Anda di halaman 1dari 23

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM

SURVEI DAN MANAJEMEN INFORMASI PERTANAHAN


Proposal Pembuatan Sistem Informasi Administrasi Pertanahan
Kabupaten Wonosobo

Disusun Oleh:
Kelompok 14

Moh. Mahrus Ali 18/425044/TK/46739


Rizal Mubarok 18/425053/TK/46748
Labisa Wafdan 18/431137/TK/47730
Muhamad Robi R 18/431141/TK/47734

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK
GEODESI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi ......................................................................................................................................... 2


Pembagian Tugas ............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
I.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
I.2 Tujuan dan Sasaran ................................................................................................................. 6
I.3 Keluaran.................................................................................................................................. 6
I.4 Ruang Lingkup Wilayah ......................................................................................................... 6
I.5 Ruang Lingkup Materi............................................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................................... 7
BAB III RENCANA PELAKSANAAN ...................................................................................... 12
III. 1 Perangkat dan Data ........................................................................................................... 12
III. 2 Diagram Alir Kegiatan ...................................................................................................... 13
III. 3 Penjelasan Tahapan ........................................................................................................... 14
III.4 Peranan OPD ...................................................................................................................... 16
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN ................................................................................... 17
IV.1 Rencana Jadwal Kegiatan .................................................................................................. 17
IV.2 Rekapitulasi RAB .............................................................................................................. 17
IV.3 Pelaporan Hasil Kegiatan .................................................................................................. 18
BAB V ORGANISASI PELAKSANA......................................................................................... 19
V. 1 Kebutuhan Personil ............................................................................................................ 19
V. 2 Kualifikasi Personil ............................................................................................................ 16
V. 3 Tugas dan Tanggungjawab Personil .................................................................................. 16
V. 4 Jadwal Kegiatan Personil ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 22

2
PEMBAGIAN TUGAS
1. Moh. Mahrus Ali BAB III Pelaksanaan dan PPT
2. Rizal Mubarok BAB I Pendahuluan dan BAB II Landasan Teori
3. Labisa Wafdan BAB V Personil
4. Muhamad Robi R BAB IV Pelaksanaan Pekerjaan

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. (Sesuai
dengan Perpres No. 63 Tahun 2013). Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terdapat empat prinsip pertanahan
nasional yang diterapkan sejak tahun 2005, bahwa pertanahan nasional dibangun dan
dikembangkan atas dasar empat prinsip pengelolaan yaitu pengelolaan pertanahan harus
mampu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, keadilan penguasaan dan kepemilikan
tanah, keberlanjutan sistem kemasyarakatan dan kebangsaan indonesia dan mampu
berkontribusi pada harmoni sosial.
Dalam rangka mewujudkan tanah untuk keadilan dan kesejahteraan politik, arah dan
kebijakan pertanahan didasarkan pada empat prinsip:
a. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
melahirkan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat.
b. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan tatanan kehidupan
bersama yang lebih berkeadilan dalam kaitannya dengan pemanfaatan, penggunaan,
penguasaan, dan pemilikan tanah.
c. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata dalam menjamin keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-
luasnya pada generasi akan datang pada sumber-sumber ekonomi masyarakat-tanah.
d. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata dalam menciptakan tatanan kehidupan
bersama secara harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa dan konflik pertanahan di
seluruh tanah air dan menata sistem pengelolaan yang tidak lagi melahirkan konflik dan
sengketa pertanahan di kemudian hari.
Untuk menjalankan prinsip tersebut, BPN berusaha untuk meningkatkan kuantitas maupun
kualitas di bidang pertanahan yaitu membangun sistem informasi administrasi pertanahan. Hal
ini berfungsi sebagai salah satu usaha dalam Pengelolaan pertanahan dan Reforma Agraria
sehingga dapat dijalankan secara optimal dan akuntabel dengan menyusun dan menyiapkan

