Anda di halaman 1dari 29

STRATEGI PERCEPATAN PENGUMPULAN DATA YURIDIS DALAM

PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI DESA PALBAPANG


KECAMATAN BANTUL KABUPATEN BANTUL

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi


Pada Program Diploma IV Pertanahan

Oleh:

HARFIANTY
NIT. 16252945 / Manajemen Pertanahan

Dosen Pembimbing 1 : I Gusti Nyoman Guntur, A.Ptnh, M.Si.


Dosen Pembimbing 2 : Harvini Wulansari, S.T, M.Sc.

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2020

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
melakukan pensertifikatan tanah yang salah satunya dengan menyelenggarakan
program Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). PTSL
yaitu kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak bagi semua obyek Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia dalam satu wilayah desa, kelurahan atau nama lainya yang setingkat
dengan itu meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data
yuridis mengenai satu atau beberapa obyek Pendaftaran Tanah untuk keperluan
pendaftaran nya (Darmawan, 2017).
Pelaksanaan PTSL Tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 yang masih
berjalan ini, melalui beberapa peraturan yang sudah diterbitkan dengan tujuan
untuk menjadikan lebih baik dalam pelaksanaan data fisik dan data yuridis
PTSL. Peraturan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap antara lain diatur
dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN) Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang pada pelaksanaannya
telah mengalami revisi yaitu Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2017 tentang Percepatan
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan peraturan
terbaru yakni Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018
tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Seluruh Wilayah
Republik Indonesia.
Pada era pemerintah sebelumnya, pencapaian penerbitan sertipikat
pertahun hanya berkisar 400-500 ribu, sehingga masih membutuhkan waktu
yang sangat lama untuk mencapai 100% persertfikatan tanah di seluruh

1
Indonesia. Oleh karena itu dengan ada PTSL pada tahun 2017 ditetapkan target
5 juta sertipikat, dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu 7 juta
sertipikat pada tahun 2018, 9 juta sertipikat pada tahun 2019 dan seterusnya.
Besarnya target pemerintah terhadap pendaftaran tanah mampu
menguras ketahanan dan konsentrasi baik fisik maupun mental petugas di
Kementerian ATR/BPN. Sehingga dalam pelaksanaan PTSL tidaklah selancar
seperti apa yang diharapkan, masih terdapat kendala yang terjadi dilapangan.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh petugas adalah permasalahan
pengumpulan data yuridis bidang tanah. Hal ini dapat dilihat dari data
rekapitulasi capaian PTSL Nasional tahun 2019 yang diperoleh melalui website
PTSL menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian terhadap capaian
pengumpulan data fisik dan data yuridis. Data pengumpulan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Rekapitulasi Capaian Nasional Tahun 2019


Sumber: website PTSL (https://ptsl.atrbpn.go.id/)

Berdasarkan contoh rekapitulasi capaian PTSL Nasional Tahun 2019 di


atas dapat kita lihat bahwa terjadi ketimpangan antara pengumpulan data
yuridis dan data fisik. Pengumpulan data yuridis memiliki banyak kendala
sehingga sulit untuk mencapai target yang ditetapkan. Kendala pengumpulan
dan pengolahan data yuridis di antaranya adalah kurangnya sumber daya
manusia yang kompeten, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap berkas

2
yuridis, dan belum adanya aplikasi khusus yang dapat membantu percepatan
pengumpulan dan pengolahan data yuridis.
Pada tahun 2019, Kantor Wilayah ATR/BPN DIY menargetkan mampu
mendaftarkan 284.080 bidang tanah melalui PTSL. Target tersebut meliputi
seluruh kabupaten di DIY yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman,
Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Bantul.
Berdasarkan hasil Rakerda DIY 2020, target yang akan dicapai Kabupaten
Kulonprogo sebanyak 21.500 bidang, Kabupaten Bantul sebanyak 73.000
bidang, Kabupaten Gunungkidul sebanyak 156.530 bidang, Kabupaten Sleman
sebanyak 30.550 bidang, dan Kota Yogyakarta sebanyak 2.500 bidang. Untuk
menunjang pencapaian target berbagai kebijakan bahkan inovasi dilakukan
untuk mengakomodasi seluruh kegiatan tersebut. Target yang tergolong cukup
besar mendorong Kantor Wilayah ATR/BPN Provinsi DIY melakukan berbagai
inovasi untuk dapat memenuhi realisasi pencapaian target terutama di bidang
pengumpulan data yuridis.
Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul merupakan salah satu kantor
pertanahan yang berhasil dalam menunjang pengumpulan data yuridis.
Beberapa startegi yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul
sehingga dapat mencapai target yang diinginkan. Data capaian tersebut dapat
dilihat dari gambar berikut :

