Anda di halaman 1dari 4

Zulkhaidir, S.E., M.M.

NIP. 19750216 199703 1 003

MEMBANGUN SINERGITAS LINTAS INSTANSI DALAM PENYELAMATAN


ASET TANAH WAKAF

PENDAHULUAN
Dalam era manajemen modern saat ini, setiap instansi pemerintah dituntut untuk dapat
membangun jaringan berupa kerjasama antar instansi yang saling membutuhkan, melalui
kolaborasi layanan serta pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaksanaannya dengan
membangun koordinasi secara vertikal maupun horizontal.
Dalam hal legalisasi aset berupa tanah wakaf, Badan Wakaf Indonesia (BWI) adalah lembaga
semi pemerintah yang keberadaannya sangat tergantung pada bagaimana BWI dapat
membangun jejaring dengan instansi vertikal seperti Kementerian Agama, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Dalam Negeri dan
sebagainya, serta jejaring horizontal dengan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan
kemasyarakatan dan sebagainya, baik di dalam maupun di luar negeri. Dimana eksistensi
BWI merupakan garda terdepan mengukur kepekaan pemerintah dalam hal penyelamatan
aset tanah wakaf.
Permasalahan tanah wakaf ini pada umumnya akan mencuat pada saat akan dilakukan
legalisasi aset atau didaftarkan untuk di terbitkan sertipikat oleh Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, terutama saat dilakukan pengukuran oleh tim
pengukuran Kantor Pertanahan (Kantah).
Agenda pelaksanaan pengukuran serta pemeriksaan lapang oleh panitia dalam hal tanah
wakaf yang terindikasi memiliki permasalahan biasanya akan terhambat prosesnya, dimana
biasanya asumsi masyarakat, BPN merupakan pihak utama yang secara semena-mena
melakukan pengukuran dan menerbitkan sertipikat untuk bidang tanah wakaf yang statusnya
masih bersengketa.
Berdasarkan kondisi tersebut, dirasa perlu dilakukan kerjasama antar pihak dalam
memastikan permasalahan dapat terselesaikan, dengan memetakan potensi masalah serta
secara terbuka prosesnya diketahui publik dengan melibatkan para pihak yang dirasa sebagai
Langkah kolaboratif dan solutif untuk permasalahan yang ada.
PEMBAHASAN
Tipologi Para Pihak Eksternal Dalam Penyelesaian Masalah
Keberhasilan serta kelancaran pelaksanaan legalisasi aset tanah wakaf tidak terlepas dari
kolaborasi lintas instansi. Kementerian ATR/BPN dalam mendukung percepatan
pensertipikatan tanah wakaf harus memiliki jaringan dalam membentuk suatu wadah yang
berkomitmen kuat untuk dapat mensukseskan kegiatan legalisasi aset tanah wakaf tersebut.
Kementerian ATR/BPN dalam hal ini merupakan lembaga yang melakukan pencatatan atas
tanah wakaf yang dimohon nantinya dan akan dituangkan dalam sertipikat untuk diserahkan
kepada Nazhir atau orang yang ditunjuk untuk mengelola tanah wakaf tersebut. Beberapa
instansi/lembaga yang dirasa dapat dilaksanakan kerjasama untuk pelaksanaan hal tersebut
antara lain:
1. Kementerian Agama
Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan salah satu unsur pelaksana sebagian tugas
Kementerian Agama dalam urusan dibidang agama termasuk penanganan perkara
wakaf baik pengawasan maupun pengelolaan harta wakaf di daerah kerjanya masing-
masing. Kepala KUA memiliki peran yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
42 Tahun 2006 sebagai pejabat pembuat akta ikrar wakaf untuk benda tidak bergerak
dan benda bergerak selain uang.
2. Badan Wakaf Indonesia (BWI)
Merupakan Lembaga negara independent yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Badan ini dibentuk dalam rangka
mengembangkan dan memajukan perwakafan di Indonesia. BWI dibentuk bukan
untuk mengambil alih aset-aset wakaf yang selama ini dikelola oleh naẓhir (pengelola
aset wakaf) yang sudah ada. BWI hadir untuk membina naẓhir agar aset wakaf
dikelola lebih
baik dan lebih produktif sehingga bisa memberikan manfaat lebih besar kepada
masyarakat, baik dalam bentuk pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi, maupun
pembangunan infrastruktur publik.
3. Pemerintah Daerah
Salah satu bentuk dari layanan publik untuk memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat adalah terlibatnya pemerintah daerah dalam urusan pendidikan
keagamaan masyarakat, salah satunya adalah intervensi pemerintah dalam percepatan
pelaksanaan proses sertifikasi tanah wakaf lembaga keagamaan. Secara teknis urusan
sertifikasi tanah wakaf lembaga keagamaan memang menjadi domain Kementerian
Agama dan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Dalam Pelaksanaannya ketiga instansi diatas memiliki kesamaan tugas dan peran yang sama,
yaitu menyelenggarakan fungsi penataan dan penyelamatan tanah wakaf untuk kepentingan
dan kemaslahatan ummat. Melalui hal tersebut dirasa perlu untuk di bentuk suatu kerjasama
antar ketiga instansi/lembaga.
Strategi Kerjasama Antar Instansi
Pelaksanaan legalisasi tanah wakaf dilaksanakan dengan pembentukan Memorandum Of
Understanding (MoU), dimana nantinya para pihak saling mendukung dalam pelaksanaan
maupun prosesnya, setiap proses yang dijalankan akan dimonitoring dengan baik. Dalam hal
ini kemudahan proses pengurusan atau percepatan harus dilaksanakan oleh masing-masing
instansi dan dengan dukungan teknologi digital.
Selanjutnya bagi setiap masing-masing instansi dapat melakukan aselerasi layanan, yang
dimulai dari pembuatan akta ikrar wakaf oleh KUA, pelatihan dan bimbingan teknis para
nazhir oleh BWI, menggerakkan struktur pemerintah yang ada di kecamatan serta pemerintah
desa untuk memberikan pelayanan prima terhadap proses pelaksanaan penyiapan administrasi
pengurusan sertipikat wakaf yang di butuhkan di desa maupun kecamatan. Dimana akselerasi
layanan ini disepakati melalui MoU yang dibentuk.
Dalam hal ini teknologi digital juga harus mampu diterapkan dengan cara kolaboratif, dan
harus dapat dipastikan setiap petugas dapat memanfaatkan teknologi digital dengan baik, dan
sosialisasi maupun bimtek harus telah dilaksanakan kepada masing-masing petugas. Contoh
pengenalan dan pemanfaatan aplikasi Elektronik Akta Ikrar Wakaf (e-AIW) oleh Kemenag,
dan aplikasi penunjang loket pendaftaran (KKP) oleh Kantah.

