Anda di halaman 1dari 2

One Map Policy

Kebijakan Satu peta diperlukan untuk menghindari perbedaan peta, dan


untuk memastikan semua peta tematik mengacu pada standar yang sama dari
klasifikasi data dan sistem referensi geospasial. Sekarang ini, karena kita tidak
mempunyai One Map Policy (kebijakan satu peta) sehingga yang terjadi adalah
sebuah tumpang tindih (Jokowi,2015).
Kebijakan satu peta ( one map policy ) merupakan sebuah kebijakan di era
presiden Joko Widodo yang dilatarbelakangi oleh fakta yang menunjukkan banyak
peta tematik yang telah ada ternyata tidak bisa/sulit dipadukan/disinkronkan, baik
dari isi maupun geometrisnya, sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini tentu sangat merugikan karena tanpa bisa dipadukan/disinkronkan antara
peta yang satu dengan peta yang lainnya untuk suatu kepentingan pembangunan
pada akhirnya suatu perencanaan pembangunan akan mengalami kegagalan dan
dengan sendirinya pembangunan wilayah tidak pernah ada, bahkan bisa jadi
menyebabkan kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan sebuah 1 peta
dengan informasi geospasial tematik beragam tema dengan kebenaran geometris
memadai untuk suatu rencana pembangunan, presiden Joko Widodo pun
menjawabnya melalui perpres no 9 tahun 2016 dengan dibuatnya kebijakan satu
peta.
Kebijakan Satu Peta ( one map policy ) adalah arahan strategis untuk
terpenuhinya satu peta yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar,
satu basis data, dan satu geoportal pada tingkat ketelitian peta skala 1 : 50.000.
Kebijakan satu peta ( one map policy ) dalam penerepannya menempuh beberapa
tahap , antara lain :
1. Kompilasi
Pada tahap ini ,semua lembaga dan departemen yang ada mengumpulkan
peta tematik mereka ke database secretariat untuk selanjutnya akan
dicocokkan dengan peta dasar yang dikeluarkan oleh badan informasi
geospasial
2. Interogasi
Pada tahap ini dilakukan overlay peta tematik ke peta dasar dan memastikan
kesesuasian antara peta tematik dan peta dasar sehingga akan terhasil peta
tematik yang telah sesuai dengan peta dasar yaitu peta tematik terintegrasi
3. Sinkronisasi
Pada tahap ini antar peta tematik terintegrasi tersebut dilakukan analisa
tumpang tindih agar mendapat keluaran peta tematik yang selaras sesuai
dengan kesepakatan sehingga konflik tumpang tindih yang ada pada
masyarakat dapat terselesaikan

Kebijakan Satu Peta yang telah diterapkan memiliki tujuan untuk mewujudkan
peta tematik seluruh wilayah Indonesia yang akurat dan akuntabel, sehingga dapat
dijadikan acuan dalam penyelesaian konflik tumpang tindih. Manfaat yang bisa
diperoleh dari kebijakan satu peta antara lain :
1. Menyelesaikan konflik tumpeng tindih yang terjadi dan mencegah konflik
pemanfaatan ruang kedepannya
2. Meningkatkan akurasi perizinin pemanfaatan lahan
3. Memberikan kepastian investasi dan mencegah penyalahgunaan
pemanfaatan lahan
4. Meningkatkan koordinasi lintas sector dan lintas daerah dilingkungan
pemerintah dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang nasional
5. Meningkatkan kualitas pembangunan yang memperhatikan aspek ekonomi,
social, dan lingkungan yang komprehensif

Anda mungkin juga menyukai