Anda di halaman 1dari 26

PEMETAAN ZONA NILAI TANAH

MENGUNAKAN METODE ANALITICAL HEIRARCHY PROCESS (AHP)


Studi Kasus : Kecamatan Sewon, Kab. Bantul, Prov. D.I. Yogyakarta

Agus Parmadi. Agus1, Sai. Silvester Sari2, M. Adkha Yulianandha3


1,2,3 Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang
Jl. Bendungan Sigura-gura no.2, Malang, Indonesia
itn@itn.ac.id

KATA KUNCI : Zona Nilai Tanah (ZNT), Analitical Heirarchy Process (AHP), Sistem Informasi Geografi (SIG)

ABSTRAK:

Dewasa ini kebutuhan akan ketersediaan dan permintaan tanah menjadi semakin meningkat dari waktu ke waktu. Akibat dari
permasalahan itu terjadi keterbatasan tersedianya tanah karena permintaan tanah yang meningkat lebih besar dari tanah yang dapat
disediakan, sehingga mendorong kenaikan nilai tanah yang tak terkendali. Penilaian orang atas sebidang tanah akan menjadi sangat
berbeda, karena tanah memiliki beberapa dimensi dan ukuran yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu dalam menilai tanah perlu suatu
keahlian tersendiri. Model penilaian tanah yang digunakan oleh BPN untuk pembuatan peta Zona Nilai Tanah (ZNT) adalah model
penilaian tanah secara masal dengan menggunakan prosedur perbandingan pasar dalam satu zona. Tingkat pengetahuan dan
pengalaman penilai pada model penilaian ini berpengaruh terhadap hasil zona dan penilaian yang lebih bersifat subjektif. Oleh karena
itu metode Analitical Heirarchy Proccess (AHP) dipilih untuk dapat mendekatkan besaran atau ukuran secara lebih objektif dan untuk
mengeliminasi subjektifitas. Melalui perhitungan dengan AHP maka diperoleh kriteria faktor penentu nilai tanah yaitu aksebilitas
dengan bobot kepentingan 58%, penggunaan lahan 14%, dan fasilitas umum 28%. Dari perhitungan bobot kepentingan menggunakan
AHP diaplikasikan kedalam analisi spasial sehingga dapat kelompokan kedalam satu area dengan bobot yang sama dengan
mengasumsikan bahwa area yang mempunyai kemiripan bobot maka mempunyai nilai tanah yang hampir sama.

1. PENDAHULUAN mengintegrasikan setiap variable-variabel yang diinginkan dan


seberapa besar prosentase penyesuainya. Tingkat pengetahuan
I.1 Latar Belakang dan pengalaman penilai akan berpengaruh terhadap hasil zona
dan penilaian yang lebih bersifat subjektif.
Tanah merupakan salah satu penunjang yang Memperhatikan alasan tersebut solusinya adalah
membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi dilakukan perbaikan prosedur pembuatan zona nilai tanah
tidak terkecuali manusia. Bagi manusia Tanah mempunyai dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) atau
fungsi pokok yaitu sebagai tempat kelangsungan hidup (sebagai Analisis Proses Berjenjang. Metode AHP merupakan proses
tempat tinggal dan investigasi). Dewasa ini seiring dengan analisis yang menggunakan pendekatan Multicriteria Decision
semakin majunya perkembangan manusia dalam segala hal Analysis (MCDA). AHP diharapkan dapat mendekatkan besaran
berpengaruh pada arti dan fungsi tanah tersebut. Oleh karena itu atau ukuran secara lebih objektif dan untuk mengeliminasi
kebutuhan akan ketersediaan dan permintaan tanah menjadi subjektifitas.
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Akibat dari Studi kasus dilakukan di Kecamatan Sewon. Kecamatan Sewon
permasalahan itu terjadi keterbatasan tersedianya tanah karena merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul yang
permintaan tanah yang meningkat lebih besar dari tanah yang tergolong paling berkembang, dengan ditunjukan dengan
dapat disediakan, sehingga mendorong kenaikan nilai tanah aksesibilitas yang bagus, banyak terdapat kampus, sekolah dan
yang tak terkendali (Sukanto dan Karseno, 1994). fasilitas umum yang lengkap serta letaknya yang berbatasan
Penilaian orang atas sebidang tanah akan menjadi langsung dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan Sewon ini juga
sangat berbeda, karena tanah memiliki beberapa dimensi dan merupakan salah satu tujuan pemukiman di kawasan pinggiran
ukuran yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu dalam menilai Kota Yogyakarta. Hal ini terbukti dari meningkatnya
tanah perlu suatu keahlian tersendiri. Selain membutuhkan penggunaan lahan, terutama untuk pembangunan perumahan.
pengalaman, penilaian tanah juga membutuhkan pengetahuan Dengan adanya peningkatan penggunaan lahan dari tahun ke
yang memadai tentang prinsip-prinsip penilaian, teknik tahun akan berdampak pada tingginya jumlah permintaan akan
pendekatan dalam penilaian, faktor-faktor yang berpengaruh lahan yang mengakibatkan meningkatnya transaksi jual beli
secara langsung atau tidak langsung dan pengetahuan tentang tanah didaerah tersebut sehingga akan berpengaruh dengan
teknik atau metode yang dapat dipakai untuk mempermudah meningkatnya nilai tanah pada daerah tersebut. Oleh karena itu
estimasi nilai tanah (Damayanti dan Syah, 2009) penulis akan membahas mengenai pemetaan Zona Nilai Tanah
Model penilaian tanah yang digunakan oleh BPN dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
untuk pembuatan peta Zona Nilai Tanah (ZNT) adalah model studi kasus di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi
penilaian tanah secara masal dengan menggunakan prosedur D.I. Yogyakarta.
perbandingan pasar dalam satu zona. Hal ini memungkinkan
nilai tanah antar bidang tersebut sama walaupun memiliki lokasi I.2 Rumusan masalah
dan aksesibilitas yang berbeda. Pembuatan zona awal nilai tanah
di BPN belum memiliki standar baku termasuk yang sudah Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan
diatur pada SE-25/PJ.6/2006 Tata Cara masalahnya sebagai berikut:
Pembentukan/Penyempurnaan ZNT/NIR. Tahapan pembuatan 1. Bagaimana pembobotan setiap parameter penentu
zona awal ada kecenderungan petugas survei yang bebas nilai tanah dengan menggunakan metode AHP?

