Anda di halaman 1dari 20

REVIEW PERBANDINGAN

PERENCANAAN GUNA LAHAN DI INDONESIA DAN MALAYSIA

Oleh :

Aidan Raditya Prawira 18/431029/TK/47622

Cosmos Dimara 18/431990/TK/48007

Derivatifa Aisyah Nur Affine 18/428573/TK/47075

Ghina Salsabila 18/424940/TK/46635

Kurniasih 18/428580/TK/47082

M. Zakariya 18/431042/TK/47635

Mutia Azzahra Aridloi 18/428583/TK/47085

Syarifa Alma Fadila Nursurati 18/428593/TK/47095


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah berkontribusi dalam terselesaikannya paper ini.

Penulisan paper tentang perbandingan perencanaan guna lahan di Indonesia dan Malaysia ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu penugasan dalam mata kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan.

Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk kebermanfaatan paper ini. Akhir kata,
penuis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 27 Agustus 2019

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan luar wilayahnya sekitar
1,904,569 km2. Meskipun memiliki wilayah yang luas, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang
banyak dengan keberagaman suku, budaya, dan adat yang berbeda-beda. Indonesia juga memiliki kekayaan
alam yang sangat melimpah, untuk itu diperlukan perencanaan tata guna lahan untuk mencipatakan kesesuai
lahan. Dalam hal ini pemerintah Indonesia membentuk Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang berperan
dalam menentukan kesesuain guna lahan di Indonesia dengan memeperhatikan kondisi fisik, sosial dan
ekonomi masyarakat, kepemilikan tanah, dan sebagainya.

Berbeda dengan Indonesia, luas wilayah Malaysia hanya sekitar 329.847 km2, hal ini membuat tata
guna lahan di Malaysia tidak sesulit di Indonesia. Dalam menata guna lahan, pemerintah Malaysia membuat
batasan-batasan zonasi untuk penggunaan kegiatan tertentu seperti komersial, residential, maupun industri.
Oleh karena itu, saat ingin membeli tanah atau investasi real estate, masyarakat maupun orang asing harus
mengetahui dengan jelas fungsi lahan dari tanah tersebut.

Meskipun Indonesia dan Malaysia bertetangga dan memiliki banyak kesamaan dalam budaya dan
bahasa, namun dalam hal tata guna lahan Indonesia dan Malaysia memiliki kebijakan yang berbeda-beda
sesuai dengan luas wilayah dan banyaknya penduduk di negara tersebut. Hal ini didorong oleh bentuk
pemerintahan yang berbeda, kondisi fisik serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang berbeda pula.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Model atau Jenis Perencanaan Guna Lahan


2.1.1. Indonesia
Tata guna lahan di Indonesia dinilai memiliki kesenjangan yang sangat tinggi
antara pusat kota dan pinggiran kota, mulai dari kesenjangan ekonomi, sosial,
maupun dalam penataan bangunan dan tata lahannya. Sejak zaman dahulu
pemerintah sudah menetapkan peraturan tentang penggunaan tanah agar sebesar-
besarnya digunakan untuk mensejahterakan masyarakat dan tidak merusak
lingkungan. Untuk mempertegas aturan tentang perencanaan guna lahan,
pemerintah mengeluarkan PP No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Dalam peraturan tersebut, terdapat 3 model perencanaan guna lahan di Indonesia,
yaitu:
1.) Model Zoning
Dalam model ini, kota dibagi-bagi menjadi beberapa zona menurut kegiatan yang
terjadi dalam kota tersebut. Model ini akan memberikan jaminan hukum atas hak-
hak tanah masyarkat, namun model ini juga dapat menimbulkan perkembangan
kota yang tidak merata.
2.) Model Terbuka
Berbeda dengan model zoning, dalam model ini tidak ada pembagian zona tetapi
menentukan lokasi-lokasi yang tepat untuk pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta. Keadaan sosial, ekonomi, lingkungan hidup, dan
kemampuan fisik tanah menjadi indikator penting dalam menentukan fungsi dari
suatu lahan.
3.) Konsolidasi Lahan
Model ini merupakan cara pemerintah dalam mencapai pemnfaatan tanah yang
optimal dengan penataan kembali lokasi dan batas-batas serta sarana dan
prasarana yang ada. Daerah yang mengalami konsolidasi tanah diharapkan
menjadi lebih berkembang dari sebelumnya.
2.1.2. Malaysia
Model perencanaan guna lahan yang digunakan Malaysia adalah model zoning
yang kontrolnya menjadi wewenang pemilik lahan dan bangunan di atasnya.
Malaysia dibagi menjadi 3 zonasi utama yaitu komersial sebagai pusat bisnis,
perumahan untuk pengembangan dalam bentuk apapun seperti flat,
kondominium, dan sebagainya, sedangkan zona industri untuk fasilitas
manufaktur yang menunjang perekonomian nasional. Model zoning di Malaysia
bersifat fleksibel, artinya model zoning di Malaysia tidak tetap dan berubah seiring
perkembangan zaman. Lahan yang ditetapkan sebagai zona komersial dapat
berubah menjadi zona permukiman sesuai dengan kebutuhan tempat tinggal bagi
masyarakatnya.
Dalam peta rencana guna lahan, dapat dilihat bahwa lahan di pusat kota
didominasi oleh fungsi mix used dan komersial, sedangkan fungsi permukiman
dan industry berada di luar pusat kota. Fungsi-fungsi itu dihubungkan dengan
jaringan-jaringan jalan dan transportasi umum.

