BAB IV
ANALISIS URGENSI SERTIFIKAT TANAH WAKAF DALAM
MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KECAMATAN KLANGENAN
63
Wawancara dengan Bapak A.Thohari, S.Sos.I selaku Bidang Pengadministrasian di
KUA Kecamatan Klangenan pada hari rabu tanggal 27 april 2016pukul 11.00 WIB
47
48
64
Wawancara dengan Bapak . Saefudin, S.Th. I selaku Pegawai di KUA Kecamatan
Klangenan pada hari rabu tanggal 27 april 2016 pukul 11.00 WIB
50
Sebagai contoh : Adanya sikap serakah dari para ahli waris yang tidak
mengakui atau mengingkari adanya ikrar wakaf yang dilakukan oleh orang
tua mereka, penggunaan tanah wakaf tidak sebagaimana mestinya sesuai
dengan tujuan diadakannya wakaf atau disalah gunakan oleh Nadzir
(pengelola wakaf) dan sebagainya.
Timbulnya permasalahan atau persengketaan tanah wakaf tersebut
diatas pada dasarnya disebabkan oleh sebagian masyarakat khususnya yang
berhubungan dengan perwakafan telah mengabaikan unsur kepastian hukum
atas objek yang diwakafkan (khususnya tanah). Agar kepastian hukum
tersebut dapat terpenuhi maka tanah yang diwakafkan perlu didaftarkan ke
kantor pertanahan setempat, yang sebelumnya ikrar wakaf tersebut telah
dibuatkan aktanya pada pejabat yang berwenang. Dalam hal ini adalah
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) di kecamatan setempat.
65
Wawancara dengan Bapak Drs. Dedi Susilo,MM selaku kepala Kecamatan Klangenan
pada hari Rabu tanggal 27 April 2016 pukul 10.00 WIB
66
Wawancara dengan Bapak H. Mukhlis, M.Ag selaku Pegawai di KEMENAG Cirebon
pada hari Senin tanggal 29 April 2016 pukul 10.00 WIB
67
Aplikasi Data Wakaf dari KEMENAG, E-Book Lampiran II
53
4 Hj. Karmi Ds. Jemaras Lor Sama Ds. Jemaras Lor Musholah 182 2004
K. R. Iin M.Sholihin
5 H. Sulaeman Ds. Kreyo Ds. Kreyo Ponpes 630 1996
ZQ
6 Hj. Nedi Ds. Bangodua Jaenih Ds. Bangodua Ibsos 3500 K23/W.2/68/XII/2011
Sarana
7 Kurtubi Ds. Jemaras Kidul Warnadi Ds. Jemaras Lor 280 Kk.10.09.23/Wk.67/2008
Agama
Sarana
8 Nuryatim Ds. Serang Muslich Ds. Serang 49 Kk.25/WK.7/67/2006
Ibadah
Hj. Umu K.H. Ali Fahmi
9 Ds. Serang Ds. Serang Makam 336 Kk.25/WK./59/2006
Salamah Syarief
Hj. Umu K.H. Ali Fahmi
10 Ds. Serang Ds. Serang Ponpes 376 Kk.25/WK.66/II/2007
Salamah Syarief
11 Wardini Ds. Bojongwetan Dul Shomad Ds. Pekantingan Musholla 130 K.23/W.3 a/01/III/2012
4 Madem-Karsim Ds. Bangodua Den Rochim Ds. Bangodua Musholla 123 Ds. Bangodua 10.20.15.06.1.00090
5 Rokiya-Ratem Ds. Bangodua Rokiya Ds. Bangodua Musholla 136 Ds. Bangodua 10.20.15.06.1.00091
6 H. Djen Ds. Bangodua Abdul Madjid Ds. Bangodua Madrasah 360 Ds. Bangodua 10.20.15.06.1.00092
7 H. Durahim Ds. Bangodua H. Sumardi Ds. Bangodua Musholla 123 Ds. Bangodua 10.20.15.06.1.00093
Ds. Ds.
8 Hj. ASIRI H. Supriyono Ds. Klangenan Sosial 283 10.20.23.02.8.00002
Klangenan Klangenan
Ds. Ds.
10 H. Abdul Goni Abdul Hamid Ds. Klangenan Langgar 161 10.20.15.13.1.00589
Klangenan Klangenan
Ds. Ds.