4
data dan informasi penguasaan dan pemilikan tanah. Penyiapan data dilakukan secara masif
dan sistematis.
Pertumbuhan kebutuhan informasi mengenai pertanahan yang lebih mudah diakses yang
diminta oleh masyarakat (penerima kebijakan) dan pemerintah (pembuat kebijakan) meningkat
lebih tinggi dari sebelumnya. Pengguna data dan informasi dewasa ini sangat kritis terhadap
penyediaan layanan informasi pertanahan yang baik. Realitasnya ditemui kendala terkait
belum tuntasnya pemetaan bidang tanah. Bidang tanah yang sudah terpetakan baru sekitar 44,
5%. Sistem Informasi Administrasi Pertanahan diusulkan untuk menciptakan pengelolaan data
dan informasi pertanahan yang baik untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang
berkelanjutan.
Kegiatan ini menjadi salah satu bagian penting dalam mewujudkan pemerintahan yang baik
(good governance). Pemerintahan yang baik merupakan salah satu pilar pendukung
pembangunan berkelanjutan, selain ekonomi, lingkungan dan sosial (Williamson et al., 2010),
sehingga pengelolaan data dan informasi pertanahan yang baik mendukung terwujudnya
pemerintahan yang baik dan tujuan pembangunan nasional berkelanjutan. Tugas pemerintah
di bidang pertanahan di Indonesia, yang meliputi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pendaftaran tanah, survei, pengukuran dan pemetaan sebagaimana dijelaskan dalam
Perpres No. 20 tahun 2015, merupakan tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN). Pemetaan bidang tanah, sebagai
bagian dari rangkaian kegiatan pendaftaran tanah, memegang peranan penting dalam
membangun data pertanahan untuk terlaksananya penguatan administrasi pertanahan.
Peta yang dihasilkan dari kegiatan pemetaan bidang tanah memiliki peran strategis dalam
upaya menjamin kepastian penguasaan dan pemilikan tanah dan mendukung perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian pertanahan (Tuladhar, 2004). Informasi berbasis peta tersebut
berguna untuk berbagai keperluan yang melibatkan analisis spasial. Peta berbasis bidang tanah
diperlukan untuk mendukung aktivitas perencanaan dan pengawasan yang melibatkan analisis
spasial, antara lain:
1. Pengawasan penggunaan tanah (Bin et al., 2014; Mustofa & Nugraha, 2013).
2. Perencanaan tata guna tanah dan tata ruang wilayah (Drake, 1992; Lu, 2001; Stone &
Norman, 2006).
3. Pemodelan spatio-temporal dalam Sistem Informasi Pertanahan (Heo, 2001).

5
4. Pengawasan pasar tanah, bank tanah dan tanah sebagai jaminan kredit (Hermosilla et al.,
2012).
5. Pengawasan lingkungan (McMullen, 2002). Hasil pemetaan bidang tanah menghasilkan
informasi pertanahan yang bermanfaat untuk mendukung aktivitas pendaftaran tanah,
perpajakan, penataan ruang, dan manajemen kebencanaan (multi-purposes land
information).
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dalam proposal ini adalah merancang dan membuat Sistem Informasi Administrasi
Pertanahan yang dapat digunakan untuk mengolah data pertanahan untuk mewujudkan
penyelenggaraan perlindungan penguasaan tanah berkelanjutan secara terpadu serta
menghasilkan data dan Informasi yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan yang
digunakan sebagai dasar perencanaan, penetapan, pemanfaatan, dan pengendalian kawasan
serta tanah berkelanjutan yang dapat diakses oleh masyarakat dan pemangku kepentingan.
Sasaran dari adanya kegiatan ini adalah pihak terkait dalam hal ini Kantor Pertanahan
Kabupaten Wonosobo.
1.3 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari adanya kegiatan ini adalah sebuah Sistem Informasi
Administrasi Pertanahan yang dapat digunakan untuk mengolah data pertanahan untuk
mewujudkan penyelenggaraan perlindungan penguasaan tanah berkelanjutan secara terpadu
serta menghasilkan data dan Informasi yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan
yang digunakan sebagai dasar perencanaan, penetapan, pemanfaatan, dan pengendalian
kawasan serta tanah berkelanjutan yang dapat diakses oleh masyarakat dan pemangku
kepentingan.
1.4 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam kegiatan ini berpusat pada wilayah Kabupaten Wonosobo
maka data yang diperoleh berasal dari Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo.
1.5 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang dikaji dalam kegiatan ini adalah pendaftaran tanah, atribut data
pertanahan, dan sistem informasi administrasi pertanahan.

