Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN AKHIR

MONITORING DAN EVALUASI PERENCANAAN

RTRW KABUPATEN MOROALI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Harold Mandjarara F23118132


Muh Dedy Rizaldy F23118006
Al Kautsar F23118182
Moh. Badri Lamuma F23118180
Aditya F23118184
Gerrit A.P F23118145
Moh. Taufik F23118160
Mega Wulandari F23118002
Iin Nurmiftahul Jannah F23118136
Nuraini Dwi R. Passau F23118156
Inang Afrianti F23118157

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNK

UNIVERSITAS TAULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayh – Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehinga kami dapat menyusun dan menyeleaikan
Laporan Pendahuluan Monitoring dan Evaluasi RTRW Kabupaten Morowali.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak, baik yang
secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam pembuatan laporan
ini. Sekaligus tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Monitoring dann Evaluasi Perencanaan yang telah memberikan bimbingan dan arahan,
sehingga tugas besar ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Dalam pennyusunan laporan ini, kami sadar bahwa masih ada kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Akhir kata, kami harapkan agar laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya Prodi Perencanaan Wilayah Kota Universitas
Tadulako.

Palu, 16 November 2021

Penyusun

KELOMPOK 4

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan penataan ruang diujukan untuk menciptakan ruang yang aman,


nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya
adalah dilakukan pelaksanaan penataan ruang yang meliputi perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pada tahap perencanaan tata
ruang dihasilkan struktur ruang dan pola ruang yang dituju, sementara dalam tahap
pemanfaatan ruang dilakukan penyusunan program, pembiayaan dan pelaksanaan
pembangunan. Tahap pemanfaatan ruang ini merupakan tahap untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang yang dituju. Dalam hal ini diperlukan kesesuaian antara
pemrograman pembangunan dengan struktur ruang yang pola ruang yang direncanakan.
Untuk dapat menjaga konsistensi dari pemanfaatan ruang terhadap rencana tata ruang
wilayah, setiap pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten memerlukan upaya
monitoring terhadap pemanfaatan ruang yang berjalan serta mengevaluasi kesesuaian
pemanfaatan ruang yang ada terhadap rencana tata ruang wilayahnya.

Pelaksanaan pembangunan fisik (pemanfaatan ruang) tidak selalu berjalan sesuai


dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pelanggaran tata ruang sering terjadi
tanpa disadari. Pelanggaran ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti teknik
operasional, administratif/ politis dan perkembangan pasar. Kondisi ini mengisyaratkan
bahwa untuk mewujudkan terciptanya pemanfaatan ruang yang “Tertib Ruang”
diperlukan tindakan pengendalian pemanfaatan ruang yang sungguh-sungguh.

Pemerintah daerah saat ini diberi kewenangan dalam penyusunan rencana tata
ruang wilayah, di samping kewenangan tersebut, pemerintah daerah juga perlu
meningkatkan kemampuan memantau dan mengevaluasi pemanfaatan ruang yang
berjalan untuk menilai kesesuaiannya terhadap rencana tata ruang wilayah yang telah
diperdakan.

Kabupaten Morowali sebagai wilayah yang mengalami pemekaran pada tahun


2013, tentunya terdapat perubahan dalam peraturan dan kebijakan terkait tata ruang.
Pembentukan otonomi daerah baru sebagai hasil pemekaran dari wilayah Morowali,
berpengaruh pada pola dan struktur ruang. Pemekaran suatu wilayah juga berpengaruh
pada dinamika pembangunan yang ada diwilayah tersebut. Oleh karena itu agar
terlaksana pembangunan yang sesuai dengan program yang telah ditetapkan di
Kabupaten Morowali maka diperlukan kegiatan pemantauan dan penilaian didalamnya
untuk mengetahui tingkat efektifitas pemanfaatan ruang, serta mengevaluasi kegiatan

3
pemanfaatan yang telah dilakukan. Sehingga dapat diperoleh rekomendasi pemanfaatan
ruang dalam rangka menjaga konsistensinya terhadap rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.

1.2 Landasan Hukum

a. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ;


b. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan ;
c. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung ;
d. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;
e. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ;
f. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan ;
g. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ;
h. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang ;
i. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup ;
j. Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya ;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah ;
m. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom dalam Bidang Pemerintahan ;
n. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional ;
o. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang ;
p. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah ;
q. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya ;
r. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ;
s. Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional ;
t. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
tentang Tata Cara Evaluasi Pemanfaatan Ruang ;
u. Dokumen Rencana Detail tata Ruang kabupaten yang terkait serta Dokumen –
dokumen hasil studi yang relevan
v. Peraturan Daerah Kabupaten Morowali No. 7 Tahun 2019 Tentang RTRW
Kabupaten Morowali Tahun 2019-2039

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten bertujuan


untuk mengukur tingkat implementasi rencana dan potensi deviasi rencana sehingga
output dari kegiatan ini, yaitu :

4
1. Dapat mewujudkan kinerja pemanfaatan ruang pemerintah Kabupaten yang
semakin berkualitas;
2. Menjadi acuan terhadap revisi substansi RTRW Kabupaten yang diharapkan
mampu mengakomodasi dinamika pertumbuhan wilayah dari sudut pandang
kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan melalui pemutakhiran isu terkini
terkait dinamika pembangunan.

1.3.2 Sasaran

Untuk mencapai tujuan, maka sasaran yang harus dicapai dalam kegiatan ini
adalah:

1. Identifikasi isu dan persoalan dinamika pembangunan

2. Identifikasi Program dan lokasi pemanfaatan ruang yang termuat dalam dokumen
Tata Ruang Kabupaten;

3. Identifikasi Program dan lokasi pemanfaatan ruang berdasarkan kondisi actual.

4. Penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang;

5. Penilaian kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang;

6. Penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang untuk perwujudan struktur ruang; dan

7. Penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang untuk perwujudan pola ruang.

8. Evaluasi Implementasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten didasari pada


pertimbangan-pertimbangan yang bersifat teknokratik sesuai dengan Norma,
Standar, Pedoman dan Ketentuan Penataan Ruang yang berlaku.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Kabupaten Morowali pada tahun 2013 mengalami pemekaran, menjadi


Kabupaten Morowali dan Morowali Utara (sesuai UU No. 12 Tahun 2013 tentang
Pembentukan Kabupaten Morowali Utara). Selama tahun 2011 sampai tahun 2013, di
Kabupaten Morowali sendiri telah terjadi pemekaran wilayah kecamatan, sehingga

5
pada tahun 2014 (pasca pemekaran dengan Kabupaten Morowali Utara), wilayah
Kabupaten Morowali terdiri atas 9 (sembilan) kecamatan sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Kecamata di Kabupaten Moroali Pasca Pemekaran (2014)

Luas Jumlah
No Kecamatan Ibu Kota
(Km2) Desa

1 Menui Kepulauan 223,63 Ulunambo 24

2 Bungku Selatan 403,90 Kaleroang 26

3 Bahodopi 1.080,98 Bahodopi 12

4 Bungku Pesisir 867,29 Lafeu 10

5 Bungku Tengah 725,57 Marsaoleh 19

6 Bungku Timur 387,23 Kolono 10

7 Bungku Barat 758,93 Wosu 10

8 Bumi Raya 504,77 Bahonsuai 13

9 Witaponda 519,70 Lantula Jaya 9

MOROWALI 5.472,00 133


Sumber: BPS Kabupaten Morowali, 2014

Setelah pemekaran, Kabupaten Morowali memiliki batas wilayah sebagai


berikut:

1. Sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara (Permendagri No. 45


tahun 2010);

6
2. Sebelah barat, berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur (Permendagri No 52
tahun 1991);

3. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali Utara (UU No. 12 Tahun
2013), batas wilayahnya masih dalam proses kesepakatan;

4. Sebelah timur, berbatasan dengan laut daerah, yaitu Teluk Tolo.

1.4.2 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi pada laporan pemantauan dan evaluasi Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Morowali, yaitu :

1. Kegiatan pemantauan pemanfaatan ruang, berupa pengumpulan data dan informasi


penyusunan matriks persadingan program tentang Rencana Tata Ruang
2. Kegiatan evaluasi pemanfaatan ruang, berupa penilaian perwujudan struktur dan
pola ruang. (kesesuaian program pemanfaatan ruang dan lokasi program
pemanfaatan ruang).
3. Kegiatan pelaporan, berupa penyampaian hasil evaluasi kesesuaian pemanfaatan
ruang; dan penyampaian rekomendasi.

7
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali

8
1.5 Metode Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang

1.5.1 Metode Pengumpulan Data


Kegiatan pada tahap pengumpulan data dan informasi meliputi:
1. Pengamatan secara langsung melalui survei primer antara lain survei lapangan dan
wawancara.
2. Pengamatan secara tidak langsung melalui survei sekunder antara lain penelaahan
data sekunder yang meliputi hasil studi dan laporan instansi berupa data tabular dan
peta.
Pada tahap pengumpulan data, hasil pengamatan baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat ditabulasikan dalam bentuk format observasi untuk melihat kondisi
aktual ketersediaan program dan lokasi perwujudan rencana struktur dan pola ruang.
Adapun data berupa dokumen dan peta yang dibutuhkan terdiri atas data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer terdri dari :
- Foto- foto Data
- Jenis Objek
- Lokasi
b. Data Sekunder
Untuk dapat melakukan kegiatan pemantauan pemanfaatan ruang diperlukan
adanya kelengkapan dokumen dan peta meliputi:
1. Perda RTRW Kabupaten Morowali
2. Peta rencana struktur ruang dan pola ruang Perda RTRW Kabupaten Morowali
3. Peta sarana aktual
4. Peta jaringan prasarana utama aktual
5. Peta jaringan prasarana lainnya aktual
6. List program aktual RKPD
7. List program aktual RPJMD
8. List pelaporan masyarakat

1.5.2 Metode Analisis Data


Kegiatan analisis data paling sedikit meliputi
1. Analisis data hasil pengamatan lapangan berupa kondisi aktual dari struktur ruang
dan pola ruang
2. Analisis transformasi data dan informasi, berupa ukuran luas maupun ukuran
kualitatif lainnya, ke dalam matriks/tabel monitoring
3. Analisis data spasial dalam format yang kompatibel dengan sistem informasi
geografis.
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengevaluasi pemanfaatan ruang
adalah metode analisis kuantitatif dengan cara melakukan perhitungan berdasarkan skala

9
nilai. Adapun kegiatan analisis dilakukan dengan cara overlay peta dan perbandingan
data dan informasi.

1. Teknik analisis overlay


Kegiatan analisis menggunakan teknik overlay peta dilakukan dengan cara menumpang-
tindihkan peta rencana dengan peta kondisi aktual atau penggunaan lahan sebagai alat
bantu dalam merumuskan kesesuaian dan tingkat simpangan/deviasi pemanfaatan ruang.

2. Perbandingan data dan informasi


Kegiatan analisis menggunakan teknik perbandingan data dilakukan dengan cara
membandingkan data yang berasal dari dokumen program pembangunan dengan indikasi
program yang termuat dalam RTRW Morowali untuk melihat keberadaan program dan
kesesuaian lokasi program.

1.5.3 Metode Evaluasi


Kegiatan evaluasi pemanfaatan ruang meliputi penilaian perwujudan struktur dan
pola ruang. Adapun penilaian tersebut dilakukan secara berjenjang mulai dari penilaian
kesesuaian pemanfaatan ruang, penilaian kesesuaian pemanfaaatan komponen utama
ruang, dan penilaian kesesuaian struktur dan pola ruang yang dinilai berdasarkan
kesesuaian program pemanfaatan ruang dan kesesuaian lokasi program pemanfaatan
ruang.

1.5.4 Tahapan Kesimpulan


Pada tahap kesimpulan hasil evaluasi kesesuaian pemanfaatan ruang memuat nilai
hasil evaluasi dan penyampaian rekomendasi, yang mana kedua hal tersebut termaksuk ke
dalam kegiatan pelaporan. Nilai hasil evaluasi pemanfaatan ruang memuat nilai
kesesuaian pemanfaatan ruang, nilai kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang,
dan kesesuaian pemanfaatan ruang untuk perwujudan struktur ruang dan keseuaian
pemanfaatan ruang untuk perwujudan pola ruang.

1.6 Sistematika Pelaporan


Untuk memahami lebih jelas pembahasan pada laporan pendahuluan ini secara
keseluruhan, maka penulisan materi-materi yang tertera pada laporan pendahuluan ini
dikelompokkan menjadi beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, landasan hukum, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, metode pelaksanaan evaluasi dan sistematika pelaporan.

BAB II Tinjauan RTRW Kabupaten


Pada bab ini membahas mengenai ringkasan muatan RTRW Kabupaten Morowali Tahun
2019-2039 terkait tujuan penataan ruang wilayah, kebijakan dan strategi penataan ruang,

10
kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, rencana struktur dan pola ruang,
rencana penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, zonasi wilayah serta
identifikasi isu dan permasalahan wilayah Kabupaten Morowali.

BAB III Gambaran Umum Kabupaten Morowali


Pada bab ini membahas mengenai karakteristik wilayah meliputi kondisi geografis dan
batas administrasi, kependudukan, penggunaan lahan, dinamika pembangunan, isu-isu
pemanfaatan ruang, kondisi pertambangan batuan atau kondisi sektoral, kondisi
kebencanaan dan perubahan guna lahan.

BAB IV Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten Morowali


Pada bab ini membahas mengenai hasil pemantauan isu dan persoalan dinamika
pembangunan, program dan lokasi pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW kabupaten,
program dan lokasi pemanfaatan ruang berdasarkan kondisi actual, penilaian kesesuaian
pemanfaatan ruang, penilaian kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang, penilaian
kesesuaian pemanfaatan ruang untuk perwujudan struktur ruang, penilaian kesesuaian
pemanfaatan ruang untuk perwujudan pola ruang dan evaluasi implementasi pemanfaatan
ruang kabupaten didasari pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat teknokratik
sesuai dengan norma, standar, pedoman dan ketentuan penataan ruang yang berlaku.

BAB V Penutup
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penyusunan laporan akhir monitoring
dan evaluasi pemanfaatan ruang terkait nilai dan evaluasi kesesuaian pemanfaatan ruang,
nilai dan evaluasi kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang, nilai dan evaluasi
kesesuaian struktur ruang dan nilai dan evaluasi kesesuaian pola ruang.

11
BAB II
TINJAUAN RTRW
KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2019-2039

Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Morowali bertujuan untuk Mewujudkan


Kabupaten Morowali yang Berdaya Saing, dengan konsep pengembangan Industri,
Pariwisata, Minapolitan, dan Agropolitan dengan memperhatikan Asas Penataan Ruang.

2.1 Kebijakan dan Strategi RTRW


2.1.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
A. Kebijakan
Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan yang diarahkan pada harmonisasi
perkembangan kegiatan dan pelayanan yang berjenjang, wilayah Kabupaten, sub wilayah
Kabupaten dan skala lingkungan wilayah Kabupaten sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) untuk mendukung investasi.
B. Strategi
Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang dalam pengembangan
sistem pusat-pusat pelayanan yang diarahkan pada harmonisasi perkembangan kegiatan
dan pelayanan yang berjenjang wilayah kabupaten, sub wilayah kabupaten dan skala
lingkungan wilayah Kabupaten sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan
Lokal Promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL) untuk mendukung investasi meliputi:
a. Menetapkan dan mengembangkan bagian wilayah Kabupaten menjadi subpusat
pelayanan Kabupaten dan pusat lingkungan;
b. Menghubungkan antar subpusatkabupaten dan masing-masing subpusat Kabupaten
dengan pusat Kabupaten melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan
merata.
c. Mengembangkan dan mengoptimalkan sistem jaringan transportasi secara terpadu
antara transportasi darat, laut, dan udara;
d. Mengembangkan system jaringan prasarana energi/kelistrikan;
e. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi;
f. Pengembangan sistem jaringan sumber daya air dan sistem jaringan prasarana air
baku;
g. Mengembangkan sistem jaringan infrastruktur perkotaan yang meliputi sistem air
limbah, persampahan, drainase; dan
h. Menyiapkan dan mengoptimalkan jalur evakuasi bencana.

12
2.1.2 Kebijakan dan Strategi Pola Ruang
A. Kebijakan
a. Pemantapan kawasan lindung untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan;
b. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang
produktif;
B. Strategi
1. Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan pemantapan kawasan lindung untuk
menjamin pembangunan yang berkelanjutan meliputi:
a. Mempertahankan dan meningkatkan nilai konservasi pada kawasan lindung;
b. Merehabilitasi kawasan lindung yang telah berubah fungsi;
c. Meningkatkan peran masyarakat dalam kelestarian kawasan lindung;
d. Menyiapkan ruang terbuka hijau public dan privat untuk kepentingan masyarakat
di kawasan perkotaan;dan
2. Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan pengembangan kawasan budidaya
untuk mendukung kegiatan ekonomi yang produktif meliputi:
a. Mengembangkan kawasan budidaya yang memiliki peluang ekonomi tinggi;
b. Menetapkan dan mengembangkan kawasan budidaya dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan; dan
c. Menyediakan ruang untuk sektor informal untuk mendukung usaha industri rumah
tangga/kecil.

2.1.3 Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis Kabupaten Morowali


A. Kebijakan
Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
dan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya.
B. Strategi
Menetapkan dan mengembangkan kawasan kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya.

2.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Morowali

2.2.1 Rencana Struktur Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Kabupaten Morowali


Pusat –Pusat kegiatan di Kabupaten Morowali terbagi menjadi 1 Pusat Kegiatan
Lingkungan (PKL), 3 Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKLp), dan 5 Pusat Kegiatan
Kawasan (PPK), hal ini di tentukan berdasarkan total fasilitas, jumlah penduduk dan
melihat dari kondisi eksisiting, untuk lebih jelas pusat-pusat kegiatan di Kabupaten
Morowali dapat di lihat pada tabel sebagai berikut :

13
Tabel 2. 1 Hirarki Pelayanan Kabupaten Morowali
No Kecamatan Penduduk Hirarki Pusat Kegiatan
1 Bungku 21,984 PKL 1. Pusat Pemerintahan Kabupaten
Tengah 2. Perdagangan Skala Kabupaten
3. Pendidikan Skala Kabupaten
4. Kesehatan Skala Kabupaten
5. Perkebunan
6. Pertanian
2 Witaponda 17,985 PKLp 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pusat Pertanian
5. Tambak
3 Bahodopi 7,003 PKLp 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Industri
3. Pusat Perdagangan Kecamatan
4. Perkebunan
5. Pertanian
6. Peternakan
4 Bungku 13,747 PKLp 1. Pusat Pemerintahan Kecamatn
Selatan 2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pertanian
5 Bungku 4,373 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pesisir 2. Industri
3. Pusat Perdagangan Kecamatan
4. Perkebunan
5. Pertanian
6. Peternakan
6 Bungku Barat 10,859 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pusat Pertanian
5. Peternakan
7 Menui 12,636 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
Kepulauan 2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pertanian
8 Bumi Raya 12,029 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
2. Pusat Perdagangan Kecamatan
3. Perkebunan
4. Pertanian
5. Peternakan
6. Tambak
9 Bungku 8,257 PPK 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan
Timur 2. Industri
3. Pusat Perdagangan Kecamatan
4. Perkebunan
5. Pertanian
6. Peternakan
Sumber : Hasil Analisis (Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037)

14
a. Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) : Pusat Kegiatan Lingkungan di Kabupaten
Morowali terdapat di Kecamatan Bungku Tengah.
b. Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi (PKLp) : Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi di
Kabupaten Morowali terdapat di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Bahadopi Kecamatan
Witaponda, dan Kecamatan Bungku Selatan.
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa. PPK di kabupaten Morowali adalah Kecamatan Witadonpa, Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Menuai Kepulauan, Kecamatan
Bumi Raya dan Kecamatan Bunggku Timur.

2.2.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Morowali

2.2.2.1 Rencana Sistem Tranportasi


Pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Morowali direncanakan
mampu meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki serta meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
Kabupaten Morowali. Strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan akses pelayanan
perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut antara lain dengan menjaga
keterkaitan antar kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, pengembangan pusat
pertumbuhan, serta mengendalikan perkembangan kota-kota pantai serta mendorong
kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam
pengembangan wilayah disekitarnya.
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi yang terpadu dan merata di seluruh Wilayah Kabupaten Morowali ditempuh
melalui upaya meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat, laut, dan udara.Rencana pengembangan sistem transportasi
dalam hal ini mencakup rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat,
transportasi laut dan udara
A. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat
Rencana sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Morowali yaitu
renacana sistem jaringan jalan dan rencana terminal. Untuk rencana sistem jaringan
jalan di Kabupaten Morowali yaitu dapat di lihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 2. 2 Rencana Sistem Jaringan Jalan di Kabupaten Morowali
No. Nama Jalan Status Jalan
A. Jaringan Jalan Kolektor Primer K1 yang ada di Kabupaten Morowali 
1 Ruas jalan Tompira – Wosu Jalan Nasional
2 Ruas jalan Wosu - Bungku Jalan Nasional
3 Ruas jalan Bungku – Bahodopi Jalan Nasional

15
No. Nama Jalan Status Jalan
4 Ruas jalan Bahodopi batas Provinsi Sultra Jalan Nasional
5 Ruas Jalan Ululere – Batas Sulsel Jalan Propinsi
6 Ruas Jalan Buleleng – Matarape (segmen,1,2,3,4,5) Jalan Propinsi
B. Jaringan jalan Lokal Primer yang ada di Kabupaten Morowali 
1 Ruas Jalan Solonsa – Batas Morowali Utara Jalan Kabupaten
2 Ruas Jalan Dalam Desa Solonsa Jalan Kabupaten
3 Ruas Jalan Dalam Desa Solonsa Jaya Jalan Kabupaten
4 Ruas Jalan Ungkaya-Emea (A) Jalan Kabupaten
5 Ruas Jalan Ungkaya-Emea (B) Jalan Kabupaten
7 Ruas Jalan Ungkaya-Moahino Jalan Kabupaten
8 Ruas Jalan Dalam Desa Moahino Jalan Kabupaten
9 Ruas Jalan Linkar Atas Uedago-Emea Jalan Kabupaten
11 Ruas Jalan Dalam Desa Bumi Harapan Jalan Kabupaten
12 Ruas Jalan Dalam Desa Sampeantaba Jalan Kabupaten
13 Ruas Jalan Lasampi-Pontari Makmur (A) Jalan Kabupaten
14 Ruas Jalan Lasampi-Pontari Makmur (B) Jalan Kabupaten
15 Ruas Jalan Lasampi-Pontari Makmur (C) Jalan Kabupaten
16 Ruas Jalan Dalam Desa Lasampi Jalan Kabupaten
17 Ruas Jalan Inspeksi Irigasi Karaupa Jalan Kabupaten
18 Ruas Jalan Dusun Batu Tiga Jalan Kabupaten
19 Ruas Jalan Pebatae-Limbomakmur A Jalan Kabupaten
20 Ruas Jalan Pebatae-Limbomakmur B Jalan Kabupaten
21 Ruas Jalan Dalam Desa Pebatae Jalan Kabupaten
23 Ruas jalan Irigasi Karaupa Jalan Kabupaten
24 Ruas jalan Dalam Desa Umbele Jalan Kabupaten
25 Ruas jalan Atananga – Trans Limbo Makmur Jalan Kabupaten
26 Ruas jalan Samarenda – Lambelu Jalan Kabupaten
27 Ruas jalan Dalam Desa Lambelu Jalan Kabupaten
28 Ruas jalan Dalam Desa Samarenda Jalan Kabupaten
29 Ruas jalan Atananga – Lambelu Jalan Kabupaten
30 Ruas jalan Bahonsuai - Pebotoa Jalan Kabupaten
31 Ruas jalan Limbo Makmur – Lamasea Jalan Kabupaten
32 Ruas jalan Kabupaten – Atananga Jalan Kabupaten
33 Ruas jalan Dalam Desa Parilangke Jalan Kabupaten
34 Ruas jalan Kabupaten – Bahombelu Jalan Kabupaten
35 Ruas Jalan Dalam Desa Wata Jalan Kabupaten
36 Ruas Jalan Dalam Desa Uedago Jalan Kabupaten
37 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Negara Ambunu – Polili Jalan Kabupaten
38 Ruas Jalan Dalam Desa Ambunu Jalan Kabupaten
39 Ruas Jalan Dalam Desa Tondo Jalan Kabupaten
40 Ruas Jalan Topogaro – Polili Jalan Kabupaten
41 Ruas Jalan Irigasi Topogaro Jalan Kabupaten
42 Ruas Jalan Irigasi Larobenu Jalan Kabupaten
43 Ruas Jalan Irigasi Wosu Jalan Kabupaten
44 Ruas Jalan Irigasi Bahomoahi Jalan Kabupaten
45 Ruas Jalan Irigasi Bahomotefe Jalan Kabupaten
46 Ruas Jalan Irigasi Kolono Jalan Kabupaten
47 Ruas Jalan Irigasi Makarti Jaya Jalan Kabupaten

16
No. Nama Jalan Status Jalan
48 Ruas Jalan Irigasi Dampala Jalan Kabupaten
49 Ruas Jalan Polili - Sigendo Jalan Kabupaten
50 Ruas Jalan Dalam Desa Topogaro Jalan Kabupaten
51 Ruas Jalan Dalam Desa Umpanga Jalan Kabupaten
52 Ruas Jalan Dalam Desa Larobenu Jalan Kabupaten
53 Ruas Jalan Wosu – Trans wosu Jalan Kabupaten
54 Ruas Jalan Bahoea - Kabera Jalan Kabupaten
55 Ruas Jalan Bahoea – Trans Kabera Jalan Kabupaten
56 Ruas Jalan Dalam Desa Bahoea Jalan Kabupaten
57 Ruas Jalan Trans Kabera Jalan Kabupaten
58 Ruas Jalan Lanona – Trans – Puta Jalan Kabupaten
59 Ruas Jalan Lanona – Trans Lanona Jalan Kabupaten
60 Ruas Jalan Dalam Desa Lanona Jalan Kabupaten
61 Ruas Jalan Bahomante - Lala Jalan Kabupaten
62 Ruas Jalan Dalam Desa Bahontobungku Jalan Kabupaten
63 Ruas Jalan Dalam Desa Tudua Jalan Kabupaten
64 Ruas Jalan Bahontobungku-Sakita Jalan Kabupaten
65 Ruas Jalan Dalam Desa Pungkoilu Jalan Kabupaten
66 Ruas Jalan Dalam Desa Lahuafu Jalan Kabupaten
67 Ruas Jalan Dalam Desa Unsongi Jalan Kabupaten
68 Ruas Jalan Dalam Desa Nambo Jalan Kabupaten
69 Ruas Jalan Laroue - Koburu Jalan Kabupaten
70 Ruas Jalan Dalam Desa Laroue Jalan Kabupaten
71 Ruas Jalan Dalam Desa Keurea Jalan Kabupaten
72 Ruas Jalan Dalam Desa Ululere Jalan Kabupaten
73 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomoahi Jalan Kabupaten
74 Ruas Jalan Bahomotefe – Onepute Jaya Jalan Kabupaten
75 Ruas Jalan Irigasi Unepute Jaya Jalan Kabupaten
76 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomotefe Jalan Kabupaten
77 Ruas Jalan Dalam Desa Lele Jalan Kabupaten
78 Ruas Jalan Dalam Desa Dampala Jalan Kabupaten
79 Ruas Jalan Dalam Desa Siumbatu Jalan Kabupaten
80 Ruas Jalan Keurea - Bahomakmur Jalan Kabupaten
81 Ruas Jalan Fatufia - Bahomakmur Jalan Kabupaten
82 Ruas Jalan Dalam Desa Fatufia Jalan Kabupaten
83 Ruas Jalan Labota – Makarti Jaya Jalan Kabupaten
84 Ruas Jalan Dalam Desa Labota Jalan Kabupaten
85 Ruas Jalan Dalam Desa Betebete Jalan Kabupaten
86 Ruas Jalan Dalam Desa Lalampu Jalan Kabupaten
87 Ruas Jalan Dalam Desa Pungkeu Jalan Kabupaten
88 Ruas Jalan Dalam Desa Tangofa Jalan Kabupaten
89 Ruas Jalan Tangofa – Puungkeu Jalan Kabupaten
90 Ruas Jalan Dalam Desa Oneete Jalan Kabupaten
91 Ruas Jalan Dalam Desa Tandaoleo Jalan Kabupaten
92 Ruas Jalan Dalam Desa Torete Jalan Kabupaten
93 Ruas Jalan Dalam Desa Buleleng Jalan Kabupaten
94 Ruas Jalan Dalam Desa Laroenai Jalan Kabupaten
95 Ruas Jalan Dalam Desa Werea Jalan Kabupaten
96 Ruas Jalan Dalam Desa Sambalagi Jalan Kabupaten
97 Ruas Jalan One Ete – Tangofa Jalan Kabupaten
98 Ruas Jalan Dalam Desa Lamontoli Jalan Kabupaten
99 Ruas Jalan Lamontoli – Lalemo Jalan Kabupaten

17
No. Nama Jalan Status Jalan
100 Ruas Jalan lalemo - Matano Jalan Kabupaten
101 Ruas Jalan Dalam Desa Lalemo Jalan Kabupaten
102 Ruas Jalan Dalam Desa Padopado Jalan Kabupaten
103 Ruas Jalan Dalam Desa Pulau Bapa Jalan Kabupaten
104 Ruas Jalan Dalam Desa Padobale Jalan Kabupaten
105 Ruas Jalan Dalam Desa Waruwaru Jalan Kabupaten
106 Ruas Jalan Dalam Desa Po’o Jalan Kabupaten
107 Ruas Jalan Bungingkela-Jawi jawi Jalan Kabupaten
108 Ruas Jalan Bungingkela-Rumah sakit Pratama Jalan Kabupaten
109 Ruas Jalan Umbele-Pulau Dua Jalan Kabupaten
110 Ruas Jalan Umbele-Polewali Jalan Kabupaten
111 Ruas Jalan Dalam Desa Umbele Jalan Kabupaten
112 Ruas Jalan Bungingkela-Lakombulo Jalan Kabupaten
113 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Paku Jalan Kabupaten
114 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Buajangka Jalan Kabupaten
115 Ruas Jalan Dalam Desa Buajangka Jalan Kabupaten
116 Ruas Jalan Bakala-Paku Jalan Kabupaten
117 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Bakala Jalan Kabupaten
118 Ruas Jalan Paku-Koburu Jalan Kabupaten
119 Ruas Jalan Koburu-Buton Jalan Kabupaten
120 Ruas Jalan Buton-Jawi jawi Jalan Kabupaten
121 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Bungingkela Jalan Kabupaten
122 Ruas Jalan Waruwaru-Lemo Jalan Kabupaten
123 Ruas Jalan Sp.3Jln.Kabupaten-po’o Jalan Kabupaten
124 Ruas Jalan Polewali-Jalan Buntu Jalan Kabupaten
125 Ruas Jalan Dalam Desa Pulau Dua Jalan Kabupaten
126 Ruas Jalan Dalam Desa Polewali Jalan Kabupaten
127 Ruas Jalan Dalam Desa Panimbawang Jalan Kabupaten
128 Ruas Jalan Dalam Desa Boelimau Jalan Kabupaten
129 Ruas Jalan Dalam Desa Sainoa Jalan Kabupaten
130 Ruas Jalan Dalam Desa Bungintende Jalan Kabupaten
131 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Kabupaten-Tabura bura Jalan Kabupaten
132 Ruas Jalan Tabura bura-Tanjung Harapan Jalan Kabupaten
133 Ruas Jalan Kaleroang-Pulau Paku Jalan Kabupaten
134 Ruas Jalan Kaleroang –Bunginkela Jalan Kabupaten
135 Ruas Jalan Buajangka - Bakala Jalan Kabupaten
136 Ruas Jalan Tanjung Harapan-Tanona Jalan Kabupaten
137 Ruas Jalan Paku – Bakala Jalan Kabupaten
138 Ruas Jalan Lakombulo - Buajangka Jalan Kabupaten
139 Ruas Jalan Dalam Desa Lakombulo Jalan Kabupaten
140 Ruas Jalan Dalam Desa Tanjung Harapan Jalan Kabupaten
141 Ruas Jalan Dalam Desa Pawaru Jalan Kabupaten
142 Ruas Jalan Dalam Desa Bakala Jalan Kabupaten
143 Ruas Jalan Dalam Desa Paku Jalan Kabupaten
144 Ruas Jalan Dalam Desa Buton Jalan Kabupaten
145 Ruas Jalan Dalam Desa Jawi-Jawi Jalan Kabupaten
146 Ruas Jalan Dalam Desa Bungingkela Jalan Kabupaten
147 Ruas Jalan Lingkar Pulau Paku Jalan Kabupaten
148 Ruas Jalan Paku – Pado-Pado Jalan Kabupaten
149 Ruas Jalan Dalam Desa Matano Jalan Kabupaten
150 Ruas Jalan Matarape-Molore Jalan Kabupaten
151 Ruas Jalan Dalam Desa Matarape Jalan Kabupaten

18
No. Nama Jalan Status Jalan
152 Ruas Jalan Dalam Desa Dongkalang Jalan Kabupaten
153 Ruas Jalan Dalam Desa Pulau Tiga Jalan Kabupaten
154 Ruas Jalan Dalam Desa Masadiang Jalan Kabupaten
155 Ruas Jalan Dalam Desa Samarengga Jalan Kabupaten
156 Ruas Jalan Dalam Desa Padei Darat Jalan Kabupaten
157 Ruas Jalan Dalam Desa Padei Laut Jalan Kabupaten
158 Ruas Jalan Dalam Desa Ngapaea Jalan Kabupaten
159 Ruas Jalan Dalam Desa Ulunipa Jalan Kabupaten
160 Ruas Jalan Dalam Desa Padalaa Jalan Kabupaten
161 Ruas Jalan Dalam Desa Kofalagadi Jalan Kabupaten
162 Ruas Jalan Dalam Desa Morompaitonga Jalan Kabupaten
163 Ruas Jalan Dalam Desa Wawongkolono Jalan Kabupaten
164 Ruas Jalan Dalam Desa Terebino Jalan Kabupaten
165 Ruas Jalan Ulunambo-Padala Jalan Kabupaten
166 Ruas Jalan Ulunambo-Buranga Jalan Kabupaten
167 Ruas Jalan Ulunambo-Terebino Jalan Kabupaten
168 Ruas Jalan Padalaa-Torukuno Jalan Kabupaten
169 Ruas Jalan Buranga-Kofalagadi Jalan Kabupaten
170 Ruas Jalan Padalaa-Kofalagadi-Torukuno Jalan Kabupaten
171 Ruas Jalan Terebino-Torukuno Jalan Kabupaten
172 Ruas Jalan Ulunambo-ulunipa Jalan Kabupaten
173 Ruas Jalan Ulunipa - Ngapaea Jalan Kabupaten
174 Ruas Jalan Ngapaea – Terebino Jalan Kabupaten
175 Ruas Jalan Non Status Jalan Kabupaten
C. Jaringan jalan Lokal Sekunder yang ada di Kabupaten
Morowali
1 Ruas Jalan Dalam Kota Lantula Jaya Jalan Kabupaten
2 Ruas jalan Dalam Kota Bahonsuai Jalan Kabupaten
3 Ruas jalan Dalam Kota Wosu Jalan Kabupaten
4 Ruas jalan Lingkar BLK-SPBU Bahomohoni Jalan Kabupaten
5 Ruas jalan Kawasan Lingkar Atas Kantor Bupati Jalan Kabupaten
6 Ruas jalan Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Jalan Kabupaten
7 Ruas jalan Kawasan Perkantoran Funuasingko Jalan Kabupaten
8 Ruas jalan Ring Road Bawah Funuasingko-Bungku Jalan Kabupaten
9 Ruas jalan Ring Road Bawah Funuasingko-Bahomoleo Jalan Kabupaten
10 Ruas jalan Dalam Desa Sakita Jalan Kabupaten
11 Ruas Jalan Sp.3 Jln Kabupaten - Lamontoli Jalan Kabupaten
12 Ruas Jalan Buleleng – Trans Buleleng Jalan Kabupaten
13 Ruas Jalan Buleleng – Trans Buleleng 2 A Jalan Kabupaten
14 Ruas Jalan Dalam Trans Buleleng Unit 1 Jalan Kabupaten
15 Ruas Jalan Dalam Trans Buleleng Unit 2 Jalan Kabupaten
16 Ruas jalan IPI-BTN-PAM Jalan Kabupaten
17 Ruas Jalan Dalam Desa Makarti Jaya Jalan Kabupaten
18 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomakmur Jalan Kabupaten
19 Ruas Jalan Dalam Desa Unepute Jaya Jalan Kabupaten
20 Ruas Jalan Kampus Untad 2 Jalan Kabupaten
21 Ruas Jalan Bahomante – Lala Kampus Jalan Kabupaten

19
No. Nama Jalan Status Jalan
22 Ruas Jalan Dalam Desa Bahomante Jalan Kabupaten
23 Ruas Jalan Umpanga – Trans Umpanga Jalan Kabupaten
24 Ruas Jalan Dalam Desa Marga Mulya Jalan Kabupaten
25 Ruas jalan Dalam Desa Beringin Jaya Jalan Kabupaten
26 Ruas Jalan Dalam Desa Limbomakmur Jalan Kabupaten
27 Ruas jalan Dalam Desa Harapan Jaya Jalan Kabupaten
28 Ruas Jalan Dalam Desa Pontari Makmur Jalan Kabupaten
29 Ruas jalan BTN-IPI Jalan Kabupaten
30 Ruas Jalan Dalam Desa Emea Jalan Kabupaten
31 Ruas Jalan Dalam Desa Ungkaya Jalan Kabupaten
32 Ruas jalan Pasar Bungku-Lamberea Jalan Kabupaten
33 Ruas jalan Sakita Mempueno Jalan Kabupaten
34 Ruas jalan Lingkar Kolektor-Pasar Bungku Jalan Kabupaten
35 Ruas jalan Dalam Kota Kolono Jalan Kabupaten
36 Ringroad Atas Wosu – Sakita Jalan Kabupaten
37 Ruas jalan Mendui-Sakita Jalan Kabupaten
38 Ruas jalan Kolono - Ululere Jalan Kabupaten
39 Ruas jalan Bandara Jalan Kabupaten
40 Ruas jalan Bahomoleo Jalan Kabupaten
41 Ruas jalan Parilangke- Harapan Jaya Jalan Kabupaten
42 Ruas jalan Bahonsuai – Beringin Jaya Jalan Kabupaten
43 Ruas Jalan Boulevard KTM Jalan Kabupaten
44 Ruas jalan Pebatae – Lambelu Jalan Kabupaten
45 Ruas jalan Kampong Baru – Pontari Makmur Jalan Kabupaten
46 Ruas jalan Sampeantaba A – Lantula Jaya Jalan Kabupaten
47 Ruas jalan Sampeantaba B – Lantula Jaya Jalan Kabupaten
48 Ruas jalan Emea – Bumi Harapan Jalan Kabupaten
49 Ruas jalan dalam kota Lafeu Jalan Kabupaten
50 Ruas jalan dalam kota Bungku Jalan Kabupaten
51 Ruas jalan dalam kota Bahodopi Jalan Kabupaten
52 Ruas jalan dalam kota Kaleroang Jalan Kabupaten
53 Ruas jalan dalam kota Ulunambo Jalan Kabupaten
54 Ruas Jalan Pebatae – Umbele Jalan Kabupaten
55 Ruas Jalan Pebatae – Pebotoa Jalan Kabupaten
56 Ruas Jalan Sp.3 Jln.Negara Ambunu – Marga Mulya Jalan Kabupaten
57 Ruas jalan Lingkar Atas Uedago - Emea Jalan Kabupaten
58 Ruas Jalan Bahomoahi Lama – Bahomoahi Baru Jalan Kabupaten
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

Selain rencana jaringan jalan, juga direncanaklan pengembangan terminal.


Dengan memperhatikan rencana struktur ruang yang telah dirumuskan, rencana
pengembangan sistem jaringan jalan dan keberadaan terminal yang ada (eksisting), jenis

20
dan kelas pelayanannya, rencana pengembangan terminal angkutan penumpang untuk
Morowali adalah Terminal Tipe B di Kecamatan Bungku Tengah yang bersifat
penyempurnaan. Mengingat kegiatan ekonomi masyarakat yang bersifat primer dan
membutuhkan angkutan barang, maka fungsi terminal penumpang sebaiknya digabung
menjadi satu kesatuan.
B. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut dan Penyeberangan
Rencana pengembangan pelabuhan laut dilakukan dengan pertimbangan untuk
meningkatkan aksesibilitas, mendukung kegiatan ekonomi dan pengembangan kawasan
dan dengan memperhatikan kebijakan struktur ruang nasional, provinsi, kebijakan
pembangunan daerah, rencana zonasi kawasan pesisir, fungsi, skala pelayanan dan
keberadaan pelabuhan yang ada. Adapun hirarki pelabuhan laut adalah sebagai berikut :
 Pelabuhan Utama; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional
dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.
 Pelabuhan Pengumpul; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.
 Pelabuhan Pengumpan ; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. Pelabuhan pengumpan terdiri dari
pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.
 Pelabuhan pengumpan regional yang digunakan untuk melayani angkutan
penyeberangan antar kabupaten/ kota dalam 1 (satu) provinsi.
 Pelabuhan pengumpan lokal yang digunakan untuk melayani angkutan
penyeberangan dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
Sedangkan peran pelabuhan adalah:
 Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya;
 Pintu gerbang kegiatan perekonomian;
 Tempat kegiatan alih moda transportasi;
 Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan;
 Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan
 Mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara.
Dengan pertimbangan di atas, maka rencana pengembangan pelabuhan laut di
Kabupaten Morowali adalah sebagai berikut :

21
1. Pembangunan Pelabuhan Pengumpan Regional dan Pelabuhan Perikanan Nusantara di
Teluk Tolo
2. Peningkatan pelabuhan Pengumpul di Bungku, Bahonsuai dan Wosu
3. Peningkatan pelabuhan di Ulunambo dan Kaleroang sebagai Pelabuhan Pengumpan
Lokal
4. Peningkatan pelabuhan dan/atau terminal khusus di Witaponda, Bungku Barat,
Bungku Timur, Bahodopi, dan Bungku Pesisir.
C. Rencana Sistem Transportasi Udara
Sistem Jaringan Transportasi Udara, mencakup bandar udara umum dan bandar
udara khusus yang terdapat pada wilayah kabupaten. Sedangkan ruang udara untuk
penerbangan, yang terdiri atas ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan
langsung untuk kegiatan bandar udara, ruang udara di sekitar bandar udara yang
dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan ruang udara yang ditetapkan, misalnya
untuk lapangan terbang angkatan udara. Rencana pengembangan sistem transportasi
udara di Kabupaten morowali adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Bandar Udara Maleo di Desa Umbele Kecamatan Bumi Raya sebagai
bandar udara pengumpan dengan pelayanan domestik;
2. Rencana pembangunan bandar udara khusus di Kecamatan Bahodopi.

D. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Ketersediaan sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari
penduduk di Kabupaten Morowali dari air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah
dangkal/permukaan meliputi air sumur, air sungai,, bendungan, mata air dan lainnya
sedangkan pemenfaatan air tanah dalam dengan menggunakan sumur bor dalam. Sungai
sebagai penyedia sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih dan

Kepentingan pertanian (irigasi). Di Kabupaten Morowali terdapat daerah aliran


sungai yang tersebar yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih untuk rumah
tangga, untuk irigasi lahan pertanian dan industry kecil serta berpotensi untuk
pembangkit listrik tenaga air. Untuk mendukung keberadaan Kabupaten Marowali
sebagai kabupaten agropolis maka upaya pengembangan daerah irigasi perlu mendapat
perhatian dengan cara penambahan jaringan irigasi dan bendung air serta pengelolaan
sumberdaya air yang efisien. Adapun pengembangan daerah irigasi tersebut
direncanakan pada daerah-daerah yang dilintasi aliran sungai sehingga memudahkan
dalam perencanaan bendung dan jaringan air. Sumber air bersih sebagai sumber utama
keperluan masyarakat adanya konflik pemakaian pemakaian, disatu sisi digunakan
untuk keperluan air bersih namun disisi lain juga digunakan sebagai sumber potensi
untuk lahan pertanian lahan basah, sehingga dalam pengelolaannya sedapat mungkin
dilakukan keterpaduan pemakaian dan pengelolaan sehingga persediaan air tetap

22
terjagal. Untuk meningkatkan pola pengairan yang baik dan memadai yang harus
perhatikan dalam pengembangannya adalah:
1. Daerah irigasi yang sudah dibangun perlu diperbaiki dan pengembangannya
diarahkan pada daerah irigasi yang mempunyai luasan potensial lebih besar
dibanding luasan fungsional agar jaringan irigasi dapat menjangkau areal potensial.
2. Optimalisasi dan pemeliharaan serta perbaikan saluran irigasi yang sudah ada.
3. Di Kabupaten Morowali pola pengairannya sudah memadai dan dapat mengairi areal
persawahan yang ada sehingga kebutuhan akan air pada musim kemarau dapat
terpenuhi.
4. Peningkatan keterpaduan pengelolaan prasarana antara pemerintah dan masyarakat
serta swasta.
Menurut kondisi saat ini, banyaknya bangunan saluran yang tersebar di kawasan
ini bisa dikatakan relative baik. Irigasi tersebut dapat mencukupi kebutuhan pertanian,
perkebunan dan kebutuhan industry kecil. Pengelolaan dan pengaturan pola aliran
irigasi yang baik akan melahirkan keseimbangan yang baik pula. Dalam artian bahwa
pengelolaan irigasi yang berwawasan lingkungan.

E. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi


Mengingat besarnya peran telekomunikasi memerlukan dukungan dari teknologi
informasi seperti telepon nirkabel dan internet, maka pengelolaan infrastruktur
telekomunikasi yang cenderung berteknologi tinggi ini perlu lebih baik lagi, seperti
perlunya penggunaan bersama BTS (join provider). Satu BTS dapat digunakan secara
bersama dari 3-7 provider. Efisiensi ini tidak saja akan mengurangi biaya masing-
masing provider tapi juga akan menciptakan estetika permukiman dan pengurangan
dampak negatif dari sistem BTS tersebut, seperti pengurangan sebaran (radius) radiasi
dari pancaran elektromagnetik BTS tersebut. Pengembangan jaringan internet ke
seluruh kantor kecamatan dan lembaga pelayanan publik lainnya. Pemanfaatan
teknologi informasi juga akan meningkatkan profesionalitas, efisiensi, efektifitas dan
akuntabilitas kerja pemerintahan, baik secara internal maupun eksternal.
Mengingat daerah Morowali yang tidak berada pada jalur lintas perdagangan,
tingkat aksesibilitas yang tidak terlalu tinggi, namun mempunyai potensi sumber daya
alam yang sangat besar, terutama hasil pertanian, perkebunan dan pariwisata, maka
pengembangan komunikasi melalui internet menjadi sangat penting dikembangkan. Saat
ini pemasaran kopi, pendampingan petani kopi, rehabilitaisi hutan dan TNBBS,
pemasaran pariwisata telah dilakukan melalui internet, baik oleh pemerintah, swasta
terutama lembaga internasional yang beraktivitas di Morowali seperti Heifer, ICRAF,
WWF dan para peselancar dunia.
Oleh karena itu pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan sebagai
berikut :

23
1. Pengembangan sistem jaringan terestrial menggunakan kabel, atau fiber optic
sepanjang Kendari – Wanggudu – Bungku.
2. Sistem jaringan telepon nirkabel tersebar di setiap kecamatan
3. Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke kawasan perdesaan
yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.
4. Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial
danekonomi wilayah seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan,
minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan wisata.

F. Rencana Sistem Jaringan Energi


Mengingat akan terjadinya perubahan struktur ekonomi wilayah yang saat ini
didominasi sektor primer akan bergeser ke kegiatan sekunder dan tersier, maka untuk
kegiatan sekunder (industri) diperlukan adanya pasokan listrik yang memadai dan stabil.
Hal ini menjadi tantangan bagi Morowali karena kondisi pasokan listrik saat ini
mengalami kekurangan suplai (defisit).
Pemenuhan kebutuhan listrik tersebut dilakukan melalui pemulihan kinerja
PLTA melalui rehabilitasi, pengembangan Pembangkit Listrik Tanaga Mikro Hidro
(PMLTH) pada kawasan yang mempunyai sumber daya air yang dapat potensial,
pengembangan listrik tenaga surya, gelombang laut dan untuk sementara dapat
membangun PLTD. Sedangkan PLTD.
Rencana pengembangan sistem jaringan energi di Kabupaten morowali adalah
sebagai berikut :
1. Rencana pengembangan jaringan transmisi saluran udara tegangan tinggi (SUTET)
150 KV Tentena – Kolonedale – Bungku.
2. Gardu induk yang terdapat di Bungku Tengah.
3. Rencana pemulihan kinerja PLTA melalui rehabilitasi;
4. Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tanaga Mikro Hidro (PLTMH pada
kawasan yang mempunyai sumber daya air yang potensial; dan
5. Rencana pengembangan listrik tenaga surya dan gelombang laut.
G. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainya
 Rencana Sistem Jaringan Persampahan
Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar
mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk perkotaan, serta dampak yang ditimbulkannya apabila tidak
ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan
sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi
wilayah provinsi.
Secara garis besar pengelolaan sampah dapat di rinci seperti ini :

24
a. Pemilahan dari sumber/asal sampah telah dilakukan pemisahan antara sampah
organik dengan sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat pembuangan
sampah sementara (TPS);
b. Pengolahan : dilakukan pengomposan untuk sampah organik dan dilakukan
prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) untuk penanganan sampah anorganik.
c. Pengumpulan sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat
pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk,
motor gerobak;
d. Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST)
e. Pembuangan akhir sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPST, di mana
nantinya sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas
metan (bahan bakar) serta bahan bangunan. Secara teknis pengolahan sampah
dilakukan dengan pendekatan sanitary landfill.
f. Lokasi Rencana Pembuatan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah Desa Bahoruru.
Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung
timbulan sampah dan kebutuhan TPS serta TPA (TPST) :
a. Timbulan sampah domestik: 2 liter/orang/hari Domestik;
b. Setiap kab./kota membutuhkan minimal 1 TPA (TPST)
c. Setiap kecamatan membutuhkan minimal 1 TPS (25 m3)
Rencana pembangunan prasarana persampahan diarahkan untuk
meningkatkan dan perluasan jangkauan pelayanan sehingga permasalahan dapat
ditekan secara dini dengan pengelolaan sampah secara terpadu. Di lain pihak harus di
kompensasikan melalui peningkatan budayah bersih masyrakat dengan kemampuan
untuk mengelolah sampah rumah tangga sendiri. Pengelolaan sampah melalui
peningkatan daya angkut armada persampahan di wilayah kota Bungku utamanya
pada sumber sampah yang produksi sampahnya relatif besar, ini ditunjang dengan
pengadaan armada sampah. Sedangkan pada wilayah lain ini yang belum mampiu
ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman maka sampahnya dapat dikelolah
secara tradisional atau pemanfaatan sampah sebagai pupuk organik. Lokasi Rencana
Pembuatan TPAS terdapat di Kecamatan Bungku Timur.

 Rencana Sistem Jalur Evakuasi


Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
pelaksanaan penanggulangan bencana mulai dari tahapan sebelum bencana, saat
bencana hingga tahapan sesudah bencana yang dilakukan secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh. Penanganan terhadap kebencanaan memerlukan
perhatian yang cukup besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat

25
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, serta dampak yang
ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri.
Salah satu indikator tingkat kesiapsiagaan pemerintah dalam menghadapi
bahaya bencana tsunami baik itu di tingkat provinsi, kota maupun kabupaten, adalah
tersedianya peta jalur evakuasi dari bahaya tsunami. Peta jalur evakuasi ini
merupakan petunjuk bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri dari bencana
tsunami dengan cara mengikuti petunjuk rambu-rambu yang telah dipasang sampai
ke tempat evakuasi yang telah ditentukan.
Peta jalur evakuasi harus bersifat sederhana, mudah dibaca dan dimengerti
oleh semua kalangan atau kelompok masyarakat, baik penduduk setempat maupun
pendatang atau wisatawan untuk daerah wisata bahari. Peta jalur evakuasi bersifat
dinamis disesuaikan dengan informasi yang tersedia yang kemudian dapat
disempurnakan lagi sesuai dengan informasi kerentanan terhadap bencana,
perkembangan tata ruang kota dan tingkat kepadatan populasi. Di lapangan, peta
jalur evakuasi harus dilengkapi dengan rambu-rambu petunjuk menuju tempat aman
atau tempat evakuasi yang mudah dikenal dan jelas terlihat.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun atau merancang peta jalur
evakuasi adalah sebagai berikut. Jalur evakuasi dirancang menjauhi garis pantai dan
menjauhi aliran sungai. Prioritaskan bagi penduduk dari kawasan rawan bencana.
Jalur evakuasi disarankan tidak melintasi sungai atau jembatan Supaya tidak
terjadi penumpukan massa, dibuat beberapa jalur evakuasi paralel. Prioritaskan
daerah pantai yang terbuka tanpa pepohonan penutup (nyiur, cemara pantai,
mangrove) atau tanpa batu karang maupun gumuk pasir. Di daerah berpenduduk
padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistim blok yang dibatasi oleh aliran sungai,
dimana pergerakan massa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk
menghindari kemacetan Di daerah terlalu landai dimana tempat tinggi cukup jauh,
dibuat sistim kawasan aman sementara berupa bangunan-bangunan yang
direkomendasikan aman sebagai tempat evakuasi sementara (evakuasi vertikal)
Dalam setiap jalur evakuasi diperlukan rambu-rambu evakuasi untuk memandu
pengungsi menuju tempat aman.
Rencana pengembangan sistem jalur evakuasi adalah sebagai berikut :
a. seluruh ruas jalan dalam kawasan perkotaan menuju titik kumpul KTM Tawaru:
b. seluruh ruas jalan di Bahodopi menuju titik kumpul Kantor Kecamatan Bahodopi:

 Rencana Sistem jaringan Air Minum


Pelayanan air minum di Kabupaten Morowali perlu dilakukan mengingat
pentingnya kebutuhan air minum bagi masyarakat, perencanaan jaringa air minum
membuat masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan air minum, mengingat

26
kabupaten Morowali secara geografis terletak di daerah pesisir yang kesulitan untuk
mendapatkan air bersih, di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di Kab. Morowali
termasuk Kecamatan Bungku Tengah yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Morowali.
Rencana pengembangan sistem jaringan air minum di Kabupaten morowali
adalah sebagai berikut :
a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Tengah;
b. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Witaponda;
c. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Menui Kepulauan;
d. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Pesisir;
e. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bahodopi;
f. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Timur;
g. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bumi Raya; dan
h. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Bungku Barat

2.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Morowali

2.3.1 Kawasan Lindung


Rencana kawasan lindung adalah rencana untuk melindungi kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.Pengelolaan kawasan lindung merupakan upaya
penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Kawasan lindung
yang terdiri atas:
A. Kawasan Resapan Air
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Kawasan bergambut ditetapkan
dengan kriteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai
atau rawa, sedangkan kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang
mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata
air permukaan.
Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan, kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Morowali berupa kawasan
resapan air. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk penentuan kawasan resapan air
adalah daerah bercurah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air dan
mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran serta
kemiringan lereng lebih dari 25%.
Sebaran dan luas lahan Kawasan Resapan Air di Kabupaten Morowali dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :

27
Tabel 2. 3 Kawasan Resapan Air di Kabupaten Morowali Tahun 2017
N
Kecamatan Luas
o
1 Kec. Bahodopi 3,543.08
2 Kec. Bumi Raya -
3 Kec. Bungku Barat 1,630.30
4 Kec. Bungku Pesisir 1,584.17
5 Kec. Bungku Selatan -
6 Kec. Bungku Tengah 1,200.00
7 Kec. Bungku Timur -
8 Kec. Menui Kepulauan -
9 Kec. Witaponda -
Total 7,957.55
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

B. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung
spiritual dan kearifan lokal lainnya. Kriteria untuk masing-masing kawasan sesuai dengan
tinjauan beberapa kebijakan dan peraturan perundang-undangan adalah:
1. Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria:
 Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 20 sampai 100
(seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
 Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
 daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik tidak
memberlakukan peraturan point pertama.
2. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:
 daratan sepanjang tepian sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang
berpenduduk ditetapkan paling sedikit berjarak 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat)
meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
 daratan sepanjang tepian sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang
tidak berpenduduk ditetapkan paling sedikit berjarak 3 (tiga) sampai dengan 5
(lima) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang berpenduduk dengan kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3
(tiga) meter ditetapkan paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) sampai dengan 12
(duabelas) meter dari tepi kiri dan kanan sungai sepanjang alur sungai
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang berpenduduk dengan kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter ditetapkan
paling sedikit berjarak 15 (lima belas) sampai dengan 17 (tujuh belas) meter dari
tepi kiri dan kanan sungai sepanjang alur sungai

28
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk dengan kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan
3 (tiga) meter ditetapkan paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) sampai dengan 14
(empat belas) meter dari tepi kiri dan kanan sungai sepanjang alur sungai
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk dengan kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter
ditetapkan paling sedikit berjarak 15 (lima belas) sampai dengan 20 (dua puluh)
meter dari tepi kiri dan kanan sungai sepanjang alur sungai
 daratan sepanjang tepian sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
berpenduduk ditetapkan paling sedikit berjarak 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh)
meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
 daratan sepanjang tepian sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan yang tidak
berpenduduk ditetapkan paling sedikit berjarak 5 (lima) sampai dengan 9
(sembilan) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
berpenduduk untuk sungai kecil ditetapkan dengan jarak paling sedikit 50 (lima
puluh) sampai dengan 55 (lima puluh lima) meter dari tepi kiri dan kanan sungai
sepanjang alur sungai
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
berpenduduk untuk sungai besar ditetapkan dengan jarak paling sedikit 100
(seratus) sampai dengan 110 (seratus sepuluh) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
tidak berpenduduk untuk sungai kecil ditetapkan dengan jarak paling sedikit 50
(lima puluh) sampai dengan 60 (enam puluh) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
 daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan yang
tidak berpenduduk untuk sungai besar ditetapkan dengan jarak paling sedikit 100
(seratus) sampai dengan 120 (seratus dua puluh) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
3. Kawasan Reklamasi
Rencana kawasan reklamasi kawasan pesisir pantai Morowali seluas 22.46 ha
yang diperuntukan untuk ruang terbuka hijau (RTH). Lebih jelasnya lihat Tabel
dibawah.

Tabel 2. 4 Kawasan Perlindungan Setempat di Kabupaten Morowali Tahun 2017

Luas (ha)
N Kawasan
Kecamatan
o Sempadan Pantai Sempadan Sungai Reklamasi
untuk RTH
1 Kec. Bahodopi 494.56 2,014.83 -

29
Luas (ha)
N Kawasan
Kecamatan
o Sempadan Pantai Sempadan Sungai Reklamasi
untuk RTH
2 Kec. Bumi Raya 180.12 1,129.27 -
3 Kec. Bungku Barat 266.86 1,499.60 -
4 Kec. Bungku Pesisir 440.41 150.44 -
5 Kec. Bungku Selatan 1,158.39 13.06
6 Kec. Bungku Tengah 270.45 813.58 22.46
7 Kec. Bungku Timur 213.81 407.30 -
8 Kec. Menui Kepulauan 3,975.39 - -
9 Kec. Witaponda 139.07 1,328.46 -
Total 7,139.06 7,356.55 -
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

C. Kawasan Rawan Bencana


Kabupaten Morowali memiliki beberapa daerah bahaya, yaitu bahaya beraspek
hidrometerologi, berupa banjir (terutama di sepanjang aliran sungai) dan gelombang
pasang (ROB) (di daerah dekat pantai) serta bahaya yang beraspek geologi berupa
longsor dan gempa bumi. Kawasan bahaya tersebut menjadikannya memiliki resiko
bencana serta dapat dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana. Kabupaten
Morowali memiliki beberapa jenis bencana yang mengancam. Ancaman tersebut antara
lain adalah bencana banjir, tanah longsor, dan gempa bumi.

Tabel 2. 5 Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Morowali Tahun 2017


No Kawasan Luas
1 Rawan Bencana Longsor 10,328.35
2 Rawan Bencana Banjir 502.40
Total 95,170.42
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

2.3.1 Kawasan Budidaya


Kawasan budi daya kabupaten adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.Kawasan budi daya yang terdiri atas:
A. Kawasan Budidaya Hutan
Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan.Kawasan budidaya hutan di Kabupaten Morowali terdiri dari
hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi, di kabupaten
morowali kawasan budidaya hutan dengan luas yang terbesar yaitu berada di Bahodopi

30
dengan Total 54.654,76 Ha dan kawasan budidaya hutan yang paling terkecil yaitu di
Bumi Raya dengan luas 1.777,50 Ha untuk luas dan sebaran kawasan budidaya hutan di
Kabupaten Morowali dapat di lihat Pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. 6 Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya Hutan
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Per Kawasan (Ha)
Hutan Hutan Hutan
No. Kecamatan Total (Ha)
Produksi Produksi Produksi
Tetap Terbatas Konversi
1 Bahodopi 8.352,08 35.824,96 10.477,71 54.654,76
2 Bumi Raya 1.485,00 - 292,50 1.777,50
3 Bungku Barat 1.996,50 - 3.150,00 5.146,50
4 Bungku Pesisir - 17.724,56 876,00 18.600,56
5 Bungku Selatan - 5.206,06 - 5.206,06
6 Bungku Tengah 538,83 7.795,85 31.225,00 39.559,68
7 Bungku Timur - 23.406,53 2.983,43 26.389,96
8 Menui Kepulauan - 10.602,18 176,57 10.778,75
9 Witaponda 6.356,20 - 30.408,80 36.765,00
JUMLAH 18.728,61 100.560,15 41.486,43 160.775,18
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

B. Kawasan Peruntukan Perkebunan


Lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Morowali cukup luas
jika dibandingkan dengan lahan pertanian. Luas lahan perkebunan yang dapat
dimanfaatkan di Kabupaten Morowali sebesar 152.164,62 Ha dengan kecamatan terluas
untuk pemanfaatannya adalah Kecamatan Bahodopi sebesar 41.746,81Ha. Lahan
perkebunan yang ada di Kabupaten Morowali dimanfaatkan untuk tanaman komoditas
perkebunan, yaitu perkebunan kelapa dan perkebunan kelapa sawit, dimana perkebunan
kelapa terdapat di semua kecamatan di Kabupaten Morowali sedangkan perkebunan
kelapa sawit terdapat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, dan Kecamatan
Bungku Barat.
Tabel 2. 7 Luas dan Sebaran Perkebunan
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Perkebunan
1 Bahodopi 41.746,81
2 Bumi Raya 14.219,22
3 Bungku Barat 28.067,93
4 Bungku Pesisir 7.929,99
5 Bungku Selatan 3.708,22
6 Bungku Tengah 18.738,40
7 Bungku Timur 5.630,43
8 Menui Kepulauan 12.471,47
9 Wita Ponda 19.650,80
JUMLAH 152.164,62
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

31
C. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering
Lahan Pertanian Lahan Kering yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Morowali
denga total luas 13.381,91Ha dengan Kecamatan Bumi Raya Kepulauan yang memiliki luas
terbesar dengan 3.148,52 ha dan Kecamatan Bungku Timur yang memiliki luas lahan
pertanian terkecil dengan luas 209,06 ha, sebaran dan luasan pertanian lahan kering di
Kabupaten Morowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2. 8 Luas dan Sebaran Pertanian Lahan Kering
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Pertanian Lahan Kering
1 Bahodopi 1.150,16
2 Bumi Raya 3.148,52
3 Bungku Barat 2.213,00
4 Bungku Pesisir 1.155,41
5 Bungku Selatan 638,24
6 Bungku Tengah 1.529,00
7 Bungku Timur 1.049,36
8 Menui Kepulauan 209,06
9 Wita Ponda 2.289,15
JUMLAH 13.381,91
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

D. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah


Lahan Pertanian Lahan Basah yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Morowali
dengan total luas 4.927,50 Ha dengan Kecamatan Bumi Raya yang memiliki luas
terbesar dengan 1.929,03 ha, sebaran dan luasan pertanian lahan Lahan Basah di
Kabupaten Morowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2. 9 Luas dan Sebaran Pertanian Lahan Basah
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Pertanian Lahan Basah
1 Bahodopi 432,16
2 Bumi Raya 1.929,03
3 Bungku Barat 15,07
4 Bungku Pesisir -
5 Bungku Selatan -
6 Bungku Tengah 95,74
7 Bungku Timur 851,50
8 Menui Kepulauan -
9 Wita Ponda 1.604,00
JUMLAH 4.927,50
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

E. Kawasan Peruntukan Permukiman


Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang
digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat yang

32
berada di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan mempertimbangkan kelestarian
lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap lahan pertanian
teknis. Secara umum kawasan permukiman dapat dibedakan dalam 3 (tiga) kelompok,
yakni permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Wilayah perkotaan merupakan
kawasan yang digunakan sebagai pusat pergerakan berbagai kegiatan dengan aglomerasi
penduduk dan intensitas penggunaan lahan untuk permukiman yang tinggi, serta
ditunjang oleh tersedianya berbagai sarana prasarana penunjang transportasi dan
infrastruktur yang memadai.
Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Morowali
mengacu kepada kriteria dan karakteristik yang tercantum pada sistem regulasi yang ada.
Kawasan permukiman di Kabupaten Morowali mempunyai 2 (dua) karakter utama yaitu
permukiman perkotaan (urban) dan permukiman perdesaan (rural). Permukiman
perkotaan dapat dengan segera diidentifikasikan dari penampilan/perwujudan fisiknya
yang signifikan terkonsentrasi sebagai kawasan perkotaan (kawasan yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian). Permukiman perdesaan terletak tersebar menurut
kelompok yang relatif lebih kecil yang termasuk dalam kawasan perdesaan (kawasan
yang mempunyai kegiatan utama pertanian).
Rencana kawasan peruntukan permukiman dapat dibagi untuk kawasan perkotaan
dan pedesaan, berupa:
1. Kawasan Perkotaan, dengan arahan :
a. Upaya intensifikasi permukiman perkotaan, seperti kesesuaian lahan dan
peremajaan permukiman.
b. Dalam hal pengelolaan limbah, harus tersedia sarana IPAL komunal
sesuai dengan standar yang berlaku. IPAL komunal dapat disediakan oleh
pemerintah daerah, atau bekerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat.
c. Industri rumah tangga serta industri kecil dapat dilakukan di kawasan
permukiman perkotaan selama memiliki izin lingkungan dan memperhatikan
gangguan yang ditimbulkannya.
d. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman perkotaan di wilayah
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya,
dan Kecamatan Bahodopi.
e. Harus menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) sesuai dengan ketentuan
2. Kawasan Perdesaan, dengan arahan :
a. Kawasan permukiman perdesaan dikembangkan untuk menahan laju
urbanisasi ke kawasan perkotaan disamping sebagai upaya pemerataan jumlah
penduduk.
b. Perlu perbaikan kondisi fisik bangunan serta lingkungan rumah agar
tercipta kualitas permukiman yang layak huni.

33
c. Industri rumah tangga serta industri kecil dapat dilakukan di kawasan
permukiman perdesaan selama memiliki izin lingkungan dan memperhatikan
gangguan yang ditimbulkannya.
d. Perlu disediakan akses yang baik antara permukiman perdesaan dengan
kawasan pertanian di sekitarnya.
e. Setiap lingkungan permukiman perdesaan diarahkan mempunyai sistem
pengelolaan persampahan, limbah dan air bersih secara mandiri dan komunal.
f. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman perdesaan di wilayah
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku
Selatan, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, dan Kecamatan
Menui Kepulauan.
3. Kawasan peruntukan pemukiman transmigrasi di Kabupaten morowali di arahkan
sebagai berikut :
a. Kawasan Transmigrasi Bungku terdapat di Kecamatan Bungku Tengah,
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Witaponda dan
Kawasan KTM Tawaru Bungku.
b. Kawasan Transmigrasi Watu Pali terdapat di Kecamatan Bungku Timur,
Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan,
dan Kecamatan Menui Kepulauan.

Kabupaten Morowali terbagi dua luas kawasan permukiman yaitu kawasan


permukiman Pedesaan dan kawasan permukiman Perkotaan. Untuk luas kawasan
permukiman pedesaan yang terbesar yaitu berada di Bungku Tengah dengan luas 260,68
Ha dan untuk luas kawasan permukiman perkotaan yang terbesar berada di Bungku
Tengah dengan luas 179,63 Ha. Sebaran dan luasan Kawasan Permukiman di Kabupaten
Morowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2. 10 Luas dan Sebaran Kawasan Permukiman di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Permukiman Pedesaan Permukiman Perkotaan
1 Bahodopi 111,16 -
2 Bumi Raya 241,90 -
3 Bungku Barat 191,02 -
4 Bungku Pesisir 59,04 -
5 Bungku Selatan 93,38 -
6 Bungku Tengah 260,68 179,63
7 Bungku Timur 111,86 1,22
8 Menui Kepulauan 141,18 -
9 Wita Ponda 141,18 -
JUMLAH 1.982,42 180,85
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

34
F. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Morowali terdiri dari kawasan
peruntukan budidaya perikanan laut, kawasan peruntukan budidaya perikanan tambak/air
tawar, kawasan peruntukan pengolahan ikan. Berikut ini adalah sebaran dari kawasan
peruntukan perikanan di Kabupaten Morowali :
1. Kawasan peruntukan budidaya perikanan laut, terdapat di:
a. Kecamatan Bahodopi
b. Kecamatan Bungku Selatan
c. Kecamatan Menui Kepulauan
d. Kecamatan Witaponda
2. Kawasan peruntukan budidaya perikanan tambak/air tawar terdapat di:
a. Kecamatan Bumi Raya
b. Kecamatan Witaponda
c. Kecamatan Bungku Barat
d. Kecamatan Bungku Tengah
3. Kawasan peruntukan pengolahan ikan terdapat di:
a. Kecamatan Witaponda
b. Kecamatan Bungku Selatan
c. Kecamatan Menui Kepulauan

Lahan peruntukan Perairan yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Morowali


dengan total luas 923.52 Ha dengan Kecamatan Bumi Raya yang memiliki luas terbesar
dengan 330.92 ha dan Kecamatan Bungku Selatan yang memiliki luas lahan pertanian
terkecil dengan luas 4.56 ha, peruntukan kawasan perairan hampir terdapat di sempajang
pesisir Kabupaten Morowali yang diman juga dapat di gunakan sebagai sempadan pantai
untuk mengatasi abrasi. Sebaran dan luasan kawasan peruntukan tambak di Kabupaten
Morowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2. 11 Luas dan Sebaran Kawasan Peruntukan Perairan
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Perairan
1 Bahodopi 147.91
2 Bumi Raya 330.92
3 Bungku Barat 58.80
4 Bungku Pesisir 36.56
5 Bungku Selatan 4.56
6 Bungku Tengah 157.49
7 Bungku Timur 63.02
8 Menui Kepulauan 43.21
9 Wita Ponda 81.06
JUMLAH 923.52
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

35
Lahan peruntukan tambak yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Morowali
dengan total luas 886,37 Ha dengan Kecamatan Wita Ponda yang memiliki luas terbesar
dengan 450,13 ha. Sebaran dan luasan kawasan peruntukan tambak di Kabupaten
Morowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2. 12 Luas dan Sebaran Kawasan Peruntukan tambak
di Kabupaten Morowali 2017
Luas Peruntukan (Ha)
No. Kecamatan
Tambak
1 Bahodopi 1,82
2 Bumi Raya 374,55
3 Bungku Barat 1,33
4 Bungku Pesisir -
5 Bungku Selatan -
6 Bungku Tengah 36,68
7 Bungku Timur 21,86
8 Menui Kepulauan -
9 Wita Ponda 450,13
JUMLAH 886,37
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

G. Kawasasan Peruntukan Pertambangan Dan Industri


Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Morowali, dirinci meliputi
kawasan-kawasan :
a. kawasan peruntukan wilayah pertambangan mineral logam yang tersebar di seluruh
wilayah kecamatan.
b. kawasan peruntukan wilayah pertambangan mineral bukan logam terdapat di :
 Kecamatan Witaponda
 Kecamatan Bumi Raya
 Kecamatan Bungku Barat
 Kecamatan Bungku Tengah
 Kecamatan Bungku Timur
 Kecamatan Bahodopi
c. kawasan peruntukan wilayah pertambangan batuan yang tersebar di seluruh wilayah
kecamatan.
d. kawasan peruntukan wilayah pertambangan minyak dan gas bumi terdapat di :
 Kecamatan Witaponda
 Kecamatan Bumi Raya
 Kecamatan Bungku Barat
 Kecamatan Bungku Tengah
Berikut ini adalah tabel luas dan sebaran kawasan pertambangan yang berada di
Kabupaten Morowali :

36
Tabel 2. 13 Luas dan Sebaran Kawasan Pertambangan Kabupaten Morowali 2017

No. Fungsi Kaw Hutan Total (Ha)

1 WP Mineral Logam 156,506


2 WP Batuan 15,795.61
3 WP Minyak Dan Gas Bumi 52,020 ha
JUMLAH 272,034.07
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

Peruntukan kawasan industri di Kabupaten Morowali terdiri atas peruntukan


kawasan industri berat/besar, peruntukan kawasan industri sedang, dan peruntukan
kawasan industri rumah tangga. Berikut ini adalah peruntukan kawasan industri yang
tersebar di wilayah Kabupaten Morowali :
1. Kawasan peruntukan industri berat/besar
a. Kecamatan Bahodopi
b. Kecamatan Bungku Pesisir
c. Kecamatan Bungku Selatan
2. Kawasan peruntukan industri sedang
a. Kecamatan Witaponda
b. Kecamatan Bumi Raya
c. Kecamatan Bungku Barat
d. Kecamatan Bungku Tengah
e. Kecamatan Bahodopi
f. Kecamatan Menui Kepulauan

3. Kawasan peruntukan industri rumah tangga tersebar diseluruh wilayah Kabuapten


Morowali.
Kawasan Industri Berat/Besar adalah suatu kawasan industri di atas tanah yang
cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh seseorang atau sebuah lembaga yang
cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat,
ketersediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksesibilitas transportasi.
Lahan luas dan sebaran kawasan industri berat di kabupaten morowali dengan total luas
1.919,61 Ha dan Kecamatan Bahodopi yang memiliki luas terbesar yaitu 1.919,61 Ha.
Sebaran dan luasan Kawasan Industri Besar di Kabupaten Morowali dapat dilihat pada
tabel di bawah :

37
Tabel 2. 14 Luas dan Sebaran Kawasan Industri Besar Kabupaten Morowali 2017

Luas (Ha)
No. Kecamatan
Industri Besar
1 Bahodopi 1.919,61
2 Bumi Raya -
3 Bungku Barat -
4 Bungku Pesisir -
5 Bungku Selatan -
6 Bungku Tengah -
7 Bungku Timur -
8 Menui Kepulauan -
9 Wita Ponda -
JUMLAH 1.919,61
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

H. Kawasan Peruntukan Pariwisata


Kabupaten Morowali memiliki keanekaragaman flora dan fauna dan kawasan wisata
alam yang dapat dikelola menjadi pendapatan asli daerah dari Kabupaten Morowali itu
sendiri. Rencana peruntukan pariwisata di Kabupaten Morowali terdiri atas :
1. kawasan peruntukan pariwisata budaya, yakni Situs Istana Raja Bungku, Masjid
Tua, Makam Raja Bungku dan Benteng Fafontofure, terdapat di Kecamatan
Bungku Tengah.
2. kawasan peruntukan pariwisata alam terdiri dari :
a. Penangkaran burung maleo terdapat di Kecamatan Bungku Barat
b. Penangkaran anoa terdapat di Kecamatan Bungku Timur
c. Suaka Marga Satwa laut pulau tiga terdapat di Kecamatan Menui Kepulauan
d. Rekreasi laut Pulau Sombori terdapat di Kecamatan Menui Kepulauan
e. Permandian Tompaika terdapat di Kecamatan Bungku Tengah
f. Air terjun Wosu terdapat di Kecamatan Bunku Barat
g. Air terjun Buleleng terdapat di Kecamatan Bungku Pesisir
3. kawasan peruntukan pariwisata buatan terdi dari :
a. Agrowisata Perkebunan Kelapa Sawit terdapat di Kecamatan Witaponda dan
Kecamatan Bumi Raya.
b. Ekowisata Mangrove terdapat di Kecamatan Bungku Tengah.
Berikut ini adalah tabel dari luas dan sebaran kawasan budidaya yang
terdapat di Kabupaten Morowali :

38
Tabel 2. 15 Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya Kabupaten Morowali
No
Peruntukan Luas (ha)
.
1 Permukiman 2.163,27
2 Peternakan 1.474.72
3 Tambak 886,37
4 Perkebunan 152.164,62
5 Perairan 933.83
6 Pertanian Lahan Kering 13.381,91
7 Pertanian Lahan Basah 4.927,50
JUMLAH 175.932,22
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab.Morowali Tahun 2017-2037

I. Kawasan Peruntukan Lainnya


Disamping 7 (tujuh) kawasan peruntukan yang membentuk sistem penggunaan
lahan (landuse system), di Kabupaten Morowali terdapat beberapa peruntukan kawasan
lainnya yang harus diperhatikan perkembangannya. Berikut ini adalah beberapa
peruntukan kawasan di Kabupaten Morowali yang mempunyai pengaruh terhadap pola
ruang wilayah, yaitu :
1. Kawasan Perdagangan dan Jasa
Perdagangan dan jasa merupakan salah satu penopang pengembangan Kabupaten
Morowali, sehingga peruntukannya harus disediakan dengan benar serta saling
mendukung satu dengan yang lainnya. Kegiatan dalam kawasan peruntukan perdagangan
dan jasa di Kabupaten Morowali terdiri dari :
a. Usaha perdagangan (eceran dan grosir) yang terdiri atas: pusat pertokoan, pasar
tradisional, toko dan warung.
b. Usaha jasa yang meliputi:
(1) Hotel, guest house, motel, dan penginapan
(2) Penyimpanan dan pergudangan
(3) Tempat pertemuan
(4) Tempat rekreasi dan hiburan
c. Perkantoran, apotek, rumah sakit dan yang sejenis
d. Kawasan Peruntukan Perdagangaan dan jasa terdiri atas :
(1) kawasan peruntukan pasar tradisional tersebar diseluruh wilayah Kabuapten
Morowali.
(2) kawasan peruntukan pusat pertokoan terdapat di :
 Kecamatan Bungku Tengah
 Kecamatan Witaponda
 Kecamatan Bumi Raya
 Kecamatan Bahodopi.
(3) kawasan peruntukan perhotelan dan penginapan terdapat di :

39
 Kecamatan Bungku Tengah
 Kecamatan Witaponda
 Kecamatan Bumi Raya
 Kecamatan Bahodopi
 Kecamatan Menui Kepulauan
 Kecamatan Bungku Selatan
Kriteria umum pengembangan kawasan perdagangan dan jasa tersebut adalah :
a. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan rawan bencana alam
b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai
c. Luasan-nya dan jam operasinya memperhatikan aturan yang berlaku
d. Pendiriannya wajib memiliki Izin melakukan usaha yang diterbitkan oleh Bupati,
yang terdiri atas:
1) Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk Pasar Tradisional
2) Izin Usaha Pusat Pertokoan (IUPP) untuk Pusat Pertokoan.
3) Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk Minimarket.
e. Permintaan IUP2T, IUPP dan IUTM dilengkapi dengan studi kelayakan
termasuk analisis mengenai dampak lingkungan, terutama aspek sosial budaya
dan dampaknya bagi pelaku perdagangan eceran setempat dan Rencana
Kemitraan dengan Usaha Kecil.
f. Pendiriannya juga wajib memenuhi ketentuan:
1) Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, termasuk
keberadaan tempat usaha seperti Pasar Tradisional, Pusat Pertokoan dan Toko
Modern serta Usaha Kecil, termasuk koperasi, yang ada di wilayah tersebut.
2) Menyediakan areal parkir yang memadai dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
3) Menyediakan fasilitas untuk menjamin tempat usaha tersebut yang bersih,
sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.
2. Kawasan Perkantoran
Dalam penentuan pengklasifikasian kriteria perencanaan mengenai peruntukan kawasan
perkantoran terdiri dari :
1) Penentuan lokasi perkantoran memperhatikan kepetingan urban yang menuntut
efisiensi pergerakan baik dari lokasi perumahan ataupun perdagangan/jasa.
2) lokasi dengan akses cukup tinggi bagi masyarakat berupa ketersediaan transportasi
umum/massal serta infastruktur koa yang memadai
3) penyediaan lahan parkir disesuaikan dengan standar perparkiran.
Rencana mengenai pengembangan kawasan peruntukan perkantoran yang ada di
Kabupaten Morowali di tetapkan pada wilayah Kecamatan Bungku Tengah.

3. Kawasan Reklamasi

40
Kegiatan pengurukan kawasan pantai untuk peningkatan kawasan pelabuhan khusus yang
terintegrasi dengan kawasan industri. Adapun rencana lokasi reklamasi dibagian pesisir
pantai Morowali khususnya di Kecamatan Bungku Timur, Bahodopi dan Bungku Pesisir.

41
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MOROWALI

3.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi


Berdasarkan badan pusat statistik Kabupaten Morowali memiliki batas astronomis
antara 01o 31’ 12’’ Lintang Selatan dan 03o 46’ 48’’ Lintang Selatan serta antara 121o 02’
24’’ Bujur Timur dan 123o 15’ 36’’ Bujur Timur. Akhir tahun 2019 wilayah administrasi
Kabupaten Morowali memiliki 9 Kecamatan, yaitu Menui Kepulauan, Bungku Selatan,
Bahodopi, Bungku Pesisir, Bungku Tengah Bungku Timur, Bungku Barat, Bumi Raya, dan
Witaponda.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Morowali adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Morowaali Utara
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Tolo


Kabupaten Morowali merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah.
Kabupaten Morowali memiliki luas (km2) daerah sebesar 5.472,00. Secara administrasi
Kecamatan yang berdekatan dengan Kabupaten Morowali adalah Kecamatan Bung Tengah
dengan ibu kota Marsaoleh. Ibu kota Kabupaten Morowali berada di Kecamatan Bungku
Tengah, memiliki 9 Kecamatan, 7 Kelurahan dan 126 Desa.
Tabel 3. 1 Luas Wilayah Menurut kecamatan di Kabupaten Morowali, 2019
No Kecamatan Luas (km2) Presentase
.
1. Menuai Kepulauan 223,63 4,09
2. Bungku Selatan 403,90 7,38
3. Bahodopi 1.080,98 19,75
4. Bungku Pesisir 867,29 15,85
5. Bungku Tengah 725,57 13,26
6. Bungku Timur 387,23 7,08
7. Bungku Barat 758,93 13,87
8. Bumi Raya 504,77 9,22
9. Witaponda 519,70 9,50
Morowali 5.472,00 100,00
Sumber: Kabupaten Morowali Dalam Angka, 2020

Berdasarkan tabel 3.1, dapat diketahui bahwa Kecamatan dengan wilayah terluas di
Kabupaten Morowali adalah Kecamatan Bahodopi dengan luas wilayah 1.080,98 km 2,
sedangkan Kecamatn dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Menuai Kepulauan dengan luas
wilayah 223,63km2.

42
43
Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kab. Morowali

44
3.2 Kependudukan
Istilah kependudukan (population) dihubungkan dengan hal-hal yang menyangkut
perubahan-perubahan dalam struktur kependudukan, yang meliputi pertumbuhan
penduduk, jumlah penduduk, komposisi, dan persebaran penduduk. Perubahan-perubahan
tersebut dapat terjadi karena kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan,
perpinda-han penduduk (migration) dan mobilitas sosial. Permasalahan kepe-ndudukan
adalah merupakan topik yang tetap menarik untuk dibahas, karena berbagai aspek
kependudukan yang saling terkait dengan berbagai aspek pembangunan lainnya. Jumlah
penduduk suatu daerah dapat berarti positif dan dapat pula berarti negatif bila dilihat dari
dimensi waktu dan daerah yang berbeda. Pada waktu jumlah penduduk masih sedikit dan
disertai dengan kualitas sumber daya manusia rendah merupakan suatu masalah
kependudukan tersendiri yang mengakibat-kan lambatnya perkembangan peradaban
manusia. Pada waktu yang berbeda ketika perkembangan jumlah penduduk yang tinggi
justru dapat menjadi ancaman bagi kesejahteraan penduduk itu sendiri karena berhubungan
dengan masalah- masalah sosial dan ekonomi.
Suatu daerah yang jumlah penduduknya sudah sangat banyak merupakan masalah
yang sangat sulit untuk ditanggulangi, karena berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan,
misalnya sulitnya menyiapkan lapangan kerja sehingga menimbulkan pengangguran yang
berakibat munculnya pemukiman-pemukiman kumuh, timbulnya masa-lah gangguan
keamanan dan masalah sosial lainnya. Sementara itu, pada daerah-daerah yang mempunyai
wilayah luas dengan sumber daya alamnya yang cukup potensial justru masih kekurangan
penduduk (tenaga kerja) untuk mengelolanya agar dapat bermanfaat bagi kehidupan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian
dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup berbagai aspek
antara lain jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk
serta komposisi penduduk.
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk akan terus bertambah yang disebabkan oleh tingkat kelahiran
lebih tinggi dari tingkat kematian dan migrasi masuk (in migration) lebih besar dari pada
migrasi keluar (out migration). Sensus Penduduk Kabupaten Morowali Tahun 2010
diketahui jumlah penduduk Kabupaten Morowali sebanyak 102.228 jiwa meningkat
sebesar 10,66 persen pada Tahun 2015 menjadi 113.132 jiwa, yang kemudian meningkat
menjadi sebanyak 117.330 jiwa pada Tahun 2017 dan pada Tahun 2019 jumlah penduduk
Kabupaten Morowali sebesar 121.296 jiwa. Ini berarti bahwa terjadi peningkatan sebesar
18,65 persen selama periode Tahun 2010-2019 dengan rata-rata laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,92 persen perTahun. Data tren pertumbuhan penduduk Kabupaten
Morowali antara Tahun 2010 dengan 2018 dan antara jumlah penduduk Tahun 2015
dengan Tahun 2019 menurut kecamatan tersaji pada Tabel 3.2.
Pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di

45
Kecamatan Bungku Tengah, yang pada Tahun 2019 tercatat berjumlah 26.193 jiwa, diikuti
oleh Kecamatan Wita Ponda sebanyak 19.892 jiwa, Kecamatan Bungku Selatan sebesar
14.667 jiwa, dan selanjutnya Kecamatan Menui Kepulauan sebanyak 13.462 jiwa,
Kecamatan paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Bungku Pesisir sebesar 4.688
jiwa. Laju pertumbuhan penduduk yang merupakan profil dari tingkat perkembangan
jumlah penduduk di Kabupaten Morowali bervariasi antar kecamatan.
Tabel 3.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Morowali, Tahun 2010, 2018, 2019
Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk
No Kecamatan per Tahun (%)
2010 2018 2019 2010–2019 2018–2019
1 2 3 4 5 6 7
1 Menui Kepulauan 12.064 13.462 13.609 1,35 1,09
2 Bungku Selatan 17.273 14.667 14.831 -1,68 1,12
3 Bahodopi 6.594 7.634 7.754 1,82 1,57
4 Bungku Pesisir - 4.688 4.745 - 1,22
5 Bungku Tengah 27.774 25.477 26.193 -0,65 2,81
6 Bungku Timur - 8.875 8.989 - 1,28
7 Bungku Barat 10.093 12.091 12.331 2,25 1,98
8 Bumi Raya 11.488 12.813 12.952 1,34 1,08
9 Witaponda 16.942 19.585 19.892 1,8 1,57
  Morowali 102.228 119.292 121.296 1,92 1,68
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020

Rata-rata pertumbuhan penduduk periode Tahun 2019 sekitar 2,25 persen (Tahun
2018-2019), tertinggi di Bungku Barat antara Tahun 2010-2019 dan Bungku Tengah antara
Tahun 2018-2019 sebesar 2,81 persen.
b. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Indikator yang digunakan untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis
kelamin adalah rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu perbandingan antara jumlah penduduk
laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Semakin besar penduduk perempuan,
potensi fertilitasnya semakin tinggi. Meskipun tinggi rendahnya fertilitas dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial, ekonomi, dan karakteristik demografi. Secara lengkap informasi
mengenai rasio jenis kelamin penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Morowali dapat
dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

46
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Morowali Tahun 2019
Jenis Kelamin Jumlah
Kecamatan Persentase (%)
Laki-laki Perempuan (Jiwa)
Menui Kepulauan 6.637 6.972 13.609 11,22
Bungku Selatan 7.344 7.487 14.831 12,23
Bahodopi 4.102 3.652 7.754 6,39
Bungku Pesisir 2.432 2.313 4.745 3,91
Bungku Tengah 13.406 12.787 26.193 21,59
Bungku Timur 4.537 4.452 8.989 7,41
Bungku Barat 6.464 5.867 12.331 10,17
Bumi Raya 6.681 6.271 12.952 10,68
Wita Ponda 10.295 9.597 19.892 16,40
Total 61.898 59.398 121.296 100
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020

Seperti pada Tabel 2.15, persentase jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten


Morowali adalah Kecamatan Bungku Tengah sebagai ibukota Kabupaten Morowali
dengan persentase sebesar 21,59 persen dari total penduduk Kabupaten Morowali secara
keseluruhan, diikuti oleh Kecamatan Wita Ponda sebesar 16,40 persen dan selanjutnya
Kecamatan Bungku Selatan sebesar 12,23 persen, sedangkan kecamatan yang paling
sedikit penduduknya di Kabupaten Morowali adalah Kecamatan Bungku Pesisir yang
hanya sebesar 4.745 jiwa atau proporsinya mencapai 3,91 persen dari total penduduk
Kabupaten Morowali. Penduduk Kabupaten Morowali mengalami peningkatan dari
115.199 jiwa pada Tahun 2016 menjadi 117.330 jiwa pada Tahun 2017, dan hingga Tahun
2019 meningkat menjadi 121.296 jiwa. Selanjutnya dilihat dari data perbandingan jumlah
penduduk Kabupaten Morowali dengan Kabupaten/ Kota Provinsi Sulawesi Tengah pada
Tahun 2015-2019 disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Perbandingan Jumlah Penduduk Kabupaten Morowali Dengan Kabupaten/Kota Provinsi
Sulawesi Tengah, Tahun 2015-2019
Tahun
Kabupaten/Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Bangkep 114,98 116,01 116,81 117,63 118,40
Banggai 354,40 360,02 365,62 371,32 376,81
Morowali 113,13 115,20 117,33 119,29 121,30
Poso 235,57 240,81 245,99 251,18 256,39
Donggala 293,74 296,38 299,17 301,59 304,11
Tolitoli 225,88 228,50 231,00 233,40 235,80
Buol 149,00 152,30 155,59 158,79 162,18
Parigi Moutong 457,71 465,88 474,34 482,79 490,92
Tojo Una-una 147,54 149,21 150,82 152,47 153,99
Sigi 229,47 232,17 234,59 237,01 239,42

47
Tahun
Kabupaten/Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Banggai Laut 69,51 70,89 72,30 73,69 75,00
Morowali Utara 117,67 120,32 122,99 125,62 128,32
Palu 368,09 374,02 379,78 385,61 391,38
Sulawesi Tengah 2.876 2.921 2.966 3.010 3.054
Sumber: BPS, Statistik Daerah Sulawesi Tengah, Tahun 2016-2020

Secara umum, pertumbuhan penduduk menurut Kabupaten/kota di Provinsi


Sulawesi Tengah terus-menerus mengalami peningkatan dari Tahun ke Tahun. Pada
Tahun 2016, total penduduk Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 2.876.689 jiwa dan
mengalami peningkatan menjadi 2.966.325 jiwa pada Tahun 2017, kemudian Tahun 2019
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 3.054 juta jiwa. Pada Tahun 2019,
Kabupaten Parigi Moutong merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak
sebesar 490,92 ribu jiwa; kemudian diikuti Kota Palu dengan jumlah penduduk sebanyak
391,38 ribu jiwa dan peringkat ketiga Kabupaten Banggai sebanyak 376,81 ribu jiwa,
peringkat keempat Kabupaten Donggala sebanyak 304,11 ribu jiwa.
Jumlah penduduk Kabupaten Morowali menempati urutan ke-duabelas dari tiga
belas kabupaten/kota pada Tahun 2019 sebanyak 121,30 jiwa, serta Kabupaten Banggai
Laut menjadi Kabupaten dengan jumlah penduduk terendah yakni sebanyak 128,32 jiwa.
Pertambahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor yakni jumlah kelahiran dan
kematian, emigrasi dan imigrasi.
c. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan
penduduk juga mengalami peningkatan. Pada Tahun 2019, rata- rata kepadatan penduduk
Kabupaten Morowali adalah 22,17 jiwa per km2. Persebaran penduduk di wilayah
Kabupaten Morowali tidak merata jumlahnya pada semua wilayah kecamatan, yakni
Kecamatan Bungku Tengah sebagai pusat pemerintahan dan pusat pemerintahan
Kabupaten Morowali memiliki luas wilayah kecamatan sebesar 725,57 km², dengan
jumlah penduduk sebanyak 26.193 mencapai kepadatan penduduk sebanyak 36,10 jiwa
per km². Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan
Menui Kepulauan yaitu 60,85 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan yang memiliki
kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Bungku Pesisir dengan tingkat
kepadatan sebesar 5,47 jiwa per km². Data rata-rata tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Morowali Tahun 2019 disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Morowali Menurut Kecamatan Tahun 2019

48
Luas Wilayah Penduduk Kepadatan
Kecamatan
Km2 % Jumlah % (Org/Km²)
Menui Kepulauan 223,63 4,07 13.609 11,22 60,85
Bungku Selatan 403,9 7,38 14.831 12,23 36,72
Bahodopi 1.080,98 19,76 7.754 6,39 7,17
Bungku Pesisir 867,29 15,85 4.745 3,91 5,47
Bungku Tengah 725,57 13,26 26.193 21,59 36,10
Bungku Timur 387,23 7,08 8.989 7,41 23,21
Bungku Barat 758,93 13,87 12.331 10,17 16,25
Bumi Raya 504,77 9,23 12.952 10,68 25,66
Wita Ponda 519,7 9,5 19.892 16,4 38,28
Morowali 5.472,00 100 121.296 100 22,17
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa Kecamatan Menui Kepulauan merupakan


kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibanding kecamatan lain,
sementara terendah kepadatan penduduknya di Kecamatan Bungku Pesisir. Hal ini
disebabkan karena luas wilayah Kecamatan Menui Kepulauan lebih sempit dibanding
kecamatan lain yakni hanya 4,07 persen dari total luas wilayah Kabupaten Morowali.
d. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di
suatu daerah pada waktu tertentu yang selanjutnya disebut dengan "Sex Ratio" adalah
merupakan Profil untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin sangat besar kaitannya dengan masalah
fertilitas, yakni semakin besar porsi penduduk perempuan, maka potensi fertilitas semakin
tinggi. Sementara itu, hubungannya dengan ketenagakerjaan adalah tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) sangat bervariasi antara penduduk laki- laki dengan penduduk
perempuan.
Jika dilihat dengan cermat tabel 3.6, tergambarkan bahwa Kecamatan Bahodopi
merupakan kecamatan yang memiliki rasio jenis kelamin tertinggi di Kabupaten Morowali
pada Tahun 2017 dengan rasio sebesar 112,32, sedangkan kecamatan yang memiliki rasio
jenis kelamin terendah adalah Kecamatan Menui Kepulauan dengan rasio sebesar 95,2.
Data terkait dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
Di Kabupaten Morowali, Tahun 2019
Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan kelamin

Menui Kepulauan 6.637 6.972 13.609 95,2


Bungku Selatan 7.344 7.487 14.831 98,09
Bahodopi 4.102 3.652 7.754 112,32
Bungku Pesisir 2.432 2.313 4.745 105,14
Bungku Tengah 13.406 12.787 26.193 104,84

49
Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan kelamin

Bungku Timur 4.537 4.452 8.989 101,91


Bungku Barat 6.464 5.867 12.331 110,18
Bumi Raya 6.681 6.271 12.952 106,54
Witaponda 10.295 9.597 19.892 107,27
Morowali 61.898 59.398 121.296 104,21
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020

Secara keseluruhan terlihat sex rasio pada tingkat kecamatan di Kabupaten


Morowali relatif bervariasi antara 98,09 sampai 112,32. Namun secara kumulatif, pada
tingkat Kabupaten Morowali dalam Tahun terakhir komposisi penduduk laki-laki dan
perempuan telah relatif berbeda (sex rasio=100) dengan angka rasio sebesar 104,21 dan
bahkan terdapat kecenderungan sex rasio tetap di atas 100, yang berarti jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan.
e. Penduduk Menurut Umur
Perubahan dalam aspek demografi jelas terlihat dari perubahan struktur umur
penduduk Kabupaten Morowali. Pada Tahun 2019 penduduk di bawah usia 15 Tahun
mencapai 35.336 jiwa atau sebesar 29,13 persen dari total penduduk Kabupaten
Morowali yang berjumlah 121.296 jiwa. Dengan demikian, Kabupaten Morowali
mempunyai penduduk tergolong dalam penduduk Intermediate, yakni proporsi penduduk
usia di bawah 15 Tahun sekitar 30 persen, seperti yang terlihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Kabupaten Morowali
Menurut Kelompok Umur Tahun 2019
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 2 3 4
0-4 6.446 6.020 12.466
5-9 6.157 5.865 12.022
10-14 5.649 5.199 10.848
15-19 4.989 4.655 9.644
20-24 5.357 5.286 10.643
25-29 5.212 4.879 10.091
30-34 4.702 4.598 9.300
35-39 4.600 4.372 8.972
40-44 4.475 4.275 8.750
45-49 4.027 3.917 7.944
50-54 3.206 3.151 6.357
55-59 2.579 2.431 5.010
60-64 1.886 1.854 3.740
65-69 1.244 1.268 2.512
70-74 723 772 1.495

50
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
75+ 646 856 1.502
Morowali 61.898 59.398 121.296
Sumber: BPS, Kabupaten Morowali dalam Angka Tahun 2020

Merujuk data pada Tabel 2.20, komposisi atau struktur umur penduduk
Kabupaten Morowali Tahun 2019 sebesar 61,84 persen berada pada kelompok umur
0-34 Tahun. Hal ini menunjukkan penduduk dominan berada pada kelompok
penduduk usia muda. Sementara untuk Rasio Ketergantungan Anak (Child
Dependency Ratio) Tahun 2019 terca-tat sebesar 29,68 yang berarti bahwa terdapat
sekitar 30 orang anak menjadi beban tanggungan untuk setiap 100 orang penduduk
yang berada dalam usia produktif. Di sisi lain, penduduk usia lanjut juga tidak dapat
melakukan kegiatan secara produktif, sehingga akan menjadi beban tanggungan bagi
penduduk lainnya yang masih produktif. Rasio Ketergantungan Lanjut Usia (Old
Dependency Ratio) Tahun 2019 di Kabupaten Morowali sebesar 4,19. Bila kedua
kelompok usia keterga-ntungan tersebut digabungkan, maka akan diperoleh angka
Rasio Ketergantungan Umum (Dependency Ratio) sebesar 50,77. Ini berarti setiap 100
orang penduduk usia produktif harus menanggung kurang lebih 50 orang penduduk
yang belum/tidak produktif.

3.3 Penggunaan Lahan


Penggunaan Lahan di Kabupaten Morowali terdiri dari lahan kering dan lahan
basah. Lahan basah untuk sawah, sementara lahan kering untuk lahan pertanian,
perkebunan, kehutanan, industri, perumahan dan bangunan lainnya. Penggunaan
Lahan di Kabupaten Morowali didominasi lahan Kehutanan, Lahan Pertanian dan
Perkebunan. Dapat dilihat pada gambar 3.2

51
Gambar 3.2 Peta Penggunaan Lahan Kab. Morowali

52
3.4 Dinamika Pembangunan
Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan
yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang
tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Salah satu masalah pokok di
Kabupaten Morowali adalah masih tingginya ketimpangan infrastruktur dasar antar
wilayah, yaitu sebagai berikut:
a. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik masih rendah, akar masalahnya adalah:
 Proporsi kondisi jalan baik di Kabupaten Morowali masih rendah, hingga Tahun 2019
sebesar 13,30 persen
 Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik (>40 Km/Jam) Dari 30,64 persen Tahun 2015
menurun menjadi 17,60 persen pada tahun 2019
 Kualitas jalan antar desa yang kurang baik, termasuk beberapa desa yang memerlukan
akses jalan baru khususnya pada wilayah menui kepulauan dan Bungku Selatan.

 Jalan menuju kantong produksi yang belum optimal, bahkan sebagai kantong produksi
memiliki akses yang buruk
b. Sanitasi Rendah, akar masalahnya adalah:
 Persentase Rumah Tangga Bersanitasi di Kabupaten Morowali sebesar 79,61 persen
pada tahun 2019, namun masih kategori sedang.
c. Cakupan Layanan Telekomunikasi Belum memadai, akar masalahnya adalah:
 Sebagian wilayah sulit diakses layanan telekomunikasi
 Masih adanya wilayah desa blank-spot Jaringan Komunikasi khususnya di wilayah
pegunungan dan pulau-pulau.
d. Ketersediaan Air Bersih terjadi peningkatan namun masih Rendah
 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak Kabupaten Morowali periode waktu
2015-2019, mengalami perkembangan berfluktuasi sampai Tahun 2019 sebesar 86,99
persen lebih rendah dari capaian tahun 2018.

e. Jaringan Irigasi masih rendah


 Sarana Pengairan yang ada, jumlahnya belum memadai, termasuk pengelolaan yang
masih buruk.

 Banyaknya irigasi tehnis yang mengalami kerusakan.


Selain itu masalah pokok di Kabupaten Morowali adalah belum optimalnya pengembangan
sektor pertanian dan perikanan kelautan, akar masalahnya adalah:
• Nilai Tukar Petani (NTP) Rendah
• Kualitas-Produk pertanian masih rendah
• Terbatasanya Sarana Prasarana Produksi Petani Seperti Modal Usaha, Alsinta,
Pupuk/Obat-obatan Terbatas.
• Nilai Tambah Produk Pertanian Rendah.

53
• Kegagalan budidaya rumput laut
• Menurunnya hasil perikanan tangkap.
• Lemah daya tawar nelayan
• Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pertambangan, permukiman dan niaga;
• Rendahnya penyediaan irigasi pada daerah baru;
 Di Kabupaten Morowali juga terdapat masalah pokok seperti Kapasitas Daya Dukung
dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Menurun, yaitu sebagai berikut:
a. Rendahnya Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Hidup
 Sering terjadinya Bencana Banjir di beberapa tempat khususnya pada wilayah
pertambangan.
 Degradasi lingkungan akibat aktivitas pertambangan yang mencemari sungai dan laut;
 Meningkatnya suhu udara, menipisnya persediaan air dan perubahan cuaca akibat
berkurangnya daerah tangkapan air;
 Belum tertatanya pengelolaan limbah berbahaya khususnya pada pengolohan hasil
tambang.
 Terbatasnya Prasarana TPA
 Belum berjalanya mekanisme pengelolaan sampah rumah tangga
 Menurunnya kualitas sumber air tanah dan pencemaran air
 Pencemaran air laut di kawasan wilayah pertambangan.
b. Kerusakan Hutan dan ekosistem laut Meningkat
• Tingkat kerusakan hutan tinggi
• Menurunnya daya tampung dan daya dukung lingkungan daratan terutama hutan dan
ekosistem laut;
• Menurunnya tutupan terumbu karang.
• Terbatasnya Pengetahuan masyarakat tentang kerusakan hutan
• Adanya kasus pembabatan hutan dan pembalakan liar (illegal logging)
• Belum optimalnya sistem Pengelolaan Pertambangan—sebagai penyebab hutan gundul
dan degradasi kondisi hutan
c. Mitigasi Bencana
• Meningkatnya resiko bencana pasca tambang
• Banjir bandang dan gempa bumi mengalami peningkatan pada bebarapa tahun terakhir
diwilayah Kabupaten Morowali.
• Adanya Sesar Matano yang aktif;
• Masih Kurangnya Sarana Dan Prasarana Dalam Penanggulangan Bencana
• Masih Rendahnya Kualitas SDM Penanganan Bencana
• Pemetaan risiko bencana, mitigasi dan sistem informasi kebencanaan.
• Masih Rendahnya Penanganan Daerah Pasca Bencana
• Tidak adanya target cakupan wilayah rawan bencana yang mendapat penyuluhan dan
pelatihan simulasi penanganan bencana;

54
• Terbatasnya anggaran penanggulangan bencana daerah

3.5 Isu-Isu Pemanfaatan Ruang Kota/Kabupaten

3.5.1 Masalah Pemanfaatan Ruang


Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan pelaksanaan
pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam
rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap melalui
penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang yang akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini kegiatan pemanfaatan ruang seharusnya disesuaikan dengan produk
rencana tata ruang yang telah disusun, namun pada kenyataannya masih banyak terjadi
permasalahan-permasalahan pemanfaatan ruang. Permasalahan tersebut dapat terjadi
akibat dua faktor, yaitu pembuatan rencana tata ruang yang tidak memperhatikan aspek
perkembangan kota dan terjadinya perkembangan kota yang terlalu cepat, sehingga
rencana tata ruang yang telah tersusun menjadi tidak sesuai lagi. Untuk mengetahui lebih
detail maka permasalahan pemanfaatan ruang yang terjadi di kawasan perkotaan dilihat
berdasarkan 4 (empat) aspek yaitu aspek tata ruang, aspek transportasi, aspek perumahan,
dan aspek industri.

1. Aspek Tata Ruang

Perkembangan kawasan perkotaan serta daerah-daerah di sekitarnya dicirikan


dengan adanya ketidak seimbangan perkembangan antar kawasan serta tidak meratanya
pusat-pusat pelayanan untuk masyarakat. Beberapa masalah dalam Bidang Pekerjaan
Umum Dan Penataan Ruang
 Proporsi kondisi jalan baik di Kabupaten Morowali masih rendah, hingga Tahun 2019
sebesar 13,30 persen
 Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik (>40 Km/Jam) Dari 30,64 persen Tahun 2015
menurun menjadi 17,60 persen pada tahun 2019
 Kualitas jalan antar desa yang kurang baik, termasuk beberapa desa yang memerlukan
akses jalan baru khususnya pada wilayah menui kepulauan dan Bungku Selatan.
 Jalan menuju kantong produksi yang belum optimal, bahkan sebagai kantong produksi
memiliki akses yang buruk
2. Aspek Transportasi
Permasalahan lalu lintas di kota metropolitan semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya populasi dan kebutuhan untuk melakukan perjalanan dengan angkutan
jalan raya. Beberapa kendala yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan lalu lintas

55
saling berkaitan satu sama lain, sehingga upaya penyelesaiannya pun akan sulit bila tidak
dilakukan secara serentak oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya pengguna jalan
maupun pemerintah. Kendala yang dihadapi dalam permasalahan lalu lintas dapat berasal
dari komponen-komponen dalam sistem transportasi jalan raya, antara lain kendaraan,
energi penggerak, lintasan/jalur jalan, sistem pengawasan operasional dan terminal.
Permasalahan aspek transportasi yang dihadapi oleh kawasan perkotaan adalah :
 Terbatasnya Sumberdaya Manusia dan Peralatan Uji KIR;
 Minimnya fasilitas pelabuhan laut, terminal bus, bandara Morowali;
 Terbatasnya rambu-rambu lalu-lintas pada daerah rawan lakalantas;
 Rasio izin trayek di bawah target yakni mencapai 15 poin di Tahun 2017 pada tahun
2019 meningkat mencapai 17 poin.
3. Aspek Perumahan
Aspek perumahan merupakan aspek yang penting dalam kegiatan dan aktivitas
perkotaan. Hal ini disebabkan perumahan merupakan pemakai lahan terbesar dari lahan
terbangun perkotaan, sekitar 40 % dari lahan terbangun dalam Rencana Tata Ruang (RTR),
sedangkan penggunaan lainnya adalah untuk open sapce dan industri. Dari kondisi di atas,
terlihat bahwa aspek perumahan berpotensi menimbulkan permasalahan dalam
pemanfaatan lahan perkotaan.
Pertambahan penduduk perkotaan dan sub urban serta perkembangan aktivitas
perkotaan membutuhkan supply perumahan yang tidak sedikit, namun saat ini supply
untuk perumahan murah masih belum mencukupi. Secara garis besar permasalahan
perumahan dan permukiman di Morowali yaitu :
 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak Kabupaten Morowali periode
waktu 2015-2019, mengalami perkembangan berfluktuasi sampai Tahun 2019 sebesar
86,99 persen lebih rendah dari capaian tahun 2018. Hal ini berarti masih ada 13,01
persen penduduk Kabupaten Morowali belum dapat menjangkau air bersih terutama di
wilayah Kepulauan Salabangka dan Menui Kepulauan;
 Rasio Rumah Layak Huni (RLH) menurun dari 20,51 persen di Tahun 2013 menjadi
17,32 persen di Tahun 2017. Pada tahun 2019 telah mengalami peningkatan yang
drastic sebesar 186,94. Selain itu, realisasi ini di atas target;
 Rasio elektrifikasi baik PLN maupun non PLN meningkat dari 92,05 persen di Tahun
2017, Tahun 2019 meningkat menjadi 96,20 persen, namun sering mengalami
pemadaman setiap hari;
4. Aspek Industri

56
Aktivitas industri perkotaan seringkali diidentikkan dengan modal besar (capital
intensive), utilisasi teknologi tinggi, penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar, produk
kompetitif bernilai tambah tinggi dan sumber pencemar lingkungan terbesar disamping
kendaraan bermotor.
Permasalahan Perindustrian di Morowali yaitu :
 Pertumbuhan Industri pada tahun 2018 hanya minus 13, 41 sementara pada tahun 2019
mampu tumbuh pada 8,26.
 Kontribusi Sektor Industri RT Terhadap PDRB berdasarkan ADHB pada tahun 2018
6,91, pada tahun 2019 mampu tumbuh pada 6,91dimana lebih rendah pada tahun
sebelumnya.

3.6 Kondisi Sektoral

3.6.1 Kawasan Lindung


Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya
buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan. Luas kawasan lindung tersebar di wilayah Kabupaten Morowali seluas ±
99.576,41 ha yang terdiri atas hutan lindung, kawasan lindung lainnya, sempadan sungai,
sempadan pantai berdasarkan RTRW Kabupaten Morowali Tahun 2019-2039 yang
diuraikan sebagai berikut:
 Kawasan lindung terdapat Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan
Bungku Pesisir, Kecamatan Bahodopi dan Kecamatan Menui Kepulauan.
 Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdapat di Kecamatan
Bungku Selatan dan Kecamatan Menui Kepulauan dan taman bawah laut berupa
terumbu karang terdapat di Kecamatan Bungku Selatan dan Kecamatan Menui
Kepulauan.
 Kawasan cagar alam geologi, berupa kawasan keunikan bentang alam karst yang
terdapat dikawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Menui Kepulauan.
 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah kawasan imbuhan
Cekungan air tanah pada CAT Tonoa di Kecamatan Wita-ponda, Kecamatan Bumi
Raya, dan Kecamatan Bungku Barat dan kawasan sekitar mata air terdapat di setiap
kecamatan dengan garis sempadan mata air ditentukan mengelilingi mata air paling
sedikit berjarak 200 (dua ratus) meter dari pusat mata air.
 Kawasan cagar budaya terdiri atas: a. kawasan cagar budaya Masjid Tua Bungku
terdapat di Kecamatan Bungku Tengah; b. kawasan cagar budaya Benteng Fafontofure
di Kecamatan Bungku Tengah; dan c. Kawasan cagar budaya Goa di Kecamatan
Bungku Barat dan Kecamatan Menui Kepulauan.

57
3.6.2 Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang diperuntukan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan. Adapun rincian luas kawasan budidaya yang tersebar dalam wilayah
Kabupaten Morowali berdasarkan RTRW Kabupaten Morowali Tahun 2019-2039 adalah
sebagai berikut.
 Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) seluas 120.665,27 hektar yang terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi,
Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan, dan Kecamatan Menui
Kepulauan;
 Kawasan hutan produksi tetap (HP) seluas 28.280,57 hektar yang terdapat di
Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan
Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan
Bahodopi dan Kecamatan Menui Kepulauan;
 Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 40.207,91 hektar yang
terdapat di Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Pesisir
dan Kecamatan Menui Kepulauan;
 Kawasan pertanian tanaman pangan terdapat di setiap kecamatan;
 Kawasan hortikultura terdiri atas tanaman sayur, tanaman buah-buahan dan tanaman
biofarma tersebar di kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan permukiman
perdesaan disetiap Kecamatan;
 Kawasan perkebunan terdiri atas kawasan perkebunan rakyat dengan komoditi
tanaman perkebunan campuran yang terdapat di setiap kecamatan;
 Kawasan peternakan terdiri atas : (a). kawasan integrasi tanaman dan ternak meliputi
semua komoditi ternak terdapat di setiap kecamatan; (b). rencana lahan
penggembalaan ternak di Kecamatan Witaponda dan Kecamatan Bahodopi; (c).
rencana sentra peternakan rakyat di Kecamatan Bungku Timur dan Kecamatan
Bungku Barat; (d). rencana pengembangan kawasan Budidaya Ternak terdapat di
setiap Kecamatan; (e). rumah Pemotongan Hewan terdapat di kecamatan Wita Ponda,
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan
Kecamatan Bahodopi, (f). rencana Rumah Pemotongan Hewan di Kecamatan Bungku
Pesisir; (g). pasar dan terminal hewan terdapat di Kecamatan Bungku Barat; dan (h).
rencana pasar dan terminal hewan di Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Bungku
Pesisir;
 Kawasan perikanan tangkap (a). seluruh perairan Kabupaten Morowali yang memiliki
potensi hasil perikanan tangkap; (b). Kawasan Minapolitan di Kecamatan Bungku
Selatan; dan (c). rencana penge-mbangan Kawasan Minapolitan Kepulauan Menui dan
sekitarnya di Kecamatan Menui Kepulauan, Kawasan Minapolitan Moahino dan
sekitarnya di Kecamatan Witaponda, dan Kawasan Minapolitan Umbele dan

58
sekitarnya di Kecamatan Bumi Raya;
 Kawasan perikanan budidaya laut terdiri atas: (a). perikanan budidaya keramba,
komoditi ikan kerapu, ikan kuwe, dan lobster di Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Selatan, dan Kecamatan
Menui Kepulauan; (b). rencana pengembangan perikananan budidaya kera-mba di
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan dan Kecamatan Bungku
Pesisir; dan (c). perikanan budidaya rumput laut di Kecamatan Witaponda, Kecamatan
Bumi Raya, Kecamatan Bungku Selatan, dan Kecamatan Menui Kepulauan;
 Kawasan budidaya perikanan air Payau terdiri atas: (a). tambak udang, ikan bandeng
dan rumput laut terdapat di Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Timur,
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya dan
Kecamatan Witaponda; dan (b). kawasan budidaya perikanan tambak yang berada
dalam outline kawasan hutan lindung (HL) seluas ± 26 (dua puluh enam) hektar di
Kecamatan Bahodopi;
 Kawasan budidaya perikanan kolam air tawar berupa kolam air tawar dengan komoditi
ikan lele, ikan nila dan ikan mas, ikan patin terdapat di Kecamatan Witaponda,
Kecamatan Bumi Raya Kecamatan Bungku Barat Kecamatan Bungku Tengah,
Kecamatan Bungku Timur, Keca-matan Bahodopi;
 Kawasan Pertambangan Mineral Logam meliputi: (a). pertambangan mineral logam
terdapat di Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, dan Kecamatan Bungku
Pesisir, Kecamatan Menui Kepu-lauan, Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan Bungku
Barat; (b). Perta-mbangan mineral logam yang berada dalam outline kawasan hutan
produksi terbatas seluas 6.451,95 (enam ribu empat ratus lima puluh satu koma
sembilan lima) hektar di Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, dan
Bungku Pesisir; (c). pertambangan mineral logam yang berada dalam outline kawasan
hutan produksi konversi seluas 423,57 (empat ratus dua puluh tiga koma lima tujuh)
hektar di Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, dan Bungku Pesisir; (d).
rencana WUP mineral logam terdapat di setiap kecamatan; dan (e). Wilayah usaha
pertambangan khusus (WUPK) yang terdapat di Kecamatan Bungku Timur dan
Kecamatan Bahodopi;
 Kawasan Pertambangan bukan Logam meliputi rencana WUP mineral bukan logam
yang terdapat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku
Barat, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi,
dan Kecamatan Menui Kepulauan;
 Kawasan Pertambangan Batuan meliputi: (a). pertambangan batuan terdapat di Wita
Ponda, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku
Timur, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Pesisir, dan Kecamatan Bungku
Selatan; dan (b). Wilayah pertambangan rakyat (WPR) direncanakan pada lokasi
dilakukannya kegiatan usaha pertambangan rakyat yang memenuhi kriteria dalam
ketentuan peraturan perundangundangan, dengan komoditi tambang rakyat terdiri atas

59
Pasir batu di setiap kecamatan, Batu kali disetiap kecamatan, Batu gunung disetiap
kecamatan, Tanah liat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya dan
Kecamatan Bungku Tengah;
 Kawasan industri besar terdiri atas: (a) Kawasan Industri Logam; (b) Kawasan Industri
perkebunan; (c) Kawasan Industri (KI) Morowali terdapat di Kecamatan Bahodopi;
(d) kawasan Industri (KI) Morowali yang berada dalam outline kawasan hutan lindung
(HL) seluas 30.39 hektar di Kecamatan Bahodopi, dan kawasan hutan produksi
konversi (HPK) seluas 6,35 hektar; (e) pengembangan kawasan industri pengolahan
hasil tambang terdapat di Kecamatan Bungku Timur dan Bungku Pesisir; dan (f)
rencana industri pengolahan hasil tambang di Kecamatan Bungku Barat dan
Kecamatan Menui Kepulauan;
 Kawasan sentra industri kecil dan menengah merupakan pengembangan sentra industri
kecil dan industri menengah dengan kegiatan industri terdiri atas: (a). industri
pengolahan hasil pertanian pangan berupa Sentra Industri Kecil Menengah (Sikim)
Pangan terdapat di Kecamatan Bungku Barat; dan (b). industri pengolahan hasil
perkebunan terdiri atas: (a). industri pengolahan kelapa sawit terdapat di Kecamatan
Witaponda; dan (b). rencana industri pengo-lahan kelapa sawit di Kecamatan Bungku
Barat dan Kecamatan Bumi Raya;
 Industri pengolahan hasil hutan terdiri atas: (a). industri meubel kayu terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah; dan (b). rencana industri meubel rotan di Kecamatan
Bungku Barat dan Kecamatan Bungku Tengah;
 Industri pengolahan hasil perikanan terdiri atas: (a). Industri pengolahan ikan di
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan Bungku
Pesisir, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Barat, dan Kecamatan
Witaponda;
 Kawasan pariwisata alam pegunungan/ hutan terdiri atas: (a). Wisata Goa terdiri atas:
1). Goa Petakoa di Desa Solonsa Kecamatan Wita Ponda; 2). Goa Fafompogaro, Goa
Kotaeya, Goa Tengkorak di Kecamatan Bungku Barat; 3). Goa Kumapa, Goa
Tambeanpana Api, Goa Fumbunsanua di Kecamatan Bungku Tengah; 4). Goa Berlian,
Goa Alo, Kecamatan Menui Kepulauan; (b). Wisata Puncak/ Pegunungan terdiri atas:
1). Puncak Fafo baho di Kecamatan Bungku Tengah; 2). Puncak Mateantina, Puncak
Unsongi di Kecamatan Bungku Timur; dan 3). Puncak Kayangan, Puncak Narita
Kecamatan Menui Kepulauan. (c). Wisata air terjun terdiri atas: 1). Kecamatan
Bungku Barat Air Terjun Batu Kapal; 2). Kecamatan Bungku Tengah: Air Terjun
Mempueno, Air Terjun Sampa laa, Air Terjun Veranomata, Permandian Tompaika,
Air Terjun Vera Inense, Air Terjun Perawan; 3). Kecamatan Bungku Timur
Permandian Lofi; 4). Kecamatan Bahodopi, Air Terjun Bahoumumpa; 5). Kecamatan
Bungku Pesisir Air terjun Buleleng; dan 6). Kecamatan Menui Kepulauan Air kiri
Sombori, (d). Penangkaran Rusa dan Penangkaran Burung Maleo di Kecamatan
Bungku Barat;

60
 Kawasan pariwisata maritim/bahari terdiri atas: (a). wisata alam Bentang Laut
meliputi: 1). Ekowisata Tracking Mangrove di Kecama-tan Bungku Tengah; dan 2).
Ekowisata Mangrove Nambo–Laroue di Kecamatan Bungku Timur. (b). Wisata alam
pantai/pesisir dan Pulau-pulau kecil meliputi: 1). Pantai pasir Putih Pebotoa, Pantai
Lambelu di Kecamatan Bumi Raya; 2). Pantai Raha-Raha ada rasa, Pantai Raha-raha
ada Bio di Kecamatan Bungku Barat; 3). Pantai Tanjung Karang, Pantai Tapuno
Bahomante, Pantai Tapuno Bente, Pantai Tudua Di Kecamatan Bungku Tengah; 4).
Pantai Pasir Besi, Pantai Puluti, Pulau Pasir Hitam di Kecamatan Bungku Timur; 5).
Pulau Langala, Pulau Kanda Pute, Pantai Kea kea di Kecamatan Bahodopi; 6). Pantai
Panjang, Pasir Putih Tangofa di Kecamatan Bungku Pesisir; 7). Pulau Dua Laut, Pulau
Umbeleyang kecamatan Bungku Selatan; dan 8). Pu-lau Sombori, Pasir Putih Koi-
koila, Pulau Koko, Rumah Nenek, Danau Air Asin, Konservasi perairan pulau tiga
Kecamatan Menui Kepulauan; (c). Wisata alam bawah laut meliputi perairan di sekitar
Pantai Kecamatan Menui Kepulauan;
 Kawasan pariwisata sejarah dan budaya terdiri atas: (a). Situs Istana Raja Bungku di
kecamatan bungku tengah; (b). Makam Raja Bungku di kecamatan Bungku Tengah;
(c). Masjid Tua Bungku, Masjid Agung dan Islamic center di kecamatan Bungku
Tengah; dan (d). Benteng Fafontofure di Kecamatan Bungku Tengah;
 Kawasan pariwisata buatan antara lain: (a). Taman Kota Fonuasingko, Alun-alun
Rumah Jabatan Bupati, Taman Sangiang Kinambuka di Kecamatan Bungku tengah;
dan (b). Permandian Bahoruru di Keca-matan Bungku Tengah;
Rencana kawasan potensi parawisata lainnya di setiap kecamatan;
 Kawasan permukiman terdiri atas: (a). kawasan permukiman perko-taan terdiri atas:
1). kawasan perkotaan bungku Tengah; 2). permukiman kawasan Kota Terpadu
Mandiri (KTM)/Kawasan Pemba-ngunan Baru (KPB) Bungku di Kecamatan Bungku
Tengah; 3). Permu-kiman perkotaan di Kecamatan Bahodopi; 4). rencana permukiman
perkotaan pada Kawasan Perkotaan di Kecamatan Bungku Pesisir; dan 5). rencana
kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM)/Kawasan Pembangunan Baru (KPB) Bungku
di Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Witaponda; (b).
kawasan per-mukiman perdesaan terdiri atas: 10. permukiman perdesaan ter-dapat
disetiap Kecamatan; 2). kawasan permukiman Transmigrasi Terdapat di Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan Kecamatan Bungku Pesisir; 3).
rencana kawasan permukiman Transmigrasi Nelayan di kecamatan Bungku Selatan
dan Kecamatan Menui Kepulauan; dan 4). rencana pengembangan kawasan permu-
kiman Transmigrasi di kecamatan Bahodopi, kecamatan Bungku Pesisir, kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya dan Keca-matan Wita Ponda

3.7 Kondisi Kebencanaan


Kabupaten Morowali rentan terhadap proses-proses tektonik aktif karena dilewati
oleh sesar aktif Matano. Oleh karena itu, kabupaten ini sangat rentan terhadap gempa bumi

61
besar, tsunami, dan banjir. Perubahan iklim di masa mendatang cenderung memperbesar
intensitas badai ekstrem yang mengakibatkan banjir besar. Selain itu, intensitas dan cura
hujan yang tinggi dan semakin berkurangnya daerah tangkapan hujan akibat kegiatan
pertambangan dan perkebunan di wilayah Kabupaten Morowali berpotensi untuk lebih
meningkatkan terjadinya banjir dan longsor.
Kondisi Topografi di Kabupaten Morowali yang merupakan perbukitan dan
pegunungan, membuat kabupaten ini rawan longsor, aliran debris, dan erosi. Potensi-
potensi bahaya ini menghasilkan sejumlah besar sedimen yang mengisi dasar sungai dan
menyebabkan lebih banyak terjadi banjir dan penambahan sedimen di daerah pesisir. Di
daerah pesisir, hilangnya hutan bakau juga telah menyebabkan meningkatnya abrasi pantai.
Daerah dataran rendah di pantai juga berisiko terkena intrusi air laut akibat gelombang
pasang dan tsunami. Banjir sering terjadi di Kabupaten Morowali selama musim hujan,
sedangkan kekeringan sering terjadi di musim kemarau. Perkiraan adanya perubahan iklim
di masa depan, diperkirakan akan meningkatkan intensitas bencana banjir dan kekeringan.
Terjadinya penggundulan hutan karena penebangan dan pertambangan, serta
konversi hutan menjadi perkebunan di kemudian hari dapat memperburuk masalah
pengelolaan daerah tangkapan air. Daerah yang gundul dan tidak ditanami kembali sangat
rentan terhadap erosi. Hujan deras menggerakkan sejumlah besar sedimen ke arah daerah
tangkapan air, sehingga memperburuk banjir dan mempengaruhi bangunan dan
infrastruktur secara signifikan.
Beberapa Tahun terakhir terdapat bencana Alam yang melanda Kabupaten Morowali banjir
bandang, Gempa Bumi dan Longsor yang terjadi pada kurun Tahun 2019 s/d 2020. Peningkatan
sedimentasi juga telah menyebabkan terhadap hilangnya tanaman mangrove di pantai. Akibat
dari fenomena iklim yang ekstrim dan semakin berkurangnya daerah tangkapan air di kawasan
hutan Kecamatan Bungku tengah, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Kawasan rawan
bencana di Kabupaten Morowali Pada Gambar
Adapun Kawasan rawan bencana dalam wilayah Kabupaten Morowali berdasarkan RTRW
Kabupaten Morowali Tahun 2019-2039 adalah sebagai berikut.
Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya,
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bung-ku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan
Bahodopi dan Kecamatan Bungku Pesisir
Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan Kecamatan Bahodopi. Lihat Gambar 3.3.
Kawasan rawan bencana gempa bumi berupa kawasan sempadan sesar aktif terdapat di
Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku
Timur. Lihat Gambar 3.4.
Kawasan rawan bencana gelombang pasang, terdapat di Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan
Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan sebagian Kecamatan
Bungku Timur.

62
Gambar 3.3 Peta Rawan Bencana Banjir Kab. Morowali

63
Gambar 3.4 Peta Rawan Bencana Gempa Bumi Kab. Morowali

64
BAB IV

PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG


KABUPATEN MOROWALI

4.1. Hasil Pemantauan Isu Dan Persoalan Dinamika Pembangunan


Berdasarkan sumber data yang diperoleh dinamika pembangunan Kabupaten
morowali memiliki potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari
keuatan yang belum di dayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi,peluang
yang tidak di manfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Salah satu masalah pokok di
kabupaten morowal adalah masih tingginya ketimpangan infrastruktur dasar antar wilayah.
Berdasarkan data yang diambil dari bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dijelaskan
proporsi kondisi jalan baik di kabupaten morowali masih rendah hingga tahun 2019 sebesar
13,30 persen
Pada tahun 2015 jalan kabupaten dalam kondisi baik (>40 km/jam) dari 30,64 persen
dan menurun ditahun 2019 menjadi 17,60 persen. Kualitas jalan antar desa yang kurang
baik,termaksud beberapa desa yang memerlukan akses jalann baru khususnya pada wilayah
menui kepulauan bungku selatan. Serta jalan menuju kantong produksi yang belum optimal,
bahkan sebagai kantong produksi memiliki akses yang buruk
Selain itu Kabupaten Morowali sebagai salah penghasil tanaman pangan di Pulau
Sulawesi juga diharapkan menjadi salah satu pemasok penting kebutuhan pangan terutama
beras dan Sayur-mayur di Sulawesi Tengah maupun di sebagian wilayah pulau Sulawesi.
Terkait dengan isu pangan tersebut Kabupaten Morowali perlu melakukan banyak
melalukan peningkatan kinerja hasil pangan melalui berbagai cara seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk.
Dinamika pembangunan yang terjadi saat ini akan berdampak pada alih fungsi
lahan produktif pertanian, sehingga perlu upaya-upaya pengendalian yang konsistensi
berdasar Rencana Tata Ruang Wilayah dalam rangka mendukung perwujudan pencapaian
target ketahanan pangan daerah maupun nasional.

65
4.2. Program Dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan RTRW Kabupaten
Morowali

Tabel 4. 1 Program dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan RTRW Kabupaten


Morowali Tahun 2019-2039
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
1. Pengembangan Struktur Ruang
1.1 Pengembangan sistem perkotaan yang Peningkatan Fungsi PKL
terintegrasi antara pusat kegiatan lokal Penyusunan RDTR Perkotaan Kecamatan
PKL, pusat pelayanan kawasan PPK Bungku Bungku tengah
dan pusat pelayanan lingkungan PPL
secara berjenjang dan merata antara .Pengembangan perumahan rakyat Kecamatan
Wilayah darat dan pulau-pulau kecil Bungku tengah
untuk mendukung investasi Peningkatan Pelabuhan Bungku Kecamatan
Bungku tengah
Pembangunan Pabrik Pengolahan Kecamatan
hasil laut non ikan Bungku tengah

Peningkatan pusat perdagangan Kecamatan


Bungku tengah
Pembangunan Litbang Kelautan Kecamatan
Bungku tengah
Pembangunan Lumbung Pangan Kecamatan
Bungku tengah
Pembangunan Gedung Penyelamat Kecamatan
dan Penyediaan Peralatan Bungku tengah
Peringatan Dini Bahaya Gempa

Pengembangan Puskemas rawat Kecamatan


inap Bungku tengah

Pengembangan Fungsi PPK menjadi PKL


Penyusunan Perda RDTR Perkotaan Kecamatan
Bahodopi Bahodopi

Penyusunan Perda RDTR Perkotaan Kecamatan


Lakombulo Bungku Selatan

Peningkatan Fungsi PPK


Penyusunan Perda RDTR Kawasan Kecamatan Wita
Lantula Jaya Ponda

Penyusunan Perda RDTR Kawasan Kecamatan


Wosu Bungku Barat

Penyusunan Perda RDTR Kawasan Kecamatan Bumi


Bahonsuai Raya

Penyusunan Perda RDTR Kawasan Kecamatan


kolono Bungku Timur

66
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Penyusunan Perda RDTR Kawasan Kecamatan
Lafeu Bungku Pesisir

Penyusunan Perda RDTR Kawasan Kecamatan Menui


Ulunambo Kepulauan

Peningkatan Fungsi PPL


Penyusunan Perdes Rencana Tata Ruang Desa
Ruang Desa Tersebar di 9
(Sembilan)
Kecamatan)
1.2 Pengembangan Sistem Jaringan Pemantapan dan Pengembangan sistem jaringan
Prasarana transportasi darat
Peningkatan kapasitas pelayanan Kabupaten
sistem jaringan jalan kolektor Morowali

Peningkatan kapasitas pelayanan Kabupaten


sistem jaringan jalan kolektor Morowali (ruas
primer K2 Jalan Kolono –
Ululere, dan ruas
Jalan Ululere –
Batas Sulawei
Selatan)
Peningkatan kapasitas pelayanan Kabupaten
sistem jaringan jalan kolektor Morowali (ruas
Sekunder Jalan Ringroad
Bawah – Bungku,
ruas Jalan
Ringroad atas
Wosu – Sakita)
Peningkatan kapasitas pelayanan Kabupaten
sistem jaringan jalan Lokal Morowali

Pemantapan dan peningkatan Kabupaten


kapasitas jembatan disetiap Morowali (di
Kecamatan setiap kecamatan)

Pengembangan dan Peningkatan sistem jaringan


transportasi Laut
pengembangan Pelabuhan Kabupaten
Pengumpan Regional Bungku Morowali (Kec.
Bungku Tengah)
pengembangan Pelabuhan Kabupaten
Pengumpan Regional Menui Morowali (Kec.
Menui
Kepulauan)
pengembangan Pelabuhan Kabupaten
Pengumpan Lokal Parilangke, Morowali (Kec.
Kaleroang, Sambalagi Bumi Raya, Kec.
Bungku Selatan,
Kec. Bungku
Pesisir)
rencana Pembangunan Pelabuhan Kabupaten
Kontener dan Pelabuhan Samudra Morowa li

67
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Wosu (Kecamatan
Bungku Barat)
rencana Pembangunan Pelabuhan Kabupaten
Pelayaran Rakyat Tandaoleo, Morowali (Kec.
Kaleroang, Matarape, Mbokita, dan Bungku Pesisir,
Moahino Kec. Bungku
Selatan, Kec.
Menui
Kepulauan, Kec.
Wita Ponda)
Terminal khusus / pelabuhan khusus Kabupaten
penumpukan terdiri : rencana Morowali
pemantapan terminal khusus (Kecamatan Bumi
Raya, Kecamatan
Bungku Barat,
Kecamatan
Bungku Timur,
Kecamatan
Bahodopi,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui
Kepulauan)
Rencana Pembangunan terminal Kecamatan
khusus Witaponda.

Pengembangan dan Peningkatan sistem jaringan


transportasi Udara
Pengembangan dan Pembangunan Kabupaten
Bandara Udara Maleo Morowali (Kec.
Bumi Raya)
Pengembangan fasilitas Kabupaten
penerbangan menuju Bandar udara, Morowali
meliputi runway, taxiway, apron dan
terminal

Pengembangan fasilitas kargo serta Kabupaten


fasilitas pemprosesan barang guna Morowali
meningkatkan nilai tambah
komoditas

Pembangunan Bandar Udara Khusus Kabupaten


di Bahodopi Morowali (Kec.
Bahodopi)
infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana
pendukungnya
Pengembangan pembangkit listrik Kabupaten
tenaga uap Morowali
(Kecamatan
Bahodopi)

68
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Pengembangan pembangkit listrik Kabupaten
tenaga diesel Morowali
(Kecamatan
Bungku Tengah,
Kecamatan Menui
Kepulauan,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Bungku Pesisir)
Pengembangan pembangkit listrik Kecamatan
tenaga mini hidro Sakita Bungku Tengah

rencana pengembangan pembangkit Kecamatan


listrik tenaga mikro hidro Witaponda dan
Kecamatan
Bahodopi
rencana pengembangan potensi Kecamatan
energi listrik tenaga surya dan Bungku Selatan
tenaga gelombang laut dan Kecamatan
Menui Kepulauan
rencana pembangkit tenaga listrik Kabupaten
lainnya yang di tetapkan oleh Morowali
peraturan perundang-undangan

rencana Pembangunan Energi Kecamatan


Listrik Terbarukan Bungku Selatan

Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana


pendukungnya
rencana pembangunan gardu induk; Kabupaten
Morowali
(Bungku Tengah)
Jaringan transmisi tenaga listrik Kabupaten
untuk menyalurkan tenaga listrik Morowali
antar sistem berupa rencana (Seluruh
pembangunan jaringan transmisi Kecamatan)
saluran udara tegangan tinggi
(SUTET) 150 KV

Pengembangan system jaringan tetap


jaringan serat optik terdapat Kabupaten
disepanjang jalan yang Morowali
menghubungkan Kota Kendari – (Seluruh
Wanggudu – Bungku- Solonsa Kecamatan)

stasiun telepon otomat (STO) di Kecamatan


Kecamatan Bungku Tengah Bungku Tengah

pengembangan stasiun telepon Kabupaten


otomat (STO) di setiap kecamatan Morowali

Pengembangan system jaringan bergerak


jaringan seluler berupa Kabupaten

69
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
pengembangan menara Base Morowali
Transcaiver Station (BTS) untuk (Seluruh
penguatan sinyal menjangkau Kecamatan)
seluruh wilayah di daerah

sistem jaringan stasiun radio lokal Kecamatan


di rencanakan menjangkau hingga Bungku Tengah
ke seluruh pelosok pedesaan dengan
rencana stasiun pemancar

Pengembangan teknologi informasi Kabupaten


untuk menunjang kegiatan Morowali
pelayanan pemerintahan, pariwisata,
industri, agropolitan, minapolitan,
kawasan pesisir, pelayaran dan
kawasan wisata

Peningkatan prasarana sumber daya air


Pengembangan, Pembangunan, Kabupaten
peningkatan, rehabilitasi dan Morowali
pemeliharaan jaringan Irigasi pada
daerah Irigasi permukaan Kabupaten
Morowali

Pengembangan pengelolaan dan Kabupaten


konservasi sungai dan sumber air Morowali
lainnya antara lain
embung/bendungan, waduk, dan
bangunan penampung air lainnya
untuk penyediaan air baku di
seluruh kecamatan

Sistem pengendalian banjir


Pembangunan prasarana Kabupaten
pengendalian banjir di Sempadan Morowali
Sungai di seluruh wilayah
Kabupaten Morowali

penanganan banjir pada kawasan Kabupaten


rawan banjir secara terpadu dengan Morowali
sistem pengembangan drainase dan (Kecamatan
upaya konservasi daerah hulu aliran Bungku Tengah,
sungai terutama pada kawasan Kecamatan
rawan banjir Bungku Barat,
Kecamatan
Bahodopi, dan
Kecamatan
Witaponda)
pengembangan Sarana dan Kabupaten
Prasarana pengendali Banjir Berupa Morowali
Tanggul, Talud, Bronjong, Kanal
Banjir, Sumur Resapan, dan Turap

penanganan abrasi pantai dengan Kabupaten

70
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
upaya konservasi dan pemasangan Morowali
Break Water di kawasan rawan
abrasi pantai

rencana pengembangan sistem Kabupaten


peringatan dini pada potensi tsunami Morowali

Sistem Penyediaan Air Minum


Sistem Penyediaan Air minum Kabupaten
Jaringan Perpipaan (SPAM JP) dan Morowali
SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
(SPAM BJP) meliputi unit air baku,
unit produksi, unit distribusi dan
unit pelayanan dengan ketentuan
teknis unit SPAM untuk menjamin
produksi air minum yang disalurkan
pada pelanggan memenuhi standar
kualitas, kwantitas dan kontinuitas
mengacu pada peraturan
perundangundangan

Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)


Sistem pembuangan air limbah Kabupaten
setempat secara individual tersebar Morowali
pada kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan diseluruh
Kabupaten

rencana Instalasi Pengolahan Kecamatan


Lumpur Tinja (IPLT) di, Kecamatan Bungku Barat,
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Kecamatan
Timur. Bungku Timur.

instalasi Pengolahan Air Limbah Kecamatan


(IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah Bungku Tengah
Morowali di Kecamatan Bungku
Tengah

rencana IPAL pada kompleks Kabupaten


Perkantoran Funuasingko dan Morowali
sekitarnya di Kecamatan Bungku
Tengah serta Rumah Sakit Umum
Pratama di Desa Paku Kecamatan
Bungku Selatan dan Rencana IPAL
di Puskesmas di setiap Kecamatan

rencana IPAL pada kawasan Kecamatan


permukiman kepadatan tinggi Witaponda,
Kecamatan Bumi
Raya, Kecamatan
Bungku Barat,
Kecamatan
Bungku Tengah,
Kecamatan

71
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Bungku Timur,
Kecamatan
Bahodopi,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui Kepulauan
rencana IPAL pada Kawasan Kecamatan
Industri (KI) Morowali dan Bahodopi,
sekitarnya Kecamatan
Bungku Timur
dan Kecamatan
Bungku Pesisir.
Sistem jaringan persampahan wilayah
Tempat penampungan sementara Kabupaten
(TPS) di setiap desa dan kelurahan Morowali
di setiap Kecamatan

Rencana Tempat Pengolahan Kabupaten


Sampah Terpadu (TPST) di setiap Morowali
kecamatan

Pengembangan tempat Pemprosesan Kecamatan


Akhir Sampah dengan sistem Bungku Tengah
Pengurugan berlapis bersih (Sanitari
Landfill) di Kecamatan Bungku
Tengah

rencana Tempat Pemprosesan Akhir di Kecamatan


Sampah dengan sistem Pengurugan Bumi Raya dan
berlapis bersih (Sanitari Landfill) di Kecamatan
Kecamatan Bumi Raya dan Bahodopi, dan
Kecamatan Bahodopi, dan Kecamatan
Kecamatan Bungku Pesisir; Bungku Pesisir;

sarana dan prasarana persampahan, Kabupaten


dan menerapkan sistem 4R (Reduce, Morowali
Reuse, Recycle dan Replace) untuk
penanganan sampah anorganik di
setiap kecamatan

Jalur jaringan evakuasi bencana


pengembangan Jalur Evakuasi pada Kecamatan
ruas jalan dalam Kawasan Perkotaan Bahodopi
menuju titik Kota Terpadu Mandiri
KTM) Bungku, ruas jalan di
Bahodopi menuju titik kumpul
Kantor Kecamatan Bahodopi

Rencana Jalur Evakuasi Bencana Kabupaten


disetiap kecamatan; Morowali

72
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
Sistem jaringan drainase
-sistem drainase jalan berupa Kabupaten
perencanaan drainase permukaan Morowali
pada saluran samping jalan agar
aliran air/air hujan dapat di alirkan
dengan cepat hingga menuju saluran
pembuangan akhir

sistem drainase perkotaan berupa Kabupaten


pengembangan Drainase dengan Morowali
bentuk saluran air yang terbuka dan
saling berhubungan secara sistemik
satu dengan lainnya

2. Rencana Pola Ruang


2.1 Kawasan Lindung
Pemantapan kawasan lindung untuk Rehabilitasi dan Pemantapan Kabupaten
menjamin pembangunan yang Kawasan Hutan Lindung Morowali
berkelanjutan
Pemantapan dan Perlindungan Kabupaten
Kawasan Resapan Air Morowali
Pemantapan dan Perlindungan Kabupaten
Kawasan Sempadan Pantai Morowali
Pemantapan Kawasan Sempadan Kabupaten
Sungai Morowali
Pemantapan dan Pengembangan Kabupaten
Kawasan Reklamasi sebagai RTH Morowali
Penyusunan Perda RDTR sebaran Kabupaten
Kawasan Ruang Terbuka Hijau Morowali
(RTH).

2.2 Kawasan Budidaya


Pengembangan kawasan agropolitan Pengembangan lahan pertanian
yang berorientasi pada sumber daya pangan berkelanjutan (LP2B) Kabupaten
lokal dan kebutuhan pasar dengan lahan c dangan pertanian Morowali
pangan berkelanjutan (LCP2B)

Pengembangan Kawasan
hortikultura terdiri atas tanaman
sayur, tanaman buah-buahan dan
tanaman biofarma tersebar di Kabupaten
kawasan pertanian tanaman pangan, Morowali
perkebunan dan permukiman
perdesaan disetiap Kecamatan.

Pengembangan kawasan perkebunan Kabupaten


rakyat dengan komoditi tanaman Morowali
perkebunan campuran yang terdapat
di setiap kecamatan

73
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
4. Pengembangan Kawasan
peternakan

Pengembangan kawasan integrasi


tanaman dan ternak meliputi semua
komoditi ternak di setiap kecamatan.

Rencana lahan penggembalaan


ternak di Kecamatan Witaponda dan
Kecamatan Bahodopi

Rencana sentra peternakan rakyat di


Kecamatan Bungku Timur dan
Kecamatan Bungku

Rencana pengembangan kawasan


Budidaya Ternak di setiap
Kecamatan.

Pengembangan Rumah Pemotongan


Hewan di kecamatan Wita Ponda,
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku
Tengah dan Kecamatan Bahodopi

Rencana pembanguanan Rumah


Pemotongan Hewan di Kecamatan
Bungku Pesisir.

Pengembangan Pasar dan terminal


hewan di Kecamatan Bungku Barat,
dan Rencana pasar dan terminal
hewan di Kecamatan Bumi Raya
dan Kecamatan Bungku Pesisir.

Pengembangan kawasan minapolitan 1. Peningkatan sarana dan prasarana


yang berorientasi pada sumber daya Kawasan perikanan tangkap;
lokal dan kebutuhan pasar 2.Pengembangan kawasan perikanan
budidaya terdiri dari:
Pengembangan sarana kawasan
perikanan budidaya laut;

Pengembangan sarana kawasan


perikanan budidaya air payau; dan

Pengembangan sarana kawasan


perikanan budidaya air tawar;

3. Pengembangan sarana dan Kabupaten

74
No Kebijakan Program Utama Lokasi
.
prasarana Kawasan pengolahan Morowali (di
ikan; setiap kecamatan)
4. Pengembangan sarana dan Kabupaten
prasarana Pelabuhan perikanan di Morowali (di
setiap kecamatan;. setiap kecamatan)
5. Pengembangan sub TPI Kabupaten
Morowali (di
Kecamatan Menui
Kepulauan,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan,
Kecamatan
Bungku Barat dan
Kecamatan
Witaponda;)
6. Pengembangan sarana dan Kabupaten
prasaran gudang rumput laut Morowali (di
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan Bumi
Raya dan
Kecamatan
Witaponda;)
7. Pengembangan pabrik rumput Kabupaten
laut. Morowali (di
Kecamatan Bumi
Raya)
8. Rencana laboratorium kultur Kabupaten
jaringan rumput laut. Morowali (di
kecamatan
bungku Tengah
dan Kecamatan
Bungku Selatan.)
Pengembangan kawasan industri logam Pengawasan dan Pengendalian Kabupaten
dasar dan bahan galian bukan logam Kawasan Pertambangan Morowali
untuk pemenuhan target Indonesia
sebagai negara industri tangguh
Pengembangan sektor pariwisata Pengembangan sarana dan prasarana
alam/bahari, sejarah dan budaya, dan kawasan pariwisata alam
pariwisata buatan dengan tetap pegunungan/ Hutan, kawasan Kabupaten
memperhatikan kelestarian lingkungan pariwisata maritim/bahari, kawasan Morowali
pariwisata sejarah dan budaya; dan
kawasan pariwisata buatan.

75
4.3 Program dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Kondisi Aktual

a. Struktur Ruang

Tabel 4. 2 Program dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Kondisi Aktual

Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
A Peningkatan Fungsi PKL            
Ketersediaan dan kesesuaian program perwujudan sistem Belum
1 pusat pelayanan           terpenuhi
1.1 Penyusunan RDTR Perkotaan bungku Kecamatan bungku tengah √   √   Terlaksana
1.2 Pengembangan perumahan rakyat            
1.3 Peningkatan pelabuhan bungku Kecamatan bungku tengah √   √   Terlaksana
1.4 Pembangunan pabrik pengolahan hasil laut non ikan          
1.5 Peningkatan pusat perdagangan          
1.6 Pembangunan litbang kelautan          
1.7 Pembangunan lumbung pangan          

1.8 Pembangunan gedung penyelamat dan penyediaan peralatan          


peringatan dini bahaya gempa
1.9 Pengembangan puskesmas rawat inap Kecamatan bungku tengah √   √   Terlaksana
B Pengembangan fungsi PPK menjadi PKL            
1.1 Penyususnan perda RDTR perkotaan bahodopi Kecamatan bahodopi √   √   Terlaksana
Belum
1.2          
Penyusunan RDTR perkotaan lakombulo terlaksana
C Peningkatan fungsi PPK            
Kecamatan witaponda
1.1 Penyusunan perda RDTR kawasan lantula jaya √   √   Terlaksana
(lantulajaya)
1.2 Penyusunan perda RDTR kawasan wosu            

76
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
1.3 Penyusunan perda RDTR kawasan bahonsuai            
1.4 Penyusuna perda RDTR kawasan kolono Kecamatan Bungku timur √   √   Terlaksana
1.5 Penyusunan perda RDTR kawasan lafeu            
1.6 Penyusunan perda RDTR ulunambo            
D Peningkatan Fungsi PPL            
Belum
1.1          
Penyusunan perdes rencana tata ruang desa terlaksana
Ketersediaan dan kesesuaian program perwujudan sistem
2            
prasarana utama
Pemantapan dan pengembangan sistem jaringan transportasi
A            
darat

1.1 Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kolektor    √        

 ruas Jalan Kolono –


Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kolektor Ululere, dan ruas Jalan
1.2          
primer K2 Ululere – Batas Sulawei
Selatan
 ruas Jalan Ringroad Bawah
Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kolektor – Bungku, ruas Jalan
1.3          
sekunder Ringroad atas Wosu –
Sakita

1.4 Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan lokal  Disetiap Kecamatan          

Pemantapan dan peningkatan kapasitas jembatan disetiap


1.5  Disetiap Kecamatan          
kecamatan
Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan transportasi
B            
laut

1.1 Pengembangan pelabuhan pengumpan regional bungku            

77
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Kecamatan Menui
1.2 Pengembangan pelabuhan pengumpan regional menui √   √   Terlaksana
kepulauan
Kecamatan. Bumi Raya,
Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Lokal Parilangke,
1.3 Kec. Bungku Selatan, √   √   Terlaksana
Kaleroang, Sambalagi
Kecamatan. Bungku Pesisir
Rencana Pembangunan Pelabuhan Kontener dan Pelabuhan
1.4            
Samudra Wosu

Kecamatan. Bungku Pesisir,


Rencana Pembangunan Pelabuhan Pelayaran Rakyat Tandaoleo, Kec. Bungku Selatan, Kec.
1.5 √   √   Terlaksana
Kaleroang, Matarape, Mbokita, dan Moahino Menui Kepulauan,
Kecamatan. Wita Ponda

Kecamatan Bumi Raya,


Kecamatan Bungku Barat,
Kecamatan Bungku Timur,
Terminal khusus / pelabuhan khusus penumpukan terdiri : rencana Kecamatan Bahodopi,
1.6 √   √   Terlaksana
pemantapan terminal khusus Kecamatan Bungku Pesisir,
Kecamatan Bungku Selatan
dan Kecamatan Menui
Kepulauan

1.7 Rencana Pembangunan terminal khusus Kecamatan witaponda √   √   Terlaksana


Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan transportasi
C            
udara
1.1 Pengembangan dan Pembangunan Bandara Udara Maleo Kec. Bumi Raya √   √   Terlaksana
Pengembangan fasilitas penerbangan menuju Bandar udara,
1.2            
meliputi runway, taxiway, apron dan terminal

Pengembangan fasilitas kargo serta fasilitas pemprosesan barang


1.3            
guna meningkatkan nilai tambah komoditas

78
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
1.4 Pembangunan Bandar Udara Khusus di Bahodopi            
Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana
D            
pendukungnya
1.1 Pengembangan pembangkit listrik tenaga uap            
Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan Menui
1.2 Pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel Kepulauan, Kecamatan √   √   Terlaksana
Bungku Selatan dan
Kecamatan Bungku Pesisir.
1.3 Pengembangan pembangkit listrik tenaga mini hidro Sakitar Kecamatan Bungku Tengah √   √   Terlaksana
1.4 Rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro            
rencana pengembangan potensi energi listrik tenaga surya dan
1.5            
tenaga gelombang laut
Rencana pembangkit tenaga listrik lainnya yang di tetapkan oleh
1.6            
peraturan perundang-undangan
1.7 Rencana Pembangunan Energi Listrik Terbarukan            
Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
E            
penduduknya
1.1 Rencana pembangunan gardu induk;            

Jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan tenaga listrik


1.2 antar sistem berupa rencana pembangunan jaringan transmisi            
saluran udara tegangan tinggi (SUTET) 150 KV

F Pengembangan system jaringan tetap            

jaringan serat optik terdapat disepanjang jalan yang


1.1 Seluruh Kecamatan √   √   Terlaksana
menghubungkan Kota Kendari ,Wanggudu ,Bungku, Solonsa

1.2 stasiun telepon otomat (STO) di Kecamatan bungku tengah Kecamatan bungku tengah √   √   Terlaksana

79
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai

1.3 pengembangan stasiun telepon otomat (STO) di setiap kecamatan            

G Pengembangan system jaringan bergerak            


jaringan seluler berupa pengembangan menara Base Transcaiver
1.1 Station (BTS) untuk penguatan sinyal menjangkau seluruh            
wilayah di daerah
sistem jaringan stasiun radio lokal di rencanakan menjangkau
1.2 hingga ke seluruh pelosok pedesaan dengan rencana stasiun            
pemancar

Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan


1.3 pelayanan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan,            
minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan wisata

H Peningkatan prasarana sumber daya air            


Pengembangan, Pembangunan, peningkatan, rehabilitasi dan
1.1 pemeliharaan jaringan Irigasi pada daerah Irigasi permukaan            
Kabupaten Morowali

Pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber air


lainnya antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan
1.2            
penampung air lainnya untuk penyediaan air baku di seluruh
kecamatan

I sistem pengendalian banjir            

Pembangunan prasarana pengendalian banjir di Sempadan Sungai


1.1            
di seluruh wilayah Kabupaten Morowali

80
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai

penanganan banjir pada kawasan rawan banjir secara terpadu


1.2 dengan sistem pengembangan drainase dan upaya konservasi            
daerah hulu aliran sungai terutama pada kawasan rawan banjir

pengembangan Sarana dan Prasarana pengendali Banjir Berupa


1.3 Tanggul, Talud, Bronjong, Kanal Banjir, Sumur Resapan, dan            
Turap

penanganan abrasi pantai dengan upaya konservasi dan


1.4            
pemasangan Break Water di kawasan rawan abrasi pantai

Rencana pengembangan sistem peringatan dini pada potensi


1.5            
tsunami
Ketersediaan dan kesesuaian program perwujudan sistem
3            
prasarana pendukung;
A Sistem penyediaan air minum            

Sistem Penyediaan Air minum Jaringan Perpipaan (SPAM JP) dan


SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP) meliputi unit air
baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan dengan
1.1 ketentuan teknis unit SPAM untuk menjamin produksi air minum Kabupaten morowali √   √   Terlaksana
yang disalurkan pada pelanggan memenuhi standar kualitas,
kwantitas dan kontinuitas mengacu pada peraturan
perundangundangan

B Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)            


Sistem pembuangan air limbah setempat secara individual tersebar
1.1 pada kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan diseluruh Kabupaten morowali √   √   Terlaksana
Kabupaten

81
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai

Rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di, Kecamatan Bungku Barat,
1.2 √   √   Terlaksana
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Timur. Kecamatan Bungku Timur.

instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum


1.3 Kecamatan Bungku Tengah √   √   Terlaksana
Daerah Morowali di Kecamatan Bungku Tengah

rencana IPAL pada kompleks Perkantoran Funuasingko dan


sekitarnya di Kecamatan Bungku Tengah serta Rumah Sakit Terlaksana
1.4 Kabupaten Morowali √   √  
Umum Pratama di Desa Paku Kecamatan Bungku Selatan dan (belum merata)
Rencana IPAL di Puskesmas di setiap Kecamatan

Kecamatan Witaponda,
Kecamatan Bumi Raya,
Kecamatan Bungku Barat,
Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan
1.5 rencana IPAL pada kawasan permukiman kepadatan tinggi Bungku Timur, Kecamatan √   √   Terlaksana
Bahodopi, Kecamatan
Bungku Pesisir, Kecamatan
Bungku Selatan dan
Kecamatan Menui
Kepulauan

Kecamatan Bahodopi,
Terlaksana
Rencana IPAL pada Kawasan Industri (KI) Morowali dan Kecamatan Bungku Timur
1.6 √   √   (belum
sekitarnya dan Kecamatan Bungku
maksimal)
Pesisir.
C Sistem jaringan persampahan wilayah            
1.1 Bungku Tengah di desa Bahoruru   √   √   Terlaksana
Rencana Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di setiap
1.2            
kecamatan

82
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan tempat Pemprosesan Akhir Sampah dengan sistem
1.3 Pengurugan berlapis bersih (Sanitari Landfill) di Kecamatan Bungku tengah √   √   Terlaksana
Bungku Tengah

rencana Tempat Pemprosesan Akhir Sampah dengan sistem


Belum
1.4 Pengurugan berlapis bersih (Sanitari Landfill) di Kecamatan Bumi          
terlaksana
Raya dan Kecamatan Bahodopi, dan Kecamatan Bungku Pesisir;

sarana dan prasarana persampahan, dan menerapkan sistem 4R


1.5 (Reduce, Reuse, Recycle dan Replace) untuk penanganan sampah            
anorganik di setiap kecamatan

D Jalur jaringan evakuasi bencana            

pengembangan Jalur Evakuasi pada ruas jalan dalam Kawasan


Perkotaan menuju titik Kota Terpadu Mandiri KTM) Bungku, ruas
1.1            
jalan di Bahodopi menuju titik kumpul Kantor Kecamatan
Bahodopi

1.2 Rencana Jalur Evakuasi Bencana disetiap kecamatan;            


E Sistem jaringan drainase            

sistem drainase jalan berupa perencanaan drainase permukaan


Belum
1.1 pada saluran samping jalan agar aliran air/air hujan dapat di Setiap kecamatan √   √  
terpenuhi
alirkan dengan cepat hingga menuju saluran pembuangan akhir

sistem drainase perkotaan berupa pengembangan Drainase dengan


Belum
1.2 bentuk saluran air yang terbuka dan saling berhubungan secara Setiap kecamatan √   √  
terpenuhi
sistemik satu dengan lainnya

83
b. Pola Ruang
Tabel 4. 3 Program dan Lokasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Kondisi Aktual

Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Perwujudan kawasan peruntukan lindung  
Ketersediaan program kesesuaian lokasi program
1
perwujudan kawasan lindung;            
1.1 Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung            
1.2 Pemantapan dan Perlindungan Kawasan Resapan Air            
1.3 Pemantapan dan Perlindungan Kawasan Sempadan Pantai            
1.4 Pemantapan Kawasan Sempadan Sungai            
Pemantapan dan Pengembangan Kawasan Reklamasi sebagai
1.5 RTH            
Penyusunan Perda RDTR sebaran Kawasan Ruang Terbuka
1.6 Hijau (RTH).            
Perwujudan kawasan peruntukan Budidaya  
A Kawasan hutan produksi            

1 Ketersediaan program dan kesesuaian lokasi program perwujudan kawasan budidaya


 

Kecamatan Bungku Tengah,


Kecamatan Bungku Timur,
Kecamatan Bahodopi,
Pemantapan dan Pengendalian Kawasan Hutan Produksi
Kecamatan Bungku Pesisir,
1.1 Terbatas (HPT), Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP), dan √ √ Terlaksana
Kecamatan Bungku Selatan,
Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK),
dan Kecamatan Menui
Kepulauan, Kecamatan
Witaponda
   
B Pengembangan kawasan pertanian            

84
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
1.1 dengan lahan c dangan pertanian pangan berkelanjutan    
(LCP2B)        

Kawasan hortikultura yang


terdiri atas tanaman sayur,dan
tanaman buah-buahan terdapat
di Kecamatan Bungku Tengah
Pengembangan Kawasan hortikultura terdiri atas tanaman Sudah terlaksana
dan Bungku Barat, sedangkan
sayur, tanaman buah-buahan dan tanaman biofarma tersebar programnya
1.2 untuk tanaman biofarma √ √
di kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan tetapi belum
dibudidayakan oleh masing-
permukiman perdesaan disetiap Kecamatan. sesuai
masing rumah tangga atau
tanaman pribadi tetapi untuk
dalam bantuan skala besar
belum ada

   

Pengembangan kawasan perkebunan rakyat dengan komoditi Terdapat perkebunan sawit dan
1.3 tanaman perkebunan campuran yang terdapat di setiap kopi di Kecamatan Witaponda, √ √ Terlaksana
kecamatan Bumi Raya, dan Bungku Barat
   
1.4 Pengembangan Kawasan peternakan            

Pengembangan kawasan integrasi tanaman dan ternak


1.4.1 Kabupaten morowali  
meliputi semua komoditi ternak di setiap kecamatan.
       
Rencana lahan penggembalaan ternak di Kecamatan Di Kecamatan Witaponda dan
1.4.2 √ √ Terlaksana
Witaponda dan Kecamatan Bahodopi Kecamatan Bahodopi    

Rencana sentra peternakan rakyat di Kecamatan Bungku Di Kecamatan Bungku Timur


1.4.3 √ √ Terlaksana
Timur dan Kecamatan Bungku dan Kecamatan Bungku
   

85
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Rencana pengembangan kawasan Budidaya Ternak di setiap
1.4.4 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
Kecamatan.    
Di kecamatan Wita Ponda,
Pengembangan Rumah Pemotongan Hewan di kecamatan Kecamatan Bumi Raya,
1.4.5 Wita Ponda, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Kecamatan Bungku Barat, √ √ Terlaksana
Barat, Kecamatan Bungku Tengah dan Kecamatan Bahodopi Kecamatan Bungku Tengah
dan Kecamatan Bahodopi
   
Rencana pembanguanan Rumah Pemotongan Hewan di
1.4.6 Di Kecamatan Bungku Pesisir. √ √ Terlaksana
Kecamatan Bungku Pesisir.    

Bungku Barat, dan Rencana


Pengembangan Pasar dan terminal hewan di Kecamatan
pasar dan terminal hewan di
1.4.7 Bungku Barat, dan Rencana pasar dan terminal hewan di √ √ Terlaksana
Kecamatan Bumi Raya dan
Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Bungku Pesisir.
Kecamatan Bungku Pesisir.
   
C Pengembangan Kawasan Perikanan           Terlaksana
Peningkatan sarana dan prasarana Kawasan perikanan
1.1   √ √  
tangkap;    

1.2 Pengembangan kawasan perikanan budidaya terdiri dari    


       
Belum
1.2.1 Pengembangan sarana kawasan perikanan budidaya laut  
        Terlaksana
Pengembangan sarana kawasan perikanan budidaya air
1.2.2    
payau;        

1.2.3 Pengembangan sarana kawasan perikanan budidaya air tawar    


       
Pengembangan sarana dan prasarana Kawasan pengolahan
1.3    
ikan di setiap kecamatan;        
Pengembangan sarana dan prasarana Pelabuhan perikanan di
1.4    
setiap kecamatan;.        

86
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan sarana dan prasarana TPI moderen di Kecamtan bungku dan
1.5 √ √ Terlaksana
Kecamatan Bungku Tengah; Kecamatan Witaponda    

Pengembangan sub TPI di Kecamatan Menui Kepulauan,


Kecamatan Witaponda dan
1.6 Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan, √ √ Terlaksana
Bungku Pesisir
Kecamatan Bungku Barat dan Kecamatan Witaponda
   
Pengembangan sarana dan prasaran gudang rumput laut di
1.7 Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bumi Raya dan    
Kecamatan Witaponda;        

1.8 Pengembangan pabrik rumput laut di Kecamatan Bumi Raya    


       

Rencana laboratorium kultur jaringan rumput laut di


1.9    
kecamatan bungku Tengah dan Kecamatan Bungku Selatan.
       
D Kawasan Pertambangan dan Energi;            

1.1 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan Pertambangan Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana


   
E Kawasan industri            
1.1 Pemantapan dan Pengembangan Kawasan Industri Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana
Pengembangan sarana dan prasarana industri kecil dan
1.2 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
menengah (Sikim)    
F Kawasan Pariwisata            

Pengembangan sarana dan prasarana kawasan pariwisata


alam pegunungan/ Hutan, kawasan pariwisata
1.1 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
maritim/bahari, kawasan pariwisata sejarah dan budaya; dan
kawasan pariwisata buatan.
   
G Kawasan Permukiman            

87
Rencana Aktual
Keterangan
Realisasi Program Lokasi
No
Terea Belum Tidak
Indikator Program Lokasi/ruas Sesuai
lisasi terealisasi sesuai
Pengembangan sarana dan prasarana kawasan permukiman
1.1 perkotaan, kawasan Permukiman perdesaan; dan kawasan Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
permukiman transmigrasi.    
Pemantapan dan Pengembangan Kawasan Perkantoran
1.2 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
Fonuasingko Bungku    

Penyusunan Raperbup RTBL Koridor Jalan Trans Sulawesi


1.3 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
dari Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan Bahodopi
   
Penyusunan Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
1.4 Kabupaten Morowali √ √ Terlaksana
Berbasis Web GIS Kabupaten Morowali    
H Kawasan Pertahanan dan Kemanan            
Pengembangan sarana dan prasarana Kawasan pertahanan
1.1 Kabupaten Morowali
dan keamanan.          

88
4.4 Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pemantauan Dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang, penilaian kesesuaian
pemanfaatan ruang dilakukan dengan bertahap yaitu sebagai berikut:

 Penilaian kesesuaian program pemanfaatan ruang dilakukan dengan:


a. mengidentifikasi program pembangunan yang sesuai dengan indikasi program dalam
RTR
b. menilai kesesuaian program pembangunan dengan menegaskan keberadaan program
pembangunan sektor yang sesuai dengan indikasi program dalam RTR, dengan nilai
100% (seratus persen) jika ada atau 0% (nol persen) jika tidak sesuai; dan
c. mengonfirmasikan program pembangunan selain program yang ada pada indikasi
program RTR.

 Penilaian kesesuaian lokasi program pemanfaatan ruang dilakukan dengan :


a. Mengidentifikasi lokasi program pembangunan yang sesuai dengan lokasi program
pada indikasi program RTR;
b. Menilai kesesuaian lokasi program pembangunan dengan membandingkan jumlah
lokasi program pembangunan yang sesuai terhadap total jumlah lokasi program yang
sama dalam indikasi program RTR dikali 100% (seratus persen); dan
c. Mengonfirmasikan lokasi program pembangunan di luar lokasi program yang sama
pada indikasi program RTR.

 Kesesuaian pemanfaatan ruang bernilai:


a. Sama dengan nilai kesesuaian lokasi program jika nilai kesesuaian program positif
dan nilai kesesuaian lokasi program positif;
b. 0 (nol) atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian program 0
(nol) dan kesesuaian lokasi program positif;
c. 0 (nol) atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian program 0
(nol) dan kesesuaian lokasi program 0 (nol); atau
d. Tidak dapat ditentukan kesesuaian jika nilai kesesuaian program positif dan
kesesuaian lokasi program 0 (nol).

89
Tabel 4. 4 Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

A Peningkatan Fungsi PKL                  

1 Ketersediaan dan kesesuaian program                


perwujudan sistem pusat pelayanan

1.1 Penyusunan RDTR Perkotaan bungku Kecamatan √   √   Terlaksana  100  100  100
bungku tengah

1.2 Pengembangan perumahan rakyat                  

1.3 Peningkatan pelabuhan bungku Kecamatan √    √ Terlaksana  100  100  100


bungku tengah

1.4 Pembangunan pabrik pengolahan hasil                


laut non ikan

1.5 Peningkatan pusat perdagangan                

1.6 Pembangunan litbang kelautan                

1.7 Pembangunan lumbung pangan                

1.8 Pembangunan gedung penyelamat dan                


penyediaan peralatan peringatan dini
bahaya gempa

1.9 Pengembangan puskesmas rawat inap Kecamatan √   √   Terlaksana      


bungku tengah

90
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

B Pengembangan fungsi PPK menjadi                  


PKL

1.1 Penyususnan perda RDTR perkotaan Kecamatan √    √  100    


bahodopi bahodopi

1.2 Penyusunan RDTR perkotaan lakombulo      √    √      

C Peningkatan fungsi PPK                  

1.1 Penyususnan perda RDTR kawasan Kecamatan √   √   Terlaksana      


lantula jaya witaponda
(lantulajaya)

1.2 Penyusunan perda RDTR kawasan wosu                  

1.3 Penyusunan perda RDTR kawasan                  


bahonsuai

1.4 Penyusuna perda RDTR kawasan kolono Kecamatan  √  √      


Bungku timur

1.5 Penyusunan perda RDTR kawasan lafeu                  

1.6 Penyusunan perda RDTR ulunambo                  

D Peningkatan Fungsi PPL                  

1.1 Penyusunan perdes rencana tata ruang           Belum      


desa terlaksana

91
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

2 Ketersediaan dan kesesuaian program                  


perwujudan sistem prasarana utama

A Pemantapan dan pengembangan                  


sistem jaringan transportasi darat

1.1 Peningkatan kapasitas pelayanan sistem                  


jaringan jalan kolektor

1.2 Peningkatan kapasitas pelayanan sistem                  


jaringan jalan kolektor primer K2

1.3 Peningkatan kapasitas pelayanan sistem                  


jaringan jalan kolektor sekunder

1.4 Peningkatan kapasitas pelayanan sistem                  


jaringan jalan lokal

1.5 Pemantapan dan peningkatan kapasitas                  


jembatan disetiap kecamatan

B Pengembangan dan peningkatan sistem                  


jaringan transportasi laut

1.1 Pengembangan pelabuhan pengumpan                  


regional bungku

1.2 Pengembangan pelabuhan pengumpan Kecamatan Menui √   √   Terlaksana  100  100  100
regional menui kepulauan

92
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

1.3 Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Kecamatan. Bumi √   √   Terlaksana      


Lokal Parilangke, Kaleroang, Sambalagi Raya, Kec.
Bungku Selatan,
Kecamatan.
Bungku Pesisir

1.4 Rencana Pembangunan Pelabuhan                  


Kontener dan Pelabuhan Samudra Wosu

1.5 Rencana Pembangunan Pelabuhan Kecamatan. √   √   Terlaksana      


Pelayaran Rakyat Tandaoleo, Kaleroang, Bungku Pesisir,
Matarape, Mbokita, dan Moahino Kec. Bungku
Selatan, Kec.
Menui
Kepulauan,
Kecamatan. Wita
Ponda

1.6 Terminal khusus / pelabuhan khusus Kecamatan Bumi √   √   Terlaksana      


penumpukan terdiri : rencana Raya, Kecamatan
pemantapan terminal khusus Bungku Barat,
Kecamatan
Bungku Timur,
Kecamatan
Bahodopi,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan

93
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui Kepulauan

1.7 Rencana Pembangunan terminal khusus Kecamatan √   √   Terlaksana      


witaponda

C Pengembangan dan peningkatan                  


sistem jaringan transportasi udara

1.1 Pengembangan dan Pembangunan Kec. Bumi Raya √   √   Terlaksana  100  100  100
Bandara Udara Maleo

1.2 Pengembangan fasilitas penerbangan                  


menuju Bandar udara, meliputi runway,
taxiway, apron dan terminal

1.3 Pengembangan fasilitas kargo serta                  


fasilitas pemprosesan barang guna
meningkatkan nilai tambah komoditas

1.4 Pembangunan Bandar Udara Khusus di                  


Bahodopi

D Infrastruktur pembangkitan tenaga                  


listrik dan sarana pendukungnya

1.1 Pengembangan pembangkit listrik tenaga                  


uap

94
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

1.2 Pengembangan pembangkit listrik tenaga Kecamatan √   √   Terlaksana      


diesel Bungku Tengah,
Kecamatan Menui
Kepulauan,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Bungku Pesisir.

1.3 Pengembangan pembangkit listrik tenaga Kecamatan √   √   Terlaksana      


mini hidro Sakitar Bungku Tengah

1.4 Rencana pengembangan pembangkit                  


listrik tenaga mikro hidro

1.5 rencana pengembangan potensi energi                  


listrik tenaga surya dan tenaga
gelombang laut

1.6 Rencana pembangkit tenaga listrik                  


lainnya yang di tetapkan oleh peraturan
perundang-undangan

1.7 Rencana Pembangunan Energi Listrik                  


Terbarukan

E Infrastruktur penyaluran tenaga                  


listrik dan sarana penduduknya

95
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

1.1 Rencana pembangunan gardu induk;                  

1.2 Jaringan transmisi tenaga listrik untuk                  


menyalurkan tenaga listrik antar sistem
berupa rencana pembangunan jaringan
transmisi saluran udara tegangan tinggi
(SUTET) 150 KV

F Pengembangan system jaringan tetap                  

1.1 jaringan serat optik terdapat disepanjang Seluruh √   √   Terlaksana  100  100 100 
jalan yang menghubungkan Kota Kecamatan
Kendari ,Wanggudu ,Bungku, Solonsa

1.2 stasiun telepon otomat (STO) di Kecamatan √   √   Terlaksana  100 100  100 
Kecamatan bungku tengah bungku tengah

1.3 pengembangan stasiun telepon otomat                  


(STO) di setiap kecamatan

G Pengembangan system jaringan                  


bergerak

1.1 jaringan seluler berupa pengembangan                  


menara Base Transcaiver Station (BTS)
untuk penguatan sinyal menjangkau
seluruh wilayah di daerah

1.2 sistem jaringan stasiun radio lokal di                  


rencanakan menjangkau hingga ke

96
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

seluruh pelosok pedesaan dengan


rencana stasiun pemancar

1.3 Pengembangan teknologi informasi                  


untuk menunjang kegiatan pelayanan
pemerintahan, pariwisata, industri,
agropolitan, minapolitan, kawasan
pesisir, pelayaran dan kawasan wisata

H Peningkatan prasarana sumber daya                  


air

1.1 Pengembangan, Pembangunan,                  


peningkatan, rehabilitasi dan
pemeliharaan jaringan Irigasi pada
daerah Irigasi permukaan Kabupaten
Morowali

1.2 Pengembangan pengelolaan dan                  


konservasi sungai dan sumber air lainnya
antara lain embung/bendungan, waduk,
dan bangunan penampung air lainnya
untuk penyediaan air baku di seluruh
kecamatan

I sistem pengendalian banjir                  

1.1 Pembangunan prasarana pengendalian                  


banjir di Sempadan Sungai di seluruh

97
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

wilayah Kabupaten Morowali

1.2 penanganan banjir pada kawasan rawan                  


banjir secara terpadu dengan sistem
pengembangan drainase dan upaya
konservasi daerah hulu aliran sungai
terutama pada kawasan rawan banjir

1.3 pengembangan Sarana dan Prasarana                  


pengendali Banjir Berupa Tanggul,
Talud, Bronjong, Kanal Banjir, Sumur
Resapan, dan Turap

1.4 penanganan abrasi pantai dengan upaya                  


konservasi dan pemasangan Break Water
di kawasan rawan abrasi pantai

1.5 Rencana pengembangan sistem                  


peringatan dini pada potensi tsunami

3 Ketersediaan dan kesesuaian                  


program perwujudan sistem
prasarana pendukung;

A Sistem penyediaan air minum                  

1.1 Sistem Penyediaan Air minum Jaringan Kabupaten √   √   Terlaksana  100 55  55 
Perpipaan (SPAM JP) dan SPAM Bukan morowali
Jaringan Perpipaan (SPAM BJP)

98
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

meliputi unit air baku, unit produksi, unit


distribusi dan unit pelayanan dengan
ketentuan teknis unit SPAM untuk
menjamin produksi air minum yang
disalurkan pada pelanggan memenuhi
standar kualitas, kwantitas dan
kontinuitas mengacu pada peraturan
perundangundangan

B Sistem Pengelolaan Air Limbah                  


(SPAL)

1.1 Sistem pembuangan air limbah setempat Kabupaten √   √   Terlaksana  100 100  100 
secara individual tersebar pada kawasan morowali
perkotaan dan kawasan perdesaan
diseluruh Kabupaten

1.2 Rencana Instalasi Pengolahan Lumpur          


Tinja (IPLT) di, Kecamatan Bungku
Barat, Kecamatan Bungku Timur.

1.3 instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kecamatan √   √   Terlaksana  100 100  100 
Rumah Sakit Umum Daerah Morowali di Bungku Tengah
Kecamatan Bungku Tengah

1.4 rencana IPAL pada kompleks          


Perkantoran Funuasingko dan sekitarnya
di Kecamatan Bungku Tengah serta
Rumah Sakit Umum Pratama di Desa

99
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

Paku Kecamatan Bungku Selatan dan


Rencana IPAL di Puskesmas di setiap
Kecamatan

1.5 rencana IPAL pada kawasan Kecamatan √   √   Terlaksana  100 100  100 
permukiman kepadatan tinggi Witaponda,
Kecamatan Bumi
Raya, Kecamatan
Bungku Barat,
Kecamatan
Bungku Tengah,
Kecamatan
Bungku Timur,
Kecamatan
Bahodopi,
Kecamatan
Bungku Pesisir,
Kecamatan
Bungku Selatan
dan Kecamatan
Menui Kepulauan

1.6 Rencana IPAL pada Kawasan Industri          


(KI) Morowali dan sekitarnya

C Sistem jaringan persampahan wilayah                  

100
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

1.1 Bungku Tengah di desa Bahoruru   √   √   Terlaksana      

1.2 Rencana Tempat Pengolahan Sampah                  


Terpadu (TPST) di setiap kecamatan

1.3 Pengembangan tempat Pemprosesan Bungku tengah √   √   Terlaksana      


Akhir Sampah dengan sistem
Pengurugan berlapis bersih (Sanitari
Landfill) di Kecamatan Bungku Tengah

1.4 rencana Tempat Pemprosesan Akhir           Belum      


Sampah dengan sistem Pengurugan terlaksana
berlapis bersih (Sanitari Landfill) di
Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan
Bahodopi, dan Kecamatan Bungku
Pesisir;

1.5 sarana dan prasarana persampahan, dan                  


menerapkan sistem 4R (Reduce, Reuse,
Recycle dan Replace) untuk penanganan
sampah anorganik di setiap kecamatan

D Jalur jaringan evakuasi bencana                  

1.1 pengembangan Jalur Evakuasi pada ruas                  


jalan dalam Kawasan Perkotaan menuju
titik Kota Terpadu Mandiri KTM)
Bungku, ruas jalan di Bahodopi menuju
titik kumpul Kantor Kecamatan

101
No Rencana Aktual Nilai Kesesuaian

Realisasi Program Lokasi

Indikator Program Lokasi/ruas Tereali Belum Sesuai Tidak Program Lokasi Pemanfa
sasi terealisasi sesuai (%) (%) atan
Keterangan Ruang
(%)

Bahodopi

1.2 Rencana Jalur Evakuasi Bencana disetiap                  


kecamatan;

E Sistem jaringan drainase                  

1.1 sistem drainase jalan berupa perencanaan Setiap kecamatan √   √   Belum      


drainase permukaan pada saluran terpenuhi
samping jalan agar aliran air/air hujan
dapat di alirkan dengan cepat hingga
menuju saluran pembuangan akhir

1.2 sistem drainase perkotaan berupa Setiap kecamatan √   √   Belum      


pengembangan Drainase dengan bentuk terpenuhi
saluran air yang terbuka dan saling
berhubungan secara sistemik satu dengan
lainnya

102
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

Perwujudan kawasan peruntukan lindung        

1 Ketersediaan program kesesuaian                  


lokasi program perwujudan kawasan
lindung;

1.1 Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan                  


Hutan Lindung

1.2 Pemantapan dan Perlindungan Kawasan                  


Resapan Air

1.3 Pemantapan dan Perlindungan Kawasan                  


Sempadan Pantai

1.4 Pemantapan Kawasan Sempadan Sungai                  

1.5 Pemantapan dan Pengembangan                  


Kawasan Reklamasi sebagai RTH

1.6 Penyusunan Perda RDTR sebaran                  


Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Perwujudan kawasan peruntukan Budidaya        

A Kawasan hutan produksi                  

1 Ketersediaan program dan kesesuaian lokasi program perwujudan kawasan budidaya        

103
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

1.1 Pemantapan dan Pengendalian Kecamatan Bungku √   √   Terlaksana      


Kawasan Hutan Produksi Terbatas Tengah, Kecamatan
(HPT), Kawasan Hutan Produksi Bungku Timur,
Tetap (HP), dan Kawasan Hutan Kecamatan Bahodopi,
Produksi yang dapat dikonversi Kecamatan Bungku
(HPK), Pesisir, Kecamatan
Bungku Selatan, dan
Kecamatan Menui
Kepulauan,
Kecamatan Witaponda

B Pengembangan kawasan pertanian                  

1.1 Pengembangan lahan pertanian                  


pangan berkelanjutan (LP2B) dengan
lahan c dangan pertanian pangan
berkelanjutan (LCP2B)

1.2 Pengembangan Kawasan hortikultura Kawasan hortikultura √   √   Sudah      


terdiri atas tanaman sayur, tanaman yang terdiri atas terlaksana
buah-buahan dan tanaman biofarma tanaman sayur,dan programnya
tersebar di kawasan pertanian tanaman buah-buahan tetapi belum
tanaman pangan, perkebunan dan terdapat di Kecamatan sesuai
permukiman perdesaan disetiap Bungku Tengah dan
Kecamatan. Bungku Barat,
sedangkan untuk
tanaman biofarma

104
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

dibudidayakan oleh
masing-masing rumah
tangga atau tanaman
pribadi tetapi untuk
dalam bantuan skala
besar belum ada

1.3 Pengembangan kawasan perkebunan Terdapat perkebunan √   √   Terlaksana      


rakyat dengan komoditi tanaman sawit dan kopi di
perkebunan campuran yang terdapat Kecamatan
di setiap kecamatan Witaponda, Bumi
Raya, dan Bungku
Barat

1.4 Pengembangan Kawasan peternakan                  

1.4.1 Pengembangan kawasan integrasi Kabupaten morowali                


tanaman dan ternak meliputi semua
komoditi ternak di setiap kecamatan.

1.4.2 Rencana lahan penggembalaan ternak Di Kecamatan √   √   Terlaksana      


di Kecamatan Witaponda dan Witaponda dan
Kecamatan Bahodopi Kecamatan Bahodopi

1.4.3 Rencana sentra peternakan rakyat di Di Kecamatan Bungku √   √   Terlaksana      


Kecamatan Bungku Timur dan Timur dan Kecamatan
Kecamatan Bungku Bungku

105
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

1.4.4 Rencana pengembangan kawasan Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


Budidaya Ternak di setiap
Kecamatan.

1.4.5 Pengembangan Rumah Pemotongan Di kecamatan Wita √   √   Terlaksana      


Hewan di kecamatan Wita Ponda, Ponda, Kecamatan
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bumi Raya,
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Kecamatan Bungku
Tengah dan Kecamatan Bahodopi Barat, Kecamatan
Bungku Tengah dan
Kecamatan Bahodopi

1.4.6 Rencana pembanguanan Rumah Di Kecamatan Bungku √   √   Terlaksana      


Pemotongan Hewan di Kecamatan Pesisir.
Bungku Pesisir.

1.4.7 Pengembangan Pasar dan terminal Bungku Barat, dan √   √   Terlaksana      


hewan di Kecamatan Bungku Barat, Rencana pasar dan
dan Rencana pasar dan terminal terminal hewan di
hewan di Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Bumi
Kecamatan Bungku Pesisir. Raya dan Kecamatan
Bungku Pesisir.

106
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

C Pengembangan Kawasan                
Perikanan

1.1 Peningkatan sarana dan prasarana   √   √          


Kawasan perikanan tangkap;

1.2 Pengembangan kawasan perikanan                  


budidaya terdiri dari

1.2.1 Pengembangan sarana kawasan           Belum      


perikanan budidaya laut Terlaksana

1.2.2 Pengembangan sarana kawasan                  


perikanan budidaya air payau;

1.2.3 Pengembangan sarana kawasan                  


perikanan budidaya air tawar

1.3 Pengembangan sarana dan prasarana                  


Kawasan pengolahan ikan di setiap
kecamatan;

1.4 Pengembangan sarana dan prasarana                  


Pelabuhan perikanan di setiap
kecamatan;.

1.5 Pengembangan sarana dan prasarana Kecamtan bungku dan √   √   Terlaksana      

107
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

TPI moderen di Kecamatan Bungku Kecamatan Witaponda


Tengah;

1.6 Pengembangan sub TPI di Kecamatan Kecamatan Witaponda √   √   Terlaksana      


Menui Kepulauan, Kecamatan dan Bungku Pesisir
Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku
Selatan, Kecamatan Bungku Barat
dan Kecamatan Witaponda

1.7 Pengembangan sarana dan prasaran                  


gudang rumput laut di Kecamatan
Bungku Pesisir, Kecamatan Bumi
Raya dan Kecamatan Witaponda;

1.8 Pengembangan pabrik rumput laut di                  


Kecamatan Bumi Raya

1.9 Rencana laboratorium kultur jaringan                  


rumput laut di kecamatan bungku
Tengah dan Kecamatan Bungku
Selatan.

D Kawasan Pertambangan dan                  


Energi;

1.1 Pengawasan dan Pengendalian Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


Kawasan Pertambangan

108
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

E Kawasan industri                  

1.1 Pemantapan dan Pengembangan Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


Kawasan Industri

1.2 Pengembangan sarana dan prasarana Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


industri kecil dan menengah (Sikim)

F Kawasan Pariwisata                  

1.1 Pengembangan sarana dan prasarana Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


kawasan pariwisata alam
pegunungan/ Hutan, kawasan
pariwisata maritim/bahari, kawasan
pariwisata sejarah dan budaya; dan
kawasan pariwisata buatan.

G Kawasan Permukiman                  

1.1 Pengembangan sarana dan prasarana Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


kawasan permukiman perkotaan,
kawasan Permukiman perdesaan; dan
kawasan permukiman transmigrasi.

1.2 Pemantapan dan Pengembangan Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


Kawasan Perkantoran Fonuasingko
Bungku

1.3 Penyusunan Raperbup RTBL Koridor Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      

109
No Rencana Aktual Keterangan Nilai Kesesuaian

Realisasi Lokasi
Program

Indikator Program Lokasi/ruas Tere Belum Sesu Tida Progra Loka Pemanfaat
a terealisa ai k m (%) si an Ruang
lisasi si sesu (%) (%)
ai

Jalan Trans Sulawesi dari Kecamatan


Wita Ponda, Kecamatan Bahodopi

1.4 Penyusunan Pemanfaatan dan Kabupaten Morowali √   √   Terlaksana      


Pengendalian Tata Ruang Berbasis
Web GIS Kabupaten Morowali

H Kawasan Pertahanan dan                  


Kemanan

1.1 Pengembangan sarana dan prasarana Kabupaten Morowali                


Kawasan pertahanan dan keamanan.

110
111
112

Anda mungkin juga menyukai