) dan (4) , maka Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan atas nama nadzir yang bersangkutan diharuskan mengajukan permohonan
kepada Camat untuk mendaftar perwakafan benda yang bersangkutan guna menjaga keutuhan dan kelestariannya.

Anda mungkin juga menyukai