6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan di Badan Pertanahan Nasional
Sistem Informasi (SI) menurut O’Brien dan Marakas (2011) adalah “kombinasi
yang terorganisir atas sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan
komunikasi, sumber data, kebijakan dan prosedur yang berurusan dengan proses
penyimpanan, pengambilan/pemanfaatan, perubahan dan penyajian informasi dalam suatu
organisasi”. Fungsi dan peran SI dalam suatu organisasi adalah untuk mendukung
pengambilan keputusan (level manajer utama), mendukung pengawasan dan membantu
kegiatan analisis permasalahan (level manajer menengah), dan membantu
menyederhanakan kompleksitas kebijakan organisasi sehingga mudah dipahami dan
membantu menciptakan produk baru/ level operator (Askenäs & Westelius, 2003; Laudon
& Laudon, 2007; O’Brien & Marakas, 2011). Sejarah pengembangan Sistem Informasi
Pertanahan (SIP) di Badan Pertanahan Nasional (BPN) ditandai dengan penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proyek komputerisasi sistem layanan
pertanahan pada tahun 1997 (Kementerian ATR/BPN, 2015). Implementasi dilakukan
secara bertahap, diawali 12 Kantor Pertanahan (Kantah) pada tahun 1997, hingga kuartal
akhir tahun 2014 telah diimplementasikan di 396 dari seluruh 451 Kantah di Indonesia
(Kementerian ATR/BPN, 2014). Perbaikan sistem terus-menerus dilakukan sebagai respon
adanya dinamika internal dan eksternal. Awal implementasi penerapan TIK di BPN masih
mengadopsi pemrograman berbasis desktop. Saat ini aplikasi layanan pertanahan telah
dibangun dengan pemrograman berbasis web. Program-program komputerisasi yang
diterapkan di BPN secara kronologis dapat ditulis sebagai berikut: LOC, SAS, KKP-
Desktop, GeoKKP dan KKP-Web, lini masa dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah.

Gambar 1. Lini Masa Sejarah SIP di BPN

7
B. Komputerisasi Kegiatan Pertanahan
Komputerisasi pelayanan pertanahan dimulai tahun 1997 dengan implementasi
LOC atau komputerisasi kantor pertanahan (Badan Pertanahan Nasional (BPN), 2005).
LOC dikembangkan bersama antara Indonesia (BPN) dan Spanyol (CIMSA). LOC
menyerap dana sejumlah 700 milyar rupiah yang terdiri atas tiga fase: Fase 1, Fase 2A dan
Fase 2B (CIMSA Ig AIE, 2015). LOC menggunakan perangkat lunak pengelola basis data
spasial Smallworld yang merupakan aplikasi spasial buatan General Electric. Smallworld
memiliki karakteristik: mampu mengelola basis data spasial, berorientasi objek, dapat
terintegrasi dengan aplikasi lain yang memerlukan data spasial, berteknologi Java dengan
memanfaatkan DBMS Oracle Spatial (General Electric, 2014). Mengakomodir kondisi
khusus beberapa Kantah, dibangunlah aplikasi SAS. Aplikasi ini dibangun sebagai bentuk
sederhana dari Aplikasi Layanan Informasi Pertanahan, seperti yang diusulkan Mustofa &
Aditya (2009).
Aplikasi SAS bisa dijalankan dengan satu komputer sebagai server dan beberapa
komputer client. Instalasi jaringan tidak terlalu rumit bahkan bisa berjalan dengan baik
dengan model hubungan peer to peer atau jaringan lokal sederhana dengan bantuan switch
hub yang ekonomis. SAS dinilai tepat dan efisien untuk Kantah dengan dukungan
sumberdaya yang terbatas. Pada akhir masa kontrak CIMSA di tahun 2009, LOC telah
diimplementasikan 325 kantor yang tersebar di seluruh Republik Indonesia di tiga tingkat,
yaitu: Kantor Pusat, 27 Kantor Wilayah Provinsi dan 297 Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota (CIMSA, 2015). Segera setelah masa kontrak dengan CIMSA berakhir
pada tahun 2009, dimulai perombakan atas sistem, aplikasi dan basis data. Perombakan
ditandai dengan diadopsinya Land Administration Domain Model (LADM, ISO-19152)
sebagai struktur inti basis data, penggunaan arsitektur aplikasi N-Tier, antarmuka
pengguna berbasis web, basis data terpusat di Kantor Pusat BPN RI, perawatan dan
pemeliharaan aplikasi dilakukan secara mandiri dan satu basis data untuk data tekstual dan
spasial (Kementerian ATR/BPN, 2015). Nama berubah dari LOC menjadi KKP. Proses
pengembangan KKP dilalui dalam etape-etape: implementasi awal (KKP-Desktop),
penambahan fitur geo-referensi (Geo-KKP) dan aplikasi berbasis web (KKP-Web). KKP-
Desktop merupakan bentuk implementasi awal KKP yang dimulai dengan aplikasi layanan
pertanahan yang dibangun dengan menggunakan pemrograman berbasis desktop, sehingga

8
dikenal sebagai KKP Desktop. Komunikasi antara Kantor Pertanahan (Kantah) dan Pusat
Data dan Informasi (Pusdatin) BPN melalui sambungan internet antara server Kantah dan
server Pusdatin BPN. Komunikasi data antara server Kantah dengan PC workstation
diselenggarakan melalui jaringan LAN Kantah. Proses sinkronisasi data Pusdatin dengan
Kantah dilakukan periodik. Skenario sinkronisasi periodik sangat sesuai dengan kondisi
jaringan internet yang beragam di berbagai Kantah. Penggunaan server lokal
memungkinkan berbagai inovasi pemanfaatan basis data pertanahan berkembang di level
kantor pertanahan.
Sebagai contoh perancangan aplikasi berbasis web services untuk kemudahan
pelaksanaan tugas PPAT (Mustofa & Aditya, 2009) dan perancangan peta online untuk
pemetaan partisipatif (Malasari & Aditya, 2010), pernah dilaksanakan. Perawatan server
Kantah yang tersebar di berbagai Kabupaten/Kota memerlukan usaha yang besar.
Menimbang kelemahan ini maka Pusdatin BPN mulai memikirkan kemungkinan migrasi
ke aplikasi berbasis web. Sebelum bermigrasi ke aplikasi berbasis web, dibangun Geo-
KKP yang merupakan program lanjutan dari KKP-Desktop. Implementasi Geo-KKP
bertujuan menyediakan informasi spasial bersama dengan informasi yuridis atau tekstual
dalam suatu referensi sistem koordinat (Badan Pertanahan Nasional (BPN), 2011c).
Arsitektur sistem tidak mengalami banyak perubahan. Aplikasi Geo-KKP memicu
digitalisasi seluruh peta bidang tanah yang ada di kantah-kantah. Sebagai alat kontrol
kualitas maka dicanangkan kualifikasi data pertanahan menurut Pusdatin BPN yang
dikategorikan dalam enam kelas kualitas (Badan Pertanahan Nasional (BPN), 2011a). Tiga
kelas teratas adalah KW1, KW2 dan KW3 diklasifikasikan sebagai data pertanahan yang
baik. Data kelas KW 4, KW 5 dan KW6 dianggap masih belum layak dijadikan data
pertanahan yang baik dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian untuk perbaikan. KKP-
Web dibangun sebagai jawaban mengatasi kelemahan aplikasi KKP-Desktop. Aplikasi
berbasis web yang dibangun memudahkan administrator KKP-Web dalam pemeliharaan
dan perawatan aplikasi (Badan Pertanahan Nasional (BPN), 2011). Hal ini dimungkinkan
karena aplikasi berbasis web menggunakan satu pusat server yang mengelola input-
processing-output aplikasi layanan pertanahan seluruh Kantah di lingkungan BPN.