1
2. Bagaimana pembuatan ZNT dengan lebih spesifik seperti nilai pasar, nilai tanah, nilai tukar dan
menggunakan metode AHP? sebagainya.
3. Bagaimana perbandingan hasil ZNT antara Menurut Sukanto dan karseno (1994) Pengertian nilai
metode AHP dan BPN? tanah dibedakan antara tanah yang diusahakan (improved land)
adalah harga tanah tanpa bangunan diatasnya dan tanah yang
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian tidak diusahakan (unimproved land) adalah harga tanah
ditambah dengan harga bangunan yang terdapat di atasnya.
Adapun tujuan dari penelitain ini adalah: Menurut Supriyanto (1999) dalam Presylia (2002),
1. Mengolah nilai perbandingan kepentingan antara nilai tanah adalah suatu pengukuran yang didasarkan kepada
parameter nilai tanah dari narasumber kemampuan tanah secara ekonomis dalam hubungannya dengan
menggunakan metode AHP sehingga diperoleh produktifitas dan strategi ekonomisnya, Sehingga nilai tanah
nilai bobot setiap parameter. dibagi menjadi dua, yaitu :
2. Membuat Peta ZNT dengan menggunakan 1. Nilai tanah langsung, Suatu ukuran nilai
pembobotan AHP. kemampuan tanah yang secara langsung
3. Untuk mengetahui perbandingan hasil zonasi nilai memberikan nilai produktifitas dan kemampuan
tanah antara metode AHP dan BPN. ekonomisnya, seperti misalnya lahan atau tanah
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: yang secara langsung dapat berproduksi,
1. Hasil dari penelitian ini berupa bobot setiap contohnya tanah pertanian.
parameter dapat dijadikan referensi untuk 2. Nilai tanah tidak langsung, Suatu ukuran nilai
pembuatan peta zona nilai tanah oleh pemerintah kemampuan tanah dilihat dari segi letak strategis
dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional. sehingga dapat memberikan nilai produktifitas
2. Memberikan gambaran pola nilai tanah dan kemampuan ekonomis, seperti misalnya tanah
dikecamatan sewon bagi pelaku transaksi jual beli yang letaknya berada di pusat perdagangan,
tanah. industri, perkantoran dan tempat rekreasi.
Ray M. Northam (1975) mengemukakan dua buah pengertian
2. DASAR TEORI tentang nilai tanah, yakni :
1. Nilai tanah adalah nilai pasar (market value) yaitu
2.1. Zona Nilai Tanah harga jual beli tanah yang terjadi pada suatu waktu
tertentu.
2.1.1. Pengertian Tanah: Menurut konsep geografi yang di 2. Nilai tanah adalah nilai assessment (assessed
kemukakan oleh Sukanto dan karseno (1994) tanah mempunyai value) yaitu nilai yang diestimasi oleh seorang
bentuk fisik yang berbeda-beda, unik baik lokasi maupun penilai. Market value merupakan data dasar bagi
komposisinya antara bidang dengan bidang yang lainya, assessed value
sehingga menyebabkan perbedaan pemanfaatan atas tanah Menurut Hidayanti dan Harjanto (2003) Harga dapat
tersebut. diartikan sebagai sejumlah uang yang dibayar dalam sebuah
Menurut konsep ekonomi, tanah merupakan salah satu transaksi untuk mendapatkan hak milik dari sesuatu benda,
faktor produksi yang tidak dapat diproduksi oleh manusia, tetapi sedangkan Harga Tanah merupakan ukuran harga nominal
diperlukan untuk memproduksi barang lainya yang dalam bentuk satuan uang untuk luasan tertentu yang berlaku di
dikemukakan oleh Damayanti dan Syah (2009). Eckert (1990) pasar tanah.
juga mengungkapkan terkait dengan semaikin banyaknya Menurut Brian Berry (1984), harga tanah merupakan
permintaan akan ketersedianan tanah untuk memenuhi refleksi dari nilai tanah artinya harga merupakan cerminan dari
kebutuhan manusia disisi lain ketersediaan atas tanah tetap, oleh nilai tanah tersebut. Pengertian umum dari nilai dan harga tanah
karena itu membuat nilai dari tanah semakin bertambah adalah :
Menurut Effendi (1994) Tanah dalam pengertian 1. Nilai tanah (land value), Perwujudan dari
yuridis adalah permukaan bumi, hak atas tanah adalah hak atas kemampuan sehubungan dengan pemanfaatan dan
sebagian tertentu dari permukaan bumi, yang terbatas, penggunaan tanah.
berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Dasar 2. Harga tanah (land prize), Salah satu refleksi dari
peraturan kepastian hukum tertulis dalam Undang-Undang nilai tanah dan sering digunakan sebagai indeks
Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang bagi nilai tanah.
tanah hukum yang berlaku dan wewenang yang berlaku serta Nilai Tanah dan Harga Tanah mempunyai hubungan
kewajiaban yang berada diatas tanah sehingga masyarakat dan fungsional yaitu harga tanah merupakan fungsi dari nilai tanah,
pihak-pihak yang berkepentingan dapat dijadikan patokan yang artinya naik turunya harga tanah ditentukan oleh
hukum. perubahan nilai tanah sesuai yang dikemukakan oleh Nasucha
2.1.2. Pengertian Nilai, Nilai Tanah dan Harga Tanah: (1995).
Menurut Standar Penilaian Indonesia (2007) Nilai adalah .2.1.3 Faktor Penentu Nilai Tanah: Menurut Kurdinanto,
konsep ekonomi yang merujuk kepada harga yang sangat (2004) nilai tanah terbentuk oleh faktor-faktor yang mempunyai
mungkin disepakati oleh pembeli dan penjual dari suatu barang hubungan, pengaruh serta daya tarik yang kuat terhadapnya
atau jasa yang tersedia untuk dibeli. Nilai bukan merupakan yang diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu :
fakta, tetapi lebih merupakan harga yang sangat mungkin 1. Faktor - faktor terukur (tangible faktors), Faktor
dibayarkan untuk barang atau jasa pada waktu tertentu. terukur adalah faktor pembentuk harga tanah yang
Nilai merupakan makna atau arti suatu barang atau bisa diolah secara ilmiah menggunakan logika-
benda, dapat dijelaskan bahwa suatu barang atau benda akan logika akademik. Faktor ini kemunculannya
mempunyai nilai bagi seseorang jika barang atau benda tersebut terencana dan bentuk fisiknya ada di lapangan,
memberi makna atau arti bagi orang tersebut sesuai yang misalnya aksesbilitas (jarak dan transportasi) dan
dikemukakan menurut Hidayati dan Harjanto (2003). Dalam jaringan infrastruktur (sarana dan prasarana kota
keseharian nilai biasanya tidak berdiri sendiri akan tetapi diikuti seperti jalan, listrik, perkantoran dan perumahan).
dengan istilah lain sehingga membentuk kesatuan istilah yang

2
2. Faktor - faktor tak terukur (intangible faktors), atau disebut situasi ialah yang berkenaan dengan
Faktor tak terukur adalah faktor pembentuk harga sifat-sifat eksternalnya. Situasi suatu tempat
tanah yang muncul dengan sendirinya dan tidak berkaitan erat dengan relasi dari berbagai tempat
bisa dikendalikan di lapangan. Oleh Wilcox II-8 di sekitarnya pada suatu ruang geografi yang
(1983), dalam Luky (1997), faktor tak terukur ini sama. Adapun pengertian situasi adalah
dibagi menjadi tiga, yaitu : aksesibilitas (jarak ke pusat pertokoan, jarak ke
a. Faktor adat kebiasaan (custom) dan pengaruh sekolah jarak ke rumah sakit, dan fasilitas umum
kelembagaan (institutional faktors). lainya).
b. Faktor estetika, kenikmatan dan kesenangan Menurut Estimiyarti (2012) menyatakan penggunaan
(esthetic amenity faktors) seperti tipe tetangga dan tanah merupakan salah satu variable yang memepengaruhi nilai
kesenangan. tanah pada hasil penelitiannya bahwa land use untuk non
c. Faktor spekulasi (speculation motives), seperti pertanian akan meningkatkan nilai tanah pada wilayah
antisipasi perubahan penggunaan lahan, penelitiannya.
pertimbangan pada perubahan moneter. Menurut Hermit (2009) Aksesibilitas fisik adalah
Berdasarkan Surat Edaran Departemen Keuangan RI, jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan pelayanan. Jalan
Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-55/PJ.6/1999 tentang dikelompokan dalam tiga kelas jalan yaitu jalan arteri, jalan
Petunjuk Teknis Analisis Penentuan NIR (Nilai Indikasi Rata- kabupaten dan jalan desa. Kelas jalan terkait dengan lokasi
Rata), variabel yang menentukan nilai tanah adalah sebagai merupakan salah satu vareabel yang memepengaruhi. Semakin
berikut : tinggi angka kelas jalan menunjukkan kelas jalan yang lebih
1. Faktor Fisik baik sehingga dapat menaikkan nilai tanah. Kelas jalan akan
a. Keluasan tanah mempengaruhi corak pembangunana kawasan.
b. Bentuk tanah Menurut Eckert (1990) Jarak ke layanan kesehatan
c. Sifat fisik tanah (topografi, elevasi, kesuburan adalah jarak lurus yang diukur dari pusat centroid ke bidang
untuk pertanian). tanah tempat pelayanan kesehatan terdekat. Salah satu faktor
2. Lokasi dan aksesbilitas yang lingkungan yang memepengaruhi nilai tanah adalah jarak
a. Jarak dari pusat kota. relative bidang tanah terhadap fasilitas kesehatan rumah sakit,
b. Jarak dari fasilitas umum. puskesmas induk dan poliklinik inap.
c. Lokasi secara spesifik : tanah sudut, terletak di Berdasarkan PMNA No.1 Tahun 1994 salah satu
tengah atau tusuk sate. faktor penentu nilai tanah adalah seberapa dekat dan mudah
d. Kemudahan pencapaian. untuk menjangkau fasilitas dan pelayanan masyarakat. Salah
e. Jenis jalan (protokol, ekonomi, lingkungan, gang). satu fasilitas tersebut adalah pusat pelayanan umum atau kantor
f. Kondisi lingkungan. pemerintahan.
Menurut Eckert (1990) membedakan faktor–faktor yang Menurut Pusat Pengembangan Ekonomi Fakultas
mempengaruhi nilai tanah menjadi empat , yaitu : Ekonomi UGM dan BPN tahun (1994) dalam Studi Tentag
1. Faktor ekonomi, Faktor yang berkaitan keadaan Sistem Penentuan Harga Tanah, Pasar sebagai pusat ekonomi
ekonomi global/internasional, nasional, regional masyarakat jelas sebagai faktor penentu harga pasar. Pasar
maupun lokal. Variabel-variabel permintaan berpengaruh terhadap harga tanah pada radius 500 meter.
(demand) yang mempengaruhi nilai tanah 2.1.4. Peta Zona Nilai Tanah: Menurut Novita dkk (2016)
termasuk jumlah tenaga kerja, tingkat upah, Zona Nilai Tanah (ZNT) merupakan kumpulan area yang terdiri
tingkat pendapatan dan daya beli, serta dari beberapa bidang tanah dengan nilai tanah yang relatif sama
tersedianya keuangan, tingkat suku bunga dan dan batasannya bersifat imajiner atau nyata sesuai penggunaan
biaya transaksi. tanahnya. Pada peta Zona Nilai Tanah setiap zona diberi kode
2. Faktor social, Faktor sosial membentuk pola menurut peraturan Nomor: KEP-533/PJ/2000 dengan
penggunaan tanah pada suatu wilayah. Kepadatan menggunakan kombinasi dua huruf dimulai dari AAsampai
penduduk, tingkat pendidikan, tingkat kejahatan dengan ZZ dengan mengikuti aturan pembuatan peta blok
dan kebanggaan memiliki (daerah bergengsi) (secara Spiral)
adalah faktor-faktor sosial yang mempengaruhi Menurut Surat Edaran BPN Nomor 1/SE-100/I/2013
nilai tanah. Zona Nilai Tanah adalah zona yang mengambarkan besaran
3. Faktor politik dan kebijakan pemerintah, nilai tanah atau nilai pasar yang ditetapkan oleh BPN pada
Kebijakan pemerintah di bidang hukum dan wilayah tertentu. Peta Zona Nilai Tanah merupakan Peta
politik mempengaruhi nilai tanah. Beberapa Tematik yang yang mengambarkan nilai tanah yang berfungsi
contoh kebijakan yang dapat mempengaruhi biaya sebagai informasi berkaitan dengan nilai tanah yang relative
dan alokasi penggunaan tanah yang pada sama satu zona tertentu. Pada peta Zona Nilai Tanah merupakan
gilirannya akan meningkatkan harga tanah, antara nilai pasar (market value) yang ditetapkan oleh Kepala Kantor
lain; kebijakan pemilikan sertifikat tanah, Pertanahan yang digunakan sebagai Nilai Jual Obyek Pajak atas
peraturan penataan ruang dengan penentuan tanah pada tahun berkenaan. Penetapan dan pengesahan peta
mintakat atau zoning, peraturan perpajakan, Zona Nilai Tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan dilakukan
peraturan perijinan (SIPPT, IMB dan lain-lain) pada awal tahun berkenaan. Menurut peraturan BPN melalui
ataupun penentuan tempat pelayanan umum Surat Edaran No. 1/SE-100/I/2013 pembuatan peta Zona Nilai
(sekolah, pasar, rumah sakit, dan lain-lain). Tanah dilakukan oleh:
4. Faktor fisik dan lingkungan, Faktor fisik dan 1. Direktorat Survei Potensi Tanah, penetapanya
lingkungan merupakan faktor yang terkait dengan dilaksanakan oleh Direktur Survei Potensi Tanah
fisik yaitu semua sifat atau karakter internal dari yang secara berjenjang mendapatkan delegasi
suatu persil atau daerah tertentu, termasuk di kewenangan dari kepala BPN RI dan Debuti
dalamnya adalah ukuran (size), bentuk, topografi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan,
dan semua keadaan fisik pada persil tanah.
Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan

3
2. Kantor Wilayah BPN Provinsi, penetapanya Jarak bidang terhadap Skor Parameter
dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN NO
Jalan jalan
Provinsi,
3. Kantor Pertanahan, penetapanya dilaksanakan 1 < 50 m 3
oleh Kepala Kantor Pertanahan. 2 50 – 150 m 2
2.1.5. Nilai Indeks Rata-Rata (NIR): Nilai Indikasi Rata-
3 150 – 500 m 1
Rata adalah nilai tanah tunggal pada suatu zona nilai tanah yang
dihitung dengan berbagai macam koreksi atau penyesuaian dari 4 > 500 m Bobot = 0
data transaksi untuk mendapatkan nilai tanah ideal. Sebelum Tabel 2.5. Harkat jarak terhadap Jalan (Maharani, 2014)
mendapatkan NIR terlebih dahulu menentukan nilai tanah suatu
bidang berdasarkan data transaksi (Novita, dkk, 2015). Jarak bidang terhadap Skor Parameter
Besarnya prosentase penyesuaian yang digunakan NO
Fasilitas Pendidikan fasilitas pendidikan
berdasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor:KEP.533/PJ.6/2000, dengan klasifikasi besarnya 1 < 200 m 3
penyesuaian merujuk pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak 2 200 - 500 m 2
Nomor: SE-55/PJ.6/1999 tentang Petunjuk Teknis Analisis
Penentuan NIR. 4 > 500 m 0
No. Waktu Transaksi Penyesuaian Tabel 2.6. Harkat jarak terhadap fasilitas pendidikan
1 1 – 3 Bulan 2% (Maharani, 2014)
2 3 – 6 Bulan 3%
Jarak bidang terhadap Skor Parameter
3 6 – 9 Bulan 4% NO
tempat perdagangan tempat perdagangan
4 9 – 12 Bulan 5%
5 > 1 – 2 Tahun 12% 1 < 200 m 3
6 > 2 – 3 Tahun 20% 2 200 - 500 m 2
7 > 3 – 6 Tahun 28% 4 > 500 m 0
8 >6 Tahun 57%
Tabel 2.7 Harkat jarak terhadap tempat perdagangan
Tabel 2.1. Penyesuaian waktu transaksi (Maharani, 2014)

No. S tatus Hak Penyesuaian Jarak bidang terhadap Skor Parameter


1 HM 0%
NO
Fasilitas Kesehatan fasilitas kesehatan
2 HGB 5% 1 < 50 m 3
3 HGU 10%
2 50 – 150 m 2
4 Non Sertipikat 20%
3 150 – 500 m 1
Tabel 2.2. Penyesuaian status hak
4 > 500 m 0
No. Jenis Transaksi Penyesuaian Tabel 2.8 Harkat jarak terhadap fasilitas kesehatan (Maharani,
1 Jual Beli 0% 2014)
2 Penawaran -10 % s.d. -20% Jarak bidang terhadap
3 Lurah/Camat/PPAT 30 % s.d. 40% Skor Parameter
NO Kantoran pelayanan
kantor pelayanan
4 Data lapangan 0% masyarkat
Tabel 2.3. Penyesuain jenis transaksi 1 < 200 m 3
2 200 - 500 m 2
Prosentase
No. S umber Data Keterangan
penyesuaian 4 > 500 m 0
1 Camat/PPAT 30%
Dari camat/PPAT faktur penyesuaiannya Tabel 2.9 Harkat jarak terhadap kantor pelayanan masyarakat
2 Notaris/PPAT 20%
dibuat 30% mengingat tingkat kebenaran (Maharani, 2014)
3 Penawaran -20%
harga yang tercantum dalam akte jauh
4 Pembeli/Penjual 0% Menurut Hartati dan Nugroho (2012) hasil dari
lebih rendah dari harga yang sebenarnya
5 M akelar 40% perhitungan metode AHP berupa prosentase bobot untuk setiap
Tabel 2.4. Penyesuaian jenis data kriteria, untuk bobot pada sub kriteria tergantung oleh kriteria-
kriteria tingkat diatasnya. oleh karena itu perlu konversi rumus
2.1.6. Kesesuaian Bobot Penentu Nilai Tanah: Menurut konversi skor menjadi prosentase bobot adalah:
maharani (2014) Terdapat beberapa faktor penilaian tanah yang 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 = 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 ×
terkait dengan Jarak, semakin jauh dari pusat faktor nilai tanah 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
................................................ (2.1)
maka nilai tersebut akan berkurang begitu pula sebaliknya. 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
Faktor penilaian tanah yang terkait dengan jarak antaralain
adalah Aksebilitas Jalan, dan jarak dari fasilitas umum. Berikut
2.2. Multi-Criteria Decision Making (MCDM)
merupakan tabel kesesuaiyan harkat pada setiap jarak tertentu
dari factor penentu penilaian tanah:
Menurut Raharjo et al (2000) Multi-Criteria Decision
Making (MCDM) atau dikenal juga dengan Multi-Criteria
Decision Analysis (MCDA) merupakan teknik pengambilan
keputusan dari beberapa pilihan alternative yang ada. MCDM