2.2. Prosedur dan Proses Perencanaan Guna Lahan Malaysia


Sistem perencanaan pembangunan adalah bagian dari sistem perencanaan modern yang
diperkenalkan pada masa kolonial oleh Inggris. Malaysia memiliki tiga hirarki pemerintahan;
Pemerintah Federal, Pemerintah Negara Bagian dan Pemerintah Daerah. Fokus utama dari
Rencana Fisik Nasional yaitu zonasi tata guna lahan.
2.1.3. Rencana Fisik Nasional
Rencana Fisik Nasional, diatur dalam Undang-Undang A1129, berada di bawah Pemerintah
Federal. Fungsi dari Rencana Fisik Nasional, yaitu:
1. Untuk membangun sistem perencanaan sistematis yang mengintegrasikan dari tingkat
makro ke tingkat mikro
2. Sebagai pedoman dasar dan tolok ukur persiapan rencana pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Perencanaan Kota dan Negara (UU 172)
3. Instrumen utama referensi pembangunan
4. Rencana zonasi dasar untuk penggunaan lahan
Proses persiapan Rencana Fisik Nasional, yaitu:
Tahap 1: Perumusan visi dan prinsip Fisik Nasional
Tahap 2: Tinjauan Sastra dan Pengumpulan Data
Tahap 3: Analisis, masalah dan peluang
Tahap 4: Proyeksi, kebijakan, dan strategi alternatif
Tahap 5: Rencana alternatif alternatif pengembangan spasial nasional dan pernyataan tertulis
Output dari perumusan rencana, yaitu:
1. Rencana: Master Plan Indikatif Pengembangan Fisik Nasional
2. Laporan:
• Kebijakan dan Strategi Pengembangan dan Perencanaan Fisik Nasional
• Penjelasan dan perincian tentang Rencana Indikatif Pengembangan Fisik Nasional
• Lembaga dan Mekanisme untuk Implementasi, Manajemen dan Pemantauan Rencana Fisik
Nasional
• Database Perencanaan Tata Guna Lahan Nasional dan Manajemen Sistem Manual
ORGANIZATION STRUCTURE FOR NATIONAL PHYSICAL PLAN STUDY

NATIONAL PHYSICAL PLANNING COUNCIL

National State Planning


Planning & Committee
NATIONAL PLANNING COORDINATION COMMITTEE
Development
Working
Committee

MAIN WORKING COMMITTEE State Physical


Planning
Committee

PROJECT COORDINATION

TWG TWG TWG TWG TWG TWG TWG

Global Framework & Physical Planning & Population, Housing Infrastructure, Environment & Institution & NPP Information
Macro Economy Urbanisation and Social Facilities Utilities & Natural Resources Implementation System
Transportation