9
Gambar 2. Skema aplikasi KKP-Web (BPN, 2011; Busser & Wrazien, 2008).
C. Pemetaan Bidang Tanah
Landasan hukum pemetaan bidang tanah di Indonesia adalah Undang-undang No.
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Penjabarannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang kemudian diganti Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Petunjuk pelaksanaan yang lebih detail
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 3 Tahun 1998 dan Petunjuk Teknis PMNA/KBPN 3/1998. Definisi pemetaan bidang
tanah, sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN,
adalah kegiatan menggambarkan hasil pengukuran bidang tanah secara sistematik maupun
sporadik dengan suatu metode tertentu pada media tertentu seperti lembaran kertas,
drafting film atau media lainnya sehingga letak dan ukuran bidang tanahnya dapat
diketahui dari media tempat pemetaan bidang tanah tersebut. Pemetaan bidang tanah
diselenggarakan sebagai bagian dari kegiatan pendaftaran tanah. Hasil dari pemetaan
bidang tanah adalah peta bidang tanah. Pemetaan bidang tanah desa lengkap atau Pemetaan
Desa Lengkap (PDL) berbasis bidang, merupakan pemetaan lengkap seluruh wilayah desa
sebagaimana disebut dalam Peraturan Pemerintah PP 10/1961. Menimbang pentingnya
pemetaan desa lengkap, dipandang perlu disusun peraturan yang memayunginya. Sejalan
dengan maksud itu, Presiden Joko Widodo mengungkapkan dukungan penuh terhadap
kebijakan “One map policy” (detik.com, 2017).
Kebijakan satu peta hanya bisa diterapkan bila bidang tanah seluruh Indonesia
lengkap dipetakan. Diterbitkan peraturan yang mengakomodasi pemetaan bidang tanah
lengkap dengan mencanangkan proyek pendaftaran tanah sistematik lengkap atau lebih

10
dikenal dengan singkatan PTSL sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri
ATR/Kepala BPN No. 1 dan direvisi dengan No. 12 tahun 2017.
Definisi PTSL, menurut peraturan tersebut di atas, adalah: “kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama
lainnya yang setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran
data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk
keperluan pendaftarannya”.

11
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

Pembangunan suatu Sistem Informasi Pertanahan hendak dilaksanakan di Kabupaten


Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Dalam perencanaan pelaksanaannya, terdapat beberapa hal-
hal yang akan dibahas pada proposal ini yaitu : Perangkat dan Data, Diagram Alir, Penjelasan
Masing-masing Tahapan, serta Peran Masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Dengan kata lain, pada bab ini akan menjelaskan teknis pengerjaan pembangunan sistem
informasi pertanahan tersebut secara umum.
III. 1 Perangkat dan Data
Dalam membangun sebuah sistem basis data yang akan diaplikasikan di Kabupaten
Wonosobo ini. Terdapat beberapa perangkat serta data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pembangunan sistem informasi pertanahan ini. Berikut di bawah ini beberapa perangkat serta
data yang dibutuhkan:
a. Perangkat Keras (Hardware)
a) Intel Core i5 @3.2GHz yang mana merupakan CPU (Central Processing Unit)
atau yang biasa disebut sebagai prosesor yang bertanggung jawab untuk
menjalankan instruksi perangkat komputasi;
b) RAM (Memory) 8 GB;
c) Hard Disk Storage 1 TB.
b. Perangkat Lunak (Software)
a) Windows 10 Pro 64-Bit merupakan sistem operasi yang digunakan pada perangkat
keras yang bersangkutan;
b) AutoCAD Map 2017 digunakan sebagai aplikasi pengolah data spasial yang jika
mana perlu untuk dilakukan digitasi maupun penggabungan;
c) QGIS 3.10.33 with Grass merupakan sebuah aplikasi yang mana nantinya
digunakan untuk melakukan pengolahan suatu data spasial; data bidang tanah,
data administrasi, hingga data citra satelit lokasi bersangkutan;
d) PostgreSQL sebagai penyimpanan basis data spasial serta data tekstual;
e) Laman GeoKKP yang mana menyediakan data spasial berformat*.shp yang
diperoleh melalui Kantor Pertanahan setempat.