Gambar 2. Laporan Perkembangan Kegiatan PTSL Tahun 2019


Sumber: website PTSL (https://ptsl.atrbpn.go.id/)

3
Desa Palbapang Kecamatan Bantul merupakan salah satu desa yang
berhasil dalam pengumpulan data yuridis PTSL tahun 2019. Melihat
keberhasilan Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul dan Desa Palbapang
Kecamatan Bantul dalam pengumpulan data yuridis pada tahun 2019 maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi
Percepatan Pengumpulan Data Yuridis Dalam Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap di Desa Palbapang Kecamatan Bantul Kabupaten
Bantu”.

B. Rumusan Masalah
Tahun 2020 Target Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap merupakan
target yang sangat besar yakni sebanyak 11 juta bidang tanah harus terdaftar.
Target yang sangat besar membutuhkan strategi dalam pengumpulan data
yuridis. Strategi yang tepat serta pengerahan sumber daya yang terorganisasi
agar progres pekerjaan selalu terarah dan memiliki kecepatan tinggi. Dengan
jumlah target yang PTSL yang sangat besar pada tahun 2020 dan timbulnya
beberapa kendala dalam pengumpulan data yuridis, maka menarik untuk
dilakukan penelitian yaitu strategi apa yang dilakukan Kantor Pertanahan
Kabupaten Bantul yang diinstruksikan langsung oleh Kakanwil ATR/BPN
DIY dalam upaya percepatan Puldadis (Pengumpulan Data Yuridis) bahkan
mengakselerasinya agar memperoleh penyelesaian program dengan baik.
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
Bantul pada kegiatan pengumpulan data yuridis di Desa Palbapang
Kecamatan Bantul dalam PTSL tahun 2019?
2. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengumpulan data
yuridis pada kegiatan PTSL tahun 2019 di Kantor Pertanahan
Kabupaten Bantul?

4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian
ini yaitu untuk:
a. Menggambarkan secara detail strategi percepatan pengumpulan
data yuridis pada pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap yang diterapkan Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul
di Desa Palbapang Kecamatan Bantul Tahun 2019;
b. Menggambarkan kendala yang dihadapi oleh satgas yuridis
dalam pelaksanaan penggunaan data yuridis pada kegiatan
PTSL tahun 2019 di Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan maslah di atas maka manfaat yang
diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam menentukan suatu strategi
yang tepat terhadap suatu kegiatan percepatan pengumpulan
data yuridis dalam Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
b. Bagi akademik, sebagai bahan pengetahuan terkait
permasalahan dan upaya Kantor Pertanahan di berbagai daerah
dalam mengatasi tantangan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap terutama pengumpulan data yuridis.
c. Bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional khususnya Kantor Pertanahan, sebagai bahan referensi
untuk menyusun strategi dalam mensukseskan kegiatan PTSL
di waktu yang akan datang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Literatur
Kajian literatur merupakan alat yang penting sebagai contect review,
karena literatur sangat berguna dan sangat membantu dalam member konteks
dan arti dalam penulisan yang sedang dilakukan serta melalui kajian literatur
ini juga peneliti dapat menyatakan secara eksplisit dan pembaca mengetahui,
mengapa hal yang inigin diteliti merupakan masalah yang memang harus
diteliti, baik dari segi subjek yang akan diteliti dan lingkungan manapun dari
sisi hubungan penelitian dengan tersebut dengan penelitian lain yang relevan
(Afifuddin, 2012). Terkait dengan pertisipasi masyarakat dan aplikasi
percepatan sudah diteliti oleh peneliti terdahulu.
Penelitian pertama oleh Yonicha Senja Prasmadani (2018) dalam
penelitiannya yang berjudul Strategi Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali Tahun 2017. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Boyolali dalam menyukseskan kegiatan PTSL tahun
2017 meliputi (1) Optimalisasi sumber daya manusia dengan cara melibatkan
seluruh pegawai untuk mempercepat penyelesaian kegiatan; (2) Kolaborasi
para pihak dengan cara pelibatan antarpihak dalam menyukseskan kegiatan
PTSL; (3) Revitalisasi partisipasi dengan cara menetapkan kriteria khusus
dalam penetapan lokasi dan pelibatan aparat desa dalam efisiensi pekerjaan
PTSL. Kendala yang dihadapi meliputi kendala internal yang berupa
kurangnya pemahaman SDM Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali terkait
prosedur pelaksanaan PTSL dan kendala eksternal berupa kurangnya
antusiasme aparat desa terhadap pelaksanaan PTSL, kurang aktifnya kepala

6
desa terkait kelengkapan berkas, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam
pemasangan tanda batas bidang tanah.
Penelitian kedua oleh Budi Nurcahyono (2019) dalam penelitiannya
yang berjudul Strategi Pelibatan dan Peran Para Pihak dalam Penerapan
aplikasi SIAP pada Pelaksanaan Pendaftaran Sistematis Lengkap (Studi di
Desa Srimulyo Kecamatan Pulungan Kabupaten Bantul). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ( 1 ) Keterlibatan dan dukungan penuh dari seluruh
pemangku kebijakan dan masyarakat sebagai penerima program
merupakan hal yang sangat penting dalam yang dibutuhkan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/ BPN RI dalam menyukseskan program PTSL; (2)
Masyarakat merupakan salah satu unsur penting yang turut berperan besar
dalam pelaksanaan program. Secara garis besar strategi yang dilakukan
yaitu dengan menganalisis faktor pendukung, faktor penghambat.
Langkah berikutnya adalah dengan mensosialisasikan pelaksanaan PTSL
dan aplikasi SIAP. Selain sosialisasi, pendampingan dan bantuan juga
diberikan Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, Pemerintah Desa
Palbapang dan Pokmas Desa Palbapang bagi masyarakat peserta PTSL yang
memerlukan. Selain sosialisasi, pendampingan dan bantuan juga
diberikan Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, Pemerintah Desa
Palbapang dan Pokmas Desa Palbapang bagi masyarakat peserta PTSL yang
memerlukan.
Peneliti ketiga dilakukan Damar Jati Nurcahyo (2019) dalam
penelitianya yang berjudul Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap Berbasis Partisipasi Masyarakat (PTSL-PM) di Kabupaten Ngawi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan standar teknis dapat
dilihat dari beberapa kriteria antara lain penetapan lokasi, metode
pengukuran, penunjukan dan penetapan batas bidang tanah, sedangkan
pelaksanaan kelembagaan dapat dilihat dari mekanisme pembentukan dan
tugasnya. Tahapan pelaksanakaan sesuai dengan Juknis PTSL+PM

7
merupakan tahapan kegiatan yang sama dengan PTSL hanya saja pada
tahapan PTSL+PM, partisipasi masyarakat terlihat pada tahapan penyuluhan
dan pengumpulan data fisik dan yuridis.
Peneliti keempat oleh Khoirul Anwar (2019), dalam penelitiannya
berjudul Kinerja Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Kolaboratif :
Tinjauan Konsistensi Para Pihak yang Terlibat dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya di Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur (Studi di
Desa Banaran, Desa Sumberbening dan Desa Sidorejo). Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap yaitu Kamituwo, Bhabinkamtibmas, Babinsa, Satgas
Yuridis, Satgas Teknis dan PPNPN (Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri), sedangkan yang menjadi faktor – faktor yang mempengaruhi yaitu
pemerintah desa dan kantor pertanahan kota madiun tersebut.
Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
maka terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini difokuskan pada strategi pengumpulan data yuridis dalam
mempercepat pelaksanaan PTSL dan mengetahui faktor yang
menghambat pengumpulan data yuridis, yang belum pernah dilakukan
pada penelitian sebelumnya.
2. Lokasi penelitian yang berbeda yaitu di Desa Palbapang Kecamatan
Bantul Kabupaten Bantul.

B. Kerangka Teoritis
1. Pendaftaran Tanah di Indonesia
Pendaftaran tanah yang diselenggarakan di Indonesia diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
selanjutnya disebut PP 24 Tahun 1997 yang menyempurnakan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah selanjutnya
disebut PP 10 Tahun 1961. Peraturan tersebut dikeluarkan berdasarkan

8
Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, selanjutnya disebut UUPA. Dalam Pasal 19
ayat (1) tersebut ditetapkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum
oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan Pendaftaran Tanah adalah sebagai berikut:
“Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang
tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun
serta hak-hak tertentu yang membebaninya.”
Pengertian di atas menjelaskan bahwa pendaftaran tanah
merupakan kegiatan yang dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan
sehingga informasi mengenai suatu bidang tanah selalu up to date dan
dapat.
Pendaftaran tanah memiliki tujuan yang dinyatakan pada Pasal 3
PP 24 Tahun 1997. Tujuan pendaftaran tanah yakni untuk memberikan
kepastian hukum dan perlindungan hukum, menyediakan informasi
kepada pihakpihak yang berkepentingan, dan terselenggaranya tertib
administrasi pertanahan. Pendaftaran tanah berdasarkan Pasal 11 PP 24
Tahun 1997 meliputi pendaftaran tanah pertama kali dan pemeliharaan
data pendaftaran tanah.
Pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka memberikan
jaminan kepastian hukum terhadap subjek dan objek atas tanah tersebut.
Untuk itu, kepada pemegang haknya diberikan sertipikat sebagai surat

