Pada tingkat provinsi hanya terdapat 4-5 orang SDM untuk memetakan keadaan
lingkungan dengan model geospasial. Untuk keadaan lingkungan yang pada saat ini
mengalami kondisi drastis berubah, dibutuhkan sumber daya manusia atau tenaga
teknik yang lebih. Kini yang dibutuhkan adalah tenaga di kabupaten/kota karena
sekarang Indonesia membutuhkan pemetaan skala 1:50000 dan untuk tingkat desa
dibutuhkan skala 1:5000.
Jika semua pemetaan wilayah dilakukan dengan baik maka masalah lingkungan
bahkan masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, tata ruang akan terselesaikan
dengan baik. Pada tulisan ini kita tidak membahas mengenai jumlah SDM yang tepat
pada tiap lokasi melainkan membahas peran penting dari geospasial ini.
Hal yang tentu penting selanjutnya adalah Kebijakan Satu Peta (KSP), yang
merupakan solusi sempurna untuk mengatasi masalah tumpang tindih izin
penggunaan lahan. Tujuan utama dari kebijakan satu peta adalah sebagai standar
referensi basis data Geo-Portal, serta bermanfaat sebagai acuan untuk memperbaiki
data spasial, akurasi perencanaan tata ruang, akurasi dalam penyusunan kebijakan
dan akurasi dalam pengambilan keputusan. KSP ini penting karena akan
mengurangi kerancuan informasi geospasial dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah, pengurusan perizinan, maupun proyek strategis dan kegiatan
masyarakat yang berhubungan dengan pemetaan. Kebijakan ini juga berguna untuk
meminimalisir duplikasi alokasi yang dilakukan oleh instansi dengan tujuan masing-
masing.
Data geospasial berupa peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik dan
dokumen lain yang berhubungan.
Mengapa GIS dapat menanggulangi bencana alam? Hal ini karena dalam
penanggulangan bencana harus didukung oleh suatu sistem informasi yang
memadai dan diharapkan mampu untuk: 1) Meningkatkan kemampuan perencanaan
logistik penanggulangan bencana bagi semua mekanisme penanggulangan
bencana, baik pada tingkat pusat maupun daerah, 2) Mendukung pelaksanaan
distibusi barang bantuan penanggulangan bencana, 3) Mendukung proses
pelaporan aktivitas distibusi barang bantuan penanggulangan bencana, 4)
Memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada semua pihak yang terkait
dengan unsur-unsur logistik penanggulangan bencana baik di Indonesia maupun
negara asing melalui fasilitas jaringan global.
Melalui data gespasial yang akurat maka basis data akan menghasilkan informasi
yang tepat. Untuk menghasilkan GIS yang tepat diperlukan bantuan perangkat lunak
pengolah data spasial yang mempunyai fasilitas pertukaran data secara dinamis.
Misalnya dengan bantuan perangkat lunak ArcView, AutoCAD Map, atau Map Info.
Output yang dihasilkan dari perangkat lunak akan bertugas untuk menampilkan atau
menghasilkan produk akhir basis data manajemen logistik penanggulangan bencana
seperti: tabel, grafik, peta (rute transportasi), jenis dan jumlah komoditi yang
diperlukan didaerah terjadinya bencana, jenis dan jumlah komoditi yang akan
didistribusikan kedaerah terjadinya bencana.
Output basisdata tersebut harus dapat dipublikasikan melalui internet agar dapat
diketahui secara luas oleh masyarakat, agar respon penanggulangan terhadap
bencana yang terjadi dapat dilakukan secepat mungkin. Masyarakat luas yang
bermaksud menjadi donatur mengetahui komoditi yang diperlukan oleh korban
bencana, sehingga komoditi yang disampaikan kepada korban dilokasi bencana
merupakan komoditi yang benar-benar diperlukan oleh korban bencana. Hal ini yang
menjadi alasan mengapa GIS tersebut penting untuk dilakukan dalam
penanggulangan bencana.
2. GIS dalam penanganan Covid-19
Alat penting di dalam pencegahan penyebaran dan penekanan laju korban wabah
Covid-19 adalah model yang digunakan para pengambil kebijakan untuk
memutuskan rantai penyebaran dari virus ini. Teknologi
informasi geospasial merupakan salah satu model kebijakan yang diterapkan.
Penggunaan teknologi geospasial ini dirasa cukup efektif jika data yang diperoleh
merupakan data yang akurat. Untuk mendapat data yang akurat dibutuhkan kerja
sama yang baik antara instansi kesehatan yang menangani virus ini dan pemerintah
setempat. Hal ini bertujuan untuk agar data yang diolah dapat dijadikan sebuah
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
Tidak hanya data jumlah kasus yang terjadi, data masyarakat yang mengalami
dampak akibat adanya virus ini, data lembaga kesehatan, data daerah yang terdapat
virus akan tersedia dengan adanya penerapan model menggunakan teknologi
informasi geospasial ini. Dengan informasi yang tersedia akan mempermudah
lembaga-lembaga dalam proses memberikan bantuan dan tentu akan tepat sasaran.
Bagi layanan kesehatan publik akan terbantu karena pengambil keputusan akan
mengetahui layanan publik kesehatan mana yang membutuhkan fasilitas dalam
penanganan virus ini. Bagi pemerintah juga akan dipermudah dalam hal proses
pengambilan keputusan yang tepat. Jika tiap daerah melakukan model ini maka
akan diketahui derah mana menjadi zona merah (sangat perlu penanganan), kuning
(perlu perhatian) dan hijau (kondisi daerah yang aman). Penerapan new normal juga
sangat terbantu dengan adanya GIS ini. Pemerintah akan mengetahui lokasi-lokasi
(daerah) yang dapat dikatakan new normal dan yang masih perlu penanganan lebih
lanjut. Hal ini dapat diketahui karena model geospasial yang dihasilkan yaitu berupa
data dan pemetaan yang dapat diakses oleh masyarakat pada suatu situs atau
halaman website tertentu.
Dengan melihat halaman website tersebut kita dapat melihat mapping penderita
virus corona di suatu wilayah. Tujuan utama dari pemodelan geospasial salah
satunya yaitu agar dapat menyusun dan mengembangkan data menjadi sebuah
bentuk informasi terkait suatu isu dalam hal ini adalah mengenai wabah virus corona
yang mudah dipahami oleh masyarakat umum sebagai salah satu bentuk mitigasi
penanganan Corona Virus Disease 2019.