Anda di halaman 1dari 4

Nama : Syintia

NIM : 4201814207
Kelas : 6C Asp
Mata Kuliah : MID (Manajemen Investasi Daerah)
Dosen : Desty Wana, S.ST., M.Acc
Hari/tanggal : Kamis, 26 Agustus 2021
Tugas Ketiga

Sertipikasi Tanah: Upaya Mengamankan Aset Negara

Salah satu upaya pengamanan aset negara adalah melalui pensertipikatan Barang Milik
Negara (BMN) berupa tanah. Dalam rangka mewujudkan upaya tersebut, Kementerian
Keuangan bersama Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah
menerbitkan Peraturan Bersama Nomor 186/PMK.06/2009 dan Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Pensertipikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah. Terbitnya peraturan bersama ini menjadi
dasar dilakukannya program percepatan pensertipikatan BMN berupa tanah yang tujuannya
agar seluruh BMN berupa tanah dapat disertipikatkan sehingga dapat dipertanggungjawabkan
aspek legalitas dan akuntabilitasnya. Selain itu program pensertipikatan ini juga memiliki
maksud agar tanah yang dimiliki dan dikelola negara dapat memenuhi prinsip 3T, yaitu Tertib
Fisik, Tertib Administrasi, dan Tertib Hukum.

Mengapa proses pensertipikatan BMN berupa tanah menjadi salah satu upaya penting
dalam rangka pengamanan aset negara? Jawabannya jelas karena sertipikat merupakan bukti
kepemilikan yang sah dan menjadi jaminan kepastian hukum, sekaligus menjadi alat
pembuktian yang kuat bahwa aset tersebut benar-benar dimiliki dan dikuasai oleh negara. Hal
ini dipertegas juga dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.06/2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara yang menyatakan bahwa BMN berupa tanah
yang dikuasai Pemerintah Pusat harus disertipikatkan atas nama Pemerintah Republik
Indonesia. Maka dari itu, sudah menjadi tugas Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara untuk mengelola dan mengamankan aset negara melalui kerja sama dengan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional terkait percepatan
penerbitan sertipikat BMN berupa tanah.

Dewasa ini, kebutuhan akan tanah semakin meningkat sejalan dengan adanya
pertambahan jumlah penduduk, badan usaha, serta kebutuhan lain yang berkaitan dengan
tanah. Tidak hanya digunakan sebagai tempat bermukim, saat ini tanah merupakan ladang
investasi yang menggiurkan. Tak ayal, setiap pemilik pasti berusahan menuntut adanya
jaminan hukum atas tanah tersebut. Sama halnya dengan tanah negara, sertipikat tanah mampu
memberikan kekuatan hukum dalam bentuk perlindungan kepada pemegang hak atas tanah
tersebut sekaligus aset itu sendiri. Dengan kata lain, proses pensertipikatan ini memiliki andil
yang cukup besar dalam mengamankan aset negara, karena negara tak boleh hanya
mengandalkan status “dikuasai atau dimiliki”, namun juga perlu dibarengi dengan adanya
dokumen kepemilikan yang legal. Hal ini selaras dengan amanat Sekretaris Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, Dodi Iskandar, pada salah satu Rapat Koordinasi Percepatan Persertipikatan
BMN tahun lalu. Ia mengatakan, “Walaupun sudah dikuasai, walaupun milik negara, tetap
harus ada dokumen kepemillikan”.

Sejak tahun 2016 - 2019, jumlah bidang tanah yang telah disertipikatkan melalui
Program Percepatan Sertipikasi BMN berupa tanah di Provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara sebanyak 342 bidang. Rincian penerbitan tersebut adalah 52 bidang di tahun
2016, 50 bidang di tahun 2017, 75 bidang di tahun 2018 serta 165 bidang di tahun 2019. Jika
dilihat dari data tersebut, secara rerata telah terjadi peningkatan jumlah bidang tanah yang
selesai disertipikatkan tiap tahunnya. Ini menjadi keberhasilan tersendiri bagi Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kalimantan Timur dan Utara serta Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur dalam mensertipikatkan tanah di
Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Untuk Provinsi Kalimantan Utara sendiri, Program Percepatan Sertipikasi BMN berupa
tanah tahun ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Tarakan
bersama dengan Kantor Pertanahan dengan objek tanah berupa jalan yang diajukan
permohonannya oleh Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional I Provinsi Kalimantan Utara. Pada
awal tahun 2020, wilayah Kalimantan Utara memiliki target sebanyak 171 bidang yang tersebar
di beberapa kota dan kabupaten untuk disertipikatkan. Namun demikian, karena adanya revisi
anggaran untuk penanggulangan Covid-19, target diturunkan menjadi 131 bidang yang terdiri
dari 75 bidang jalan di wilayah Kabupaten Bulungan, 34 bidang jalan di wilayah Kabupaten
Nunukan, serta 22 bidang jalan di wilayah Kabupaten Malinau.

Turunnya target sertipikasi BMN berupa tanah di wilayah Kalimantan Utara tidak serta
merta memperkecil tantangan yang ada. Hal tersebut sehubungan pada masa pandemi Covid-
19 ini terdapat kebijakan yang mengharuskan seluruh warga untuk menerapkan Pembatasan
Sosial Berskala Besar. Sesuai dengan proses bisnisnya selama ini, alur sertipikasi yang
diajukan permohonannya oleh satuan kerja, terlebih dahulu perlu dilakukan pengukuran dan
penelitian oleh tim peneliti tanah dari Kantor Pertanahan sebelum diterbitkan surat keputusan
serta sertipikat tanah. Sehubungan dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar tersebut,
maka proses pengukuran dan penelitian yang membutuhkan survei lapangan serta koordinasi
dengan Satuan Kerja dan Kepala Desa setempat mengalami kesulitan tersendiri bagi tim
peneliti dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, koordinasi yang semula dapat dilakukan
dengan mengadakan rapat atau pertemuan bersama dalam satu ruangan, saat ini tidak dapat lagi
dilakukan karena adanya anjuran social distancing.

Permasalahan umum lain terkait dengan proses pensertipikatan BMN berupa tanah di
Wilayah Kalimantan Utara tahun 2020 terjadi pada saat verifikasi awal, yakni setelah
penetapan target sertipikasi. Setelah dilakukan verifikasi awal, diketahui sebagian bidang
dinyatakan telah terbit sertipikatnya sehingga untuk mencapai target yang telah ditetapkan
tersebut perlu segera mencari target bidang tanah pengganti. Selain itu, terdapat juga
permasalahan lain yaitu ditemukannya beberapa bidang tanah yang masuk dalam kawasan
hutang lindung sehingga sertipikat tidak dapat diterbitkan sebelum adanya Surat Persetujuan
Pinjam Pakai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk mengatasi hal
tersebut bukan perkara mudah, dibutuhkan koordinasi dan kerja sama yang baik antara berbagai
pihak yang terkait untuk memitigasi segala risiko dan permasalahan yang timbul.
Kendati demikian, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Tarakan
mempunyai keyakinan bahwa kunci suksesnya program percepatan sertipikasi BMN berupa
tanah terletak pada komunikasi dan kerja sama yang baik antar pihak terkait, baik melalui
koordinasi maupun monitoring dan evaluasi. Hingga saat ini, telah dilakukan koordinasi
gabungan antara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Tarakan, satker Pelaksana
Jalan Nasional I Provinsi Kalimantan Utara dengan Kantor Pertanahan Bulungan pada tanggal
27 Januari 2020; rapat koordinasi antara Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di
Jakarta tanggal 3 sampai 4 Maret 2020; serta mengadakan video
conference terkait monitoring dan evaluasi bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara Provinsi Kalimantan Timur dan Utara, Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Kalimantan Timur dan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga pada
tanggal 21 April 2020.

Sinergi dan komunikasi yang sudah terjalin baik tersebut diharapkan dapat tetap terus
terjaga dan dilaksanakan. Sehingga, meskipun pandemi Covid-19 masih terjadi sampai saat ini,
tidak akan bisa mematikan semangat dan kinerja Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang Tarakan dalam mencapai target sertipikasi aset BMN berupa tanah. (Lun)

Anda mungkin juga menyukai