STUDY TEAM

Note: TWG: Technical Working Group

RENCANA STRUKTUR NEGARA


Rencana Struktur Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 172 (1976) adalah
pernyataan tertulis, disertai dengan diagram, ilustrasi, dan materi deskriptif yang sesuai,
merumuskan kebijakan dan proposal umum daerah otoritas perencanaan sehubungan dengan
pengembangan dan penggunaan lahan di daerah tersebut termasuk langkah-langkah untuk
perbaikan lingkungan fisik, peningkatan komunikasi dan pengelolaan lalu lintas. Pembuatan
Rencana Struktur Negara didasarkan pada Rencana Fisik Nasional.
Kebijakan tertulis dibentuk sebagai "substantif" dan "prosedural" dimana komponen utamanya
adalah kebijakan kualitatif dan kebijakan kuantitatif. Kebijakan kualitatif terdiri dari pernyataan
tertulis tentang pembangunan fisik dan sosial ekonomi negara, sedangkan kebijakan kuantitatif
mencakup target pembangunan yang harus dipahami pada waktu tertentu.
Pernyataan tertulis harus terdiri dari kebijakan perencanaan yang menyangkut pengembangan
dan penggunaan tanah, langkah-langkah untuk perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan
komunikasi dan manajemen lalu lintas. Format baru Rencana Struktur Negara berdasarkan
amandemen 2001, kebijakan yang dirumuskan harus mencakup peningkatan kesejahteraan
sosial-ekonomi dan promosi pertumbuhan ekonomi, dan menuju pembangunan berkelanjutan.
Tujuh laporan harus disiapkan dalam mempersiapkan Rencana Struktur Negara. Laporannya
adalah:
 Laporan Awal
 Laporan teknikal
 Laporan survei
 Laporan Partisipasi Publik
 Rancangan Rencana Struktur Negara
 Laporan Penolakan Publik
 Laporan Rencana Struktur Negara dalam bentuk GIS

STATE STRUCTURE PLAN PREPARATION FRAMEWORK

STAGE 1: MOBILISATION

 Previous State Structure Plan Revision 6 Months


 Appointment of Consultant

STAGE 2: REPORT PREPARATION

 Inception Report
 Technical Report 18 Months
 Survey Report
 Public Seranta
 State Structure Plan Draft Report

STAGE 3: STATE STRUCTURE PLAN


APPROVAL

 Public Seranta 6 Months


 State Structure Plan Draft Report
(Alteration)
 State Structure Plan Report (for
gazette)

Source: Town and Country Planning Act 172


RENCANA DAERAH
Bentuk dan Isi dari Rencana Daerah:
1. Peta, Diagram, dan Ilustrasi
2. Peta Proposal
3. Peta lain yang termasuk dalam konten Paket Lokal
4. Pernyataan Tertulis
Metodologi yang diterapkan dalam persiapan Rencana Daerah
1. Studi Pendahuluan dan Pengumpulan Data
 Pengumpulan data survei dan sumber-sumber sekunder
 Mempelajari dan menganalisis kebijakan dan Rencana Struktur Daerah
2. Analisis dan Proyeksi
 Analisis kegiatan sektoral yang ada
 Analisis proyeksi
3. Identifikasi Masalah dan Masalah Utama
 Identifikasi masalah perencanaan lokal, masalah dan potensi
4. Pengembangan Strategi dan Rancangan Rencana Zonasi
 Merumuskan dan mengevaluasi alternative strategi
 Mempersiapkan rencana penggunaan lahan
5. Draf Tahap Rencana Lokal
 Terdiri dari pernyataan tertulis, peta, dan ilustrasi yang dirumuskan
PREPARATION PROCESS OF LOCAL PLAN (LP) AND APPLICATION OF GEOGRAPHICAL INFORMATION
SYSTEM (GIS)

LOCAL PLAN PREPARATION PROCESS GIS APPLICATION PROCESS

Covering the study area

Project Summary

Basic revision for the digital base map


preparation
Basic Revision

Digital Base Map Preparation

Inception Report

 Study methodology
 Study scope
 Data volume

Data Collection Spatial and Attribute Data Input

Data Analysis (Technical Documents) Data Processing and Analysis Data

Support Graphic Plans Data Presentation

Proposal Map Data Storage

(For updating and further application)