4
mengandung beberapa unsur yaitu attribute yang memberi ciri e. Pengukuran (Measurement). AHP menyediakan
khas pada suatu obyek, Obyektif yang menyatakan arah skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan
terhadap kepentingan atau kesukaan, dan tujuan dari prioritas.
pengambilan keputusan. Pada MCDM Keriteria merupakan f. Konsistensi (Consistency). AHP
ukuran, aturan-aturan, ataupun standar yang memandu suatu mempertimbangkan konsistensi logis dalam
pengambilan keputusan. Kriteria dibangun dari kebutuhan- penilaian yang digunakan untuk menentukan
kebutuhan dasar manusia serta nilai-nilai yang di inginkan. prioritas.
Menurut Raharjo et al (2000) MCDM dibagi menjadi dua g. Sintesis (Synthesis), AHP mengarah pada
macam kategori yaitu: perkiraan keseluruhan mengenai seberapa
1. Multiple Obyektive Decision Making (MODM), diinginkannya masing-masing alternatif.
merupakan suatu metode pengambilan banyak h. Trade Off. AHP mempertimbangkan prioritas
keputusan kriteria sebagai dasar dari pengambilan relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
keputusan yang didalamnya mencangkup mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan
perencanaan (design), dengan mengunaan teknik- tujuan mereka.
teknik matematik optimasi untuk menjawab i. Penilaian dan Konsensus (Judgement and
alternative yang sangat komplek. Consensus). AHP tidak mengharuskan adanya
2. Multiple Attribute Decision Making (MADM), suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil
merupakan metode dengan mengambil keputusan penilaian yang berbeda.
dengan penilaian subyektif menyangkut masalah j. Pengulangan Proses (Process Repetition). AHP
pemilihan, dimana analisis matematis tidak terlalu mampu membuat orang menyaring definisi dari
digunakan atau dapat digunakan untuk pemilihan suatu permasalahan dan mengembangkan
alternative yang relative sedikit. Salah satu penilaian serta pengertian mereka melalui proses
metode yang popoler dalam MADM adalah pengulangan.
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang 2. Aksioma AHP menurut Achis (2011) merupakan
dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty. pernyataan-pernyataan yang mutlak dan harus terkandung
2.2.1. Analytical Hierarchy Process (AHP): dalam penysunan analisis hirarki, sehingga dihasilkan
1. Pengertian AHP: Menurut Saaty (1992) AHP pemahaman yang logis. Menurut Saaty dalam Achsin (2011)
merupakan suatu model pendukung keputusan yang untuk sampai pemahaman logis terdapat 4 akisoma AHP yang
menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi harus dicermati yaitu sebagai berikut :
bentuk hierarki. Hirarki merupakan suatu bentuk terstruktur dan a. Reciprocal Comparison artinya pengambilan
sistematis dari berbagai permasalah kompleks. Menurut Saaty keputusan harus dapat memuat perbandingan dan
data utama model AHP merupakan persepsi manusia yang menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut
diangap mengetahui benar-benar permasalahanya (expert). harus memenuhi syarat resiprokal yaitu A lebih
Menurut Achsin (2011) AHP berguna untuk disukai dari pada B dengan skala X, maka B lebih
mendekati kriteria yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, disukai dari pada A dengan skala 1/x.
AHP berprinsip bahwa perasaan, intuisi, penginderaan, dan b. Homogeinity Artinya Elemen-elemen dalam
pengalaman seseorang, minimal sama nilainya dengan data hirarki harus dapat dibandingkan satu sama lain
yang digunakan. Dengan memasukkan “fungsi psikologis”, dengan skala terbatas. jika tidak terpenuhi, maka
AHP dapat menutupi kelemahan utama metode pengambilan harus dibentuk cluser (kelompok elemen) yang
keputusan yang bersifat kualitatif. baru.
Menurut Saaty (1990) AHP sering digunakan sebagai c. Independence yaitu preferensi dengan
metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain mengasumsikan kriteria tidak dipengaruhi oleh
karena alasan-alasan sebagai berikut : alternatife-alternatif yang ada melainkan oleh
a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari obyektif keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa
kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang ketergantungan dalam AHP adalah selaras ke atas,
paling dalam. bukan ke samping yang berarti perbandingan
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas antara elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau
toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan tergantung oleh elemen – elemen pada tingkat
alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. diatasnya.
c. Memperhitungkan daya tahan output analisis d. Expectation artinya Untuk tujuan pengambilan
sensitivitas pengambilan keputusan. keputusan, struktur hirarki AHP diasumsikan
Kelebihan-kelebihan analisis AHP adalah : lengkap. Jika terpenuhi, maka pengambil
a. Kesatuan (Unity). AHP membuat permasalahan keputusan tidak mengunakan seluruh kriteria atau
yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu pilihan yang tersedia, akibat dari hal tersebut
model yang fleksibel dan mudah dipahami. maka keputusan menjadi kurang memuaskan.
b. Kompleksitas (Complexity). AHP memecahkan 3. Prinsip AHP menurut Achsin (2011) adalah sebagai
permasalahan yang kompleks melalui pendekatan berikut:
sistem dan pengintegrasian secara deduktif. a. Decomposite adalah proses penguraian
c. Saling ketergantungan (Inter Dependence). AHP permasalahan menjadi beberapa elemen, sehingga
dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang di peroleh level-level dalam hirarki. Hirarki
saling bebas dan tidak memerlukan hubungan disebut lengkap bila semua elemen dalam satu
linier. level berhubungan dengan semua elemen yang
d. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring). AHP berada pada level berikutnya.
mewakili pemikiran alamiah yang cenderung b. Comparative Judgement merupakan proses
mengelompokkan elemen sistem ke level-level penilaian kepentingan terhadap elemen
yang berbeda dari masing-masing level berisi berpasangan dalam satu level yang masih
elemen yang serupa. berhubungan dengan level diatasnya, sehingga

5
diperoleh prioritas elemen dalam suatu level. d. Logical Consistency merupakan prinsip
Penilaian kepentingan disusun dalam bentuk rasionalitas AHP, terdapat 3 makna terkandung
matris berdimensi n x n, n merupakan jumlah dalam konsep konsistensi yaitu;
kriteria atau elemen dalam satu level seperti pada 1) Obyek yang serupa atau sejenis
rumus dibawah ini; dikelompokan sesuai dengan
𝑎𝑎11 𝑎𝑎12 𝑎𝑎13 … 𝑎𝑎1𝑗𝑗 relevansinya.
𝑎𝑎23 … 𝑎𝑎2𝑗𝑗
⎛𝑎𝑎21 𝑎𝑎22 ⎞ 2) Matriks perbandingan bersifat resiprokal,
𝑎𝑎
⎜ 31 𝑎𝑎 32 𝑎𝑎33 … 𝑎𝑎3𝑗𝑗 ⎟ ........................... (2.2)
artinya jika A 1 adalah dua kali lebih
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ penting dari A 2 , maka A 2 adalah setengah
⎝ 𝑎𝑎𝑖𝑖1 𝑎𝑎𝑖𝑖2 𝑎𝑎𝑖𝑖3 … 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎠ kali lebih penting dari A 1
Matriks tersebut bersifat resiprokal, yaitu:
1 3) Hubungan antara dua elemen diupayakan
𝑎𝑎𝑗𝑗𝑗𝑗 = ........................................................ (2.3) bersifat transitif
𝑎𝑎𝑖𝑖𝑖𝑖
Dimana i dan j merupakan baris dan kolom Akan tetapi AHP tidak menuntut konsistensi
metriks. atau transitif sempurna, pada prinsip ini
Berikut merupakan contoh perbandingan antara mentoleransi terhadap inkonsistensi yang
elemen, dengan memisalkan A 1 , A 2 , ..., A n adalah dilakukan oleh manusia, karena gejala tersebut
elemen sebanyak n, sementara w 1 , w 2 , ….,w n bersifat natural. Oleh karena itu AHP
adalah nilai intensitas masing-masing elemen mensyaratkan inkonsistensi tidak lebih dari 10
seperti pada matriks dibawah ini: persen sesuai yang dikatakan oleh Saaty (1991).
𝐴𝐴1 𝐴𝐴2 𝐴𝐴𝑛𝑛 Apabila didapatkan inkonsistensi lebih dari 10
𝐴𝐴1 𝑤𝑤1 /𝑤𝑤1 𝑤𝑤1 /𝑤𝑤2 𝑤𝑤1 /𝑤𝑤𝑛𝑛 persen maka perlu dilakukan perhitungan ulang
𝐴𝐴 = 𝐴𝐴2 𝑤𝑤2 /𝑤𝑤1 𝑤𝑤2 /𝑤𝑤2 𝑤𝑤2 /𝑤𝑤𝑛𝑛 ............. (2.4) menurut Hafiyusholeh, 2009 dalam Prasetyo,
2014).
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝐴𝐴𝑛𝑛 𝑤𝑤𝑛𝑛 /𝑤𝑤1 𝑤𝑤𝑛𝑛 /𝑤𝑤2 𝑤𝑤𝑛𝑛 /𝑤𝑤𝑛𝑛
Untuk mengukur konsistensi atau disebut
Nilai intensitas merupakan cerminan dari tingkat
consistency ratio (CR) dengan tahapan seperti
relative antara dua elemen yang diukur dengan
dibawah ini.
skala ordinal. Skala tersebut bernilai 1 sampai 9
yang berdasarkan pada penelitian psikologi,
1) Menjumlahkan setiap elemen matriks
pendapat pemakai AHP, perbandingan skala lain,
berdasarkan kolom kemudian disebut
dan kemampuan otak manusia dalam
dengan bobot sintesis
menyuarakan urutan preferensinya. Berikut 𝑤𝑤1 𝑤𝑤 𝑤𝑤
merupakan skala AHP menurut saaty (1990): + 2 + ⋯ + 𝑛𝑛 = 𝑋𝑋1 ................... (2.6)
𝑤𝑤1 𝑤𝑤1 𝑤𝑤1

𝑤𝑤1 𝑤𝑤2 𝑤𝑤𝑛𝑛


Tingkat + + ⋯+ = 𝑋𝑋2 ................... (2.7)
𝑤𝑤2 𝑤𝑤2 𝑤𝑤2
Kepenting Keterangan
an Dan seterusnya sesuai dengan jumlah
1 Kedua elemen mempunyai pengaruh elemen (n) pada level tersebut.
yang sama
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting 2) Mengitung matriks normalisasi dengan
dari pada elemen yang lainnya. rumus
5 Elemen yang satu lebih penting dari pada 𝑤𝑤1 𝑤𝑤1 𝑤𝑤1
�𝑤𝑤1 �𝑤𝑤2 �𝑤𝑤𝑛𝑛
elemen yang lainnya. 𝑋𝑋1 𝑋𝑋2

𝑋𝑋𝑛𝑛
7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada ⎛ 𝑤𝑤2 𝑤𝑤2 𝑤𝑤2

elemen yang lainya. ⎜ �𝑤𝑤1 �𝑤𝑤2

�𝑤𝑤𝑛𝑛 ⎟
⎜ 𝑋𝑋1 𝑋𝑋2 𝑋𝑋𝑛𝑛 ⎟ ................ (2.8)
9 Satu elemen mutlak lebih penting dari ⎜ ⋮ ⋮ ⋮ ⎟
pada elemen yang lainya. 𝑤𝑤𝑛𝑛 𝑤𝑤𝑛𝑛 𝑤𝑤𝑛𝑛
�𝑤𝑤1 �𝑤𝑤2 �𝑤𝑤𝑛𝑛
2,4,6,8 Nilai antara dua nilai pertimbangan yang ⎝ 𝑋𝑋1 𝑋𝑋2
… 𝑋𝑋𝑛𝑛 ⎠
berdekatan. 3) Menghitung bobot prioritas dengan cara
Resiprokal Jika A Jauh lebih penting dibanding B meratakan setiap baris pada matriks
(Kebalikan) dengan skala 7, maka B jauh lebih penting normalisasi
dibanding A dengan skala 1/7 4) Menghitung vector jumlah bobot (VB)
Tabel 2.10. Skala AHP dengan cara perkalian matriks antara
𝑗𝑗
Rataan Geometris = �𝑅𝑅1 × 𝑅𝑅2 × … × 𝑅𝑅𝑅𝑅 (2.5) matriks perbandingan berpasangan yang
R merupakan nilai jawaban dari responden, dan dirumuskan pada rumus 2.4 dengan bobot
j merupakan jumlah responden. prioritas
c. Synthesis of priority adalah proses penentuan 5) Menghitung vector konsistensi (VK)
prioritas elemen-elemen dalam satu level. dengan cara membagi hasil dari matriks
Penentuan prioritas dilakukan dengan cara VB dengan masing-masing bobot prioritas
menghitung vector prioritas (eignvector) dari 6) Menghitung eigen maksimum (λmax)
suatu level hierarki dari hasil wawancara yang dengan meratakan hasil vector
telah dilakukan sehingga diperoleh hasil berupa konsistensi.
skala perbandingan antar dua elemen. Dalam 7) Menghitung indeks consistency (CI)
proses penentuan eignvector mensyaratkan dengan rumus:
𝜆𝜆 max − 𝑛𝑛
matriks bernilai positif (+) dan tidak ada angka 𝐶𝐶𝐶𝐶 = ............................................ (2.9)
𝑛𝑛−1
0. n merupakan jumlah elemen dalam satu level

6
Menghitung CR dengan mengunakan rumus: keinginan pengguna atau pemakai (user) sistem tersebut
𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶𝐶 = ................................................... (2.10) (Wedasana, 2011).
𝑅𝑅𝑅𝑅
Dimana RI merupakan indeks random, menurut
2.3.1. Komponen SIG: SIG terdiri atas empat komponen,
Saaty (1990) RI dapat dilihat sesuai tabel 2.11.
yaitu: data masukan, data manajemen, data manipulasi dan data
berikut ini.
keluaran (Aronoff, 1989).
1. Data masukan (Input) : berfungsi untuk
n 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
mengumpulkan dan menyiapkan data spasial dan data
RI 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
atribut serta mengkonversi atau mentransformasi
Tabel 2.11. Random Indeks format data aslinya ke dalam format data SIG.
2. Data keluaran (Output) : berfungsi untuk
2.2.2. Kuisioner: Menurut Suharsini 2010 kuisioner menampilkan atau menyajikan keluaran seluruh basis
merupakan teknik pengumpulan data atau informasi yang data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy,
dioperasionalkan kedalam bentuk item atau pertanyaan. seperti : grafik, tabel, peta dan lain-lain.
Penyusunan kuisioner dilakukan dengan harapan dapat 3. Data Management : berfungsi mengorganisasikan data
mengetahui variable-variabel yang penting menurut responden spasial dan data atribut dalam basis data sehingga
yang terpilih. Klasifikasi kuisioner terbagi menjadi 2 (dua) jenis mudah dipanggil, di update, dan di edit.Pada dasarnya
sesuai yang diungkapkan oleh Suharsini 2010 yaitu: dalam SIG terdapat lima proses yang akan dilakukan
1. Kuisioner langsung dan Tidak langsung yaitu input data, manipulasi data, manajemen data,
merupakan kuisioner yang langsung dikirim query, dan analisis visualisasi.
kepada orang yang dimintai pendapat, sedangkan Data Analisis dan Manipulation berfungsi untuk
kuisioner tidak langsung dikirim kepada menentukan informasi informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG
seseorang yang dimintai pendapat mengenai serta melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
keadaan orang lain. menghasilkan informasi yang diharapkan.
2. Kuisioner terbuka dan tertutup, Suatu kuisioner
dikatakan terbuka apabila pertayaan yang 2.3.2. Analisis Spasial dan Overlay: Analisis spasial
diajukan menghendaki jawaban yang pendek, atau merupakan sekumpulan metode untuk menemukan dan
dapat dengan membubuhkan tanda tertentu. menggambarkan tingkatan/ pola suatu fenomena spasial,
Daftar pertanyaan disusun dengan disertai sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik . Dengan
jawaban, responden diminta untuk memilih salah melakukan analisis spasial, diharapkan muncul infomasi baru
satu jawaban atau lebih dari alternative yang yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di
disediakan. Sedangkan kuisioner terbuka bidang yang dikaji. Metode yang digunakan sangat bervariasi,
merupakan kuisioner yang berupa pertanyaan- mulai observasi visual sampai ke pemanfaatan
pertanyaan yang tidak disertai jawaban matematika/statistik terapan (Sadahiro, 2006).
alternatifnya melainkan responden diminta untuk Overlay adalah prosedur penting dalam SIG. Overlay
memberi komentar atau pendapat. yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
Kuisioner AHP termasuk kusioner terbuka dengan grafis peta yang lain (tumpang susun) dan menampilkan
mengatur pertanyaan sedemikian rupa sehingga hasilnya di layar computer atau pada plot. Secara singkatnya,
mempertimbangkan hasil berupa jawaban yang dapat dikonversi overlay menampalkan suatu peta digital yang lain beserta
sesuai dengan skala pengukuran AHP pada tabel 2.5. Prosedur atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan. Ada
Kuisioner dalam AHP menurut Saaty (1990) mensyaratkan beberapa fasilitas untuk melakukan overlay yaitu: (Guntara,
responden harus mengerti dan menguasai tentang permasalahan 2013)
yang dijadikan obyek penelitian. Responden yang dipilih 1. Erase dan clip, Clip dan Erase merupakan
diharapkan dapat menjamin konsistensi dalam memberikan overlay yang mengekstraksi objek-objek spasial
penilaian. Selain itu sesuai prinsip AHP responden yang dari sebuah layer peta dengan menggunakan layer
mengerti tentang permasalahan akan lebih penting daripada lain (clip) (Guntara, 2013).
responden yang tidak mengetahui tentang permasalahan tetapi
dalam penilaian diperoleh konsisten yang tinggi. Hal tersebut
dapat menyebabkan hasil dari keputusan kurang berkualitas.
Sedangkan Jumlah responden dalam metode AHP tidak ada
perumusan khusus, tetapi hanya ada syarat minimum yaitu dua
orang responden sesuai yang dikemukakan oleh Saaty (1993).