12 H. Djafar Sidik Abdul Hadi Ds. Klangenan Madrasah 1115 10.20.15.13.1.00875
Klangenan Klangenan
16 Ernani Ds. Serang Sariya Ds. Serang Langgar 149 Ds. Serang 10.20.15.14.1.00277
68
Aplikasi Data Wakaf dari KEMENAG, E-Book Lampiran V
54
17 H. Kursi Ds. Serang H. Kursi Ds. Serang Musholla 115 Ds. Serang 10.20.15.14.1.00281
18 Masmud Ds. Slangit Sanusi Ds. Slangit Musholla 165 Ds. Slangit 10.20.23.08.1.00001
Saifudin Bin
19 H. Sobari Ds. Slangit Ds. Slangit Sawah 8940 Ds. Slangit 90/185/2005
Toyib
Ds. Jemaras Ds. Jemaras
20 Rakiya Rakiya Ds. Jemaras Lor Musholla 102 10.20.15.18.1.00021
Lor Lor
Ds. Jemaras Ds. Jemaras
21 Kanis Kanis Ds. Jemaras Lor Musholla 89 10.20.15.18.1.00022
Lor Lor
Ds. Jemaras Ds. Jemaras
22 Sarmawi Sarmawi Ds. Jemaras Lor Musholla 76 10.20.15.18.1.00023
Lor Lor
69
Undang-undang Pengelolaan Zakat dan Wakaf, Hal. 29
70
Undang-undang Pengelolaan Zakat dan Wakaf, Hal. 76
71
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Hal. 80
57
72
Undang-undang Pengelolaan Zakat dan Wakaf, Hal. 29
58
73
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam DI Indonesia,Hal. 418
74
Undang-undang Pengelolaan Zakat dan Wakaf, Hal. 39-40
59
Artinya :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan
apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya”.75
Dalam Q.S.Ali Imran [3] ayat 92 para pakar hukum Islam dari
berbagai madzhab mengambil Q.S.Ali Imran [3] ayat 92 sebagai
landasan hukum wakaf.76 Oleh karena itu, sebagai umat Islam
dianjurkan untuk berbuat kebajikan dengan cara menafkahkan sebagian
dari harta yang kita miliki. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an pun
mengatur tentang adanya mewakafkan sebagian dari harta yang kita
miliki untuk kepentingan umat.
Sedangkan dalam hal penerbitan sertifikat tanah wakaf
diibaratkan dengan menuliskan sesuatu ketika kita ingin melakukan
mu’amalah, hal ini diatur dalam Q.S Al Baqarah [2] ayat 282 dijelaskan
yang berbunyi :
75
Q.S. Ali Imran [3] :92
76
Dedi Ismatullah, Hukum Perdata Islam Di Indonesia¸.... Hal. 263
62
Artiya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah
ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya
jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil;
dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika
mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian),
Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”.
77
Muhammad Ar-Rifa’i, “Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir”, Jilid 1 Penerjemah:
Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 1999), Hal. 462-463.
64
ضرار يزال
ّ ال
Artinya:
“Bahaya harus selalu diusahakan menghilangkannya”
78
A.Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih : Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-
Masalah yang Praktis, Cet. Ke-1, (Jakarta : Kencana, 2006), Hal. 214-215
65
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar......”
Nilai pesan yang terkandung dalam ayat ini adalah penulisan atau
pencacatan akad muamalah (khususnya akad yang dibatasi waktunya).
Apabila transaksi dalam jangka waktu tertentu seperti utang-piutang dan
sewa-menyewa saja, al-Qur’an menganjurkan untuk dilakukan pencacatan,
terlebih lagi akad yang berlaku untuk jangka waktu yang tak terbatas
seperti wakaf, bahwa al-Qur’an telah berbicara tentang tulis-menulis
dalam suatu transaksi disaat peradaban manusia belum begitu akrab
dengan pola tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pencacatan dalam suatu
akad menempati posisi strategis dalam hubungan muamalah. Kalau dalam
nash al-Qur’an tidak ditemukan ayat yang secara tegas menjelaskan
tentang sertifikasi tanah wakaf, demikian juga haditspun tidak ada yang
membahas tentang hal tersebut, karena pada masa nabi sertifikat belum
menjadi kebutuhan.
. Menurut malik dan syafi`I potongan Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 282
dijelaskan bahwa setiap hal yang berhubungan dengan mu’amalah
wajiblah untuk menuliskannya. Agar terwujud kepastian hukum maka
perlu bukti otentik (sertifikat tanah wakaf).
Dari sini bisa ditarik pengertian bahwa pelaksanaan sertifikasi tanah
wakaf adalah merupakan perwujudan dari nilai pesan yang terkandung
dalam al-Qur’an sebagai sarana untuk melengkapi terjadinya kegiatan
transaksi dalam bentuk ikrar wakaf