12
c. Data
a) Data Bidang Tanah (format shapefile) yang mana merupakan data
hasil pengukuran bidang-bidang tanah yang berada di lokasi
bersangkutan dengan informasi spasial yang dimilikinya;
b) Data Toponimi serta Batas Administrasi lokasi setempat dengan
format shapefile;
c) Data Citra Satelit (Peta Rupa Bumi) dengan format Tagged Image File
Format (TIFF);
d) Data Atribut yang mana merupakan data milik masing-masing bidang
tanah yang ada yang diperoleh melalui laman KKP Kantor Pertanahan
setempat;
e) Data Himpunan Objek Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten
Wonosobo.
III.2 Diagram Alir Pelaksanaan

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan

13
III.3 Penjelasan Masing-masing Tahapan
Secara umum, tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembuatan sistem
informasi pertanahan ini yaitu Pre-Processing Data, Pembuatan Basis Data Pertanahan, serta
Pembuatan Sistem Informasi dan Sosialisasi. Berikut di bawah ini beberapa penjelasan
beberapa tahapan secara umum.
a. Pre-Processing Data
Secara umum, tahap ini merupakan bagian yang sangat dibutuhkan sebelum memulai
pembuatan suatu sistem informasi pertanahan. Sebelum memulai ke tahap pembuatan basis
data, perlu bagi petugas untuk menyiapkan beberapa dokumen serta perizinan terhadap
pihak yang berwenang. Setelah dokumen serta perizinan telah didapatkan, petugas dapat
melanjutkan ke tahap di mana perangkat serta peralatan dipersiapkan. Dengan tersedianya
perangkat serta peralatan tersebut, inti dari pre-processing data telah dapat dilaksanakan
yaitu mengambil atau mengunduh data GeoKKP yang mana berupa Data Spasial dan Data
Tekstual.
a) Data Spasial
Dalam pembangunan basis data suatu sistem informasi pertanahan, dibutuhkan suatu
data spasial yang mana terdiri dari data bidang tanah, data administrasi, serta data citra
satelit Kabupaten Wonosobo. Data spasial ini diperoleh melalui Laman GeoKKP
melalui Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo. Format yang didapatkan pada data
ini haruslah berformat shapefile. Selain itu, dibutuhkan pula informasi geografis
berupa toponimi serta batas administrasi desa-desa yang berada di dalam lokasi
Kabupaten Wonosobo.
b) Data Tekstual
Pada pembuatan basis data suatu sistem informasi pertanahan yang akan
dilaksanakan di Kabupaten Wonosobo ini, setidaknya terdapat dua buah jenis data
yang dibutuhkan, yaitu data hasil unduh melalui laman KKP Kantor Pertanahan
Kabupaten Wonosobo serta data himpunan objek Pajak Bumi wilayah setempat.
b. Pembuatan Basis Data Pertanahan
Pada tahap ini, diperlukannya beberapa data yaitu data spasial dan data tekstual sebelum
melakukan pembuatan sebuah basis data di dalam suatu server. Setelah proses pengunduhan
serta pengumpulan data spasial serta data tekstual melalui laman GeoKKP Kantor Pertanahan,

14
dilakukan sebuah tahapan penggabungan antara keduanya. Tiap-tiap bidang tanah yang ada
dalam lingkup Kabupaten Wonosobo, dilakukan penggabungan data atribut yang terunduh ke
dalamnya. Adapun beberapa langkah secara umum mengenai penggabungan data spasial
dengan data tekstual seperti langkah di bawah ini:
1) Mengaktifkan Aplikasi AutoCAD Map 3D 2017 login.
2) Memasukkan User ID serta Password petugas untuk melakukan login ke dalam server
BPN.
3) Memanggil peta wilayah Kabupaten Wonosobo.
4) Petayang telah dilakukan pemanggilan tersebut berisi bidang-bidang tanah yang
berada di seluruh Kabupaten Wonosobo.
5) Melakukan proses penggabungan data spasial dengan data tekstual yang telah tersedia
sebelumnya.
6) Data spasial dan data tekstual bidang tanah telah saling terhubung.
7) Setelah semua tahap tersebut dilaksanakan, basis data sistem informasi pertanahan
tersebut secara otomatis tersimpan pada server GeoKKP.
c. Pembuatan Sistem Informasi dan Sosialisasi
Pada dasarnya, yang berhak menggunakan dalam sistem informasi pertanahan yang hendak
dibuat ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu Admin dan Pengguna. Pengguna Sistem
Informasi Pertanahan diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Admin
Akses yang diberikan pada admin yaitu memiliki kewenangan penuh dalam
melakukan penambahan data, penghapusan data, melihat data.
b) Pengguna
Dalam sistem informasi pertanahan ini, seorang pengguna hanya mendapatkan akses
untuk menambahkan data dan melihat data saja.
Setelah sebuah sistem informasi pertanahan tersebut selesai ditetapkan aturan-aturannya,
tahap selanjutnya yang perlu untuk dilakukan ialah sosialisasi terhadap Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) setempat, beberapa kepala daerah, serta masyarakat yang sekiranya
membutuhkan akses terhadap sistem informasi pertanahan tersebut.