2.3. Sistem Informasi Geografi (SIG) Gambar II.1. Ilustrasi erase, ESRI (2016)
Clip bekerja seperti sebuah alat pemotong yang
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem yang mengekstrasi objek-objek spasial dengan
digunakan untuk menggambarkan, dan mengkarakterisasi bumi, menspesifikasikan layer yang menjadi layer
dan geografi lainnya, untuk tujuan memvisualisasikan, dan masukan dari masing-masing objek-objek spasial
menganalisa informasi geografi yang direferensikan (ArcGIS 10 yang terekstrasi.
Help, 2012). Secara konseptual, SIG dapat dilihat sebagai suatu
kumpulan beberapa peta yang dipresentasikan ke dalam layer- 2. Intersect,. Intersect digunakan untuk melakukan
layer, dimana setiap layer terkait dengan layer yang lainnya. analisis overlay pada kelas fitur. Intersect
Setiap layer memuat tema atau data geografis yang ersifat unik membangun kelas fitur baru dari berpotongan fitur
(tunggal). Sebagai ilustrasi, dalam SIG untuk suatu wilyah umum di kedua kelas fitur.
semua layer dalam Sig tersebut dapat dikombinaskan atau
tumpangtindih (overlay) satu dengan yang lainya sesuai dengan

7
perpindahan suatu sumber daya (resource) dari
suatu lokasi ke lokasi yang lainnya melalui unsur-
unsur (terutama) buatan manusia (man-made)
yang membentuk jaringan (arc/garis dan
node/titik) yang saling terhubung satu.sama
lainnya.

2.3.3 Generalisasi: merupakan metode pembuatan peta


pada skala tertentu yang dihasilkan dari peta pada skala yang
lebih besar. Generalisasi terdiri dari pemilihan jenis
kenampakan yang akan ditampilkan, penyederhanaan
Gambar II.2 Ilustrasi intersec, ESRI (2016)
kenampakan yang akan dipilih dan melestarikan corak wilayah
3. Union, Merge, atau Combine, merupakan fungsi yang dipetakan. Meode generalisasi meliputi beberapa tahap ,
analisis yang digunakan untuk menggabungkan yaitu seleksi (selection), penyederhanaan (simplification),
(agregasi) beberapa unsur spasial yang dipilih kombinasi (combination) dan penggabungan (emerging) serta
hingga menjadi sebuah unsur saja. pergeseran (displacement) (Bakosurtanal, 2005). Menurut
Indradi dan Subroto 2014 Generalisasi merupakan suatu
pemilihan dan penyederhanaan dalam penyajian unsur-unsur
dimuka peta dikarenakan bertambahnya kepadatan isi peta oleh
reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat
ukuran minimum pada peta.
Ada dua jenis generalisasi menurut Indardi dan Subroto 2014
Gambar II.3 Ilustrasi union, ESRI (2016) yaitu:
4. Buffering, yaitu fungsi analisis yang akan Ada dua jenis generalisasi menurut Indardi dan Subroto 2014
menghasilkan unsur-unsur spasial (di dalam layer yaitu:
lain) yang bertipe poligon atau akan menghasilkan 1. Generalisasi Geometris, dicirikan oleh
data spasial baru pada zone dengan jarak atau penyederhanaan, pembesaran, pemindahan,
radius tertentu dari data spasial yang menjadi penggabungan dan pemilihan. Berikut merupakan
masukannya. Data spasial titik akan memperoleh gambar proses generalisasi geometris pada
data spasial baru berupa lingkaran-lingkaran yang gambar II.5
mengelilingi titik pusatnya. Untuk data spasial
garis akan menghasilkan data spasial baru berupa
poligon-poligon yang melingkupi garis. Demikian
pula untuk data spasial poligon (area) akan
mendapat data spasial yang baru berupa poligon-
poligon yang lebih besar dan konsentris.
5. Query, digunakan untuk memangil kembali data
atau tabel atribut tanpa mengubah data yang
bersangkutan.
6. Pengukuran merupakan analisis SIG yang
berkaitan dengan ukuran suatu obyek spasial,
berupa panjang, luas, dan volume.
7. Proximity, merupakan analisis spasial berkenaan
dengan hubungan atau kedekatan suatu unsur
spasial dengan unsur spasial yang lain.
8. Klasifikasi (Reclassify), Klasifikasi pada dasarnya
merupakan pemetaan suatu besaran yang
memiliki interval-interval (domain) tertentu ke
dalam interval-interval yang lain berdasarkan Gambar II.5 Generalisasi Geometris (Indardi dan
batas-batas atau kategori yang ditentukan. Subroto, 2014)
Menurut Kurniati dan Rahardjo (2012) dalam 2. Generalisasi Konseptual, juga oleh proses-proses
penentuan jumlah interval kelas dapat penggabungan dan pemilihan, dan sebagai
menggunakan rumus Sturgess adalah berikut ini : tambahan terdiri dari simbolisasi dan penonjolan.
Jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dengan n = jumlah Sebagai akibatnya, simbol-simbol dalam peta
data ............................................................. (2.11) mungkin berubah. Generalisasi konseptual pada
Dalam menentukan interval kelas digunakan umumnya tidak dilakukan oleh kartografer,
metode interval teratur dengan rumus berikut ini : melainkan oleh orang yang mengetahui tentang
Besar interval = ( B – A ) / jumlah kelas ... (2.12) subyek tersebut. Prosesnya terdiri dari klasifikasi
B merupakan nilai data tertinggi dan A adalah dan kombinasi.
nilai data terendah.
9. Interpolasi merupakan prosedur untuk menduga
nilai yang tidak diketahui dengan mengunakan 3. METODOLOGI PENELITIAN
nilai-nilai yang diketahui yang terletak
disekitarnya. 3.1 Lokasi Penelitian
10. Network, Analisis spasial yang terkait dengan
suatu sistem jaringan (network analysis) adalah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sewon,
analisis spasial mengenai pergerakan atau Kabupaten Bantul. Kecamatan Sewon memiliki luas wilyah

8
2716 Ha yang terbagi dalam 4 (empat) Kelurahan atau Desa Mulai

Studi
yaitu Kelurahan Timbulharjo, Kelurahan Panggungharjo, Literatur

Kelurahan Bangunharjo, dan Kelurahan Pendowoharjo. Secara Pengumpulan


Data
Data Non
Data Spasial
geografis Kecamatan Sewon berada di dataran rendah. Ibukota 1. 2. 3. 4. 5.
Spasial

Data Data Harga


Data
Kecamatannya berada pada ketinggian 53 meter diatas Peta ZNT
BPN
1:25000
Peta
Administrasi
1:25000
Peta Jaringan
Jalan
1:25000
Peta Fasilitas
Umum
1:5000
Peta Tata
Guna Lahan
1:5000
Kuisioner
Transaksi
Jual-Beli
Lapangan
2018

permukaan laut. Jarak Ibu kota Kecamatan ke Pusat Select Generalisasi Generalisasi
Seleksi Data Pengolahan Data:
1. Penyesuaian Hak
Pengolahan Data:
1. Penyesuaian Hak
2. Koreksi Nilai Jenis Transaksi
Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 8 Km. Jumlah A B

Jalan Arteri,
4. 5.
Perhitungan
AHP Tidak
2. Koreksi Nilai Jenis Transaksi
3. Koreksi Waktu 3. Koreksi Waktu

Peta Fasilitas Peta Tata


keseluruhan penduduk Kecamatan Sewon menurut BPS Jalan Kolektor,
Jalan Lokal
Umum
1:25000
Guna Lahan
1:25000
Nilai Tanah
Terkoreksi per
Nilai Tanah
Terkoreksi per

Kabupaten Bantul adalah 11.412 orang dengan jumlah buffer Tranformasi


TM 30
Tranformasi
TM 30
CR <0.1 meter persegi meter persegi 2018

Ploting
penduduk laki-laki 5.729 orang dan penduduk perempuan 5.683 Peta Fasilitas Peta Tata
Ya

Bobot Sebaran Sampel


Penyesuaiyan
waktu ke 2015
Area Buffer
orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Sewon Jalan
Umum
TM30
Guna Lahan
TM30
Parameter Harga Tanah
Nilai Tanah
Data Survei

adalah 420 jiwa/Km2. Kecamatan Sewon memiliki angka buffer


Kesesuaian
Bobot
lapanagan ideal

kepadatan daerah terbangun tinggi yaitu 70.43%. Semakin Area Buffer


Fasilitas Umum
tinggi angka kepadatan daerah terbangun semakin sempit
ketersediaan lahan untuk pembangunan.Wilayah Kecamatan Join Data Bobot

Sewon berbatasan dengan: Bobot Parameter


Pada Data
Spasial

Utara : Kota Yogyakarta; C D E

Timur : Kecamatan Banguntapan;


Selatan : Kecamatan Jetis dan Bantul; B C D

Barat : Kecamatan Kasihan. Overlay


Intersect
Union

Nilai Tanah
Peta Gabungan Terkoresi perzona

3.2 Data Penelitian Awal

Seleksi Data
Klasifikasi
Bobot dan
Editing Zona Perhitungan
NIR Tidak
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Zona

berikut: Awal
Std. Dev
<30%

1. Data Spasial Tidak Sesuai


Ya

NIR perzona

- Peta Tata Guna Lahan dan Peta Administrasi (Data Tabuler)

tahun 2015 Kecamatan Sewon Join Data

Peta Zona Nilai


- Peta jaringan jalan tahun 2015 Kab. Bantul Tanah Metode
AHP Sementara

- Peta persebaran fasilitas umum tahun 2015 Uji validasi


E

Kecamatan sewon <30% NIR

Sesuai
- Peta ZNT Kecamatan Sewon tahun 2015 Peta Zona Nilai
Tanah Metode

2. Data Non Spasial AHP

Perbandingan Hasil
- Data kuisioner hasil survey lapangan berkaitan A
AHP dengan BPN

dengan AHP Peta Zona Nilai Tanah


Metode AHP

- Sampel data transaksi tanah jual beli daerah Selesai

penelitian pada tahun 2014 - 2015.


- Data harga survey lapagan tahun 2018 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.3 Peralatan 3.5 Tahapan Pelaksanaan (Penjelasan Diagram Alir
Penelitian)
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu hardware dan software: Secara garis besar, tahapan pelaksanaan ini
1. Perangkat keras (Hardware) menjelaskan tentang diagram alir penelitian yang dirangkum
a. Perangkat komputer dengan spesifikasi sebagai sebagai berikut :
berikut :
1) Merek Laptop : ASUS X450C 3.5.1. Studi literatur dan pengumpulan data: Pada
2) Sistem operasi : Microsoft Windows 7 tahapan ini, hal yang dilakukan adalah:
Ultimate 64-bit 1. Mengumpulkan materi yang akan digunakan
3) Prosesor : Intel(R)Core (TM) parameter dalam penelitian dan menentukan
i3-3217U CPU @ 1.80 GHz parameter dalam penelitian ini,
4) RAM : 6 GB 2. Materi tentang Analitical Hierarchy Process,
5) Hardisk : 500GB 3. Materi tententang Nilai Indeks Rata-rata Tanah,
b. Kamera Digital 4. Materi tentang Zona Nilai Tanah,
c. GPS Handheld Navigation (Garmin GPSmap 64s) 5. Materi lain yang berkaitan dengan Penelitian ini.
d. Printer (Canon MP250)
2. Perangkat lunak (Software) 3.5.2. Pengumpulan data:
a. ArcGIS 10.0 Pada tahapan ini, hal yang dilakukan adalah
b. Microsoft Office 2013 (Ms. Word dan Ms. Excel ) mengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa
data spasial dan data non spasial .
3.4. Diagram Alir Penelitian 1. Data spasial
Data Spasial yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Adapun tahapan-tahapan penting dalam penelitian ini a. Peta digital, jaringan jalan dan Zona Nilai Tanah
sesuai dengan diagram alir berikut ini: Kecamatan Sewon dari kantor Badan Pertanahan
Nasional Kab. Bantul, dengan format shapefile
(*.shp) dengan datum WGS 1984 dan sistem
proyeksi Transferse Mercator 30 zone 49-1s

9
Tujuan Bobot Nilai Tanah

Kriteia level I / kriteria Utama


Penggunaan Fasilitas
aksebilitas
lahan umum

Jalan Arteri Pemukiman Perdagangan

Jalan
Industri Perkantoran
Kolektor
Kriteria level II / sub-kriteria
Perdaganagn
Jalan Lokal Faskes
dan jasa

