Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional
(JIGN) ! Perpres No 27 Tahun 2014 yang disahkan pada tanggal 17 April 2014 disusun dalam rangka untuk memberikan kemudahan dalam berbagi pakai dan penyebarluasan IG melalui pengoptimalan JIGN yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan di bidang IG Pusat dan Daerah. Perpres ini juga sebagai pemutakhiran Perpres No. 85 Tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional yang dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum, teknologi dan kebutuhan para penyelenggara IG dewasa ini. Perpres No. 27 Tahun 2014 ini menyangkut hal-hal mengenai penyelenggaraan Jaringan IGN yang terdiri dari simpul jaringan, penghubung simpul jaringan, teknologi, peran serta setiap orang dalam pemanfaatan Jaringan IGN, pembiayaan dalam pelaksanaan Jaringan IGN, serta ketentuan terkait simpul jaringan yang telah terbentuk di daerah atau lembaga lain 2. Nomor 9 Tahun 2016 tentang Kebijakan Satu Peta !
Dengan pertimbangan dalam rangka mendorong penggunaan
Informasi Geospasial guna pelaksanaan pembangunan, Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Februari 2016 telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (KSP) pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000. Perpres ini menegaskan, bahwa Percepatan Pelaksanaan KSP pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000 bertujuan untuk terpenuhian satu peta yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoprtal guna percepatan pelaksanaan pembanunan nasional.
Percepataan Pelaksanaan KSP pada tingkat ketelitian peta skala
1:50.000 sebagaimana dimaksud berfungsi sebagai: a. acuan data IGT (Informasi Geospasial Tematik) pada masing-masing sektor; dan b. acuan perencanaan pemanfaatan ruang skala luas yang terintegrasi dalam dokumen Rencana Tata Ruang.
3. Nomor 39 Tahun 2019 Tentang Kebijakan Satu Data Indonesia !
Satu Data Indonesia adalah sebuah upaya Pemerintah Indonesia dalam mendorong pengambilan kebijakan berdasarkan data. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan pemenuhan atas data pemerintah yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi, mudah diakses dan dapat dibagipakaikan kembali oleh pengguna data. Prinsip-prinsip dasar dari Satu Data Indonesia adalah Satu Standar Data, Satu Metadata Baku, Interoperabilitas Data, dan Referensi Data. Dengan demikian, pemanfaatan data pemerintah tidak hanya terbatas pada penggunaan secara internal antar instansi, tetapi juga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan data publik bagi masyarakat. Melalui Kebijakan Satu Data Indonesia, Kantor Staf Presiden (KSP) bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Bappenas, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Informasi Geospasial (BIG) serta K/L terkait berupaya penuh untuk melakukan pembenahan atas tata kelola data pemerintah Indonesia. Satu Data menggunakan prinsip data terbuka dalam merilis data. Data terbuka adalah data yang dapat diakses, digunakan kembali, dan didistribusikan ulang oleh siapa saja. Dengan demikian, data harus dapat diunduh dalam format terbuka (contoh: csv, xls, xml, JSON), dapat dibaca oleh perangkat lunak (software), dan pengguna dilindungi dasar hukum untuk menggunakan ulang data tersebut. Prinsip data terbuka akan memudahkan masyarakat untuk mengetahui data pemerintahan secara transparan.