Tertib Administrasi Pertanahan Dengan Kebijakan Satu Peta
Tertib Administrasi Pertanahan Dengan Kebijakan Satu Peta
A. Pendahuluan
Peran penting tanah sangat besar dalam keberlangsungan hidup
manusia. Sesuai dengan amanat Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terutama pasal 33 ayat (3) yang berbunyi bumi, air,
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Disamping itu peran
manusia terhadap tanah juga sangat dibutuhkan, terutama dalam menjaga
dan memelihara tanah sesuai dengan fungsi dan manfaat tanah. Kewajiban
tersebut dituangkan dalam peraturan UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau disebut juga dengan istilah
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
2
B. Metode
Penulisan Tentang Tertib Administrasi dengan Kebijakan Satu Peta (One
Map Policy) menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan narasi
dari hasil penjabaran analisis, penggambaran situasi dan fakta dilapangan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari studi analisis tersebut
(Soekanto, 2012)
4
1. Hasil
a. Pengertian Administrasi
Pengertian Administrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
atau KBBI adalah kegiatan yang dilakukan melalui proses meliputi
penetapan tujuan dan tata cara penyelenggaraan, pembinaan dalam
organisasi atau dapat diartikan juga kegiatan yang berkaitan dengan ketata
usahaan (Purwaningdyah & Wahyudi, 2014)
Pengertian administrasi dalam arti sempit adalah pencatatan dan
penyusunan data informasi secara berurutan atau sistematis yang bertujuan
untuk memudahkan dalam memperoleh atau mencari Kembali data tersebut
secara keseluruhan. Dengan demikian bisa disebut juga dengan tata usaha.
(Arabu & Amane, 2019)
2. Pembahasan
Tertib administrasi pertanahan perlu diselenggarakan, karena sangat
penting dalam kegiatan pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah merupakan
serangkaian kegiatan pemerintah dalam hal ini yang menangani tentang
pertanahan atau agraria yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan meliputi pengumpulan informasi, pengolahan data,
pembukuan, dan penyajian data serta pemeliharaannya warkah, berupa
daftar peta terkait bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
serta pemberian tanda bukti hak atas tanah bagi bidang-bidang tanah yang
sudah memiliki haknya dan hak milik atas satuan rumah susun dan juga hak-
hak lain yang menanggungnya.
8
2) Fungsi Regulasi
Fungsi administrasi pertanahan dalam bidang regulasi biasanya
berkaitan dengan peraturan penggunaan tanah yang membatasi
pengembangan dan penggunaan tanah.
3) Fungsi Fisikal
Fungsi administrasi pertanahan dalam bidang fisikal berkaitan dengan
kegiatan pembayaran pajak bumi dan bangunan serta biaya
perolehan tanahnya. Disamping itu juga berkaitan dengan penentuan
nilai tanah serta peningkatannya.
4) Fungsi Manajemen Informasi
Fungsi administrasi pertanahan dalam bidang manajemen informasi
merupakan tahapan proses pengolahan, pengumpulan, penyimpanan,
pencabutan kembali, penyebaran serta penggunaan informasi
pertanahan. Manajemen informasi merupakan gabungan dari ketiga
komponen kadaster hak, kadaster fisikal, dan sistem informasi zonasi.
Sebuah sistem administrasi pertanahan yang baik dapat memberikan
manfaat berupa :
1) Jaminan kepastian hak atas tanah, menjadikan pegangan pemilik
tanah untuk mempertahankan haknya dari klaim orang lain.
2) Keseimbangan sosial, pengakuan dari negara berupa catatan
administrasi mengenai informasi tanah memberikan perlindungan
kepada pemilik tanah apabila nanti ada yang menggugat maka
akan lebih mudah untuk penyelesaiannya.
3) Kredit, memberikan kemudahan dan mengurangi informasi yang
tidak pasti melalui kewenangan pada kreditor untuk memastikan
apakah potensi tanah yang telah memiliki hak ini terpenuhi untuk
jaminan peminjaman.
11
D. Kesimpulan
Tertib Administrasi Pertanahan dengan Kebijakan Satu Peta atau One
Map Policy masih dalam proses pembenahan baik dari sektor
kelembagaannya maupun partisipasi masyarakatnya. Dalam upaya tersebut
maka dengan peran aktif masyarakat dalam memetakan bidang-bidang
tanah sangat penting. Dengan kebijakan satu peta yang sudah berjalan
dengan baik maka dari sektor administrasi pertanahan akan baik pula.
Sehingga permasalahan yang muncul akan lebih mudah untuk diselesaikan
dengan satu peta, satu database, dan satu informasi dengan One Map
Policy. Unsur pendukung lainnya seperti peran serta setiap lembaga dan
badan hukum yang berkaitan dengan penyedia informasi harus ikut berperan
aktif dalam upaya tercapainya Kebijakan Satu Peta.
15
D. Saran/Rekomendasi
Untuk pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan dari sektor bawah
yaitu langsung pada masyarakatnya, sehingga langsung tepat sasaran,
karena masyarakat yang lebih paham dengan kondisi suatu wilayah dimana
mereka tinggal. Dengan pemahaman tersebut maka suatu kebijakan yang
ada di atas akan mudah terlaksana.
Permasalahan pertanahan sangatlah kompleks, hal ini harus segera di
selesaikan. Karena jika dibiarkan semakin lama akan semakin sulit. Dengan
kemajuan teknologi yang ada, pemerintah harus pandai pandai dalam
mengeluarkan sebuah kebijakan agar kebijakan yang ada bisa terlaksana.
Daftar Pustaka
Arabu, I. la, & Amane, A. P. O. (2019). PENDAMPINGAN PENDATAAN
ADMINISTRASI PERTANAHAN. MONSU’ANI TANO : Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 2(1). https://doi.org/10.32529/tano.v2i1.233
Ardani, M. N. (2019). Penyelenggaraan Tertib Administrasi Bidang Pertanahan
Untuk Menunjang Pelaksanaan Kewenangan, Tugas dan Fungsi i Badan
Pertanahan Nasional. Administrative Law and Governance Journal, 2(3).
https://doi.org/10.14710/alj.v2i3.476-492
Dale, P., & McLaughlin, J. (2011). Land Administration.
https://doi.org/10.1007/978-94-007-1667-4_15
Kartono, S. A. (2020). Politik Hukum Pertanahan Dalam Rangka Percepatan
Pendaftaran Tanah Di Indonesia. Esensi Hukum, 2(1).
https://doi.org/10.35586/esensihukum.v2i1.17
Leman, M. Y. (2019). FUNGSI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014
TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA. JURNAL
PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH, 19(1).
https://doi.org/10.33592/pelita.vol19.iss1.70
Melfianora. (2019). Penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan Studi Literatur. Open
Science Framework.
Pinuji, S. (2016). INTEGRASI SISTEM INFORMASI PERTANAHAN DAN
INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL DALAM RANGKA PERWUJUDAN ONE
MAP POLICY. BHUMI: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 2(1).
https://doi.org/10.31292/jb.v2i1.31
Purwaningdyah, M. W., & Wahyudi, A. (2014). Konsep Dasar Administrasi dan
Administrasi Pertanahan. Administrasi Pertanahan.
Rusmadi Murad. (1991). Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah.
Rusmadi Murad. (2013). Administrasi Pertanahan Pelaksanaan Hukum
Pertanahan Dalam Praktek. Mandar Maju, 16.
Sekretariat Tim Percepatan Kebijakan Satu Peta. (2022). Tentang Percepatan
Kebijakan Satu Peta (PKSP).
Shahab, N. (2016). Indonesia : One Map Policy. Open Government Partnership.
Silviana, A. (2019). Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) Mencegah Konflik di
Bidang Administrasi Pertanahan. Administrative Law and Governance Journal,
2(2). https://doi.org/10.14710/alj.v2i2.195-205
Soekanto, S. (2012). Pengantar penelitian hukum / Soerjono Soekanto | OPAC
Perpustakaan Nasional RI. In UI Press.
Susanto, A., Subarya, C., & Poniman, A. (2016). Kebijakan Satu Peta; Momentum
Reformasi Penyelenggaraan Informasi Geospasial Nasional. Seminar Nasional
Geomatika 2016.
17