9
tanda buktinya (Harsono 2008, 472). Pasal 32 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang dimaksud Sertipikat adalah surat
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai
data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik
dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur
dan buku tanah yang bersangkutan. Dengan diterbitkan sertipikat tersebut,
maka hubungan antara subjek dan objek telah menjamin kepastian
hukum.
Berdasarkan pasal 11 PP No. 24 Tahun 1997 bahwa pendaftaran
tanah meliputi dua kegiatan antara lain pendaftaran pertama kali dan
pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah pertama kali
meliputi pendaftaran awal (registration of title) hak-hak yang harus
didaftarkan menurut PP No. 24 tahun 1997, sedangkan pemeliharaan data
pendaftaran tanah merupakan kegitan pemutakhiran pendaftaran tanah
baik terhadap mutasi, pengikatan hak tanggungan, maupun segala yang
berkaitan dengan tanah tersebut (Parlindungan 1999, 88).
Program pendaftaran tanah sistematik mulai dilaksanakan pada
tahun 1995 dengan bantuan dana dari Bank Dunia melalui program yang
dinamakan Indonesian Land Administration Project (ILAP) yang
mengakibatkan terjadi penggantian PP 10 Tahun 1961 dengan PP 24
Tahun 1997. Program tersebut melakukan pendaftaran tanah sistematik
yang lebih dikenal dengan proyek ajudikasi. Pendaftaran tanah secara
sistematik kemudian dilanjutkan pada tahun 2004 sampai dengan tahun
2009 dengan adanya program Land Management and Policy
Development Project (LMPDP) yang juga merupakan bantuan dari Bank
Dunia (van der Eng dalam Wahyuni 2017). Program ILAP maupun
LMPDP yang didukung dengan program percepatan seperti ajudikasi
belum berhasil menyelesaikan pendaftaran tanah seluruh bidang tanah
termasuk pemetaan bidang tanahnya sampai dengan munculnya program

10
pendaftaran tanah secara sistematik melalui PTSL pada tahun 2016.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, jumlah bidang tanah hingga tahun 2016 yang sudah terdaftar
46 juta bidang tanah, sementara bidang tanah yang belum terdaftar
sebanyak 80 juta bidang tanah. Untuk mengatasi keterlambatan
pendaftaran tanah secara sistematis yang dilakukan melalui program
ajudikasi dan prona tersebut, maka pada tahun 2017 pemerintah
mengeluarkan program percepatan pendaftaran tanah secara massal
dengan konsep peta lengkap yang dikenal dengan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL).

2. Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL)


Pendaftaran tanah merupakan salah satu langkah legalitas
kepemilikan tanah. Lebih rinci dijelaskan dalam PP Nomor 24 Tahun 1997
Pasal 1 ayat (1) bahwa pendaftaran tanah yaitu:
“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan, dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang
tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun
serta hak-hak tertentu yang membebaninya.”
Berdasarkan definisi di atas dapat dilihat bahwa pendaftaran tanah
merupakan rangkaian kegiatan, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis
dalam bentuk peta dan daftar bidang tanah dan dituangkan dalam surat
tanda bukti berupa sertipikat tanah.
Pada era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, pendaftaran tanah
masuk dalam Program Reforma Agraria. Pada saat kepemimpinan Ferry

11
Mursyidan Baldan, disusunlah Permen ATR/KBPN No. 28 Tahun 2016
tentang Percepatan Program Nasional Agraria (Prona) melalui Pendaftaran
Tanah Sistematis yang diundangkan pada tanggal 30 Agustus 2016, akan
tetapi tak lama berselang Permen tersebut direvisi saat Kepala ATR/KBPN
digantikan oleh Sofyan A. Djalil dengan Permen ATR/KBPN No. 35
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap yang diundangkan pada tanggal 9 November 2016 dengan target
pendaftaran tanah pada tahun 2017 sebanyak 5 juta bidang, sebanyak 7 juta
bidang tanah pada tahun 2018, sebanyak 9 juta pada tahun 2019 dan pada
tahun 2020 sebanyak 11 juta bidang tanah yang terdaftar.
Program PTSL sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018
Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap pada Pasal 1 angka 2,
disebutkan bahwa pengertian dari Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
yang selanjutnya disingkat PTSL adalah kegiatan Pendaftaran Tanah untuk
pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua objek Pendaftaran
Tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah
desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang meliputi
pengumpulan data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa objek
Pendaftaran Tanah untuk keperluan pendaftarannya. Petunjuk Teknis
Nomor 1069/3.1-100/IV/2018 Tentang Pelaksanaan Anggaran Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap, menjelaskan bahwa objek Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik
bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak
yang memiliki hak dalam rangka memperbaiki kualitas data pendaftaran
tanah. Objek tersebut meliputi bidang tanah yang sudah ada tanda batasnya
maupun yang akan ditetapkan tanda batasnya dalam pelaksanaan kegiatan
PTSL.