15
III.4 Peran Masing-masing OPD
Pembangunan sistem informasi administrasi pertanahan yang berlokasi di Kabupaten
Wonosobo ini, dibutuhkan beberapa peran organisasi perangkat daerah (OPD) dalam
pelaksanaan pembangunan sistem informasi administrasi pertanahan ini. OPD yang terlibat
antara lain:
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Bappeda berperan sebagai pengawas dan juga penilai terhadap pembuatan sistem
informasi administrasi bidang tanah.
2) Badan Pendapatan Daerah/Badan Keuangan dan Aset Daerah
BPD berperan mengolah bea yang diperoleh dari proses transaksi jual beli bidang
tanah yang diadministrasikan.
3) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Pada bidang Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dan
Pemanfaatan Data melaksanakan tugas mengelola informasi administrasi
kependudukan dan pelayanan pemanfaatan data kependudukan yang dapat berubah
dengan berjalannya waktu.
4) Kantor ATR/BPN
Pihak Kementerian ATR/BPN bertanggungjawab atas pengolahan, pembuatan, serta
pendaftaran terhadap sistem informasi administrasi pertanahan.

16
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

IV.1 Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Pekerjaan akan dilaksanakan dalam serangkaian kegiatan sesuai apa yang sudah
direncanakan. Berikut merupakan rencana pelaksanaan pekerjaan.

IV.2 Rencana Anggaran Biaya


Pekerjaan direncanakan menggunakan anggaran biaya sebesar seperti pada tabel di bawah
ini.

17
IV.3 Pelaporan Hasil Pekerjaan
Pekerjaan pembangunan Sistem Informasi Administrasi Pertanahan dilaksanakan oleh tim
beserta melibatkan OPD daerah. OPD daerah berperan sebagai pengguna dari Sistem Informasi
Administrasi Pertanahan (SIAP) yang akan dibuat. OPD memanfaatkan SIAP untuk mengambil
keputusan dalam menjalankan fungsinya. OPD daerah terlibat dalam proses monitoring dan
asesmen, sehingga dalam pengaplikasiannya dipastikan berjalan sesuai target dan memberikan
informasi yang sebenarnya. Maka dari itu, diperlukan pengawasan dan sosialisasi berkelanjutan
sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan, sehingga proyek yang dibuat dapat berjalan sesuai
sasaran.

18
BAB V
PERSONIL
V 1. Kebutuhan Personil
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga- tenaga survey yang berpengalaman.
Personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah:
1) Project Manager : 1 orang
2) Spatial Database Administrator : 2 orang
3) Web Developer : 2 orang
4) Programmer GIS : 3 orang
5) Ahli Kartografi : 10 orang
6) Ahli SIG : 10 orang
V.2 Kualifikasi Personil
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga- tenaga survei yang berpengalaman.
Oleh karena itu diperlukan personil dengan kualifikasi sebagai berikut:
Tabel .Kualifikasi personil

Tugas Personil Pendidikan Terakhir (Minimal)

Project Manager S2 Geodesi/Geomatika

Spatial Database Administrator S1 Geodesi/Geomatika/Computer Science

Web Developer S1 Teknologi Informasi/Geoinformatika

Programmer GIS S1 Geodesi/Geomatika/Geografi

Ahli SIG S1 Geodesi/Geomatika

Ahli Kartografi S1 Geodesi/Geomatika/Geografi

V. 3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil


Berikut adalah tugas dan tanggung jawab masing – masing personil dalam kegiatan ini
yaitu sebagai berikut:
1. Project Manager
19
Project Manager sekaligus Team Leader adalah penanggung jawab dan monitoring
pekerjaan mulai dari perencanaan, pembuatan sistem informasi, implementasi sampai dengan
pembuatan laporan akhir pembuatan sistem informasi pertanahan.
2. Spatial Database Administrator
Merupakan tim yang bertanggung jawab terkait pekerjaaan perencanaan, pembuatan
desain, hingga realisasi pembuatan basis data spasial dimana secara struktural dibawah
pengawasan. Personil yang tergabung dalam tim harus menguasai software dan bahasa
pemrograman basis data seperti MySQL, XAMPP, PostgreSQL, dan sebagainya.
3. Pengolah Data
Pengolah Data diwajibkan yang mempunyai latar belakang pendidikan geodesi, agar dapat
menganalisis kualitas data spasial yang ada. Pengolah Data merupakan pelaksana untuk
preprocessing data sebelum diintegrasikan pada sistem informasi pertanahan yang dibuat.
5. Programmer GIS
Merupakan tim yang memiliki tugas untuk merancang pembuatan sistem informasi
pertanahan untuk keperluan penyajian dan penyebarluasan informasi penggunaan tanah.
5. Ahli SIG dan Kartografi
Merupakan tim yang bertugas untuk proses pengumpulan data spasial maupun data tekstual
sekaligus melakukan kontrol kualitas dari data yang dikumpulkan.
V.4 Jadwal Penugasan Personil
Berikut adalah jadwal penugasan masing – masing personil dalam kegiatan ini yaitu
sebagai berikut:

20
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pertanahan Nasional (BPN). (2005). Land Office Computerization (LOC).
Workshop LOC di Jakarta.
Badan Pertanahan Nasional. Badan Pertanahan Nasional (BPN). (2011). Grand Design
TIK BPN-RI. Workshop KKP di Kanwil BPN Prov. D.I. Yogyakarta tanggal 5 Desember 2011.
Badan Pertanahan Nasional. Badan Pertanahan Nasional (BPN). (2011). Pembangunan
Basis Data Pertanahan yang Terintegrasi untuk Mendukung Sistem Informasi dan Manajemen
Pertanahan Nasional. Jakarta, Indonesia:
Badan Pertanahan Nasional. Badan Pertanahan Nasional (BPN). (2011). Pembangunan
GeoKKP. Workshop KKP di Kanwil BPN Prov. D.I. Yogyakarta tanggal 5 Desember 2011. Badan
Pertanahan Nasional.
Mustofa, F. C., Aditya, T., & Sutanta, H. (2018). Sistem Informasi Pertanahan Partisipatif
untuk Pemetaan Bidang Tanah: Sebuah Tinjauan Pustaka Komprehensif. Majalah Ilmiah Globe,
20(1), 1. https://doi.org/10.24895/mig.2018.20-1.702
Mustofa, F. C., & Aditya, T. (2009). Perancangan Aplikasi Layanan Informasi Pertanahan
untuk PPAT Berbasis Web Services. BHUMI - Jurnal Ilmiah Pertanahan STPN Yogyakarta, 1,
57–70.
O’Brien, J. A. A., & Marakas, G. M. M. (2011). Management Information Sisytems (10th
ed.). New York, USA, USA: The McGraw-Hill Companies, Inc
Sofyan, H., Fauziah, Y., & Negara, I. G. Y. (2008). Pengembangan Aplikasi Layanan
Pertanahan Berbasis Web Pada Kantor Bpn (Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Badung.
Seminar Nasional Informatika (SemnasIF), 2008(semnasIF), 304–
312.http://repository.upnyk.ac.id/190/1/39_Pengembangan_Aplikasi_Layanan_Pertanahan_Berb
asis_WEB_Pada_Kantor_BPN_(Badan_Pertanahan_Nasion.pdf
Tuladhar, A. M. (2004). Parcel-based Geo-Information System: Concepts and Guidelines.
ITC Dissertation 115. International Institute For Geo[1]Information Science and Earth
Observation (ITC), Enschede, The Netherlands.
Williamson, I., Enemark, S., Wallace, J., & Rajabifard, A. (2010). Land Administration for
Sustainable Development. California, USA: ESRI Press Academic.

22
Williamson, I., Rajabifard, A., Kalantari, M., & Wallace, J. (2012). AAA Land
Information: Accurate, Assured and Authoritative. In Surveying towards Sustainable
Development, 8th FIG Regional Conference 2012. Montevideo, Uruguay.

23

Anda mungkin juga menyukai