Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

Nama : Haniswanti

NIM : 18/426862/GE/08798

No. Absen : 57

Dosen Pengampu : Drs. Zuharnen, M.S.

Prodi : Kartografi dan Penginderaan Jauh

Matakuliah : Manajemen Survei dan Pemetaan

Judul Essai : Kebijakan satu peta - 'One Map policy' - di Indonesia Di Bidang
Administrasi Pertanahan

Informasi Geospasial merupakan data geospasial yang telah diolah sehingga dapat
digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan analisis, penentuan kebijakan, pengambilan
keputuhan yang kaitannya dengan hal kebumian dengan lebih efisien dan efektif. Maka dari itu
seringkai informasi dikaitkan dengan pemetaan. Pemetaan dapat menunjang berbagai bidang
pembangunan seperti pembangunan kawasan perbatasan, mitigasi bencana, perencanaan
tataruang, analisis kualitas lingkungan dan lain-lain. Seiring berkembangnya zaman dan
kemajuan teknologi, ketersediaan data geospasial juga semakin banyak . Ketersediaan data yang
banyak dari berbagai lembaga yang berbeda menyebabkan tumpang tindihnya data geospsial
yang dapat memicu terjadinya konflik. Perbedaan data geospasial dari berbagai sektor/lembaga
diakhibatkan oleh kebutuhan masing-masing sektor yang berbeda. Sehingga hasil pemetaan
mengalami tumpang tindih informasi antar sektor. Adanya perbedaan tersebut akan berdampak
pada penentuan kebijakan dan keputusan yang akan diambil. Maka dari itu dibentuklah One Map
Policy (OMP) atau Kebijakan Satu Peta (KSP) untuk mengintegrasikan data geospasial yang ada
di Indonesia.

One Map Policy (OMP) atau Kebijakan Satu Peta (KSP) merupakan suatu kebijakan
Pemerintah Indonesia dibidang Informasi geospasial. Kebijakan ini dicetuskan pertama kali saat
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan masih digunakan sampai sakarang
dimasa Presiden Joko Widodo. Sejarah One Map Policy (OMP) adalah ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada 23 Desember 2010 meminta data luas lahan untuk peta vegetasi dari
Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan(UKK-PP atau UKP4)
mengalami tumpang tindih/ketidaksesuaian data setelah digabungkan dengan yang diperoleh dari
Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Kemudian BIG (dulu Bakosutarnal)atas amanat
presiden membentuk OMP yang berfungsi sebagai wadah untuk mengintegrasikan seluruh
informasi pemetaan dari berbagai sektor. Peta BIG yang dijadikan sebagai acuan standar, sesuai
dengan konsep KSP, yaitu One Reference, One Standard, One Database, dan One Geoportal.
Sehingga tidak ada tumpang tindih informasi geospasial.

Keberadaan One Map Policy (OMP) dianggap sangat penting hal ini buktikan pada
tanggal 1 Februari 2016 Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun
2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (KSP) pada Tingkat Ketelitian Peta
Skala 1:50.000 yang mengacu pada referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu
geoportal guna percepatan pelaksanaan pembangunan nasional. Pembuatan Peraturan Presiden
ini dimakudkan sebagai salah satu upaya dalam pembangunan Negara seperti penyelesaian
masalah batas wilayah, penataan ruang, dan mewujudkan prioritas Nawacita. Maka dengan
adanya peraturan tersebut diharapkan pelaksanaan One Map Policy (OMP) makin cepat
diwujudkan untuk kepentingan pertahanan dan pembangunana NKRI.

Dalam Pelakasanan percepatan One Map Policy (OMP) tidak berjalan dengan mudah dan
instan mengingat setiap kementrian memiliki peta dan data geospasial sesuai versi masing-
masing sektor. Sehingga perbaikan Informasi Geospasial yang akan diintegrasikan dalam OMP
memerlukan pengumpulan data, pengambilan data lapangan, visualisasi peta baik peta dasar
atau tematik yang nantinya akan dikaji ulang untuk mendapatkan peta yang sesuai dengan
kebutuhan semua sektor dan sesuai dengan keadaan realita dilapangan.

Pelaksanaan One Map Policy sangat berguna dalam menyelesaiakan berbagai masalah
kebumian. Salah satunya adalah konflik mengenai pertahanan mengenai batas administrasi
daerah. Permasalahan tersebut adalah seperti penentuan kawasan hutan, kawasan lindung,
kawasan pertanian belum dapat dinyatakan dengan akurat. Sehingga dapat menyebabkan konflik
seperti kepemilikan tanah yang tidak merata. Ketidak teraturan data data dari pemerintah,
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), serta putusan pengadilan yang berbeda-beda atas bidang tanah yang sama, juga
menjadi alasan munculnya konflik pertanahan. Maka dari itu perlu diintegrasikan data
administrasi petanahan pada semua lembaga berwenang sehingga tidak menimbulkan konflik
berkelanjutan.

