Anda di halaman 1dari 11

Vol. 2 No.

2 2019

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG


PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
DI KABUPATEN GARUT

Mulia Kartiwi1), Sartibi Bin Hasyim2)

1)
Sekolah Tinggi Hukum Garut
2)
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Garut
1)
muliakartiwi@gmail.com 2)sartibihsym@gmail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan sertifikasi tanah selama ini dinilai masyarakat masih sulit, lama dan mahal.
Oleh karena itu pemerintah berupaya melaksanakan program percepatan melalui
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang merupakan wujud pelaksanaan
kewajiban pemerintah untuk menjamin kepastian dan perlindungan hukum atas
kepemilikan tanah masyarakat. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan metode
pendekatan yuridis sosiologis yang bertujuan untuk mengetahui implementasi PTSL di
Kabupaten Garut serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaannya. Kesimpulan penelitian adalah implementasi kebijakan pemerintah
tentang percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kabupaten Garut dengan
target 79.000 bidang tanah terdaftar pada tahun 2019 ini, pada kenyataanya belum dapat
direalisasikan. Pelaksanaan PTSL yang dimulai bulan Januari sampai dengan pertengahan
bulan September 2019 baru tercapai 74,07 % .Faktor penghambat dalam pelaksanaan
program percepatan PTSLantara lain adalah :1).Penetapan lokasi tidak terpusat pada satu
wilayah desa.2) Jumlah bidang tanah baru sebagian yang diukur dan didaftakan .3) Data
penetapan calon peserta program tidak sesuai dengan data di lapangan.4) Keberatan dari
pemilik tanah yang tidak masuk dalam lokasi PTSL.5).Keterbatasan Sumber Daya Manusia
6) Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait. 7) Adanya pihak LSM yang ingin ikut
terlibat dan kompromistis untuk penetapan lokasi PTSL.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

1. PENDAHULUAN

Alam jagat raya ini sangat kaya dengan berbagai sumber daya alam antara lain bumi, air,
kakayaan alam yang terkandung di dalamnya serta ruang udara dan angkasa. semua itu merupakan
karunia Tuhan kepada manusia, merupakan kekayaan nasional yang wajib disyukuri. Oleh karena itu
harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi sekarang maupun yang akan datang
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. ( Siswanto, 2011:6)
Tanah merupakan sumber daya alam dan unsur lingkungan hidup yang sangat penting bagi
hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai habitat (tempat berlangsungnya kehidupan ) maupun
sumber mata pencaharian. Dibandingkan dengan ruang laut, udara dan di dalam bumi sebagai unsur
ruang lainnya, unsur tanah dalam pengertian yang umum mempunyai peran yang lebih penting dalam

43
dan bagi kehidupan manusia. Semua orang dalam berbagai lapisan dan kelompok masyarakat
berkepentingan langsung atas pemnfaatan tanah.
Keterbatasan persediaan tanah baik untuk kegiatan pembangunan maupun untuk kebutuhan
manusia lainnya, serta ketidaktersediaan sertifikat sebagai alat bukti kepemilikan tanah sering
menimbulkan konflik di bidang pertanahan. Pelaksanaan sertifikasi tanah yang berazaskan aman,
sederhana, biaya terjangkau, terbuka dan mutakhir selama ini belum berjalan seperti yang diharapkan.
Untuk mengatasi permasalahan tanah, pemerintah melalui Kementerian ATR/BPN telah menerapkan
kebijakan Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang merupakan wujud
pelaksanaan kewajiban pemerintah untuk menjamin kepastian dan perlindungan hukum atas
kepemilikan tanah masyarakat.Untuk memenuhi azas pemerintahan yang baik yaitu azas legalitas dan
kepastian, maka kebijakan pemerintah tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2018 tentang
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap juncto instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun
2018 tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematik di Seluruh Wilayah Republik Indonesia.
Tujuan percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis lengkap adalah untuk percepatan
pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum hak atas tanah rakyat secara pasti, sederhana,
cepat, lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. PTSL dilaksanakan untuk seluruh obyek pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia, meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik
bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak, baik merupakan tanah
aset Pemerintah/Pemerintah Daerah, tanah Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, tanah
desa, Tanah Negara, tanah masyarakat hukum adat, kawasan hutan, tanah obyek landreform, tanah
transmigrasi dan bidang tanah lainnya (Saena, 2018).
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi permasalahan bagaimana implementasi
kebijakan pemerintah tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kabupaten Garut, dan
hambatan apa saja yang terjadi dalam implementasi kebijakan pemerintah tentang Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap di Kabupaten Garut.

2. Studi Pustaka
2.1 Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis dan Lengkap
Menurut Suharto (2005), kebijakan sosial seringkali diidentikan dengan dengan kebijakan
public. Kebijakan sosial adalah seperangkat tindakan (course of action), kerangka kerja (framework),
petunjuk (guideline), rencana (plan), peta (map) atau strategi yang dirancang untuk menterjemahkan
visi politis pemerintah atau lembaga pemerintah ke dalam program dan tinfakan untuk mencapai
tujuan tertetentu di bidang kesejahteraan social (social welfare). Sedangkan menurut Winarno (2012),
suatu kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai tujuan yang diambil oleh seorang aktor atau
sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan. Secara umum istilah kebijakan atau
policy digunakan untuk seorang aktor dalam hal ini pemerintah atau sejumlah actor dalam suatu
bidang kegiatan tertentu.
Harsono (2003) menyebutkan bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh Negara/pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data
tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu, pengelolaan, penyimpanan dan penyajiannya bagi
kepentingan rakyat dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan,
termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharannya.
Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria menyebutkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Pendaftaran tanah tersebut meliputi:
a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;
b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
menjelaskan bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, yang meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan
daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat

44
tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Selanjutnya Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah menyebutkan bahwa sertifikat adalah surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang
bersangkutan.
Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
menyebutkan bahwa Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan
data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang
bersangkutan.
Sertifikat diterbitkan oleh Kantor Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional yang berada
di wilayah Kabupaten/Kotamadya yang melakukan pendaftaran hak atas tanah maupun
pemeliharaannya. Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai
dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah. Data fisik adalah keterangan
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk
keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya. Sedangkan data yuridis
adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar,
pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menyebutkan
bahwa Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas-asas berikut ini :
a. Asas sederhana,
Dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat
dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.;.
b. Asas aman
Dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan
cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran
tanah itu sendiri.;
c. Asas Terjangkau
Dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan
dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang
memerlukan;
d. Asas Mutakhir
Dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam
pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu
perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian
hari.;
e. Asas terbuka
Dimaksudkan agar masyarakat dapat memperoleh keterangan atau data-data yang benar mengenai
tanah di Kantor Pertanahan.

Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, menyebutkan
bahwa pendaftaran tanah yang dilakukan bertujuan:

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah
dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah
agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar,
3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Pendaftaran tanah mempunyai manfaat bagi pemegang hak atas tanah antara lain mencegah
intervensi atau gangguan dari pihak lain, karena dengan diterbitkannya sertifikat maka pemegang hak
atas tanah akan mempunyai kekuatan bukti yang sempurna, dimana kebenarannya harus diterima oleh

45
hakim, kecuali ada bukti yang dapat melumpuhkannya.Selanjutnya tanah-tanah yang sudah didaftarkan
atau bersertifikat akan bernilai atau berharga tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang belum
bersertifikat. Demikian pula tanah yang sudah bersertifikat akan mempermudah transaksi serta dapat
menjadi agunan/tanggungan dalam perjanjian utang piutang.
Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
menyebutkan objek pendaftaran atanah :
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan
hak pakai;
2. Tanah hak pengelolaan;
3. Tanah wakaf;
4. Hak milik atas satuan rumah susun;
5. Hak tanggungan;
6. Tanah Negara.

Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftran Tanah
menyebutkan pendaftaran tanah dilakukan dengan cara sistematik dan sporadik, Pendaftaran tanah
secara sistematis adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak
yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah
suatu desa/kelurahan. Sedangkan yang dimaksud dengan pendaftaran tanah secara sporadik adalah
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.
Kementrian ATR/BPN menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 126 juta bidang tanah dan
saat ini sudah terdaftar sebanyak 51 juta bidang tanah, yang artinya masih ada 75 juta bidang tanah
yang belum terdaftar. Jika tidak ada percepatan dibutuhkan waktu lebih dari 100 tahun untuk
menerbitkan sertifikat hak atas tanah. Untuk itu dimulai sejak tahun 2017, pemerintah melaksanakan
penyertifikatan tanah secara massal melalui Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Melalui
PTSL, penyertipikatan tanah seluruh Indonesia dapat dipangkas menjadi hanya 9 tahun saja.
Diharapkan pada tahun 2025 seluruh bidang tanah dapat terdaftar dan bersertifikat (Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2018).
Pasal 1 Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018
tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang selanjutnya disingkat PTSL adalah kegiatan Pendaftaran
Tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua objek Pendaftaran Tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang
setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan data fisik dan data yuridis mengenai satu atau
beberapa objek Pendaftaran Tanah untuk keperluan pendaftarannya.
Tujuannya untuk mewujudkan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak Atas Tanah
masyarakat berlandaskan asas sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta
akuntabel, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi
negara, serta mengurangi dan mencegah sengketa dan konflik pertanahan.
Pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap dilakukan dengan tahapan:
a. perencanaan;
b. penetapan lokasi;
c. persiapan;
d. pembentukan dan penetapan panitia ajudikasi PTSL dan satuan tugas;
e. penyuluhan;
f. pengumpulan data fisik dan pengumpulan data yuridis;
g. penelitian data yuridis untuk pembuktian hak;
h. pengumuman data fisik dan data yuridis serta pengesahannya;
i. penegasan konversi, pengakuan hak dan pemberian hak;
j. pembukuan hak;
k. penerbitan sertipikat hak atas tanah;
l. pendokumentasian dan penyerahan hasil kegiatan; dan
m. pelaporan.

Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional adalah instansi pemerintah


penyelenggara pendaftaran tanah, dalam melaksanakan tugsasnya sebagai pelayan publik harus

46
memberikan kepuasan kepada masyarakat. Menurut Ridwan dan Sudrajat (2009) secara teoritis , tujuan
dari pelayanan publik adalah unrtuk memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut
kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :
a. Transparansi yakni pelayanan yang bersifat terbuka mudah dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan serta disediakan secara memadai antara pemberi dan penerima pelayanan
dengan tetap berpegang pada prinsip mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
c. Kondisional yakni pelayanan yang sesyuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelatyanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraaan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan dan harapan
masyarakat.
e. Kesamaan hak , yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek manapun.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu pelaksabaan yang mepertimbangkan aspek keadilan antara
pemberi dan penerima pelayanan publik.

Melalui PTSL penyelenggaraan perdaftaran tanah dipercepat dan dilakukan secara serentak oleh
pemerintah dengan biaya yang ringan. Surat Keputusan Bersama Menteri ATR/BPN, Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 25 /SKB/V/2017,
Nomor 590-3167 A tahun 2017,nomor 34 tahun 2017, menetapkan besaran biaya sebagai berikut: :
1. Kategori I (Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, dan
Provinsi Nusa Tenggara Timur) sebesar Rp 450.000,00,
2. Kategori II (Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi
Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Nusa Teggara Barat) sebesar Rp 350.000,00,
3. Kategori III (Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi
Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Aceh, Provinsi
Sumatera Barat, Provinsi Kalimantan Timur) sebesar Rp 250.000,00,
4. Kategori IV (Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi
Bengkulu, Provinsi Kalimantan Selatan) sebesar Rp 200.000,00,
5. Kategori V (Jawa dan Bali) sebesar Rp 150.000,00.

Pembiayaan sebagaimana dimaksud tidak termasuk biaya pembuatan akta, Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh).
Dalam hal biaya persiapan pendaftaran tanah sistematis tidak dianggarkan dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Menteri Dalam Negeri memerintahkan Bupati/Walikota untuk
membuat Peraturan Bupati/ Walikota bahwa biaya tersebut dibebankan kepada masyarakat.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian bersifat deskriptif analisis yaitu menggambarkan permasalahan-permsalahan
yang terjadi kemudian dianalisis dengan metode pendekatan yuridis empiris atau disebut juga yuridis
sosiologis yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian terhadap efektivitas
hukum (Sunggono, 1998). Metode penelitian yuridis empiris ialah suatu metode penelitian hukum yang
bertujuan untuk dapat melihat hukum dalam artian nyata serta meneliti bagaimana bekerjanya hukum
di suatu lingkungan masyarakat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
selanjutnya data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif, dengan menggunakan metode
berfikir deduktif, di mana data yang telah terkumpul diolah secara selektif dan sistematis dan kemudian
ditarik kesimpulan akhir yang bersifat khusus, yaitu merupakan kristalisasi dari hasil analisis data dari
penelitian, tanpa menggunakan rumusan statistik (Soekanto & Mamudji, 1995).

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
di Kabupaten Garut.
Kabupaten Garut memiliki letak yang strategis sebagai penyangga Ibu Kota Provinsi Jawa Barat,
dengan jarak sekitar 61,5 km dari pusat pemerintahan provinsi Jawa Barat, sedangkan dari pusat
pemrintahan Republik Indosenia memiliki jarak sekitar 216 km. Kabupaten Garut terletak di Provinsi
Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' -

47
108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha
(3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut Utara; Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Sumedang; sebelah Timur; Kabupaten Tasikmalaya; sebelah Selatan Samudera Indonesia dan sebelah
Barat Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Kabupaten Garut memiliki iklim tropis, curah hujan
yang cukup tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan banyaknya
aliran sungai baik yang bermuara ke pantai selatan maupun ke pantai utara Jawa, hal ini yang
menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya dipergunakan untuk lahan pertanian. Menurut
Permendagri Nomor 137 tahun 2017 tentang Kode dan data wilayah Administrasi pemerintahan
Provinsi, kabupate/Kota dan kecamatan Seluruh Indonesia, Kabupaten Garut terdiri dari 42 kecamatan,
21 kelurahan, dan 421 desa. Pada tahun 2018, jumlah penduduknya menurut Disdukcapil Garut 2018
mencapai 2,228,711 jiwa dengan luas wilayah 3.074,07 km².
Pelaksaan PTSL di kabupaten Garut pada tahun anggaran 2019 ditargetkan 79.000 bidang tanah
untuk Pengukuran Bidang Tanah dan untuk Sertifikat Hak Atas Tanah ditargetkan 65.000 sertifikat.
Jangka waktu pelaksaanaan dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2019.

Tabel 1 Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Kabupaten Garut Tahun 2019

Target Pengukuran Jumlah


1. ASN (Aparatur Sipil Negara) 34.000
2. PTSL PM (Partisipasi Masyarakat) 15.000
3. Pihak Ketiga 30.000
4. Jumlah Keseluruhan 79.000
Target SHAT Jumlah
1. PTSL 49.100
2. LINTOR (Lintas Sektor) 900
3. PTSL PM (Partisipasi Masyarakat) 15.000
Jumlah Keseluruhan 65.000
Sumber ATR/BPN Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019.

Selanjutnya untuk penentuan lokasi target PTSL di Kabupaten Garut didasarkan pada
keputusan di bawah ini :

1. Keputusan Kepala ATR/BPN Kabupaten Garut Nomor 18/KEP-32.05/I/2019, tanggal


tentang Penetapan Lokasi Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Kantor Pertanahan Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019.

Tabel 2. Lokasi dan Target Kegiatan Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah


Sistematik Lengkap Kantor Pertanahan Kabupaten Garut Tahun 2019

No Kecamatan Desa Target ikat Hak Atas


Tanah
1 Banyuresmi Cipicung 1,360
2 Banyuresmi Bagendit 2,000
3 Wanaraja Sukamenak 2,750
4 Wanaraja Sindangmekar 850
5 Wanaraja Sindangprabu 1,100
6 Wanaraja Cinunuk 1,600
7 Wanaraja Wanamekar 1,000
8 Wanaraja Wanaraja 1,060
9 Wanaraja Wanajaya 700
10 Wanaraja Sindangratu 2,200
11 Wanaraja Wanasari 750
15,370