Written Statement

 Planning Guidelines Customised Application


 Planning Standard
(For Planning Control)
INPUT LANGKAH OUTPUT
(AKTIVITAS)
Kebijakan penggunaan lahan (dasar 1
penilaian pengalaman setempat Tentukan sasaran dan TOR TOR
hambatan kelembagaan).
2
Pilih metoda Atur pekerjaan Menata pekerjaan Rencana kerja, waktu, SDM

Penilaian cepat keadaan wilayah 3


(data dasar diperluas perhatikan Analisis masalah Pernyataan tentang masalah dan
hambatan hukum, sosial dan pilihan perubahan
ekonomi ).
Perundingan formal dengan 4
masyarakat (ditelaah pilihan tipe- Identifikasi peluang untuk Spesifikasi tipe-tipe penggunaan
tipe penggunaan lahan yang relevan perubahan lahan yang mungkin dikembangkan.
dan syarat-syarat penggunaannya
masing-masing)
Survei tanah evaluasi lahan fisik 5 Peta kesesuaian lahan untuk tipe-
permodelan penggunaan lahan Evaluasi kesesuaian lahan tipe penggunaan lahan yang dipilih
sistem informasi lahan. pada langkah 4.
Analisis sistem usaha tani 6 Pilihan tipe-tipe penggunaan lahan
analisi dampak lingkungan, sosial, Penilaian berbagai alternatif yang mungkin dapat dilaksanakan
ekonomi. (viable).
Perundingan dengan rakyat dan 7 Usulan penggunaan lahan, umpan
pemerintah pertimbangan Tentukan pilihan terbaik balik ke rencana yang lebih tinggi
pelaksanaan proyek. tingkatnya.
Perencanaan untuk perubahan 8 Tataguna lahan, proyek untuk
perumusan proyek. Siapkan rencana pelaksanaan rencana.
tataguna lahan
Kegiatan oleh pengguna lahan dan 9 Perubahan penggunaan lahan.
instansi pelaksana koordinasi Pelaksanaan
sektoral. rencana
Laporan kemajuan kegiatan 10 Revisi RTGL, umpan balik ke
lapangan dari pengguna lahan dan Pemantauan dan revisi rencana yang lebih tinggi
instansi pelaksana/badan rencana tingkatnya.
pengembangan.
Tabel Proses Perencanaan Tataguna Lahan di Indonesia

Menurut buku Perencanaan Tataguna Lahan, proses perencanaan tataguna lahan di Indonesia mengikuti
langkah-langkah berikut:

1. Penentuan sasaran dan TOR

Pada tahap ini dijelaskan mengenai :

a. pemilihan daerah yang akan direncanakan,


b. korespondensi pihak-pihak yang terlibat,
c. mendapatkan data-data terkait calon daerah rencana,
d. menentukan sasaran,
e. identifikasi masalah dan peluang perbaikan penggunaan lahan,
f. identifikasi hambatan-hambatan penerapan rencana perbaikan.
g. mengembangkan kriteria untuk pengambilan keputusan dalam memilih tipe
penggunaan lahan terbaik yang akan diterapkan.
h. menerapkan cakupan wilayah
i. menentukan jangka waktu perencanaan
j. menyetujui isi dan format rencana
k. menyiapkan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan operasional dalam proyek
perencanaan
2. Persiapan berkas

Dalam tahap ini yang bertanggung jawab adalahketua tim perencana dan administrasi. Berkas-berkas
yang diperlukan antara lain :

a. Daftar tugas dan aktivitas perencana untuk setiap orang


b. Daftar tugas yang harus diselesaikan lebih dulu sebelum tugas yang lain dapat dilakukan
c. Rencana kerja sebagai proyeksi keseluruhan, terdiri dari tabel barchart, atau critical
path analysis.
d. Rencana kerja masing-masing individu
e. Alokasi dana dan peralatan
f. Persiapan bahan-bahan administrasi dan logistik
3. Pengumpulan data dan identifikasi