Konflik petanahan di Indonesia masih saja terjadi akhibat tumpang tindihnya Informasi
Geospasial di bidang pemanfaatan ruang dan tata guna tanah terutama pada peta tematik. Yang
tentunya akan menghambat pembangunan dan meminimalisir sengketa tanah yang terjadi di
masyarakat demikian kata Direktur Survei dan Pemetaan Tematik Kemnetrian ATR/Badan
Pertanahan Nasional Perdananto Ariwibowo. Maka Kemenetrian ATR/BPN dalam menjalankan
One Map Policy (OMP) adalah sebagai wali dari 12 tema, dan merupakan salah satu simpul
jaringan yang merupakan bagian dari jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN). Di bidang
pertanahan Kebijakan Satu Peta (OMP) akan mengintegrasikan pemakaian data yang akan
digunakan untuk 12 tema antara lain peta HGB, HGU, HPL, Izin Lokasi, RTRW, dan lahan
sawah. Kementrian ART/BPN berharap bahwa level regulator dari One Map Policy (OMP) dapat
juga diakses oleh masyarakat melalui portal resmi geospasial.

Peraturan terkait petanahan terdapat pada Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015
tentang Badan Pertanahan Nasional tugas pokok BPN adalah melaksanakan tugas pemerintah
dibidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPN memiliki
fungsi yakni a. Penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan, b. Perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dibidang survei, pengukuran, dan pemetaan, c. Perumusan pelaksanaan
kebijakan dibidang penetapan hak atas tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat,
dan d. Perumusan pelaksanaan kebijakan bidang pengendalian dan penanganan sengketa
dan/atau perkara pertanahan

Dalam Pemanfaatannya One Map Policy (OMP) adalah menggunakan satu peta dasar
yang kemudian dijadikan acuan dalam penataan lahan. Sehingga suatu lahan yang telah
mendapatkan izin pengolahan tidak akan dapat dikeluarkan izin pengolahan lagi pada satu lahan
yang sama. Seperti suatu daerah diberikan izin perkebunan maka tidak akan diberikan izin
petambangan karena pemanfatanya adalah tumpang tidih/tidak selaras. Pada lahan yang
diufngsikan menjadi kawasan lindung tidak boleh diberikan izin sebagai kawasan industry atau
permukiman. Selain itu dalam bidang inrastruktur juga memberikan manfaat karena dengan
OMP dapat diketahui lokasi dari jaringan kabel, jaringan pipa gas dan lain-lain sehinga saat
proses pembangunan dan penataan ruang tidak terjadi benturan yang mengakhibatkan gagalnya
pembangunan.

Dalam pembuatan One Map Policy dapat menggunakan metode pemetaan partisipatif
yakni metode pemetaan yang melibatkan masyarakat dalam memetakan wilayah termpat mereka
tinggal. Penggunaan metode ini memiliki kelebihan dimana masyarakat yang tinggal pada suatu
wilayah tentu akan lebih mememahami dan mengerti bagaimana keadaan wilayah masing-
masing sehinga hasil akan lebih akurat.

Sengketa mengenai petanahan pada realitanya masih terjadi di Indonesia. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini seperti kebijakan One Map Policy (OMP),
penyelenggaran pendaftaran tanah untuk menjamin kepastian hukum mengenai suatu lahan dan
hak-hak atas suatu tanah.

Permasalahan mengenai sengketa tanah di Indonesia masih sering terjadi akhibat dari
tidak tertibnya data pertanahan diberbagai lemabaga berwenang. Kebijakan Satu Peta atau One
Map Policy (OMP) dan pendaftaran kepemilikan tanah merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan tertibnya administrasi petanahan di Indonesia yang masih tumpang tindih. Dalam
penyelenggaraannya juga dilindungi oleh kepastian hukum dan hak-hak atas tanah.

Daftar Pustaka

Opini, “Perpres No.9/2016: Pemerintah Bentuk Tim Percepatan Kebijakan Satu Peta”, Humas
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, diposting pada: 22 Feb 2016, diunduh 30 Juni
2021.

Cegah Sengketa Lahan, Jokowi Minta ”One Map Policy” Segera Dibuat, Kompas.com, Rabu, 24
Agustus 2016|16.01 WIB, diunduh diunduh 30 Juni 2021.

Silviana, Ana. (2019). Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) Mencegah Konflik di Bidang
Administrasi Pertanahan. Administrative Law & Governance Journal. 2(2), 195-205.

Sulaiman Daud, Pemetaan Partisipatif, (jurnal Wacana, Edisi 15, Academia Edu,2013), hlm.4
Tentang Percepatan Kebijakan Satu Peta (PKPS), Sekretariat Tim Percepatan Kebijakan Satu
Peta, satupeta.go.id, diunduh diunduh 30 Juni 2021.

Tentang Percepatan Kebijakan Satu Peta (PKPS), Sekretariat Tim Percepatan Kebijakan Satu
Peta, satupeta.go.id, diunduh 30 Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai