Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS TAULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayh – Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehinga kami dapat menyusun dan menyeleaikan
Laporan Pendahuluan Monitoring dan Evaluasi RTRW Kabupaten Morowali.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak, baik yang
secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam pembuatan laporan
ini. Sekaligus tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Monitoring dann Evaluasi Perencanaan yang telah memberikan bimbingan dan arahan,
sehingga tugas besar ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Dalam pennyusunan laporan ini, kami sadar bahwa masih ada kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Akhir kata, kami harapkan agar laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya Prodi Perencanaan Wilayah Kota Universitas
Tadulako.
Penyusun
KELOMPOK 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pemerintah daerah saat ini diberi kewenangan dalam penyusunan rencana tata
ruang wilayah, di samping kewenangan tersebut, pemerintah daerah juga perlu
meningkatkan kemampuan memantau dan mengevaluasi pemanfaatan ruang yang
berjalan untuk menilai kesesuaiannya terhadap rencana tata ruang wilayah yang telah
diperdakan.
3
pemanfaatan yang telah dilakukan. Sehingga dapat diperoleh rekomendasi pemanfaatan
ruang dalam rangka menjaga konsistensinya terhadap rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
1.3.1 Tujuan
4
1. Dapat mewujudkan kinerja pemanfaatan ruang pemerintah Kabupaten yang
semakin berkualitas;
2. Menjadi acuan terhadap revisi substansi RTRW Kabupaten yang diharapkan
mampu mengakomodasi dinamika pertumbuhan wilayah dari sudut pandang
kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan melalui pemutakhiran isu terkini
terkait dinamika pembangunan.
1.3.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan, maka sasaran yang harus dicapai dalam kegiatan ini
adalah:
2. Identifikasi Program dan lokasi pemanfaatan ruang yang termuat dalam dokumen
Tata Ruang Kabupaten;
5
pada tahun 2014 (pasca pemekaran dengan Kabupaten Morowali Utara), wilayah
Kabupaten Morowali terdiri atas 9 (sembilan) kecamatan sebagai berikut:
Luas Jumlah
No Kecamatan Ibu Kota
(Km2) Desa
6
2. Sebelah barat, berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur (Permendagri No 52
tahun 1991);
3. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali Utara (UU No. 12 Tahun
2013), batas wilayahnya masih dalam proses kesepakatan;
Ruang lingkup substansi pada laporan pemantauan dan evaluasi Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Morowali, yaitu :
7
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali
8
1.5 Metode Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang
9
nilai. Adapun kegiatan analisis dilakukan dengan cara overlay peta dan perbandingan
data dan informasi.
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, landasan hukum, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, metode pelaksanaan evaluasi dan sistematika pelaporan.
10
kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, rencana struktur dan pola ruang,
rencana penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, zonasi wilayah serta
identifikasi isu dan permasalahan wilayah Kabupaten Morowali.
BAB V Penutup
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penyusunan laporan akhir monitoring
dan evaluasi pemanfaatan ruang terkait nilai dan evaluasi kesesuaian pemanfaatan ruang,
nilai dan evaluasi kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang, nilai dan evaluasi
kesesuaian struktur ruang dan nilai dan evaluasi kesesuaian pola ruang.
11
BAB II
TINJAUAN RTRW
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2019-2039
12
2.1.2 Kebijakan dan Strategi Pola Ruang
A. Kebijakan
a. Pemantapan kawasan lindung untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan;
b. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang
produktif;
B. Strategi
1. Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan pemantapan kawasan lindung untuk
menjamin pembangunan yang berkelanjutan meliputi:
a. Mempertahankan dan meningkatkan nilai konservasi pada kawasan lindung;
b. Merehabilitasi kawasan lindung yang telah berubah fungsi;
c. Meningkatkan peran masyarakat dalam kelestarian kawasan lindung;
d. Menyiapkan ruang terbuka hijau public dan privat untuk kepentingan masyarakat
di kawasan perkotaan;dan
2. Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan pengembangan kawasan budidaya
untuk mendukung kegiatan ekonomi yang produktif meliputi:
a. Mengembangkan kawasan budidaya yang memiliki peluang ekonomi tinggi;
b. Menetapkan dan mengembangkan kawasan budidaya dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan; dan
c. Menyediakan ruang untuk sektor informal untuk mendukung usaha industri rumah
tangga/kecil.
13
Tabel 2. 1 Hirarki Pelayanan Kabupaten Morowali
No Kecamatan Penduduk Hirarki Pusat Kegiatan
1 Bungku 21,984 PKL 1. Pusat Pemerintahan Kabupaten
Tengah 2. Perdagangan Skala Kabupaten
3. Pendidikan Skala Kabupaten
4. Kesehatan Skala Kabupaten
5. Perkebunan
6. Pertanian
2 Witaponda 17,985 PKLp 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pusat Pertanian
5. Tambak
3 Bahodopi 7,003 PKLp 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Industri
3. Pusat Perdagangan Kecamatan
4. Perkebunan
5. Pertanian
6. Peternakan
4 Bungku 13,747 PKLp 1. Pusat Pemerintahan Kecamatn
Selatan 2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pertanian
5 Bungku 4,373 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pesisir 2. Industri
3. Pusat Perdagangan Kecamatan
4. Perkebunan
5. Pertanian
6. Peternakan
6 Bungku Barat 10,859 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pusat Pertanian
5. Peternakan
7 Menui 12,636 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
Kepulauan 2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pertanian
8 Bumi Raya 12,029 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pertanian
5. Peternakan
6. Tambak
9 Bungku 8,257 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
Timur 2. Industri
3. Pusat Perdagangan Kecamatan
4. Perkebunan
5. Pertanian
6. Peternakan
Sumber : Hasil Analisis (Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037)
14
a. Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) : Pusat Kegiatan Lingkungan di Kabupaten
Morowali terdapat di Kecamatan Bungku Tengah.
b. Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKLp) : Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi di
Kabupaten Morowali terdapat di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Bahadopi Kecamatan
Witaponda, dan Kecamatan Bungku Selatan.
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa. PPK di kabupaten Morowali adalah Kecamatan Witadonpa, Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Menuai Kepulauan, Kecamatan
Bumi Raya dan Kecamatan Bunggku Timur.
15
No. Nama Jalan Status Jalan
4 Ruas jalan Bahodopi batas Provinsi Sultra Jalan Nasional
5 Ruas Jalan Ululere – Batas Sulsel Jalan Propinsi
6 Ruas Jalan Buleleng – Matarape (segmen,1,2,3,4,5) Jalan Propinsi
B. Jaringan jalan Lokal Primer yang ada di Kabupaten Morowali
1 Ruas Jalan Solonsa – Batas Morowali Utara Jalan Kabupaten
2 Ruas Jalan Dalam Desa Solonsa Jalan Kabupaten
3 Ruas Jalan Dalam Desa Solonsa Jaya Jalan Kabupaten
4 Ruas Jalan Ungkaya-Emea (A) Jalan Kabupaten
5 Ruas Jalan Ungkaya-Emea (B) Jalan Kabupaten
7 Ruas Jalan Ungkaya-Moahino Jalan Kabupaten
8 Ruas Jalan Dalam Desa Moahino Jalan Kabupaten
9 Ruas Jalan Linkar Atas Uedago-Emea Jalan Kabupaten
11 Ruas Jalan Dalam Desa Bumi Harapan Jalan Kabupaten
12 Ruas Jalan Dalam Desa Sampeantaba Jalan Kabupaten
13 Ruas Jalan Lasampi-Pontari Makmur (A) Jalan Kabupaten
14 Ruas Jalan Lasampi-Pontari Makmur (B) Jalan Kabupaten
15 Ruas Jalan Lasampi-Pontari Makmur (C) Jalan Kabupaten
16 Ruas Jalan Dalam Desa Lasampi Jalan Kabupaten
17 Ruas Jalan Inspeksi Irigasi Karaupa Jalan Kabupaten
18 Ruas Jalan Dusun Batu Tiga Jalan Kabupaten
19 Ruas Jalan Pebatae-Limbomakmur A Jalan Kabupaten
20 Ruas Jalan Pebatae-Limbomakmur B Jalan Kabupaten
21 Ruas Jalan Dalam Desa Pebatae Jalan Kabupaten
23 Ruas jalan Irigasi Karaupa Jalan Kabupaten
24 Ruas jalan Dalam Desa Umbele Jalan Kabupaten
25 Ruas jalan Atananga – Trans Limbo Makmur Jalan Kabupaten
26 Ruas jalan Samarenda – Lambelu Jalan Kabupaten
27 Ruas jalan Dalam Desa Lambelu Jalan Kabupaten
28 Ruas jalan Dalam Desa Samarenda Jalan Kabupaten
29 Ruas jalan Atananga – Lambelu Jalan Kabupaten
30 Ruas jalan Bahonsuai - Pebotoa Jalan Kabupaten
31 Ruas jalan Limbo Makmur – Lamasea Jalan Kabupaten
32 Ruas jalan Kabupaten – Atananga Jalan Kabupaten
33 Ruas jalan Dalam Desa Parilangke Jalan Kabupaten
34 Ruas jalan Kabupaten – Bahombelu Jalan Kabupaten
35 Ruas Jalan Dalam Desa Wata Jalan Kabupaten
36 Ruas Jalan Dalam Desa Uedago Jalan Kabupaten
37 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Negara Ambunu – Polili Jalan Kabupaten
38 Ruas Jalan Dalam Desa Ambunu Jalan Kabupaten
39 Ruas Jalan Dalam Desa Tondo Jalan Kabupaten
40 Ruas Jalan Topogaro – Polili Jalan Kabupaten
41 Ruas Jalan Irigasi Topogaro Jalan Kabupaten
42 Ruas Jalan Irigasi Larobenu Jalan Kabupaten
43 Ruas Jalan Irigasi Wosu Jalan Kabupaten
44 Ruas Jalan Irigasi Bahomoahi Jalan Kabupaten
45 Ruas Jalan Irigasi Bahomotefe Jalan Kabupaten
46 Ruas Jalan Irigasi Kolono Jalan Kabupaten
47 Ruas Jalan Irigasi Makarti Jaya Jalan Kabupaten
16
No. Nama Jalan Status Jalan
48 Ruas Jalan Irigasi Dampala Jalan Kabupaten
49 Ruas Jalan Polili - Sigendo Jalan Kabupaten
50 Ruas Jalan Dalam Desa Topogaro Jalan Kabupaten
51 Ruas Jalan Dalam Desa Umpanga Jalan Kabupaten
52 Ruas Jalan Dalam Desa Larobenu Jalan Kabupaten
53 Ruas Jalan Wosu – Trans wosu Jalan Kabupaten
54 Ruas Jalan Bahoea - Kabera Jalan Kabupaten
55 Ruas Jalan Bahoea – Trans Kabera Jalan Kabupaten
56 Ruas Jalan Dalam Desa Bahoea Jalan Kabupaten
57 Ruas Jalan Trans Kabera Jalan Kabupaten
58 Ruas Jalan Lanona – Trans – Puta Jalan Kabupaten
59 Ruas Jalan Lanona – Trans Lanona Jalan Kabupaten
60 Ruas Jalan Dalam Desa Lanona Jalan Kabupaten
61 Ruas Jalan Bahomante - Lala Jalan Kabupaten
62 Ruas Jalan Dalam Desa Bahontobungku Jalan Kabupaten
63 Ruas Jalan Dalam Desa Tudua Jalan Kabupaten
64 Ruas Jalan Bahontobungku-Sakita Jalan Kabupaten
65 Ruas Jalan Dalam Desa Pungkoilu Jalan Kabupaten
66 Ruas Jalan Dalam Desa Lahuafu Jalan Kabupaten
67 Ruas Jalan Dalam Desa Unsongi Jalan Kabupaten
68 Ruas Jalan Dalam Desa Nambo Jalan Kabupaten
69 Ruas Jalan Laroue - Koburu Jalan Kabupaten
70 Ruas Jalan Dalam Desa Laroue Jalan Kabupaten
71 Ruas Jalan Dalam Desa Keurea Jalan Kabupaten
72 Ruas Jalan Dalam Desa Ululere Jalan Kabupaten
73 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomoahi Jalan Kabupaten
74 Ruas Jalan Bahomotefe – Onepute Jaya Jalan Kabupaten
75 Ruas Jalan Irigasi Unepute Jaya Jalan Kabupaten
76 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomotefe Jalan Kabupaten
77 Ruas Jalan Dalam Desa Lele Jalan Kabupaten
78 Ruas Jalan Dalam Desa Dampala Jalan Kabupaten
79 Ruas Jalan Dalam Desa Siumbatu Jalan Kabupaten
80 Ruas Jalan Keurea - Bahomakmur Jalan Kabupaten
81 Ruas Jalan Fatufia - Bahomakmur Jalan Kabupaten
82 Ruas Jalan Dalam Desa Fatufia Jalan Kabupaten
83 Ruas Jalan Labota – Makarti Jaya Jalan Kabupaten
84 Ruas Jalan Dalam Desa Labota Jalan Kabupaten
85 Ruas Jalan Dalam Desa Betebete Jalan Kabupaten
86 Ruas Jalan Dalam Desa Lalampu Jalan Kabupaten
87 Ruas Jalan Dalam Desa Pungkeu Jalan Kabupaten
88 Ruas Jalan Dalam Desa Tangofa Jalan Kabupaten
89 Ruas Jalan Tangofa – Puungkeu Jalan Kabupaten
90 Ruas Jalan Dalam Desa Oneete Jalan Kabupaten
91 Ruas Jalan Dalam Desa Tandaoleo Jalan Kabupaten
92 Ruas Jalan Dalam Desa Torete Jalan Kabupaten
93 Ruas Jalan Dalam Desa Buleleng Jalan Kabupaten
94 Ruas Jalan Dalam Desa Laroenai Jalan Kabupaten
95 Ruas Jalan Dalam Desa Werea Jalan Kabupaten
96 Ruas Jalan Dalam Desa Sambalagi Jalan Kabupaten
97 Ruas Jalan One Ete – Tangofa Jalan Kabupaten
98 Ruas Jalan Dalam Desa Lamontoli Jalan Kabupaten
99 Ruas Jalan Lamontoli – Lalemo Jalan Kabupaten
17
No. Nama Jalan Status Jalan
100 Ruas Jalan lalemo - Matano Jalan Kabupaten
101 Ruas Jalan Dalam Desa Lalemo Jalan Kabupaten
102 Ruas Jalan Dalam Desa Padopado Jalan Kabupaten
103 Ruas Jalan Dalam Desa Pulau Bapa Jalan Kabupaten
104 Ruas Jalan Dalam Desa Padobale Jalan Kabupaten
105 Ruas Jalan Dalam Desa Waruwaru Jalan Kabupaten
106 Ruas Jalan Dalam Desa Po’o Jalan Kabupaten
107 Ruas Jalan Bungingkela-Jawi jawi Jalan Kabupaten
108 Ruas Jalan Bungingkela-Rumah sakit Pratama Jalan Kabupaten
109 Ruas Jalan Umbele-Pulau Dua Jalan Kabupaten
110 Ruas Jalan Umbele-Polewali Jalan Kabupaten
111 Ruas Jalan Dalam Desa Umbele Jalan Kabupaten
112 Ruas Jalan Bungingkela-Lakombulo Jalan Kabupaten
113 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Paku Jalan Kabupaten
114 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Buajangka Jalan Kabupaten
115 Ruas Jalan Dalam Desa Buajangka Jalan Kabupaten
116 Ruas Jalan Bakala-Paku Jalan Kabupaten
117 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Bakala Jalan Kabupaten
118 Ruas Jalan Paku-Koburu Jalan Kabupaten
119 Ruas Jalan Koburu-Buton Jalan Kabupaten
120 Ruas Jalan Buton-Jawi jawi Jalan Kabupaten
121 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Bungingkela Jalan Kabupaten
122 Ruas Jalan Waruwaru-Lemo Jalan Kabupaten
123 Ruas Jalan Sp.3Jln.Kabupaten-po’o Jalan Kabupaten
124 Ruas Jalan Polewali-Jalan Buntu Jalan Kabupaten
125 Ruas Jalan Dalam Desa Pulau Dua Jalan Kabupaten
126 Ruas Jalan Dalam Desa Polewali Jalan Kabupaten
127 Ruas Jalan Dalam Desa Panimbawang Jalan Kabupaten
128 Ruas Jalan Dalam Desa Boelimau Jalan Kabupaten
129 Ruas Jalan Dalam Desa Sainoa Jalan Kabupaten
130 Ruas Jalan Dalam Desa Bungintende Jalan Kabupaten
131 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Tabura bura Jalan Kabupaten
132 Ruas Jalan Tabura bura-Tanjung Harapan Jalan Kabupaten
133 Ruas Jalan Kaleroang-Pulau Paku Jalan Kabupaten
134 Ruas Jalan Kaleroang –Bunginkela Jalan Kabupaten
135 Ruas Jalan Buajangka - Bakala Jalan Kabupaten
136 Ruas Jalan Tanjung Harapan-Tanona Jalan Kabupaten
137 Ruas Jalan Paku – Bakala Jalan Kabupaten
138 Ruas Jalan Lakombulo - Buajangka Jalan Kabupaten
139 Ruas Jalan Dalam Desa Lakombulo Jalan Kabupaten
140 Ruas Jalan Dalam Desa Tanjung Harapan Jalan Kabupaten
141 Ruas Jalan Dalam Desa Pawaru Jalan Kabupaten
142 Ruas Jalan Dalam Desa Bakala Jalan Kabupaten
143 Ruas Jalan Dalam Desa Paku Jalan Kabupaten
144 Ruas Jalan Dalam Desa Buton Jalan Kabupaten
145 Ruas Jalan Dalam Desa Jawi-Jawi Jalan Kabupaten
146 Ruas Jalan Dalam Desa Bungingkela Jalan Kabupaten
147 Ruas Jalan Lingkar Pulau Paku Jalan Kabupaten
148 Ruas Jalan Paku – Pado-Pado Jalan Kabupaten
149 Ruas Jalan Dalam Desa Matano Jalan Kabupaten
150 Ruas Jalan Matarape-Molore Jalan Kabupaten
151 Ruas Jalan Dalam Desa Matarape Jalan Kabupaten
18
No. Nama Jalan Status Jalan
152 Ruas Jalan Dalam Desa Dongkalang Jalan Kabupaten
153 Ruas Jalan Dalam Desa Pulau Tiga Jalan Kabupaten
154 Ruas Jalan Dalam Desa Masadiang Jalan Kabupaten
155 Ruas Jalan Dalam Desa Samarengga Jalan Kabupaten
156 Ruas Jalan Dalam Desa Padei Darat Jalan Kabupaten
157 Ruas Jalan Dalam Desa Padei Laut Jalan Kabupaten
158 Ruas Jalan Dalam Desa Ngapaea Jalan Kabupaten
159 Ruas Jalan Dalam Desa Ulunipa Jalan Kabupaten
160 Ruas Jalan Dalam Desa Padalaa Jalan Kabupaten
161 Ruas Jalan Dalam Desa Kofalagadi Jalan Kabupaten
162 Ruas Jalan Dalam Desa Morompaitonga Jalan Kabupaten
163 Ruas Jalan Dalam Desa Wawongkolono Jalan Kabupaten
164 Ruas Jalan Dalam Desa Terebino Jalan Kabupaten
165 Ruas Jalan Ulunambo-Padala Jalan Kabupaten
166 Ruas Jalan Ulunambo-Buranga Jalan Kabupaten
167 Ruas Jalan Ulunambo-Terebino Jalan Kabupaten
168 Ruas Jalan Padalaa-Torukuno Jalan Kabupaten
169 Ruas Jalan Buranga-Kofalagadi Jalan Kabupaten
170 Ruas Jalan Padalaa-Kofalagadi-Torukuno Jalan Kabupaten
171 Ruas Jalan Terebino-Torukuno Jalan Kabupaten
172 Ruas Jalan Ulunambo-ulunipa Jalan Kabupaten
173 Ruas Jalan Ulunipa - Ngapaea Jalan Kabupaten
174 Ruas Jalan Ngapaea – Terebino Jalan Kabupaten
175 Ruas Jalan Non Status Jalan Kabupaten
C. Jaringan jalan Lokal Sekunder yang ada di Kabupaten
Morowali
1 Ruas Jalan Dalam Kota Lantula Jaya Jalan Kabupaten
2 Ruas jalan Dalam Kota Bahonsuai Jalan Kabupaten
3 Ruas jalan Dalam Kota Wosu Jalan Kabupaten
4 Ruas jalan Lingkar BLK-SPBU Bahomohoni Jalan Kabupaten
5 Ruas jalan Kawasan Lingkar Atas Kantor Bupati Jalan Kabupaten
6 Ruas jalan Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Jalan Kabupaten
7 Ruas jalan Kawasan Perkantoran Funuasingko Jalan Kabupaten
8 Ruas jalan Ring Road Bawah Funuasingko-Bungku Jalan Kabupaten
9 Ruas jalan Ring Road Bawah Funuasingko-Bahomoleo Jalan Kabupaten
10 Ruas jalan Dalam Desa Sakita Jalan Kabupaten
11 Ruas Jalan Sp.3 Jln Kabupaten - Lamontoli Jalan Kabupaten
12 Ruas Jalan Buleleng – Trans Buleleng Jalan Kabupaten
13 Ruas Jalan Buleleng – Trans Buleleng 2 A Jalan Kabupaten
14 Ruas Jalan Dalam Trans Buleleng Unit 1 Jalan Kabupaten
15 Ruas Jalan Dalam Trans Buleleng Unit 2 Jalan Kabupaten
16 Ruas jalan IPI-BTN-PAM Jalan Kabupaten
17 Ruas Jalan Dalam Desa Makarti Jaya Jalan Kabupaten
18 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomakmur Jalan Kabupaten
19 Ruas Jalan Dalam Desa Unepute Jaya Jalan Kabupaten
20 Ruas Jalan Kampus Untad 2 Jalan Kabupaten
21 Ruas Jalan Bahomante – Lala Kampus Jalan Kabupaten
19
No. Nama Jalan Status Jalan
22 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomante Jalan Kabupaten
23 Ruas Jalan Umpanga – Trans Umpanga Jalan Kabupaten
24 Ruas Jalan Dalam Desa Marga Mulya Jalan Kabupaten
25 Ruas jalan Dalam Desa Beringin Jaya Jalan Kabupaten
26 Ruas Jalan Dalam Desa Limbomakmur Jalan Kabupaten
27 Ruas jalan Dalam Desa Harapan Jaya Jalan Kabupaten
28 Ruas Jalan Dalam Desa Pontari Makmur Jalan Kabupaten
29 Ruas jalan BTN-IPI Jalan Kabupaten
30 Ruas Jalan Dalam Desa Emea Jalan Kabupaten
31 Ruas Jalan Dalam Desa Ungkaya Jalan Kabupaten
32 Ruas jalan Pasar Bungku-Lamberea Jalan Kabupaten
33 Ruas jalan Sakita Mempueno Jalan Kabupaten
34 Ruas jalan Lingkar Kolektor-Pasar Bungku Jalan Kabupaten
35 Ruas jalan Dalam Kota Kolono Jalan Kabupaten
36 Ringroad Atas Wosu – Sakita Jalan Kabupaten
37 Ruas jalan Mendui-Sakita Jalan Kabupaten
38 Ruas jalan Kolono - Ululere Jalan Kabupaten
39 Ruas jalan Bandara Jalan Kabupaten
40 Ruas jalan Bahomoleo Jalan Kabupaten
41 Ruas jalan Parilangke- Harapan Jaya Jalan Kabupaten
42 Ruas jalan Bahonsuai – Beringin Jaya Jalan Kabupaten
43 Ruas Jalan Boulevard KTM Jalan Kabupaten
44 Ruas jalan Pebatae – Lambelu Jalan Kabupaten
45 Ruas jalan Kampong Baru – Pontari Makmur Jalan Kabupaten
46 Ruas jalan Sampeantaba A – Lantula Jaya Jalan Kabupaten
47 Ruas jalan Sampeantaba B – Lantula Jaya Jalan Kabupaten
48 Ruas jalan Emea – Bumi Harapan Jalan Kabupaten
49 Ruas jalan dalam kota Lafeu Jalan Kabupaten
50 Ruas jalan dalam kota Bungku Jalan Kabupaten
51 Ruas jalan dalam kota Bahodopi Jalan Kabupaten
52 Ruas jalan dalam kota Kaleroang Jalan Kabupaten
53 Ruas jalan dalam kota Ulunambo Jalan Kabupaten
54 Ruas Jalan Pebatae – Umbele Jalan Kabupaten
55 Ruas Jalan Pebatae – Pebotoa Jalan Kabupaten
56 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Negara Ambunu – Marga Mulya Jalan Kabupaten
57 Ruas jalan Lingkar Atas Uedago - Emea Jalan Kabupaten
58 Ruas Jalan Bahomoahi Lama – Bahomoahi Baru Jalan Kabupaten
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
20
dan kelas pelayanannya, rencana pengembangan terminal angkutan penumpang untuk
Morowali adalah Terminal Tipe B di Kecamatan Bungku Tengah yang bersifat
penyempurnaan. Mengingat kegiatan ekonomi masyarakat yang bersifat primer dan
membutuhkan angkutan barang, maka fungsi terminal penumpang sebaiknya digabung
menjadi satu kesatuan.
B. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut dan Penyeberangan
Rencana pengembangan pelabuhan laut dilakukan dengan pertimbangan untuk
meningkatkan aksesibilitas, mendukung kegiatan ekonomi dan pengembangan kawasan
dan dengan memperhatikan kebijakan struktur ruang nasional, provinsi, kebijakan
pembangunan daerah, rencana zonasi kawasan pesisir, fungsi, skala pelayanan dan
keberadaan pelabuhan yang ada. Adapun hirarki pelabuhan laut adalah sebagai berikut :
Pelabuhan Utama; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional
dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.
Pelabuhan Pengumpul; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.
Pelabuhan Pengumpan ; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. Pelabuhan pengumpan terdiri dari
pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.
Pelabuhan pengumpan regional yang digunakan untuk melayani angkutan
penyeberangan antar kabupaten/ kota dalam 1 (satu) provinsi.
Pelabuhan pengumpan lokal yang digunakan untuk melayani angkutan
penyeberangan dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
Sedangkan peran pelabuhan adalah:
Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya;
Pintu gerbang kegiatan perekonomian;
Tempat kegiatan alih moda transportasi;
Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan;
Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan
Mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara.
Dengan pertimbangan di atas, maka rencana pengembangan pelabuhan laut di
Kabupaten Morowali adalah sebagai berikut :
21
1. Pembangunan Pelabuhan Pengumpan Regional dan Pelabuhan Perikanan Nusantara di
Teluk Tolo
2. Peningkatan pelabuhan Pengumpul di Bungku, Bahonsuai dan Wosu
3. Peningkatan pelabuhan di Ulunambo dan Kaleroang sebagai Pelabuhan Pengumpan
Lokal
4. Peningkatan pelabuhan dan/atau terminal khusus di Witaponda, Bungku Barat,
Bungku Timur, Bahodopi, dan Bungku Pesisir.
C. Rencana Sistem Transportasi Udara
Sistem Jaringan Transportasi Udara, mencakup bandar udara umum dan bandar
udara khusus yang terdapat pada wilayah kabupaten. Sedangkan ruang udara untuk
penerbangan, yang terdiri atas ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan
langsung untuk kegiatan bandar udara, ruang udara di sekitar bandar udara yang
dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan ruang udara yang ditetapkan, misalnya
untuk lapangan terbang angkatan udara. Rencana pengembangan sistem transportasi
udara di Kabupaten morowali adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Bandar Udara Maleo di Desa Umbele Kecamatan Bumi Raya sebagai
bandar udara pengumpan dengan pelayanan domestik;
2. Rencana pembangunan bandar udara khusus di Kecamatan Bahodopi.
22
terjagal. Untuk meningkatkan pola pengairan yang baik dan memadai yang harus
perhatikan dalam pengembangannya adalah:
1. Daerah irigasi yang sudah dibangun perlu diperbaiki dan pengembangannya
diarahkan pada daerah irigasi yang mempunyai luasan potensial lebih besar
dibanding luasan fungsional agar jaringan irigasi dapat menjangkau areal potensial.
2. Optimalisasi dan pemeliharaan serta perbaikan saluran irigasi yang sudah ada.
3. Di Kabupaten Morowali pola pengairannya sudah memadai dan dapat mengairi areal
persawahan yang ada sehingga kebutuhan akan air pada musim kemarau dapat
terpenuhi.
4. Peningkatan keterpaduan pengelolaan prasarana antara pemerintah dan masyarakat
serta swasta.
Menurut kondisi saat ini, banyaknya bangunan saluran yang tersebar di kawasan
ini bisa dikatakan relative baik. Irigasi tersebut dapat mencukupi kebutuhan pertanian,
perkebunan dan kebutuhan industry kecil. Pengelolaan dan pengaturan pola aliran
irigasi yang baik akan melahirkan keseimbangan yang baik pula. Dalam artian bahwa
pengelolaan irigasi yang berwawasan lingkungan.
23
1. Pengembangan sistem jaringan terestrial menggunakan kabel, atau fiber optic
sepanjang Kendari – Wanggudu – Bungku.
2. Sistem jaringan telepon nirkabel tersebar di setiap kecamatan
3. Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke kawasan perdesaan
yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.
4. Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial
danekonomi wilayah seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan,
minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan wisata.
24
a. Pemilahan dari sumber/asal sampah telah dilakukan pemisahan antara sampah
organik dengan sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat pembuangan
sampah sementara (TPS);
b. Pengolahan : dilakukan pengomposan untuk sampah organik dan dilakukan
prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) untuk penanganan sampah anorganik.
c. Pengumpulan sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat
pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk,
motor gerobak;
d. Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST)
e. Pembuangan akhir sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPST, di mana
nantinya sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas
metan (bahan bakar) serta bahan bangunan. Secara teknis pengolahan sampah
dilakukan dengan pendekatan sanitary landfill.
f. Lokasi Rencana Pembuatan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah Desa Bahoruru.
Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung
timbulan sampah dan kebutuhan TPS serta TPA (TPST) :
a. Timbulan sampah domestik: 2 liter/orang/hari Domestik;
b. Setiap kab./kota membutuhkan minimal 1 TPA (TPST)
c. Setiap kecamatan membutuhkan minimal 1 TPS (25 m3)
Rencana pembangunan prasarana persampahan diarahkan untuk
meningkatkan dan perluasan jangkauan pelayanan sehingga permasalahan dapat
ditekan secara dini dengan pengelolaan sampah secara terpadu. Di lain pihak harus di
kompensasikan melalui peningkatan budayah bersih masyrakat dengan kemampuan
untuk mengelolah sampah rumah tangga sendiri. Pengelolaan sampah melalui
peningkatan daya angkut armada persampahan di wilayah kota Bungku utamanya
pada sumber sampah yang produksi sampahnya relatif besar, ini ditunjang dengan
pengadaan armada sampah. Sedangkan pada wilayah lain ini yang belum mampiu
ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman maka sampahnya dapat dikelolah
secara tradisional atau pemanfaatan sampah sebagai pupuk organik. Lokasi Rencana
Pembuatan TPAS terdapat di Kecamatan Bungku Timur.
25
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, serta dampak yang
ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri.
Salah satu indikator tingkat kesiapsiagaan pemerintah dalam menghadapi
bahaya bencana tsunami baik itu di tingkat provinsi, kota maupun kabupaten, adalah
tersedianya peta jalur evakuasi dari bahaya tsunami. Peta jalur evakuasi ini
merupakan petunjuk bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri dari bencana
tsunami dengan cara mengikuti petunjuk rambu-rambu yang telah dipasang sampai
ke tempat evakuasi yang telah ditentukan.
Peta jalur evakuasi harus bersifat sederhana, mudah dibaca dan dimengerti
oleh semua kalangan atau kelompok masyarakat, baik penduduk setempat maupun
pendatang atau wisatawan untuk daerah wisata bahari. Peta jalur evakuasi bersifat
dinamis disesuaikan dengan informasi yang tersedia yang kemudian dapat
disempurnakan lagi sesuai dengan informasi kerentanan terhadap bencana,
perkembangan tata ruang kota dan tingkat kepadatan populasi. Di lapangan, peta
jalur evakuasi harus dilengkapi dengan rambu-rambu petunjuk menuju tempat aman
atau tempat evakuasi yang mudah dikenal dan jelas terlihat.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun atau merancang peta jalur
evakuasi adalah sebagai berikut. Jalur evakuasi dirancang menjauhi garis pantai dan
menjauhi aliran sungai. Prioritaskan bagi penduduk dari kawasan rawan bencana.
Jalur evakuasi disarankan tidak melintasi sungai atau jembatan Supaya tidak
terjadi penumpukan massa, dibuat beberapa jalur evakuasi paralel. Prioritaskan
daerah pantai yang terbuka tanpa pepohonan penutup (nyiur, cemara pantai,
mangrove) atau tanpa batu karang maupun gumuk pasir. Di daerah berpenduduk
padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistim blok yang dibatasi oleh aliran sungai,
dimana pergerakan massa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk
menghindari kemacetan Di daerah terlalu landai dimana tempat tinggi cukup jauh,
dibuat sistim kawasan aman sementara berupa bangunan-bangunan yang
direkomendasikan aman sebagai tempat evakuasi sementara (evakuasi vertikal)
Dalam setiap jalur evakuasi diperlukan rambu-rambu evakuasi untuk memandu
pengungsi menuju tempat aman.
Rencana pengembangan sistem jalur evakuasi adalah sebagai berikut :
a. seluruh ruas jalan dalam kawasan perkotaan menuju titik kumpul KTM Tawaru:
b. seluruh ruas jalan di Bahodopi menuju titik kumpul Kantor Kecamatan Bahodopi:
26
kabupaten Morowali secara geografis terletak di daerah pesisir yang kesulitan untuk
mendapatkan air bersih, di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di Kab. Morowali
termasuk Kecamatan Bungku Tengah yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Morowali.
Rencana pengembangan sistem jaringan air minum di Kabupaten morowali
adalah sebagai berikut :
a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Tengah;
b. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Witaponda;
c. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Menui Kepulauan;
d. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Pesisir;
e. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bahodopi;
f. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Timur;
g. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bumi Raya; dan
h. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Barat
27
Tabel 2. 3 Kawasan Resapan Air di Kabupaten Morowali Tahun 2017
N
Kecamatan Luas
o
1 Kec. Bahodopi 3,543.08
2 Kec. Bumi Raya -
3 Kec. Bungku Barat 1,630.30
4 Kec. Bungku Pesisir 1,584.17
5 Kec. Bungku Selatan -
6 Kec. Bungku Tengah 1,200.00
7 Kec. Bungku Timur -
8 Kec. Menui Kepulauan -
9 Kec. Witaponda -
Total 7,957.55
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
28
daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk dengan kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan
3 (tiga) meter ditetapkan paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) sampai dengan 14
(empat belas) meter dari tepi kiri dan kanan sungai sepanjang alur sungai
daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk dengan kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter
ditetapkan paling sedikit berjarak 15 (lima belas) sampai dengan 20 (dua puluh)
meter dari tepi kiri dan kanan sungai sepanjang alur sungai
daratan sepanjang tepian sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
berpenduduk ditetapkan paling sedikit berjarak 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh)
meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
daratan sepanjang tepian sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan yang tidak
berpenduduk ditetapkan paling sedikit berjarak 5 (lima) sampai dengan 9
(sembilan) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
berpenduduk untuk sungai kecil ditetapkan dengan jarak paling sedikit 50 (lima
puluh) sampai dengan 55 (lima puluh lima) meter dari tepi kiri dan kanan sungai
sepanjang alur sungai
daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
berpenduduk untuk sungai besar ditetapkan dengan jarak paling sedikit 100
(seratus) sampai dengan 110 (seratus sepuluh) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
tidak berpenduduk untuk sungai kecil ditetapkan dengan jarak paling sedikit 50
(lima puluh) sampai dengan 60 (enam puluh) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
tidak berpenduduk untuk sungai besar ditetapkan dengan jarak paling sedikit 100
(seratus) sampai dengan 120 (seratus dua puluh) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
3. Kawasan Reklamasi
Rencana kawasan reklamasi kawasan pesisir pantai Morowali seluas 22.46 ha
yang diperuntukan untuk ruang terbuka hijau (RTH). Lebih jelasnya lihat Tabel
dibawah.
Luas (ha)
N Kawasan
Kecamatan
o Sempadan Pantai Sempadan Sungai Reklamasi
untuk RTH
1 Kec. Bahodopi 494.56 2,014.83 -
29
Luas (ha)
N Kawasan
Kecamatan
o Sempadan Pantai Sempadan Sungai Reklamasi
untuk RTH
2 Kec. Bumi Raya 180.12 1,129.27 -
3 Kec. Bungku Barat 266.86 1,499.60 -
4 Kec. Bungku Pesisir 440.41 150.44 -
5 Kec. Bungku Selatan 1,158.39 13.06
6 Kec. Bungku Tengah 270.45 813.58 22.46
7 Kec. Bungku Timur 213.81 407.30 -
8 Kec. Menui Kepulauan 3,975.39 - -
9 Kec. Witaponda 139.07 1,328.46 -
Total 7,139.06 7,356.55 -
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
30
dengan Total 54.654,76 Ha dan kawasan budidaya hutan yang paling terkecil yaitu di
Bumi Raya dengan luas 1.777,50 Ha untuk luas dan sebaran kawasan budidaya hutan di
Kabupaten Morowali dapat di lihat Pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. 6 Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya Hutan
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Per Kawasan (Ha)
Hutan Hutan Hutan
No. Kecamatan Total (Ha)
Produksi Produksi Produksi
Tetap Terbatas Konversi
1 Bahodopi 8.352,08 35.824,96 10.477,71 54.654,76
2 Bumi Raya 1.485,00 - 292,50 1.777,50
3 Bungku Barat 1.996,50 - 3.150,00 5.146,50
4 Bungku Pesisir - 17.724,56 876,00 18.600,56
5 Bungku Selatan - 5.206,06 - 5.206,06
6 Bungku Tengah 538,83 7.795,85 31.225,00 39.559,68
7 Bungku Timur - 23.406,53 2.983,43 26.389,96
8 Menui Kepulauan - 10.602,18 176,57 10.778,75
9 Witaponda 6.356,20 - 30.408,80 36.765,00
JUMLAH 18.728,61 100.560,15 41.486,43 160.775,18
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
31
C. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering
Lahan Pertanian Lahan Kering yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Morowali
denga total luas 13.381,91Ha dengan Kecamatan Bumi Raya Kepulauan yang memiliki luas
terbesar dengan 3.148,52 ha dan Kecamatan Bungku Timur yang memiliki luas lahan
pertanian terkecil dengan luas 209,06 ha, sebaran dan luasan pertanian lahan kering di
Kabupaten Morowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2. 8 Luas dan Sebaran Pertanian Lahan Kering
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Pertanian Lahan Kering
1 Bahodopi 1.150,16
2 Bumi Raya 3.148,52
3 Bungku Barat 2.213,00
4 Bungku Pesisir 1.155,41
5 Bungku Selatan 638,24
6 Bungku Tengah 1.529,00
7 Bungku Timur 1.049,36
8 Menui Kepulauan 209,06
9 Wita Ponda 2.289,15
JUMLAH 13.381,91
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
32
berada di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan mempertimbangkan kelestarian
lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap lahan pertanian
teknis. Secara umum kawasan permukiman dapat dibedakan dalam 3 (tiga) kelompok,
yakni permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Wilayah perkotaan merupakan
kawasan yang digunakan sebagai pusat pergerakan berbagai kegiatan dengan aglomerasi
penduduk dan intensitas penggunaan lahan untuk permukiman yang tinggi, serta
ditunjang oleh tersedianya berbagai sarana prasarana penunjang transportasi dan
infrastruktur yang memadai.
Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Morowali
mengacu kepada kriteria dan karakteristik yang tercantum pada sistem regulasi yang ada.
Kawasan permukiman di Kabupaten Morowali mempunyai 2 (dua) karakter utama yaitu
permukiman perkotaan (urban) dan permukiman perdesaan (rural). Permukiman
perkotaan dapat dengan segera diidentifikasikan dari penampilan/perwujudan fisiknya
yang signifikan terkonsentrasi sebagai kawasan perkotaan (kawasan yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian). Permukiman perdesaan terletak tersebar menurut
kelompok yang relatif lebih kecil yang termasuk dalam kawasan perdesaan (kawasan
yang mempunyai kegiatan utama pertanian).
Rencana kawasan peruntukan permukiman dapat dibagi untuk kawasan perkotaan
dan pedesaan, berupa:
1. Kawasan Perkotaan, dengan arahan :
a. Upaya intensifikasi permukiman perkotaan, seperti kesesuaian lahan dan
peremajaan permukiman.
b. Dalam hal pengelolaan limbah, harus tersedia sarana IPAL komunal
sesuai dengan standar yang berlaku. IPAL komunal dapat disediakan oleh
pemerintah daerah, atau bekerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat.
c. Industri rumah tangga serta industri kecil dapat dilakukan di kawasan
permukiman perkotaan selama memiliki izin lingkungan dan memperhatikan
gangguan yang ditimbulkannya.
d. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman perkotaan di wilayah
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya,
dan Kecamatan Bahodopi.
e. Harus menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) sesuai dengan ketentuan
2. Kawasan Perdesaan, dengan arahan :
a. Kawasan permukiman perdesaan dikembangkan untuk menahan laju
urbanisasi ke kawasan perkotaan disamping sebagai upaya pemerataan jumlah
penduduk.
b. Perlu perbaikan kondisi fisik bangunan serta lingkungan rumah agar
tercipta kualitas permukiman yang layak huni.
33
c. Industri rumah tangga serta industri kecil dapat dilakukan di kawasan
permukiman perdesaan selama memiliki izin lingkungan dan memperhatikan
gangguan yang ditimbulkannya.
d. Perlu disediakan akses yang baik antara permukiman perdesaan dengan
kawasan pertanian di sekitarnya.
e. Setiap lingkungan permukiman perdesaan diarahkan mempunyai sistem
pengelolaan persampahan, limbah dan air bersih secara mandiri dan komunal.
f. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman perdesaan di wilayah
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku
Selatan, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, dan Kecamatan
Menui Kepulauan.
3. Kawasan peruntukan pemukiman transmigrasi di Kabupaten morowali di arahkan
sebagai berikut :
a. Kawasan Transmigrasi Bungku terdapat di Kecamatan Bungku Tengah,
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Witaponda dan
Kawasan KTM Tawaru Bungku.
b. Kawasan Transmigrasi Watu Pali terdapat di Kecamatan Bungku Timur,
Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan,
dan Kecamatan Menui Kepulauan.
34
F. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Morowali terdiri dari kawasan
peruntukan budidaya perikanan laut, kawasan peruntukan budidaya perikanan tambak/air
tawar, kawasan peruntukan pengolahan ikan. Berikut ini adalah sebaran dari kawasan
peruntukan perikanan di Kabupaten Morowali :
1. Kawasan peruntukan budidaya perikanan laut, terdapat di:
a. Kecamatan Bahodopi
b. Kecamatan Bungku Selatan
c. Kecamatan Menui Kepulauan
d. Kecamatan Witaponda
2. Kawasan peruntukan budidaya perikanan tambak/air tawar terdapat di:
a. Kecamatan Bumi Raya
b. Kecamatan Witaponda
c. Kecamatan Bungku Barat
d. Kecamatan Bungku Tengah
3. Kawasan peruntukan pengolahan ikan terdapat di:
a. Kecamatan Witaponda
b. Kecamatan Bungku Selatan
c. Kecamatan Menui Kepulauan
35
Lahan peruntukan tambak yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Morowali
dengan total luas 886,37 Ha dengan Kecamatan Wita Ponda yang memiliki luas terbesar
dengan 450,13 ha. Sebaran dan luasan kawasan peruntukan tambak di Kabupaten
Morowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2. 12 Luas dan Sebaran Kawasan Peruntukan tambak
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Tambak
1 Bahodopi 1,82
2 Bumi Raya 374,55
3 Bungku Barat 1,33
4 Bungku Pesisir -
5 Bungku Selatan -
6 Bungku Tengah 36,68
7 Bungku Timur 21,86
8 Menui Kepulauan -
9 Wita Ponda 450,13
JUMLAH 886,37
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
36
Tabel 2. 13 Luas dan Sebaran Kawasan Pertambangan Kabupaten Morowali 2017
37
Tabel 2. 14 Luas dan Sebaran Kawasan Industri Besar Kabupaten Morowali 2017
Luas (Ha)
No. Kecamatan
Industri Besar
1 Bahodopi 1.919,61
2 Bumi Raya -
3 Bungku Barat -
4 Bungku Pesisir -
5 Bungku Selatan -
6 Bungku Tengah -
7 Bungku Timur -
8 Menui Kepulauan -
9 Wita Ponda -
JUMLAH 1.919,61
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
38
Tabel 2. 15 Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya Kabupaten Morowali
No
Peruntukan Luas (ha)
.
1 Permukiman 2.163,27
2 Peternakan 1.474.72
3 Tambak 886,37
4 Perkebunan 152.164,62
5 Perairan 933.83
6 Pertanian Lahan Kering 13.381,91
7 Pertanian Lahan Basah 4.927,50
JUMLAH 175.932,22
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037
39
Kecamatan Bungku Tengah
Kecamatan Witaponda
Kecamatan Bumi Raya
Kecamatan Bahodopi
Kecamatan Menui Kepulauan
Kecamatan Bungku Selatan
Kriteria umum pengembangan kawasan perdagangan dan jasa tersebut adalah :
a. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan rawan bencana alam
b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai
c. Luasan-nya dan jam operasinya memperhatikan aturan yang berlaku
d. Pendiriannya wajib memiliki Izin melakukan usaha yang diterbitkan oleh Bupati,
yang terdiri atas:
1) Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk Pasar Tradisional
2) Izin Usaha Pusat Pertokoan (IUPP) untuk Pusat Pertokoan.
3) Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk Minimarket.
e. Permintaan IUP2T, IUPP dan IUTM dilengkapi dengan studi kelayakan
termasuk analisis mengenai dampak lingkungan, terutama aspek sosial budaya
dan dampaknya bagi pelaku perdagangan eceran setempat dan Rencana
Kemitraan dengan Usaha Kecil.
f. Pendiriannya juga wajib memenuhi ketentuan:
1) Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, termasuk
keberadaan tempat usaha seperti Pasar Tradisional, Pusat Pertokoan dan Toko
Modern serta Usaha Kecil, termasuk koperasi, yang ada di wilayah tersebut.
2) Menyediakan areal parkir yang memadai dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
3) Menyediakan fasilitas untuk menjamin tempat usaha tersebut yang bersih,
sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.
2. Kawasan Perkantoran
Dalam penentuan pengklasifikasian kriteria perencanaan mengenai peruntukan kawasan
perkantoran terdiri dari :
1) Penentuan lokasi perkantoran memperhatikan kepetingan urban yang menuntut
efisiensi pergerakan baik dari lokasi perumahan ataupun perdagangan/jasa.
2) lokasi dengan akses cukup tinggi bagi masyarakat berupa ketersediaan transportasi
umum/massal serta infastruktur koa yang memadai
3) penyediaan lahan parkir disesuaikan dengan standar perparkiran.
Rencana mengenai pengembangan kawasan peruntukan perkantoran yang ada di
Kabupaten Morowali di tetapkan pada wilayah Kecamatan Bungku Tengah.
3. Kawasan Reklamasi
40
Kegiatan pengurukan kawasan pantai untuk peningkatan kawasan pelabuhan khusus yang
terintegrasi dengan kawasan industri. Adapun rencana lokasi reklamasi dibagian pesisir
pantai Morowali khususnya di Kecamatan Bungku Timur, Bahodopi dan Bungku Pesisir.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MOROWALI
Berdasarkan tabel 3.1, dapat diketahui bahwa Kecamatan dengan wilayah terluas di
Kabupaten Morowali adalah Kecamatan Bahodopi dengan luas wilayah 1.080,98 km 2,
sedangkan Kecamatn dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Menuai Kepulauan dengan luas
wilayah 223,63km2.
42
43
Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kab. Morowali
44
3.2 Kependudukan
Istilah kependudukan (population) dihubungkan dengan hal-hal yang menyangkut
perubahan-perubahan dalam struktur kependudukan, yang meliputi pertumbuhan
penduduk, jumlah penduduk, komposisi, dan persebaran penduduk. Perubahan-perubahan
tersebut dapat terjadi karena kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan,
perpinda-han penduduk (migration) dan mobilitas sosial. Permasalahan kepe-ndudukan
adalah merupakan topik yang tetap menarik untuk dibahas, karena berbagai aspek
kependudukan yang saling terkait dengan berbagai aspek pembangunan lainnya. Jumlah
penduduk suatu daerah dapat berarti positif dan dapat pula berarti negatif bila dilihat dari
dimensi waktu dan daerah yang berbeda. Pada waktu jumlah penduduk masih sedikit dan
disertai dengan kualitas sumber daya manusia rendah merupakan suatu masalah
kependudukan tersendiri yang mengakibat-kan lambatnya perkembangan peradaban
manusia. Pada waktu yang berbeda ketika perkembangan jumlah penduduk yang tinggi
justru dapat menjadi ancaman bagi kesejahteraan penduduk itu sendiri karena berhubungan
dengan masalah- masalah sosial dan ekonomi.
Suatu daerah yang jumlah penduduknya sudah sangat banyak merupakan masalah
yang sangat sulit untuk ditanggulangi, karena berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan,
misalnya sulitnya menyiapkan lapangan kerja sehingga menimbulkan pengangguran yang
berakibat munculnya pemukiman-pemukiman kumuh, timbulnya masa-lah gangguan
keamanan dan masalah sosial lainnya. Sementara itu, pada daerah-daerah yang mempunyai
wilayah luas dengan sumber daya alamnya yang cukup potensial justru masih kekurangan
penduduk (tenaga kerja) untuk mengelolanya agar dapat bermanfaat bagi kehidupan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian
dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup berbagai aspek
antara lain jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk
serta komposisi penduduk.
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk akan terus bertambah yang disebabkan oleh tingkat kelahiran
lebih tinggi dari tingkat kematian dan migrasi masuk (in migration) lebih besar dari pada
migrasi keluar (out migration). Sensus Penduduk Kabupaten Morowali Tahun 2010
diketahui jumlah penduduk Kabupaten Morowali sebanyak 102.228 jiwa meningkat
sebesar 10,66 persen pada Tahun 2015 menjadi 113.132 jiwa, yang kemudian meningkat
menjadi sebanyak 117.330 jiwa pada Tahun 2017 dan pada Tahun 2019 jumlah penduduk
Kabupaten Morowali sebesar 121.296 jiwa. Ini berarti bahwa terjadi peningkatan sebesar
18,65 persen selama periode Tahun 2010-2019 dengan rata-rata laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,92 persen perTahun. Data tren pertumbuhan penduduk Kabupaten
Morowali antara Tahun 2010 dengan 2018 dan antara jumlah penduduk Tahun 2015
dengan Tahun 2019 menurut kecamatan tersaji pada Tabel 3.2.
Pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di
45
Kecamatan Bungku Tengah, yang pada Tahun 2019 tercatat berjumlah 26.193 jiwa, diikuti
oleh Kecamatan Wita Ponda sebanyak 19.892 jiwa, Kecamatan Bungku Selatan sebesar
14.667 jiwa, dan selanjutnya Kecamatan Menui Kepulauan sebanyak 13.462 jiwa,
Kecamatan paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Bungku Pesisir sebesar 4.688
jiwa. Laju pertumbuhan penduduk yang merupakan profil dari tingkat perkembangan
jumlah penduduk di Kabupaten Morowali bervariasi antar kecamatan.
Tabel 3.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Morowali, Tahun 2010, 2018, 2019
Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk
No Kecamatan per Tahun (%)
2010 2018 2019 2010–2019 2018–2019
1 2 3 4 5 6 7
1 Menui Kepulauan 12.064 13.462 13.609 1,35 1,09
2 Bungku Selatan 17.273 14.667 14.831 -1,68 1,12
3 Bahodopi 6.594 7.634 7.754 1,82 1,57
4 Bungku Pesisir - 4.688 4.745 - 1,22
5 Bungku Tengah 27.774 25.477 26.193 -0,65 2,81
6 Bungku Timur - 8.875 8.989 - 1,28
7 Bungku Barat 10.093 12.091 12.331 2,25 1,98
8 Bumi Raya 11.488 12.813 12.952 1,34 1,08
9 Witaponda 16.942 19.585 19.892 1,8 1,57
Morowali 102.228 119.292 121.296 1,92 1,68
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020
Rata-rata pertumbuhan penduduk periode Tahun 2019 sekitar 2,25 persen (Tahun
2018-2019), tertinggi di Bungku Barat antara Tahun 2010-2019 dan Bungku Tengah antara
Tahun 2018-2019 sebesar 2,81 persen.
b. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Indikator yang digunakan untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis
kelamin adalah rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu perbandingan antara jumlah penduduk
laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Semakin besar penduduk perempuan,
potensi fertilitasnya semakin tinggi. Meskipun tinggi rendahnya fertilitas dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial, ekonomi, dan karakteristik demografi. Secara lengkap informasi
mengenai rasio jenis kelamin penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Morowali dapat
dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
46
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Morowali Tahun 2019
Jenis Kelamin Jumlah
Kecamatan Persentase (%)
Laki-laki Perempuan (Jiwa)
Menui Kepulauan 6.637 6.972 13.609 11,22
Bungku Selatan 7.344 7.487 14.831 12,23
Bahodopi 4.102 3.652 7.754 6,39
Bungku Pesisir 2.432 2.313 4.745 3,91
Bungku Tengah 13.406 12.787 26.193 21,59
Bungku Timur 4.537 4.452 8.989 7,41
Bungku Barat 6.464 5.867 12.331 10,17
Bumi Raya 6.681 6.271 12.952 10,68
Wita Ponda 10.295 9.597 19.892 16,40
Total 61.898 59.398 121.296 100
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020
47
Tahun
Kabupaten/Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Banggai Laut 69,51 70,89 72,30 73,69 75,00
Morowali Utara 117,67 120,32 122,99 125,62 128,32
Palu 368,09 374,02 379,78 385,61 391,38
Sulawesi Tengah 2.876 2.921 2.966 3.010 3.054
Sumber: BPS, Statistik Daerah Sulawesi Tengah, Tahun 2016-2020
Tabel 3.5
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Morowali Menurut Kecamatan Tahun 2019
48
Luas Wilayah Penduduk Kepadatan
Kecamatan
Km2 % Jumlah % (Org/Km²)
Menui Kepulauan 223,63 4,07 13.609 11,22 60,85
Bungku Selatan 403,9 7,38 14.831 12,23 36,72
Bahodopi 1.080,98 19,76 7.754 6,39 7,17
Bungku Pesisir 867,29 15,85 4.745 3,91 5,47
Bungku Tengah 725,57 13,26 26.193 21,59 36,10
Bungku Timur 387,23 7,08 8.989 7,41 23,21
Bungku Barat 758,93 13,87 12.331 10,17 16,25
Bumi Raya 504,77 9,23 12.952 10,68 25,66
Wita Ponda 519,7 9,5 19.892 16,4 38,28
Morowali 5.472,00 100 121.296 100 22,17
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020
49
Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan kelamin
50
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
75+ 646 856 1.502
Morowali 61.898 59.398 121.296
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020
Merujuk data pada Tabel 2.20, komposisi atau struktur umur penduduk
Kabupaten Morowali Tahun 2019 sebesar 61,84 persen berada pada kelompok umur
0-34 Tahun. Hal ini menunjukkan penduduk dominan berada pada kelompok
penduduk usia muda. Sementara untuk Rasio Ketergantungan Anak (Child
Dependency Ratio) Tahun 2019 terca-tat sebesar 29,68 yang berarti bahwa terdapat
sekitar 30 orang anak menjadi beban tanggungan untuk setiap 100 orang penduduk
yang berada dalam usia produktif. Di sisi lain, penduduk usia lanjut juga tidak dapat
melakukan kegiatan secara produktif, sehingga akan menjadi beban tanggungan bagi
penduduk lainnya yang masih produktif. Rasio Ketergantungan Lanjut Usia (Old
Dependency Ratio) Tahun 2019 di Kabupaten Morowali sebesar 4,19. Bila kedua
kelompok usia keterga-ntungan tersebut digabungkan, maka akan diperoleh angka
Rasio Ketergantungan Umum (Dependency Ratio) sebesar 50,77. Ini berarti setiap 100
orang penduduk usia produktif harus menanggung kurang lebih 50 orang penduduk
yang belum/tidak produktif.
51
Gambar 3.2 Peta Penggunaan Lahan Kab. Morowali
52
3.4 Dinamika Pembangunan
Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan
yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang
tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Salah satu masalah pokok di
Kabupaten Morowali adalah masih tingginya ketimpangan infrastruktur dasar antar
wilayah, yaitu sebagai berikut:
a. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik masih rendah, akar masalahnya adalah:
Proporsi kondisi jalan baik di Kabupaten Morowali masih rendah, hingga Tahun 2019
sebesar 13,30 persen
Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik (>40 Km/Jam) Dari 30,64 persen Tahun 2015
menurun menjadi 17,60 persen pada tahun 2019
Kualitas jalan antar desa yang kurang baik, termasuk beberapa desa yang memerlukan
akses jalan baru khususnya pada wilayah menui kepulauan dan Bungku Selatan.
Jalan menuju kantong produksi yang belum optimal, bahkan sebagai kantong produksi
memiliki akses yang buruk
b. Sanitasi Rendah, akar masalahnya adalah:
Persentase Rumah Tangga Bersanitasi di Kabupaten Morowali sebesar 79,61 persen
pada tahun 2019, namun masih kategori sedang.
c. Cakupan Layanan Telekomunikasi Belum memadai, akar masalahnya adalah:
Sebagian wilayah sulit diakses layanan telekomunikasi
Masih adanya wilayah desa blank-spot Jaringan Komunikasi khususnya di wilayah
pegunungan dan pulau-pulau.
d. Ketersediaan Air Bersih terjadi peningkatan namun masih Rendah
Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak Kabupaten Morowali periode waktu
2015-2019, mengalami perkembangan berfluktuasi sampai Tahun 2019 sebesar 86,99
persen lebih rendah dari capaian tahun 2018.
53
• Kegagalan budidaya rumput laut
• Menurunnya hasil perikanan tangkap.
• Lemah daya tawar nelayan
• Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pertambangan, permukiman dan niaga;
• Rendahnya penyediaan irigasi pada daerah baru;
Di Kabupaten Morowali juga terdapat masalah pokok seperti Kapasitas Daya Dukung
dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Menurun, yaitu sebagai berikut:
a. Rendahnya Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Hidup
Sering terjadinya Bencana Banjir di beberapa tempat khususnya pada wilayah
pertambangan.
Degradasi lingkungan akibat aktivitas pertambangan yang mencemari sungai dan laut;
Meningkatnya suhu udara, menipisnya persediaan air dan perubahan cuaca akibat
berkurangnya daerah tangkapan air;
Belum tertatanya pengelolaan limbah berbahaya khususnya pada pengolohan hasil
tambang.
Terbatasnya Prasarana TPA
Belum berjalanya mekanisme pengelolaan sampah rumah tangga
Menurunnya kualitas sumber air tanah dan pencemaran air
Pencemaran air laut di kawasan wilayah pertambangan.
b. Kerusakan Hutan dan ekosistem laut Meningkat
• Tingkat kerusakan hutan tinggi
• Menurunnya daya tampung dan daya dukung lingkungan daratan terutama hutan dan
ekosistem laut;
• Menurunnya tutupan terumbu karang.
• Terbatasnya Pengetahuan masyarakat tentang kerusakan hutan
• Adanya kasus pembabatan hutan dan pembalakan liar (illegal logging)
• Belum optimalnya sistem Pengelolaan Pertambangan—sebagai penyebab hutan gundul
dan degradasi kondisi hutan
c. Mitigasi Bencana
• Meningkatnya resiko bencana pasca tambang
• Banjir bandang dan gempa bumi mengalami peningkatan pada bebarapa tahun terakhir
diwilayah Kabupaten Morowali.
• Adanya Sesar Matano yang aktif;
• Masih Kurangnya Sarana Dan Prasarana Dalam Penanggulangan Bencana
• Masih Rendahnya Kualitas SDM Penanganan Bencana
• Pemetaan risiko bencana, mitigasi dan sistem informasi kebencanaan.
• Masih Rendahnya Penanganan Daerah Pasca Bencana
• Tidak adanya target cakupan wilayah rawan bencana yang mendapat penyuluhan dan
pelatihan simulasi penanganan bencana;
54
• Terbatasnya anggaran penanggulangan bencana daerah
55
saling berkaitan satu sama lain, sehingga upaya penyelesaiannya pun akan sulit bila tidak
dilakukan secara serentak oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya pengguna jalan
maupun pemerintah. Kendala yang dihadapi dalam permasalahan lalu lintas dapat berasal
dari komponen-komponen dalam sistem transportasi jalan raya, antara lain kendaraan,
energi penggerak, lintasan/jalur jalan, sistem pengawasan operasional dan terminal.
Permasalahan aspek transportasi yang dihadapi oleh kawasan perkotaan adalah :
Terbatasnya Sumberdaya Manusia dan Peralatan Uji KIR;
Minimnya fasilitas pelabuhan laut, terminal bus, bandara Morowali;
Terbatasnya rambu-rambu lalu-lintas pada daerah rawan lakalantas;
Rasio izin trayek di bawah target yakni mencapai 15 poin di Tahun 2017 pada tahun
2019 meningkat mencapai 17 poin.
3. Aspek Perumahan
Aspek perumahan merupakan aspek yang penting dalam kegiatan dan aktivitas
perkotaan. Hal ini disebabkan perumahan merupakan pemakai lahan terbesar dari lahan
terbangun perkotaan, sekitar 40 % dari lahan terbangun dalam Rencana Tata Ruang (RTR),
sedangkan penggunaan lainnya adalah untuk open sapce dan industri. Dari kondisi di atas,
terlihat bahwa aspek perumahan berpotensi menimbulkan permasalahan dalam
pemanfaatan lahan perkotaan.
Pertambahan penduduk perkotaan dan sub urban serta perkembangan aktivitas
perkotaan membutuhkan supply perumahan yang tidak sedikit, namun saat ini supply
untuk perumahan murah masih belum mencukupi. Secara garis besar permasalahan
perumahan dan permukiman di Morowali yaitu :
Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak Kabupaten Morowali periode
waktu 2015-2019, mengalami perkembangan berfluktuasi sampai Tahun 2019 sebesar
86,99 persen lebih rendah dari capaian tahun 2018. Hal ini berarti masih ada 13,01
persen penduduk Kabupaten Morowali belum dapat menjangkau air bersih terutama di
wilayah Kepulauan Salabangka dan Menui Kepulauan;
Rasio Rumah Layak Huni (RLH) menurun dari 20,51 persen di Tahun 2013 menjadi
17,32 persen di Tahun 2017. Pada tahun 2019 telah mengalami peningkatan yang
drastic sebesar 186,94. Selain itu, realisasi ini di atas target;
Rasio elektrifikasi baik PLN maupun non PLN meningkat dari 92,05 persen di Tahun
2017, Tahun 2019 meningkat menjadi 96,20 persen, namun sering mengalami
pemadaman setiap hari;
4. Aspek Industri
56
Aktivitas industri perkotaan seringkali diidentikkan dengan modal besar (capital
intensive), utilisasi teknologi tinggi, penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar, produk
kompetitif bernilai tambah tinggi dan sumber pencemar lingkungan terbesar disamping
kendaraan bermotor.
Permasalahan Perindustrian di Morowali yaitu :
Pertumbuhan Industri pada tahun 2018 hanya minus 13, 41 sementara pada tahun 2019
mampu tumbuh pada 8,26.
Kontribusi Sektor Industri RT Terhadap PDRB berdasarkan ADHB pada tahun 2018
6,91, pada tahun 2019 mampu tumbuh pada 6,91dimana lebih rendah pada tahun
sebelumnya.
57
3.6.2 Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang diperuntukan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan. Adapun rincian luas kawasan budidaya yang tersebar dalam wilayah
Kabupaten Morowali berdasarkan RTRW Kabupaten Morowali Tahun 2019-2039 adalah
sebagai berikut.
Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) seluas 120.665,27 hektar yang terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi,
Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan, dan Kecamatan Menui
Kepulauan;
Kawasan hutan produksi tetap (HP) seluas 28.280,57 hektar yang terdapat di
Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan
Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan
Bahodopi dan Kecamatan Menui Kepulauan;
Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 40.207,91 hektar yang
terdapat di Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Pesisir
dan Kecamatan Menui Kepulauan;
Kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di setiap kecamatan;
Kawasan hortikultura terdiri atas tanaman sayur, tanaman buah-buahan dan tanaman
biofarma tersebar di kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan permukiman
perdesaan disetiap Kecamatan;
Kawasan perkebunan terdiri atas kawasan perkebunan rakyat dengan komoditi
tanaman perkebunan campuran yang terdapat di setiap kecamatan;
Kawasan peternakan terdiri atas : (a). kawasan integrasi tanaman dan ternak meliputi
semua komoditi ternak terdapat di setiap kecamatan; (b). rencana lahan
penggembalaan ternak di Kecamatan Witaponda dan Kecamatan Bahodopi; (c).
rencana sentra peternakan rakyat di Kecamatan Bungku Timur dan Kecamatan
Bungku Barat; (d). rencana pengembangan kawasan Budidaya Ternak terdapat di
setiap Kecamatan; (e). rumah Pemotongan Hewan terdapat di kecamatan Wita Ponda,
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan
Kecamatan Bahodopi, (f). rencana Rumah Pemotongan Hewan di Kecamatan Bungku
Pesisir; (g). pasar dan terminal hewan terdapat di Kecamatan Bungku Barat; dan (h).
rencana pasar dan terminal hewan di Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Bungku
Pesisir;
Kawasan perikanan tangkap (a). seluruh perairan Kabupaten Morowali yang memiliki
potensi hasil perikanan tangkap; (b). Kawasan Minapolitan di Kecamatan Bungku
Selatan; dan (c). rencana penge-mbangan Kawasan Minapolitan Kepulauan Menui dan
sekitarnya di Kecamatan Menui Kepulauan, Kawasan Minapolitan Moahino dan
sekitarnya di Kecamatan Witaponda, dan Kawasan Minapolitan Umbele dan
58
sekitarnya di Kecamatan Bumi Raya;
Kawasan perikanan budidaya laut terdiri atas: (a). perikanan budidaya keramba,
komoditi ikan kerapu, ikan kuwe, dan lobster di Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Selatan, dan Kecamatan
Menui Kepulauan; (b). rencana pengembangan perikananan budidaya kera-mba di
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan dan Kecamatan Bungku
Pesisir; dan (c). perikanan budidaya rumput laut di Kecamatan Witaponda, Kecamatan
Bumi Raya, Kecamatan Bungku Selatan, dan Kecamatan Menui Kepulauan;
Kawasan budidaya perikanan air Payau terdiri atas: (a). tambak udang, ikan bandeng
dan rumput laut terdapat di Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Timur,
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya dan
Kecamatan Witaponda; dan (b). kawasan budidaya perikanan tambak yang berada
dalam outline kawasan hutan lindung (HL) seluas ± 26 (dua puluh enam) hektar di
Kecamatan Bahodopi;
Kawasan budidaya perikanan kolam air tawar berupa kolam air tawar dengan komoditi
ikan lele, ikan nila dan ikan mas, ikan patin terdapat di Kecamatan Witaponda,
Kecamatan Bumi Raya Kecamatan Bungku Barat Kecamatan Bungku Tengah,
Kecamatan Bungku Timur, Keca-matan Bahodopi;
Kawasan Pertambangan Mineral Logam meliputi: (a). pertambangan mineral logam
terdapat di Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, dan Kecamatan Bungku
Pesisir, Kecamatan Menui Kepu-lauan, Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan Bungku
Barat; (b). Perta-mbangan mineral logam yang berada dalam outline kawasan hutan
produksi terbatas seluas 6.451,95 (enam ribu empat ratus lima puluh satu koma
sembilan lima) hektar di Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, dan
Bungku Pesisir; (c). pertambangan mineral logam yang berada dalam outline kawasan
hutan produksi konversi seluas 423,57 (empat ratus dua puluh tiga koma lima tujuh)
hektar di Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, dan Bungku Pesisir; (d).
rencana WUP mineral logam terdapat di setiap kecamatan; dan (e). Wilayah usaha
pertambangan khusus (WUPK) yang terdapat di Kecamatan Bungku Timur dan
Kecamatan Bahodopi;
Kawasan Pertambangan bukan Logam meliputi rencana WUP mineral bukan logam
yang terdapat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku
Barat, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi,
dan Kecamatan Menui Kepulauan;
Kawasan Pertambangan Batuan meliputi: (a). pertambangan batuan terdapat di Wita
Ponda, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku
Timur, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Pesisir, dan Kecamatan Bungku
Selatan; dan (b). Wilayah pertambangan rakyat (WPR) direncanakan pada lokasi
dilakukannya kegiatan usaha pertambangan rakyat yang memenuhi kriteria dalam
ketentuan peraturan perundangundangan, dengan komoditi tambang rakyat terdiri atas
59
Pasir batu di setiap kecamatan, Batu kali disetiap kecamatan, Batu gunung disetiap
kecamatan, Tanah liat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya dan
Kecamatan Bungku Tengah;
Kawasan industri besar terdiri atas: (a) Kawasan Industri Logam; (b) Kawasan Industri
perkebunan; (c) Kawasan Industri (KI) Morowali terdapat di Kecamatan Bahodopi;
(d) kawasan Industri (KI) Morowali yang berada dalam outline kawasan hutan lindung
(HL) seluas 30.39 hektar di Kecamatan Bahodopi, dan kawasan hutan produksi
konversi (HPK) seluas 6,35 hektar; (e) pengembangan kawasan industri pengolahan
hasil tambang terdapat di Kecamatan Bungku Timur dan Bungku Pesisir; dan (f)
rencana industri pengolahan hasil tambang di Kecamatan Bungku Barat dan
Kecamatan Menui Kepulauan;
Kawasan sentra industri kecil dan menengah merupakan pengembangan sentra industri
kecil dan industri menengah dengan kegiatan industri terdiri atas: (a). industri
pengolahan hasil pertanian pangan berupa Sentra Industri Kecil Menengah (Sikim)
Pangan terdapat di Kecamatan Bungku Barat; dan (b). industri pengolahan hasil
perkebunan terdiri atas: (a). industri pengolahan kelapa sawit terdapat di Kecamatan
Witaponda; dan (b). rencana industri pengo-lahan kelapa sawit di Kecamatan Bungku
Barat dan Kecamatan Bumi Raya;
Industri pengolahan hasil hutan terdiri atas: (a). industri meubel kayu terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah; dan (b). rencana industri meubel rotan di Kecamatan
Bungku Barat dan Kecamatan Bungku Tengah;
Industri pengolahan hasil perikanan terdiri atas: (a). Industri pengolahan ikan di
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan Bungku
Pesisir, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Barat, dan Kecamatan
Witaponda;
Kawasan pariwisata alam pegunungan/ hutan terdiri atas: (a). Wisata Goa terdiri atas:
1). Goa Petakoa di Desa Solonsa Kecamatan Wita Ponda; 2). Goa Fafompogaro, Goa
Kotaeya, Goa Tengkorak di Kecamatan Bungku Barat; 3). Goa Kumapa, Goa
Tambeanpana Api, Goa Fumbunsanua di Kecamatan Bungku Tengah; 4). Goa Berlian,
Goa Alo, Kecamatan Menui Kepulauan; (b). Wisata Puncak/ Pegunungan terdiri atas:
1). Puncak Fafo baho di Kecamatan Bungku Tengah; 2). Puncak Mateantina, Puncak
Unsongi di Kecamatan Bungku Timur; dan 3). Puncak Kayangan, Puncak Narita
Kecamatan Menui Kepulauan. (c). Wisata air terjun terdiri atas: 1). Kecamatan
Bungku Barat Air Terjun Batu Kapal; 2). Kecamatan Bungku Tengah: Air Terjun
Mempueno, Air Terjun Sampa laa, Air Terjun Veranomata, Permandian Tompaika,
Air Terjun Vera Inense, Air Terjun Perawan; 3). Kecamatan Bungku Timur
Permandian Lofi; 4). Kecamatan Bahodopi, Air Terjun Bahoumumpa; 5). Kecamatan
Bungku Pesisir Air terjun Buleleng; dan 6). Kecamatan Menui Kepulauan Air kiri
Sombori, (d). Penangkaran Rusa dan Penangkaran Burung Maleo di Kecamatan
Bungku Barat;
60
Kawasan pariwisata maritim/bahari terdiri atas: (a). wisata alam Bentang Laut
meliputi: 1). Ekowisata Tracking Mangrove di Kecama-tan Bungku Tengah; dan 2).
Ekowisata Mangrove Nambo–Laroue di Kecamatan Bungku Timur. (b). Wisata alam
pantai/pesisir dan Pulau-pulau kecil meliputi: 1). Pantai pasir Putih Pebotoa, Pantai
Lambelu di Kecamatan Bumi Raya; 2). Pantai Raha-Raha ada rasa, Pantai Raha-raha
ada Bio di Kecamatan Bungku Barat; 3). Pantai Tanjung Karang, Pantai Tapuno
Bahomante, Pantai Tapuno Bente, Pantai Tudua Di Kecamatan Bungku Tengah; 4).
Pantai Pasir Besi, Pantai Puluti, Pulau Pasir Hitam di Kecamatan Bungku Timur; 5).
Pulau Langala, Pulau Kanda Pute, Pantai Kea kea di Kecamatan Bahodopi; 6). Pantai
Panjang, Pasir Putih Tangofa di Kecamatan Bungku Pesisir; 7). Pulau Dua Laut, Pulau
Umbeleyang kecamatan Bungku Selatan; dan 8). Pu-lau Sombori, Pasir Putih Koi-
koila, Pulau Koko, Rumah Nenek, Danau Air Asin, Konservasi perairan pulau tiga
Kecamatan Menui Kepulauan; (c). Wisata alam bawah laut meliputi perairan di sekitar
Pantai Kecamatan Menui Kepulauan;
Kawasan pariwisata sejarah dan budaya terdiri atas: (a). Situs Istana Raja Bungku di
kecamatan bungku tengah; (b). Makam Raja Bungku di kecamatan Bungku Tengah;
(c). Masjid Tua Bungku, Masjid Agung dan Islamic center di kecamatan Bungku
Tengah; dan (d). Benteng Fafontofure di Kecamatan Bungku Tengah;
Kawasan pariwisata buatan antara lain: (a). Taman Kota Fonuasingko, Alun-alun
Rumah Jabatan Bupati, Taman Sangiang Kinambuka di Kecamatan Bungku tengah;
dan (b). Permandian Bahoruru di Keca-matan Bungku Tengah;
Rencana kawasan potensi parawisata lainnya di setiap kecamatan;
Kawasan permukiman terdiri atas: (a). kawasan permukiman perko-taan terdiri atas:
1). kawasan perkotaan bungku Tengah; 2). permukiman kawasan Kota Terpadu
Mandiri (KTM)/Kawasan Pemba-ngunan Baru (KPB) Bungku di Kecamatan Bungku
Tengah; 3). Permu-kiman perkotaan di Kecamatan Bahodopi; 4). rencana permukiman
perkotaan pada Kawasan Perkotaan di Kecamatan Bungku Pesisir; dan 5). rencana
kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM)/Kawasan Pembangunan Baru (KPB) Bungku
di Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Witaponda; (b).
kawasan per-mukiman perdesaan terdiri atas: 10. permukiman perdesaan ter-dapat
disetiap Kecamatan; 2). kawasan permukiman Transmigrasi Terdapat di Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan Kecamatan Bungku Pesisir; 3).
rencana kawasan permukiman Transmigrasi Nelayan di kecamatan Bungku Selatan
dan Kecamatan Menui Kepulauan; dan 4). rencana pengembangan kawasan permu-
kiman Transmigrasi di kecamatan Bahodopi, kecamatan Bungku Pesisir, kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya dan Keca-matan Wita Ponda
61
besar, tsunami, dan banjir. Perubahan iklim di masa mendatang cenderung memperbesar
intensitas badai ekstrem yang mengakibatkan banjir besar. Selain itu, intensitas dan cura
hujan yang tinggi dan semakin berkurangnya daerah tangkapan hujan akibat kegiatan
pertambangan dan perkebunan di wilayah Kabupaten Morowali berpotensi untuk lebih
meningkatkan terjadinya banjir dan longsor.
Kondisi Topografi di Kabupaten Morowali yang merupakan perbukitan dan
pegunungan, membuat kabupaten ini rawan longsor, aliran debris, dan erosi. Potensi-
potensi bahaya ini menghasilkan sejumlah besar sedimen yang mengisi dasar sungai dan
menyebabkan lebih banyak terjadi banjir dan penambahan sedimen di daerah pesisir. Di
daerah pesisir, hilangnya hutan bakau juga telah menyebabkan meningkatnya abrasi pantai.
Daerah dataran rendah di pantai juga berisiko terkena intrusi air laut akibat gelombang
pasang dan tsunami. Banjir sering terjadi di Kabupaten Morowali selama musim hujan,
sedangkan kekeringan sering terjadi di musim kemarau. Perkiraan adanya perubahan iklim
di masa depan, diperkirakan akan meningkatkan intensitas bencana banjir dan kekeringan.
Terjadinya penggundulan hutan karena penebangan dan pertambangan, serta
konversi hutan menjadi perkebunan di kemudian hari dapat memperburuk masalah
pengelolaan daerah tangkapan air. Daerah yang gundul dan tidak ditanami kembali sangat
rentan terhadap erosi. Hujan deras menggerakkan sejumlah besar sedimen ke arah daerah
tangkapan air, sehingga memperburuk banjir dan mempengaruhi bangunan dan
infrastruktur secara signifikan.
Beberapa Tahun terakhir terdapat bencana Alam yang melanda Kabupaten Morowali banjir
bandang, Gempa Bumi dan Longsor yang terjadi pada kurun Tahun 2019 s/d 2020. Peningkatan
sedimentasi juga telah menyebabkan terhadap hilangnya tanaman mangrove di pantai. Akibat
dari fenomena iklim yang ekstrim dan semakin berkurangnya daerah tangkapan air di kawasan
hutan Kecamatan Bungku tengah, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Kawasan rawan
bencana di Kabupaten Morowali Pada Gambar
Adapun Kawasan rawan bencana dalam wilayah Kabupaten Morowali berdasarkan RTRW
Kabupaten Morowali Tahun 2019-2039 adalah sebagai berikut.
Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya,
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bung-ku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan
Bahodopi dan Kecamatan Bungku Pesisir
Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan Kecamatan Bahodopi. Lihat Gambar 3.3.
Kawasan rawan bencana gempa bumi berupa kawasan sempadan sesar aktif terdapat di
Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku
Timur. Lihat Gambar 3.4.
Kawasan rawan bencana gelombang pasang, terdapat di Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan
Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan sebagian Kecamatan
Bungku Timur.
62
Gambar 3.3 Peta Rawan Bencana Banjir Kab. Morowali
63
Gambar 3.4 Peta Rawan Bencana Gempa Bumi Kab. Morowali
64
BAB IV
65
4.2. Program Dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan RTRW Kabupaten
Morowali
66
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Penyusunan Perda RDTR Kawasan Kecamatan
Lafeu Bungku Pesisir
67
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Wosu (Kecamatan
Bungku Barat)
rencana Pembangunan Pelabuhan Kabupaten
Pelayaran Rakyat Tandaoleo, Morowali (Kec.
Kaleroang, Matarape, Mbokita, dan Bungku Pesisir,
Moahino Kec. Bungku
Selatan, Kec.
Menui
Kepulauan, Kec.
Wita Ponda)
Terminal khusus / pelabuhan khusus Kabupaten
penumpukan terdiri : rencana Morowali
pemantapan terminal khusus (Kecamatan Bumi
Raya, Kecamatan
Bungku Barat,
Kecamatan
Bungku Timur,
Kecamatan
Bahodopi,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui
Kepulauan)
Rencana Pembangunan terminal Kecamatan
khusus Witaponda.
68
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Pengembangan pembangkit listrik Kabupaten
tenaga diesel Morowali
(Kecamatan
Bungku Tengah,
Kecamatan Menui
Kepulauan,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Bungku Pesisir)
Pengembangan pembangkit listrik Kecamatan
tenaga mini hidro Sakita Bungku Tengah
69
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
pengembangan menara Base Morowali
Transcaiver Station (BTS) untuk (Seluruh
penguatan sinyal menjangkau Kecamatan)
seluruh wilayah di daerah
70
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
upaya konservasi dan pemasangan Morowali
Break Water di kawasan rawan
abrasi pantai
71
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Bungku Timur,
Kecamatan
Bahodopi,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui Kepulauan
rencana IPAL pada Kawasan Kecamatan
Industri (KI) Morowali dan Bahodopi,
sekitarnya Kecamatan
Bungku Timur
dan Kecamatan
Bungku Pesisir.
Sistem jaringan persampahan wilayah
Tempat penampungan sementara Kabupaten
(TPS) di setiap desa dan kelurahan Morowali
di setiap Kecamatan
72
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Sistem jaringan drainase
-sistem drainase jalan berupa Kabupaten
perencanaan drainase permukaan Morowali
pada saluran samping jalan agar
aliran air/air hujan dapat di alirkan
dengan cepat hingga menuju saluran
pembuangan akhir
Pengembangan Kawasan
hortikultura terdiri atas tanaman
sayur, tanaman buah-buahan dan
tanaman biofarma tersebar di Kabupaten
kawasan pertanian tanaman pangan, Morowali
perkebunan dan permukiman
perdesaan disetiap Kecamatan.
73
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
4. Pengembangan Kawasan
peternakan
74
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
prasarana Kawasan pengolahan Morowali (di
ikan; setiap kecamatan)
4. Pengembangan sarana dan Kabupaten
prasarana Pelabuhan perikanan di Morowali (di
setiap kecamatan;. setiap kecamatan)
5. Pengembangan sub TPI Kabupaten
Morowali (di
Kecamatan Menui
Kepulauan,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan,
Kecamatan
Bungku Barat dan
Kecamatan
Witaponda;)
6. Pengembangan sarana dan Kabupaten
prasaran gudang rumput laut Morowali (di
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan Bumi
Raya dan
Kecamatan
Witaponda;)
7. Pengembangan pabrik rumput Kabupaten
laut. Morowali (di
Kecamatan Bumi
Raya)
8. Rencana laboratorium kultur Kabupaten
jaringan rumput laut. Morowali (di
kecamatan
bungku Tengah
dan Kecamatan
Bungku Selatan.)
Pengembangan kawasan industri logam Pengawasan dan Pengendalian Kabupaten
dasar dan bahan galian bukan logam Kawasan Pertambangan Morowali
untuk pemenuhan target Indonesia
sebagai negara industri tangguh
Pengembangan sektor pariwisata Pengembangan sarana dan prasarana
alam/bahari, sejarah dan budaya, dan kawasan pariwisata alam
pariwisata buatan dengan tetap pegunungan/ Hutan, kawasan Kabupaten
memperhatikan kelestarian lingkungan pariwisata maritim/bahari, kawasan Morowali
pariwisata sejarah dan budaya; dan
kawasan pariwisata buatan.
75
4.3 Program dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Kondisi Aktual
a. Struktur Ruang
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
A Peningkatan Fungsi PKL
Ketersediaan dan kesesuaian program perwujudan sistem Belum
1 pusat pelayanan terpenuhi
1.1 Penyusunan RDTR Perkotaan bungku Kecamatan bungku tengah √ √ Terlaksana
1.2 Pengembangan perumahan rakyat
1.3 Peningkatan pelabuhan bungku Kecamatan bungku tengah √ √ Terlaksana
1.4 Pembangunan pabrik pengolahan hasil laut non ikan
1.5 Peningkatan pusat perdagangan
1.6 Pembangunan litbang kelautan
1.7 Pembangunan lumbung pangan
76
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
1.3 Penyusunan perda RDTR kawasan bahonsuai
1.4 Penyusuna perda RDTR kawasan kolono Kecamatan Bungku timur √ √ Terlaksana
1.5 Penyusunan perda RDTR kawasan lafeu
1.6 Penyusunan perda RDTR ulunambo
D Peningkatan Fungsi PPL
Belum
1.1
Penyusunan perdes rencana tata ruang desa terlaksana
Ketersediaan dan kesesuaian program perwujudan sistem
2
prasarana utama
Pemantapan dan pengembangan sistem jaringan transportasi
A
darat
1.4 Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan lokal Disetiap Kecamatan
77
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Kecamatan Menui
1.2 Pengembangan pelabuhan pengumpan regional menui √ √ Terlaksana
kepulauan
Kecamatan. Bumi Raya,
Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Lokal Parilangke,
1.3 Kec. Bungku Selatan, √ √ Terlaksana
Kaleroang, Sambalagi
Kecamatan. Bungku Pesisir
Rencana Pembangunan Pelabuhan Kontener dan Pelabuhan
1.4
Samudra Wosu
78
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
1.4 Pembangunan Bandar Udara Khusus di Bahodopi
Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana
D
pendukungnya
1.1 Pengembangan pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan Menui
1.2 Pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel Kepulauan, Kecamatan √ √ Terlaksana
Bungku Selatan dan
Kecamatan Bungku Pesisir.
1.3 Pengembangan pembangkit listrik tenaga mini hidro Sakitar Kecamatan Bungku Tengah √ √ Terlaksana
1.4 Rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro
rencana pengembangan potensi energi listrik tenaga surya dan
1.5
tenaga gelombang laut
Rencana pembangkit tenaga listrik lainnya yang di tetapkan oleh
1.6
peraturan perundang-undangan
1.7 Rencana Pembangunan Energi Listrik Terbarukan
Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
E
penduduknya
1.1 Rencana pembangunan gardu induk;
1.2 stasiun telepon otomat (STO) di Kecamatan bungku tengah Kecamatan bungku tengah √ √ Terlaksana
79
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
80
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
81
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di, Kecamatan Bungku Barat,
1.2 √ √ Terlaksana
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Timur. Kecamatan Bungku Timur.
Kecamatan Witaponda,
Kecamatan Bumi Raya,
Kecamatan Bungku Barat,
Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan
1.5 rencana IPAL pada kawasan permukiman kepadatan tinggi Bungku Timur, Kecamatan √ √ Terlaksana
Bahodopi, Kecamatan
Bungku Pesisir, Kecamatan
Bungku Selatan dan
Kecamatan Menui
Kepulauan
Kecamatan Bahodopi,
Terlaksana
Rencana IPAL pada Kawasan Industri (KI) Morowali dan Kecamatan Bungku Timur
1.6 √ √ (belum
sekitarnya dan Kecamatan Bungku
maksimal)
Pesisir.
C Sistem jaringan persampahan wilayah
1.1 Bungku Tengah di desa Bahoruru √ √ Terlaksana
Rencana Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di setiap
1.2
kecamatan
82
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan tempat Pemprosesan Akhir Sampah dengan sistem
1.3 Pengurugan berlapis bersih (Sanitari Landfill) di Kecamatan Bungku tengah √ √ Terlaksana
Bungku Tengah
83
b. Pola Ruang
Tabel 4. 3 Program dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Kondisi Aktual
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Perwujudan kawasan peruntukan lindung
Ketersediaan program kesesuaian lokasi program
1
perwujudan kawasan lindung;
1.1 Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung
1.2 Pemantapan dan Perlindungan Kawasan Resapan Air
1.3 Pemantapan dan Perlindungan Kawasan Sempadan Pantai
1.4 Pemantapan Kawasan Sempadan Sungai
Pemantapan dan Pengembangan Kawasan Reklamasi sebagai
1.5 RTH
Penyusunan Perda RDTR sebaran Kawasan Ruang Terbuka
1.6 Hijau (RTH).
Perwujudan kawasan peruntukan Budidaya
A Kawasan hutan produksi
84
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
1.1 dengan lahan c dangan pertanian pangan berkelanjutan
(LCP2B)
Pengembangan kawasan perkebunan rakyat dengan komoditi Terdapat perkebunan sawit dan
1.3 tanaman perkebunan campuran yang terdapat di setiap kopi di Kecamatan Witaponda, √ √ Terlaksana
kecamatan Bumi Raya, dan Bungku Barat
1.4 Pengembangan Kawasan peternakan
85
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Rencana pengembangan kawasan Budidaya Ternak di setiap
1.4.4 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
Kecamatan.
Di kecamatan Wita Ponda,
Pengembangan Rumah Pemotongan Hewan di kecamatan Kecamatan Bumi Raya,
1.4.5 Wita Ponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Kecamatan Bungku Barat, √ √ Terlaksana
Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan Kecamatan Bahodopi Kecamatan Bungku Tengah
dan Kecamatan Bahodopi
Rencana pembanguanan Rumah Pemotongan Hewan di
1.4.6 Di Kecamatan Bungku Pesisir. √ √ Terlaksana
Kecamatan Bungku Pesisir.
86
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan sarana dan prasarana TPI moderen di Kecamtan bungku dan
1.5 √ √ Terlaksana
Kecamatan Bungku Tengah; Kecamatan Witaponda
87
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan sarana dan prasarana kawasan permukiman
1.1 perkotaan, kawasan Permukiman perdesaan; dan kawasan Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
permukiman transmigrasi.
Pemantapan dan Pengembangan Kawasan Perkantoran
1.2 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
Fonuasingko Bungku
88
4.4 Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pemantauan Dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang, penilaian kesesuaian
pemanfaatan ruang dilakukan dengan bertahap yaitu sebagai berikut:
89
Tabel 4. 4 Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
1.1 Penyusunan RDTR Perkotaan bungku Kecamatan √ √ Terlaksana 100 100 100
bungku tengah
90
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
91
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
1.2 Pengembangan pelabuhan pengumpan Kecamatan Menui √ √ Terlaksana 100 100 100
regional menui kepulauan
92
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
93
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui Kepulauan
1.1 Pengembangan dan Pembangunan Kec. Bumi Raya √ √ Terlaksana 100 100 100
Bandara Udara Maleo
94
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
95
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
1.1 jaringan serat optik terdapat disepanjang Seluruh √ √ Terlaksana 100 100 100
jalan yang menghubungkan Kota Kecamatan
Kendari ,Wanggudu ,Bungku, Solonsa
1.2 stasiun telepon otomat (STO) di Kecamatan √ √ Terlaksana 100 100 100
Kecamatan bungku tengah bungku tengah
96
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
97
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
1.1 Sistem Penyediaan Air minum Jaringan Kabupaten √ √ Terlaksana 100 55 55
Perpipaan (SPAM JP) dan SPAM Bukan morowali
Jaringan Perpipaan (SPAM BJP)
98
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
1.1 Sistem pembuangan air limbah setempat Kabupaten √ √ Terlaksana 100 100 100
secara individual tersebar pada kawasan morowali
perkotaan dan kawasan perdesaan
diseluruh Kabupaten
1.3 instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kecamatan √ √ Terlaksana 100 100 100
Rumah Sakit Umum Daerah Morowali di Bungku Tengah
Kecamatan Bungku Tengah
99
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
1.5 rencana IPAL pada kawasan Kecamatan √ √ Terlaksana 100 100 100
permukiman kepadatan tinggi Witaponda,
Kecamatan Bumi
Raya, Kecamatan
Bungku Barat,
Kecamatan
Bungku Tengah,
Kecamatan
Bungku Timur,
Kecamatan
Bahodopi,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui Kepulauan
100
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
101
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian
Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)
Bahodopi
102
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
103
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
104
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
dibudidayakan oleh
masing-masing rumah
tangga atau tanaman
pribadi tetapi untuk
dalam bantuan skala
besar belum ada
105
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
106
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
C Pengembangan Kawasan
Perikanan
107
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
108
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
E Kawasan industri
F Kawasan Pariwisata
G Kawasan Permukiman
109
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian
Realisasi Lokasi
Program
Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai
110
111
112