Inventarisasi Penerbitan
Proses
dan Mou Sertipikat
Pelaksanaan
identifikasi Wakaf

Sejauh ini dalam hal percepatan proses pelaksanaan sertipikasi tanah wakaf dirasa perlu
adanya host to host aplikasi antara aplikasi Kemenag maupun BPN, dimana setiap proses
verifikasi berkas baik Akta Ikrar Wakaf maupun berkas permohonan pendaftaran sertipikat
wakaf dapat dilakukan secara online dengan satu alur layanan, artinya harus adanya
pertemuan dua aplikasi yang akan dirampingkan proses layanannya, berikut merupakan
langkah pelaksanaan kegiatan sertipikasi wakaf, antara lain:
Roadmap Pelaksanaan
Roadmap Penyelesaian
No Kegiatan/Sub Kegiatan
B01 B02 B03 B04 B05 B06
Melakukan inventarisasi dan identifikasi bidang tanah wakaf
1
yang ada
Melaksanakan rapat koordinasi menyamakan persepsi antara
2
Kemenag, BWI, Pemda, dan Kantah
3 Melaksanakan perjanjian kerjasama atau MoU
4 Melaksanakan bimbingan teknis bagi masing-masing instansi
Membentuk tim percepatan penyelesaian tanah wakaf di
5
kabupaten
6 Melakukan Pengukuran bidang tanah wakaf
Pembuatan akta ikrar wakaf di KUA sebagai syarat
7
administrasi pendaftaran permohonan sertipikat wakaf
8 Proses pendaftaran pensertipikatan tanah oleh BPN
9 Penerbitan Seripikat

PENUTUP
Penyelamatan aset tanah wakaf bukan hanya menajdi tanggung jawab salah satu pihak,
melainkan keterlibatan seluruh stakeholder baik masyarakat maupun unsur pemerintahan.
Pemerintah daerah melalui Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 yakni keterlibatan dan
kehadiran pemerintah daerah dalam mendukung dan memberikan layanan kepada masyarakat
dalam upaya percepatan pelaksanaan sertipikasi wakaf di daerah.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini terbentuk seperti mata rantai, artinya akan saling
berkesinambungan antar para pihak. Pemerintah daerah memiliki peran andil yang besar
dalam pelaksanaan proses sertipikasi wakaf antara lain dengan menginisiasi terlaksananya
forum-forum diskusi rapat untuk pelaksanaan teknis percepatan sertipikasi wakaf.
Selanjutnya Kementerian Agama, BWI dan Kantor Pertanahan sebagai pihak eksekutor
dalam proses pelaksanaan pelayanan wakaf untuk dapat diberikan ha katas tanah wakaf yang
diusulkan.

Anda mungkin juga menyukai