Dalam tahap ini yang bertanggung jawab adalah tim perencana. Pada tahap ini langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah :

a. Pengumpulan data kedaan sekarang


b. Sumber-sumber informasi
c. Langkah identifikasi dan percetakan
d. Langkah identifikasi terhadap masalah penggunaan lahan.
e. Wawancara dengan pengguna lahan dan sistem lahan yang terkena masalah
f. Persiapan pernyataan masalah
4. Identifikasi peluang-peluang perubahan

Pemilihan pemecahan masalah perlu dikembangkan pilihan-pilihan untuk memcahkan masing-masing


masalah, yang di dalam nya berisi peluang, strategi, jenis produksi. Selanjutnya dilakukan
pengembangan pilihan-pilihan yang paling realistik untuk memenuhi persyaratan produksi, konservasi,
dan kelestarian yang meminimalkan konflik penggunaan lahan. Terakhir adalah penyampaian masalah
dan alternatif-alternatif untuk perubahan yang sesuai untuk bahan diskusi antara rakyat dan
pemerintah.

5. Evaluasi Kesesuaian Lahan


Penanggung jawab adalah tim perencana. Menentukan LUT yang cukup rinci untuk analisis berikutnya.
Memilih LQ dan LC untuk digunakan dan dibandingkan dengan LUR. Mementakan tanah dan
mementukan batas-batas kelas kesesuaian lahan. Memperhatikan kelestarian dan rasio pendapatan
dengan biaya. Lalu membandingkan penggunaan lahan dengan lahan.

Penganggung jawab dalam tahap ini adalah tim perencana.

6. Penilaian alternatif

Penanggung jawab adalah tim perencana dalam hal ini perlu diperhatikan :

a. Analisis dampak lingkungan terhadap tanah untuk sumberdaya air, padang, rumput dan
hutan, konservasi satwa liar, sumberdayauntuk pariwisata dan rekreasi, dampak di luar
dan di dalam daerah perencanaan.
b. Analisis finansial
c. Analisis ekonomi
d. Dampak sosial
e. Perencanaan strategik.
7. Memilih opsi terbaik

Dalam langkah ini yang bertanggung jawab adalah tim perencana. Mereka akan menentukan beberapa
pilihan untuk alokasi lahan atau rekomendasi tipe penggunaan untuk satu-satuan lahan.Menjelaskan
hasil evaluasinya terhadap kesesuaian lahan. Menentukan kesesuaian lahan, dampak lingkungan, sosial,
ekonomi. Menentukan Knsekuensi dari pilihan-pilihan sehubungan dengan tujuan dan sasaran
perencanaan. Menyajikanpilihan-pilihan dan konsekuensi untuk dapat direview dengan baik.

Penanggung jawab tim perencana dan pengambil keputusan dalam hal ini akan membuat rencana untuk
konsultasi dan masyarakat yang terkait dan badan pelaksana. Selain itu mereka juga menentukan
apakah jawaban terhadap tanggapan cukup baik. Lalu mereka juga memiliki wewenang dalam
penyiapan rencana.

8. Penyiapan rencana tataguna lahan

Perencanaan tataguna lahan dilakukan dengan menyiapkan peta-peta perencanaan induk penggunaan
lahan dan perencanaan pera-peta penunjang. Menentukan alokasi dan rekomendasi penggunaan lahan
berdasarkan atas alternatif yang dipilih. Selanjutnya, memberi uraian tentang LUT, termasuk saran-saran
pengelolaan pada setiap jenis lahan. Menentukan target yang ingin dicapai berdasar LUT, area, dan
agency, menjelaskan bagaimana hal itu dapat dicapai. Memastikan bahwa hal tersebut berada dalam
batas-batas kemampuan beadan-badan, pelaksana dan infastruktur.