48
No Kecamatan Desa Target ikat Hak Atas
Tanah
1 Banyuresmi Binakarya 3,100
2 Banyuresmi Dangdeur 2,500
3 Banyuresmi Karyasari 2,000
4 Banyuresmi Karyamukti 2,200
5 Banyuresmi Cimareme 2,100
6 Banyuresmi Banyuresmi 1,900
13,800
1 Cisurupan Cisurupan 1,950
2 Cisurupan Situsari 250
2 Bayongbong Banjarsari 1,500
3 Bayongbong Mekarsari 1,200
4 Tarogong Kidul Cibunar 2,000
5 Pangatikan Sukarasa 1,000
7,900
1 Banyuresmi Sukakarya 2,250
2 Banyuresmi Pamekarsari 2,000
3 Banyuresmi Sukasenang 2,200
4 Banyuresmi Sukaratu 2,000
5 Banyuresmi Sukamukti 2,000
6 Banyuresmi Sukalaksana 2,000
7 Banyuresmi Sukaraja 1,350
13,800
29 Jumlah 50,870
Sumber : ATR/BPN Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019

2. Keputusan Kepala ATR/BPN Kabupaten Garut Nomor 19/KEP-32.05/I/2019 ,


tanggal 8 Januari 2019 tentang Lokasi dan Target Kegiatan Percepatan
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Partisipasi Masyarakat Kantor
Pertanahan Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019.

Tabel. 3 Lokasi dan Target Kegiatanan Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah


Sistematis Lengkap Partisipasi Masyarakat Kantor Pertanahan Kabupaten Garut
Tahun 2019.
Target Sertifikat Hak Atas
No Kecamatan Desa Tanah
1 Bungbulang Mekarkarya 3,600
2 Bungbulang Bungbulang 2,800
3 Bungbulang Hegarmanah 1,600
4 Bungbulang Hanjuang 2,000
5 Bungbulang Cihikeu 1,000
6 Bungbulang Margalaksanana 1,000
7 Bungbulang Bojong 1,230
Jumlah 13,230
Sumber : ATR/BPN Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019

49
3. Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Garut, Nomor 30/KEP-32.05/II/2019,Tanggal 21
Februari 2019 Tentang Lokasi dan Target Pelaksanaan Persrtifikatan Hak Atas Tanah Kategori
V Lintas Sektor (Nelayan, Budidaya Ikan dan UMK ) Kantor Pertanahan Kabupaten Garut Tahun
Anggaran 2019

Tabel. 4 Lokasi dan Targe tPelaksanaan Persertipikatan Hak Atas Tanah Kategori V Lintas Sektor
(Nelayan, Budidaya Ikan dan UMK ) ATR/BPN Kabupaten Garut Tahun 2019
Jumlah
No Kegiatan Kecamatan Nama Desa Keterangan
Pemohon
1 Jagabaya 34
2 Mekarmukti Karangwangi 18
3 Cijayana 25
4 Mekarsari 9
Cibalong
5 Karyasari 25
6 Nelayan Pamalayan 17 200 BIDANG
7 Cikelet Cikelet 24
8 Cijambe 12
9 Jatimulya 13
Pameungpeuk
10 Mancagahar 13
11 Pakenjeng Karangsari 10
12 Dungusiku 15
13 Leuwigoong Karanganyar 15
14 Margacinta 15
15 Cibiuk Mayasari 15
16 Tarogong Kaler Mekarjaya 15
17 Budidaya ikan Tanjungjaya 15 300 Bidang
Samarang
18 Tanjunganom 15
19 Brwangi Bojong 30
20 Tarogong Kidul Mekargalih 36
21 Sucinaraja Tegalpanjang 50
22 Bayongbong Sukasenang 79
23 Sukahurip 30
Cigedug
24 Cigedug 10
25 Selaawi Putrajaya 50
26 Lebakagung 20
27 Tanjungsari 40
28 Sindanglaya 60
29 Karangpawitan Suci kaler 25
UMK 400 Bidang
30 Suci 20
31 Lebakjaya 10
32 Sindanggalih 45
33 Cintakarya 20
Samarang
34 Sirnasari 30
35 Garut Kota Sukamentri 30
36 Pangatikan Citangtu 10

50
Jumlah
No Kegiatan Kecamatan Nama Desa Keterangan
Pemohon
JUMLAH 900
Sumber : ATR/BPN Kabupaten Garut Tahun 2019.

Pelaksanaan PTSL di Kabupaten Garut pada tahun Anggaran 2019, dari awal kegiatan sampai
dengan tanggal 12 September 2019 dapat dilihat progresnya sebagai berikut:

Tabel 5 Progres Program PTSL Kabupaten Garut s.d. tanggal 12 September 2019

Progres Bidang tanah


Target PBT (Pengukuran Bidang Tanah) 79.000
Target SHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah) 65.000
Survey 77.029
Pemetaan 75.362
Puldadis (Pengumpulan Data Yuridis ) 56.506
Pemberkasan 56.305
Potensi K1 4.454
K1 45.511
K3 .1 * 3.279
K3. 3 * 9.185
Total Bidang 57.975
Persentase PBT (Pengukuran Bidang Tanah) 73,39 %
Persentase SHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah) 74,76 %
Total persentase progres sd pertengahan 74,07 %
September
Sumber Rekapitulasi Program PTSL Kanwil Jabar tanggal 12 September 2019
Keterangan :
K1 : Kluster 1 : Terbit Sertifikat
K3 : Kluster 3 : Data yuridis memenuhi syarat namun , subjeknya tidak memenuhi syarat,
dicatat dalam daftar tanah.

Berdasarkan data di atas implementasi kebijakan pemerintah untuk PTSL di Kabupaten Garut
Tahun Anggaran 2019 baru tercapai 73,39 % untuk Pengukuran Bidang Tanah, (PBT) sedangkan
untuk Sertifikat Hak Atas Tanah baru tercapai 74,76 %. Totalnya untuk seluruh kegiatan PTSL baru
tercapai target 74,07 %, artinya penyelenggaraan pendaftaran tanah nelalui kebijakan Pendaftaran
Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) di Kabupaten Garut belum memenuhi harapan pemerintah.

4.2 Hambatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkaop di Kabupaten Garut.


Dalam implementasi kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap pada tahun anggaran 2019
ATR/BPN Kabupaten Garut mengalami beberapa hambatan sebagai berikut :

51
Tabel 5 Hambatan dan Kendala dalam penyelenggaraan PTSL di Kabupaten Garut Tahun 2019
No Kegiata Hambatan Kendala Masalah
n
1 PTSL 1. Penetapan lokasi 1. Jumlah bidang tanah 1. Sasaran PTSL
tidak sistematis hanya sebagian yang tidak tercapai
penuh walaupun diukur dan didaftakan penuh dan
dalam perencanaan sesuai dengan target lengkap
awal lokasi untuk penentuan lokasi.
dua kecamatan 2. Animo masyarakat
lengkap. sangat tinggi
2. Adanya kebertan dari 3. Adanya pihak LSM
pemilik tanah yang yang mau ikut terlibat
tidak masuk dalam dan kompromistis
lokasi PTSL untuk penetapan
3. Tidak tersedianya lokasi PTSL
tempat penyimpanan
warkah dan buku
tanah.
4. Banyaknya LSM di
Kabupaten Garut
2 Lintor 1. Kurangnya 1. Keterbatasan Sumber 1. Sulit memperoleh
(Lintas koordinasi dengan Daya Manusia. kelengkapan data
Sektor) instansi terkait 2. Adanya persyaratan dari peserta
2. Ketidakpahaman yang mengharuskan 2. Kurangnya
terkait lintas sector keterangan dari dinas koordinasi dari
3. Penetapan lokasi terkait sebgenai pihak desa
tidak terpusat subjek dan objek
padasatu wilayah peserta
desa saja
4. Penetapan calon
peserta program
oleh Dinas terkait
tidak sesuai dengan
data di lapangan.

Sumber ATR/BPN Kabupaten Garut September 2019.

5. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
Implementasi kebijakan Pendafataran Tanah Sistematik Lengkap di Kabupaten Garut belum
sesuai dengan target yang ditentukan oleh pemerintah, karena dari keseluruhan target baik target
Pengukuran Bidang Tanah (PBT), maupun target Sertifikat Hak Atas tanah baru tercapai 74,07 %,
hal tersebut disebabkan oleh beberapa hambatan antara lain :
a. Penetapan lokasi tidak sistematis, dan tidak terpusat pada satu wilayah desa saja..
b. Jumlah bidang tanah hanya sebagian yang diukur dan didaftakan sesuai dengan target penentuan
lokasi.
c. Penetapan calon peserta program oleh Dinas terkait tidak sesuai dengan data di lapangan.
d. Adanya keberatan dari pemilik tanah yang tidak masuk dalam lokasi PTSL.
e. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
e. Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait
d. Adanya pihak LSM yang mau ikut terlibat dan kompromistis untuk penetapan lokasi PTSL
e. Tidak tersedianya tempat penyimpanan warkah dan buku tanah.

Agar penyelenggaraan percepatan pendaftaran tanah melalui program Pendaftaran Tanah


Sistematis Lengkap sesuai dengan target pemerintah, maka perlu diberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai pentingnya pendafataran tanah. Selanjutnya koordinasi dengan instansi yang
terkait dengan penyelenggaraan pendaftaran tanah sebaiknya ditingkatkan.Demikian pula dalam hal

52
pengukuran dan pemetaan bidang tanah supaya dilakukan oleh para petugas di lapangan dengan
penuh kehati-hatian agar diperoleh data yang akurat.

Daftar Pustaka

Harsono, B. (2003). Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok


Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Kantor Pertanahan Kabupaten Garut. (2019). Keputusan Kepala ATR/BPN Kabupaten Garut Nomor
19/KEP-32.05/I/2019 tentang Lokasi dan Target Kegiatan Percepatan Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Partisipasi Masyarakat Kantor Pertanahan Kabupaten
Garut Tahun Ang. Garut: Sekretaris Kantor Pertanahan Kabupaten Garut.
Kantor Pertanahan Kabupaten Garut. (2019). Keputusan Kepala ATR/BPN Kabupaten Garut Nomor
18/KEP-32.05/I/2019 tentang Penetapan Lokasi Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap Kantor Pertanahan Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019. Garut:
Sekretaris Kantor Pertanahan Kabupaten Garut.
Kantor Pertanahan Kabupaten Garut. (2019). Keputusan Kepala ATR/BPN Kabupaten Garut Nomor
18/KEP-32.05/I/2019 tentang Penetapan Lokasi Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap Kantor Pertanahan Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2019. Garut:
Sekretaris Kantor Pertanahan Kabupaten Garut.
Kantor Pertanahan Kabupaten Garut. (2019). Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Garut
Nomor 30/KEP-32.05/II/2019 tentang Lokasi dan Target Pelaksanaan Persrtifikatan Hak Atas
Tanah Kategori V Lintas Sektor (Nelayan, Budidaya Ikan dan UMK) Kantor Pertanahan
Kabupaten Garut. Garut: Sekretaris Kantor Pertanahan Kabupaten Garut.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. (2018, November 18).
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Retrieved September 12,
2019, from Strategi Penyelesaian Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap:
https://www.atrbpn.go.id/Berita/Siaran-Pers/strategi-penyelesaian-pendaftaran-tanah-
sistematis-lengkap-77495
Republik Indonesia. (1945). Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Republik Indonesia. (1960). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria. Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2043. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (1997). Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Lembaran Negara RI Tahun 1997, No. 59. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2018). Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang
Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematik di Seluruh Wilayah Republik Indonesia. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap. Jakarta: Sekretariat Negara.
Ridwan, J., & Sudrajat, A. S. (2009). Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik.
Bandung: Nuansa Cendikia.
Saena, H. G. (2018). Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap di Kabupaten Sleman
Berdasarkan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 1 Tahun 2017. Universitas Islam
Indonesia.
Siswanto. (2011). Peran Pemerintah dalam Mendorong Penyelesaian Konflik dan Sengketa
Pertanahan. Seminar Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pertanahan dalam Perspektif
Pembaharuan Hkum Pertanahan Nasional. Bandung.
Soekanto, S., & Mamudji, S. (1995). Penelitian Hukum Normatif. Depok: Raja Grafindo Persada.
Sudijono, S. (1995). Prilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press .
Suharto, E. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Sunggono, B. (Metode Penelitian Hukum). 1998. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Winarno, B. (2012). Kebijakan Publik, Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: Penerbit CAPS.

53

Anda mungkin juga menyukai