12
PTSL dilaksanakan untuk seluruh obyek pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Republik Indonesia. Dijelaskan dalam Pasal 4 Permen ATR/KBPN
No. 6 Tahun 2018 bahwa PTSL meliputi seluruh objek pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia tanpa terkecuali, baik bidang tanah yang
belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak yang memiliki hak
dalam rangka memperbaiki kualitas data pendaftaran tanah. Objek PTSL pun
meliputi bidang tanah yang sudah ada tanda batasnya maupun yang akan
ditetapkan tanda batasnya dalam pelaksanaan kegiatan PTSL. Selajutnya
dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa percepatan pelaksanaan kegiatan
PTSL dilakukan dengan tahapan:
a. perencanaan,
b. penetapan lokasi,
c. persiapan,
d. pembentukan dan penetapan panitia ajudikasi PTSL dan satuan
tugas,
e. penyuluhan,
f. pengumpulan data fisik dan pengumpulan data yuridis,
g. penelitian data yuridis untuk pembuktian hak,
h. pengumuman data fisik dan data yuridis serta pengesahannya,
i. penegasan konversi, pengakuan hak dan pemberian hak,
j. pembukuan hak,
k. penerbitan sertipikat hak atas tanah,
l. pendokumentasian dan penyerahan hasil kegiatan dan
m. pelaporan.
Pasal 25 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap, menjelaskan bahwa penyelesaian kegiatan PTSL terdiri
atas 4 (empat) kluster, meliputi:

13
a. Kluster 1, yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya
memenuhi syarat untuk diterbitkan Sertipikat Hak atas Tanah;
b. Kluster 2, yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya
memenuhi syarat untuk diterbitkan Sertipikat Hak atas Tanahnya namun
terdapat perkara di Pengadilan dan/atau sengketa;
c. Kluster 3, yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya tidak
dapat dibukukan dan diterbitkan Sertipikat Hak atas Tanah karena 20
subjek dan/atau objek haknya belum memenuhi persyaratan tertentu yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini; dan
d. Kluster 4, yaitu bidang tanah yang objek dan subjeknya sudah terdaftar
dan sudah bersertipikat Hak atas Tanah, baik yang belum dipetakan
maupun yang sudah dipetakan namun tidak sesuai dengan kondisi
lapangan atau terdapat perubahan data fisik, wajib dilakukan
pemetaannya ke dalam Peta Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Kluster 4 merupakan kegiatan dalam rangka pembangunan sistem
pemetaan bidang tanah dalam satu kesatuan wilayah administrasi
desa/kelurahan secara lengkap.

3. Strategi
Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan
tertentu dalam perang dan damai. Dapat juga diartikan sebagai ilmu dan seni
memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam
kondisi yang menguntungkan. Selain itu juga diartikan sebagai rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Menurut Kooten dalam Nurkholis (2009), ada beberapa tipe strategi
yaitu:

14
a. Strategi Organisasi
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai,
inisiatif-inisiatif strategi yang baru. Pembatasan diperlukan
yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
b. Strategi Program
Strategi ini lebih memberikan perhatian pada implikasi-
implikasi strategi dari suatu program tertentu. Apa kira-kira
dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau
diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
c. Strategi Pendukung Sumber Daya
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada
memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial
yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi.
Sumber daya itu bisa berupa tenaga, keuangan, teknologi dan
sebagainya.
d. Strategi Kelembagaan
Fokus strategi ini ialah mengembangkan kemampuan organisasi
untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
Menurut Nurcahyono (2019), Strategi pelaksanaan PTSL yakni berupa
Pelibatan dan Peran Para Pihak serta menggunakan aplikasi percepatan
pendukung dalam pengumpulan data yuridis yakni berupa aplikasi SIAP.
Menurut Agustyarsyah (2017, 24), strategi percepatan pelaksanaan
PTSL dilakukan dengan (1) Penunjukan Direktur PTSL Tahun 2017
Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor dan membentuk Tim Pusdatin
Kantor Peranahan Kabupaten Bogor, (2) Membuat rancangan/buku
Grand Design PTSL, (3) Melakukan Koordinasi dengan Instansi
terkait, (4) Dukungan pimpinan, (5) Memilih Ketua Tim yang
kompeten, (6) Menghindari pungli, (7) Monitoring dan evaluasi.
Penerapan strategi percepatan PTSL ini termasuk dalam intensifikasi dan

15
ekstensifikasi, karena selain mengoptimalkan SDM yang ada di kantor
pertanahan juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam
rangka percepatan kegiatan PTSL.

PP No. 24 Tahun 1997


Tentang Pendaftaran Tanah

Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah Pertama Kali

Sporadik Sistematis

Pendaftaran Tanah Sitematis Lengkap

Data Fisik Data Yuridis

Startegi

Keberhasilan PTSL
Keterangan :
: tidak diteliti
: diteliti

Gambar 3. Bagan Alir Kerangka Teoritis

16
C. Kerangka Pemikiran
Suksesnya kegiatan Pendataran tanah Sistematis Lengkap diperlukan
inovasi dan kreasi dari Kantor Pertanahan. Pada tahun 2019 Kementerian
ATR/ BPN disuguhi target PTSL sebesar 9 (sembilan) juta bidang merupakan
target yang besar hal ini masih ditambah dengan kegiatan rutin yang ada pada
kantor pertanahan. Diperlukan strategi salah satunya adalah dengan
menggerakan masyarakat untuk ikut serta membantu dan terlibat dalam
kegiatan PTSL. Masyarakat dapat dilibatkan dalam proses integrasi data
yuridis yang digunakan untuk membantu proses percepatan kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap . Kegiatan tersebut dapat dilakukan
melalui proses penerapan aplikasi percepatan pengumpulan data yuridis.
Berdasarkan kerangka teoritik yang sudah dikemukan sebelumnya maka
peneliti mencoba mempelajari dan mengetahui strategi percepatan
pengumpulan data yuridis dalam pendaftaran tanah sistematis lengkap di
Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul di Desa Palbapang Kecamatana Bantul.
Untuk menguraikan hal tersebut maka peneliti menuangkan ke dalam sebuah
kerangka pemikiran berdasarkan kerangka teoritik yang ada. Kerangka
pemikiran tersebut dituangkan kedalam bagan alir berikut ini:

17
PTSL

Pengumpulan Data Yuridis

Strategi

Masyarakat
- Kelompok Masyarakat
Pegawai Kantor
- Pemerintah Desa
Pertanahan - Masyarakat Umum

Aplikasi SIAP

Kelengkapan Data Yuridis

Gambar 4. Bagan Alir Kerangka Pemikiran


D. Pertanyaan Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan berbagai teori dan konsep yang telah diuraikan, maka
timbul pertanyaan yaitu:
1. Strategi apa yang digunakan Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul dalam
mempercepat pengumpulan data yuridis di DesaPalbapang Kecamatan
Bantul Kabupaten Bantul ?

18
2. Siapa saja masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan PTSL
menggunakan aplikasi SIAP di Desa Palbapang Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul?
3. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam membangun
keterlibatan masyarakat untuk dapat melaksanakan PTSL menggunakan
aplikasi SIAP di Desa Palbapang Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul?
4. Apa saja dukungan yang dimiliki wilayah tersebut dalam pelaksanaan
PTSL menggunakan aplikasi SIAP di Desa Palbapang Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul?
5. Apa saja faktor penghambat pengumpulan data yuridis di Kabupaten
Bantul ?
6. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan aplikasi SIAP di Desa Palbapang
Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul?

19
1. BAB III
METODE PENELITIAN

A. Format Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nazir
(1988), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Sugiyono (2005)
menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik berikut (Sugiyono 2013, 15),
yaitu:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data, dan peneliti
adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data di balik yang teramati).
Pendekatan dalam penelitian kualitatif ini menggunakan case studies (studi
kasus). Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, di mana
peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian,
proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Suatu kasus terikat oleh waktu
dan aktivitas dan peneliti melakukan pengumpulan data secara mendetail

20
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dan dalam waktu
yang berkesinambungan (Sugiyono 2013, 15).
Penelitian ini merupakan penelitian sosial, yaitu penggunaan metode
ilmiah secara formal dan sistematis untuk menyelesaikan masalah-masalah di
bidang sosial. Obyek penelitian sosial adalah manusia, apa yang mereka
pikirkan, perbuatan mereka, perasaan mereka, dan bagaimana mereka
berintegrasi satu sama lain karena keberadaannya di masyarakat (Sumanto
1995, 4).
Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dipilih karena
mampu menggambarkan dan mendeskripsikan tentang strategi pengumpulan
data yuridis di Desa Palbapang Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Tahun
2019 dan faktor penghambat dalam pengumpulan data yuridis di Kabupaten
Bantul Tahun 2019.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Palbapang Kecamatan Bantul
Kabupaten Bantul DI Yogyakarta. Peneliti memilih Desa Palbapang sebagai
lokasi penelitian berdasarkan informasi dari pertugas pengumpul data yuridis
Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul dikarenakan desa ini adalah desa yang
berhasil melaksanakan pengumpulan data yuridis dengan percepatan
menggunakan aplikasi SIAP pada tahun 2019.

C. Penetapan dan Jumlah Informan


Meleong (2007, 224) mengungkapkan bahwa informan terdiri dari subyek
penelitian yang berkesempatan memberi informasi. Subjek penelitian menjadi
informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitian. Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005, 171), informan
penelitian ini meliputi tiga macam yaitu:

21
1) Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian. Dalam hal ini Satgas Kepala Desa Palbapang dan staf.
2) Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini
adalah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul dan staf
beserta satgas yuridis di Desa Palbapang.
3) Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial
yang diteliti. Informan tambahan adalah masyarakat yang
mengikuti PTSL tahun 2019.
Berdasarkan uraian di atas, maka informan ditentukan dengan teknik
purposive yaitu penentuan informan tidak didasarkan pedoman atau
berdasarkan perwakilan populasi, namun berdasarkan kedalaman informasi
yang dibutuhkan, yaitu dengan menemukan informan kunci yang kemudian
akan dilanjutkan dengan informan lainnya dengan tujuan mengembangkan dan
mencari informasi sebanyakbanyaknya yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Informan pada penelitian ini adalah yang telah mewakili dan
disesuaikan dengan peranannya masing masing terhadapa pelibatan masyarakat
menggunakan aplikasi SIAP di Desa Palbapang Kecamatan Bantul.

D. Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan sumber data yang diperlukan dalam
kegiatan penelitian. Menurut Sugiyono (2013, 187), sumber data penelitian
dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tangan pertama,
atau langsung dari subyek atau obyek penelitian. Data primer ini
diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan informan. Data

22
primer yang akan diambil dalam penelitian ini meliputi kegiatan
wawancara langsung yang diambil dari beberapa sumber informan.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah :
a. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul;
b. Satgas Yuridis yang terlibat langsung dalam PTSL tahun 2019
c. Kepala Desa Palbapang dan Staf
d. Kelompok masyarakat Desa Palbapang
e. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan PTSL;
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh
dari sumbernya atau dari subyek dan obyek penelitian. Data sekunder
yang akan diteliti dalam penelitian ini berupa dokumen atau arsip,
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan PTSL
di Desa Palbapang Kecamatan Bantul.
Data yang akan menjadi sumber data sekunder adalah :
a. Dokumen-dokumen, arsip-arsip, laporan pelaksanaan (PTSL) yang
ada di Kantor Pertanahan;
b. Peraturan perundang-undangan dan buku-buku terkait dengan
penelitian ini;
c. Dokumentasi yang meliputi data wilayah Desa Palbapang
d. Data base yang telah diisi dari masyarakat, dan
e. Berbagai program yang dilakukan dalam percepatan PTSL.

E. Metode Pengumpulan Data


Sugiyono (2012, 63) menyatakan bahwa secara umum terdapat 4 macam
teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi,
dan triangulasi. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik
triangulasi data yaitu dengan menggabungkan 3 teknik pengumpulan data
(observasi, wawancara dan dokumentasi).

23
1. Observasi
Kegiatan ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan
yaitu di Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul dan Desa Palbapang yang
merupakan desa percepatan pengumpulan data yuridis PTSL. Dengan
cara ini, penulis akan mengetahui segala sesuatu yang terjadi di wilayah
tersebut dalam proses percepatan pengumpulan data yuridis PTSL
dengan menggunakan aplikasi SIAP.
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dengan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
untuk mendapatkan informasi (Moleong 2005, 189). Wawancara
dilakukan secara mendalam agar memperoleh informasi secara lengkap
mengenai strategi yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
Bantul dalam pengumpulan data yuridis di Desa Palbapang dalam
mensukseskan kegiatan PTSL dan kendala yang dihadapi dalam
pengumpulan data yuridis tahun 2019.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2012, 82) Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan dokumen seperti data
yuridis bidang tanah dari kegiatan PTSL, Surat Keputusan Kepala
Kantor Tim Panitia Ajudikasi PTSL, laporan capaian PTSL dan
data penunjang lainnya seperti data administrasi wilayah yang
didapatkan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.