Selain itudalam perencanaan ini juga memntukan persediaan logistik seperti spesifikasi tentnag capital
work, input-input dan penanggung jawab pelaksanaan. Mengembangan mekanisme untuk memantau
kemajuan dan revisi. Membuat peraturan untuk penelitian yang diperlukan untuk menunjang rencana.
Menentukan dana yang diperlukan untuk setiap operasi dan menentukan pula sumber dana. Menulis
laporan berupa ringkasan eksekutif, laporan utama, peta-peta, lampiran. Mengembangkan mekanisme
komunikasi dan partisipasi semua institusi terkait. Menyiapkan bahan-bahan untuk hubungan
masyarakat.
9. Pelaksanaan Rencana

Penanggung jawab dalam langkah ini adalah badan pelaksana dan tim perencana. Pelaksanaan
mencakup aktivitas praktis yang diperluas, banyak diantaranya di luar pedoman perencana tata guna
lahan.

10. Pemantauan dan Revisi Rencana

Penanggung jawab dalam langkah ini adalah tim perencana. Hal yang harus dilakukan yaitu membuat
daftar sasaran dan kriteria pencapaian sasaran yang disetujui di langkah 1. Lalu diperlukan penambahan
hal-hal yang muncul kemudian selama periode perencanaan. Di sini juga akan dilakukan pengumpulan
data-data yang relevan untuk masing-masing kriteria keberhasilan secara fisik, ekonomi, dan sosial.
Berikutnya adalah membandingkan apa yang telah dicapai dengan merencanakan. Dan terakhir
mengidentifikasi unsur-unsur keberhasilan dan kegagalan.

Tabel kerangka Kerja Formal Perencanaan Tataguna Lahan

II. Prosedur Perencanaan Tataguna Lahan di Indonesia


1. Skala perencanaan, meliputi skala menurut hierarki dan interaksi, dan skala menurut
cakupan wilayah. Dalam skala menurut hierarki berpatokan pada wilayah administrasi

Gambar Tingkatan skala hierarki dalam perencanaan

2. Penentukan delineasi
Prinsip utama dalam menentukan daerah deliniasi adalah efisiensi dan interpretabilitas.
Sedangkan mekanisme dillakukan sebagai berikut :

Bagan Mekanisme penentuan deliniasi dalam perencanaan tataguna lahan

3. Evaluasi terkait tataguna lahan


Evaluasi ini meliputi beberapa modifikasi sistem USDA, evaluasi kesesuaian lahan sistem
FAO, dan evaluasi kesesuaian lahan sistem parametrik.
4. Penyusunan kerangka kerja, metode, dan model dalam tataguna lahan
Prosedur dalam tahap ini meliputi prosedur formal tata guna lahan. Prosedur semi
formal, prosedur teknis-metodologi untuk perencanaan tataguna lahan, analisis spasial,
dan pemodelan. Analisis spasial meliputi Analisis regional dan Analisis jaringan neural.
Pemodelan dapat berupa model empirik, model proses deterministik, dan model
stokastik.
5. Melihat kesesuaian melalui parameter
Parameter yang digunakan adalah parameter biofisik, ekonomi, dan sosial budaya.
Parameter biofisik meliputi biofisik eksternal dan internal. Parameter ekonomi meliputi
pengelolaan ruang terkait aspek ekonomi, melihat kualitas sumber daya, aksesibilitas,
atribut spasial terkait ekonomi lahan, dan analisis ekonomi dan finansial. Ketiga
parameter harus itu saling terintegrasi.
3. Skala/hierarki perencanaan guna lahan
3.1. Hierarki perencanaan guna lahan di Indonesia
Berdasarkan peraturan
pemerintah Republik Indonesia tahun
2006 tentang penatagunaan tanah,
tepatnya pada bab III pasal 4 berbunyi
“ Penatagunaan tanah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan
Rencana Tata Ruang wilayah
Kabupaten/Kota”.
Dalam hal ini perencanaan guna
lahan harus selalu mengikuti RTRW
kabupaten/kota yang secara tidak
langsung juga harus mengikuti RTRW
Provinsi dan juga RTRW Nasional.
S1 PWK UGM: Proses Perencanaan—Kuliah 4: Proses
Perencanaan Komprehensif
(A. Djunaedi, 2017)—Hal. 11

3.2. Hierarki perencanan guna lahan di Malaysia


Dalam Malaysia-Act 172 Town and
Country Planning Act, penerapan tata
guna lahan di Malaysia mempercayakan
dengan dua system.
a. Development Plan
Dasar untuk perkembangan masa
depan
b. Planning Control
 Undang-undang sebagai control
kegiatan
 Untuk menjamin perkembangan
guna lahan tepat pada aturan yang
sesuai dengan development plan.
Development Plan terbagi menjadi tiga
tingkatan diantaranya adalah tingkat
nasional, tingkat regional, dan tingkat
lokal. Development plan
Faktor Indonesia Malaysia
Ditetapkan Pemerintah Dewan Perencanaan Fisik Nasional
oleh
Berlaku a. bidang-bidang tanah yang sudah ada a. segala jenis zat di permukaan bumi
haknya baik yang sudah atau belum b. semua zat dibawah permukaan
terdaftar c. semua vegetasi dan produk natural
b. tanah negara lainnya
c. tanah ulayat masyarakat hukum adat d. semua benda yang ada di permukaan
sesuai dengan ketentuan peraturan ataupun tidak
perundang-undangan yang berlaku. e. tanah yang tertutupi air
f. semua perkebunan atau ha katas tanah
Kawasan Penggunaan dan pemanfaatan tanah di Tidak seorang pun bisa memakai atau
Lindung kawasan lindung atau kawasan diizinkan untuk menggunakan lahan atau
budidaya harus sesuai dengan fungsi bangunan kecuali sesuai dengan
kawasan dalam Rencana Tata Ruang perencanaan lokal
Wilayah.
Bertujuan a. mengatur penguasaan, penggunaan a. Bertindak sebagai alat kontrol
dan pemanfaatan tanah bagi berbagai b. untuk memastikan pengembangan
kebutuhan kegiatan pembangunan yang penggunaan lahan sejalan dengan
sesuai dengan RTRW kebijakan dan proposal yang dirumuskan
b. mewujudkan penguasaan, oleh rencana pembangunan
penggunaan dan pemanfaatan tanah c. menetapkan batas batas dan jalur
agar sesuai dengan arahan fungsi pekerjaan yang dimaksudkan
kawasan dalam Rencana Tata Ruang d. menunjukkan tingkat, batas, dan garis
Wilayah dengan mengatur tanda dan menggali parit
c. mewujudkan tertib pertanahan yang
meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah termasuk
pemeliharaan tanah serta pengendalian
pemanfaatan tanah

Referensi

Pemerintah Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
Penatagunaan Tanah. Sekretariat Negara. Jakarta.

The Commissioner of Law Revision, Malaysia. 2006. LAWS OF MALAYSIA REPRINT Act 172 TOWN AND
COUNTRY PLANNING ACT 1976.
http://www.wwf.org.my/about_wwf/what_we_do/policy_main/policy_projects/projects_land_use_pla
nning/

Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Penatagunaan Tanah

S1 PWK UGM: Proses Perencanaan—Kuliah 4:


Proses Perencanaan Komprehensif
(A. Djunaedi, 2017)—Hal. 11

Regulasi Perencanaan Guna Lahan

Indonesia

PP No.16 Tahun 2004 BAB IV KEBIJAKAN PENATAGUNAAN TANAH

PP No.16 Tahun 2004 BAB V PENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH

Bagian Ketiga Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Pasal 13

Malaysia

LAWS OF MALAYSIA REPRINT Act 172 TOWN AND COUNTRY PLANNING ACT 1976.

Bibliography
Arifia, D., 2014. Teori Tata Guna Lahan (Land Use). academia. [Accessed 26 08 2019].

anonim, 2016. Land Rezoning Malaysia. [Online]


Available at: http://jp-land.com/land-rezoning-malaysia/
[Accessed 26 08 2019].

Daftar pustaka
Baja, Sumbangan. (2012). Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Web Dinas Tata Ruang dan Tata bangunan. Tataguna Lahan. http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-
966-tata-guna-lahan.html. (Diakses pada 27 Agustus 2019)
______________. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Tidak diterbitkan

Daftar Gambar dan Tabel


Baja, Sumbangan. (2012). Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta: Penerbit ANDI. Pp. 91, 93, 200,

Anda mungkin juga menyukai