24
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012, 89) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles and Huberman (Sugiyono
2011, 91) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam analisis data, yaitu
reduksi data, display data, dan verifikasi data.
1. Reduksi Data (Pengumpulan Data)
Reduksi data merupakan proses seleksi dan penyederhanaan data
yang diperoleh di lapangan. Teknik ini digunakan agar data dapat
digunakan sepraktis dan seefisien mungkin, sehingga hanya data yang
diperlukan dan dinilai valid yang dijadikan sumber penelitian. Tahap ini
berlangsung terus-menerus dari tahap awal sampai tahap akhir.
2. Display Data
Display data atau sajian data merupakan sekumpulan informasi yang
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
Semua data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis.
Selanjutnya data tersebut disimpulkan.
3. Verivikasi Data
Proses verifikasi data atau penarikan kesimpulan harus didasarkan pada
data yang telah tersusun dari awal sampai akhir. Dalam hal ini, peneliti
harus sudah mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui. Berdasarkan
data yang diperoleh di lapangan, diambil suatu kesimpulan hasil akhir
penelitian tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Afifuddin 2012, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Pustaka Setia.
Agustyarsyah 2017, “Strategi Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor Tahun
2017”, dalam Wahyono & Sapardiyono (eds). Prosiding Seminar
Nasional Pertanahan. “Percepatan Pendaftaran Tanah Di Indonesia:
tantangan pelaksanaan PTSL dan respon solusinya)”, Sekolah
Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta
Anwar, K 2019, ’ Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Kolaboratif :
Tinjauan Konsistensi Para Pihak yang Terlibat dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya di Kabupaten Madiun Provinsi Jawa
Timur (Studi di Desa Banaran, Desa Sumberbening dan Desa
Sidorejo)’, Skripsi pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Darmawan, DA 2017, “Identifikasi Masalah dan Catatan Kritis: Pengalaman
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di
Kabupaten Sidoarjo”, dalam Wahyono & Sapardiyono (eds).
Prosiding Seminar Nasional Pertanahan. “Percepatan Pendaftaran
Tanah Di Indonesia: tantangan pelaksanaan PTSL dan respon
solusinya)”, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta.
Harsono, B 2008, Hukum agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan
UndangUndang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya), Jilid 1 Cet
12, Djambatan, Jakarta.
Moleong, LJ 2006, Metodologi penelitian kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Nazir, M 1988, Metode penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

26
Nurcahyo, DJ 2019, ‘Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Berbasis Partisipasi Masyarakat (PTSL-PM) di Kabupaten Ngawi’,
Skripsi pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Nurcahyono, B 2019, ’ Strategi Pelibatan dan Peran Para Pihak dalam
Penerapan aplikasi SIAP pada Pelaksanaan Pendaftaran Sistematis
Lengkap (Studi di Desa Srimulyo Kecamatan Pulungan
Kabupaten Bantul)’, Skripsi pada Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional.
Nurkholis A, 2009, ‘Strategi pelayanan sertifikasi tanah di kantor pertanahan
kabupaten karanganyar’, Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sebelas Maret.
Parlindungan, AP 1999, Pendaftaran tanah di Indonesia, Mandar Maju,
Bandung.
Prasmadani, YS 2018, ‘Strategi Percepatran Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali Tahun 2017’,
Skripsi pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Sugiyono, 2002, Metode penelitian administrasi, Alfabeta, Bandung.
------------, 2003, Metode penelitian bisnis, Alfabeta, Bandung.
------------, 2008, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
-----------, 2012, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
-----------, 2013, Metode penelitian kombinasi (mix methods), CV. Alfa Beta,
Bandung.
-----------, 2014, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Sumanto, 1995, Metodologi penelitian sosial dan pendidikan, Andi Offset,
Yogyakarta.

27
Wahyuni 2017, ’Problematika pelaksanaan pendaftaran sistematik lengkap
dan alternatif penyelesaiannya (studi kasus di Provinsi Sumatera
Utara)’, Prosiding Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dalam
Rangka Modernisasi Administrasi Pertanahan di Indonesia,
Puslitbang Kementerian ATR/BPN, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Nomor
1 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran
Sistematis Lengkap
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Percepatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia
Petunjuk Teknis Nomor 1069/3.1-100/IV/2018 tentang Pelaksanaan Anggaran
PTSL 2018

28

Anda mungkin juga menyukai