Fasilitas
Sawah
pendidikan

Kebun

Tegalan

Gambar 3.3 Peta digital jaringan Jalan dan Zona


Nilai Tanah Kec. Sewon Kriteria level III / sub sub
kriteria SD SMP SMA Universitas
b. Peta digital tata guna lahan, administrasi, dan
persebaran fasilitas umum kecamatan sewon dari
kantor BAPPEDA Kab. Bantul, dengan format Gambar 3.4. Diagram struktur hirarki nilai tanah
shapefile (*.shp) dengan datum WGS 1984 dan c. Melakukan Kuisioner, Pengisian kuisioner yaitu
sistem proyeksi Universal Transferse Mercator dengan cara perbandingan berpasangan antara
zone 49s. persebaran fasilitas umum diluar kriterian dan sub-kriteria (antar parameter) sesuai
kecamatan sewon yang masih mempengaruhi nilai susunan struktur hirarki pada gambar 3.4 denagan
tanah dikecamatan sewon juga dipilih. intensitas sesuai skala pada tabel 2.10 dan
2. Data non-spasial ditujukan kepada pihak yang dianggap ahli dalam
Data non-spasial pada penelitian ini meliputi: bidang penilaian tanah. Hasil kuisioner kemudian
a. Data kuisioner hasil survey lapangan berkaitan dilakukan analisis sehingga produk dari AHP
dengan AHP. Pada metode AHP digunakan merupakan bobot setiap parameter.
metode kuisioner terbuka dengan mengatur d. Menghitung Rataan Geometri, Setelah dilakukan
pertanyaan sedemikian rupa sehingga pengambilan data kuisioner kemudian dilakukan
mempertimbangkan jawaban yang dapat perhitungan rataan gometri yang bertujuan untuk
dikonversi sesuai dengan skala AHP pada tabel menyamakan pendapat yang sudah dipilih oleh
2.10. sampel responden yang dipilih dalam responden dengan menggunakan rumus 2.5 pada
penelitian ini adalah responden yang paham setiap level kriteria. Sebelum melakukan rataan
tentang permasalahan nilai tanah, oleh karena itu geometri terlebih dahulu menyusun data hasil
responden yang dipilih antaralain : akademisi kuisioner menjadi tabel-tabel berururtan dari level
yang berkopenten dalam penilaian tanah, teratas sampai paling bawah, berikut merupakan
pemerintah kecamatan dan Pemerintah desa yang contoh penyusunan tabel hasil kuisiner kriteria
berkopen dalam penilaian tanah, staff ahli BPN utama atau level 1 yang ditunjukan pada tabel 3.2
dalam pemetaan ZNT, Staff ahli penilaian tanah Instansi PEMERINTAH Akademisi Pejabat Pemerintah PPAT/Developer Broker
Parameter
oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan As → PL 6
R1 R2
5
R3
6 4
R4 R6
5 5
R5 R7
3
R8
1/5
R9
1/3
R10
4
R11
4
R12
6
R13
5
R14
6 4
R15 R16
7
dan Aset, Staff ahli penilaian tanah dari kantor PL → FU
FU → As
1/4
1/5
1/3
1/3
1/5
1/5
1/3
1/3
1/5
1/4
1
1/4
1/3
1/5
1
1/3
1/4
5 1
1/4
1
1/4 1/3
1/4
1/2
1/3
1/3
1/4
1
1/5
1/4
1/5
PPAT, broker/calo tanah, dan lain-lain. Tabel 3.2 Susunan hasil kuisioner
b. Sampel data transaksi jual beli tanah di Ket:
Kecamatan Sewon dalam kurun waktu 2014 - As : Parameter Aksesbilitas
2015 dari Kantor BPN Kab.Bantul yang PL : Parameter Penggunaan Lahan
bersumber dari survey lapangan oleh petugas FU : Parameter Fasilitas Umum
BPN, data transaksi dari Kantor PPAT dan Camat. R1, R2,…., Rj : Responden
c. Data harga tanah survey lapanagan diperoleh dari Jika hasil kuisioner yang diajukan merupakan
hasil wawancara nilai tanah oleh berbagai bilangan asli dan tidak sama dengan satu (2
narasumber, narasumber yang dipilih dalam sampai dengan 9) maka parameter sebelah kiri
penelitian ini antara lain: Penjual ataupun pembeli lebih penting dengan skala yang ditunjukan, dan
property, Petugas Pemerintahan Desa dalam hal jika hasilnya berupa bilangan satu per skala
ini adalah Kasie Pemerintahan, developer, dan tertentu (1/x) dan x merupakan skala AHP, maka
Broker/Calo Tanah. Pada penelitian ini diperoleh parameter sebelah kanan lebih penting dengan
21 data harga tanah yang tersebar diseluruh skala x. Perhitungan rataan geometri dihitung
kecamatan sewon. untuk setiap perbandingan parameter dari hasil
3.5.3. Pengolahan data: Pada tahapan ini, hal yang kuisioner responden, dengan rumus 2.5 dengan
dilakukan adalah : responden sebanyak 16 orang yaitu:
1. Tahap AHP yang terdiri dari proses: 16
√𝑅𝑅1 × 𝑅𝑅2 × 𝑅𝑅3 × … .× 𝑅𝑅16
a. Penentuan Parameter AHP, terdiri dari
Sehingga dari tabel 3.2 langsung dilakukan
Penggunaan Lahan, Aksebilitas, Topografi, dan
perhitungan dengan menggunakan rumus 2.5
Fasilitas Umum
dengan 16 responden, berikut merupakan contoh
b. Menyusun Struktur Hierarki, Berikut merupakan
hasil dari rataan geometri dari tabel 3.2
Susunan Struktur Hierarki dari berbagai literature
faktor penentu nilai tanah:

10
B Fp: Bobot prioritas fasilitas
Rataan Geometris pendidikan
B Fk: Bobot prioritas fasilitas kesehatan
5.00 3) Menghitung bobot prioritas Sub-sub Kriteria
(level 3) dengan cara meratakan setiap baris
0.34 pada matriks normalisasi sehingga
0.31 didapatkan bobot prioritas. Berikut
Tabel 3.3 Rataan Geometri Kriteria utama atau Level merupakan bobot prioritas pada sub-sub
1 kriteria fasilitas pendidikan :
0.63 0.68 0.66 0.44 0.602 𝐵𝐵 𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈
e. Menghitung Bobot Prioritas
1) Menghitung bobot prioritas Kriteria Utama � 0.14 0.15 0.17 0.28 � = �0.187� 𝐵𝐵 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
0.13 0.13 0.14 0.22 0.155 𝐵𝐵 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
(level 1), berikut merupakan bobot prioritas 0.09 0.03 0.04 0.06 0.057 𝐵𝐵 𝑆𝑆𝑆𝑆
kriteria utama dengan cara meratakan setiap
baris pada matriks normalnya. Keterangan :
0.66 0.56 0.71 0.58 𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴 B Univ : Bobot prioritas universitas
�0.13 0.11 0.07� = �0.14� 𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃 B SMA :Bobot prioritas Sekolah
0.31 0.33 0.22 0.28 𝐵𝐵 𝐹𝐹𝐹𝐹 Menengah Atas
Keterangan : B Fp :Bobot prioritas Sekolah
B As : Bobot prioritas aksebilitas Menengah Pertama
B Fk : Bobot prioritas Sekolah Dasar
B Pl : Bobot prioritas penggunaan lahan e. Menghitung rasio konsistensi (CR)
B Fu : Bobot prioritas fasilitas umum Rasio konsistensi digunakan menguji
2) Menghitung bobot Prioritas Sub-Kriteria kosistensi jawaban dari beberapa responden.
(level 2), berikut merupakan bobot prioritas Berikut merupakan langkah-langkah untuk
sub-kriteria dengan cara meratakan setiap menghitung CR
baris pada matriks normalnya. 1) Menghitung vector jumlah bobot (VB)
dengan mengalikan matriks perbandingan
- Bobot prioritas aksebilitas
0.72 0.77 0.55 berpasangan (matriks A) dengan bobot
�0.18 0.19 0.37� prioritas.
0.09 0.04 0.07 a) Kriteria Utama
0.682 𝐵𝐵 𝐴𝐴𝐴𝐴 Berikut merupakan perhitungan VB
= �0.251� 𝐵𝐵 𝐾𝐾𝐾𝐾 kriteria utama:
0.067 𝐵𝐵 𝐿𝐿𝐿𝐿 1 3.38 2.68 0.58
Keterangan : �0.30 1 0.37� × �0.14�
B Ar : Bobot prioritas jalan arteri 0.37 2.71 1 0.28
B Ko: Bobot prioritas jalan kolektor 1.80
B Lk: Bobot prioritas jalan lokal = �0.41�
- Bobot prioritas penggunaan lahan 0.87
0.103 0.146 0.074 0.219 0.199 0.219 b) Level 2 (aksebilitas)
⎡0.190 0.269 0.274 0.290 0.290 0.287⎤ Berikut merupakan perhitungan VB
⎢0.634 0.445 ⎥ level 2 aksebilitas:
⎢ 0.454 0.344 0.352 0.346⎥
1 3.95 7.74 0.68
⎢0.023 0.045 0.063 0.048 0.049 0.051⎥ �0.25 1 5.23� × �0.25�
⎢0.029 0.052 0.073 0.055 0.056 0.050⎥
⎣0.022 0.044 0.062 0.045 0.053 0.047⎦ 0.13 0.19 1 0.07
2.19
0.160 𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃 = �0.78�
⎡0.267⎤ 𝐵𝐵 𝐼𝐼𝐼𝐼
⎢ ⎥ 𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃 0.20
= ⎢0.429⎥ c) Level 2 (penggunaan lahan)
0.046 𝐵𝐵 𝐾𝐾𝐾𝐾
⎢0.053⎥ 𝐵𝐵 𝑆𝑆𝑆𝑆 Berikut merupakan perhitungan VB
⎣0.046⎦ 𝐵𝐵 𝑇𝑇𝑇𝑇 level 2 penggunaan lahan:
1 0.54 0.16 4.55 3.52 4.62
Keterangan : ⎡1.84 1 0.60 6.03 ⎤
5.15 6.06
B Pm :Bobot prioritas pemukiman ⎢ ⎥
B Id : Bobot prioritas industri ⎢6.17 1.66 1 7.16 6.25 7.31⎥
⎢ 0.22 0.17 0.14 1 0.87 1.07⎥
B PJ:Bobot prioritas perdagangan dan
⎢0.28 0.19 0.16 1.15 1 1.06⎥
jasa ⎣0.22 0.16 0.14 0.94 0.94 1⎦
B Kb: Bobot prioritas kebun 0.16 0.98
B Sw: Bobot prioritas sawah ⎡0.27⎤ ⎡1.65⎤
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
× ⎢0.43⎥ = ⎢2.85⎥
B Tg: Bobot prioritas tegalan
- Bobot prioritas level 2 fasilitas umum 0.5 0.28
0.52 0.43 0.65 0.39 0.499 𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃 ⎢ 0.5 ⎥ ⎢0.32⎥
⎣ 0.5 ⎦ ⎣0.28⎦
�0.09 0.08 0.05 0.07 � = �0.073� 𝐵𝐵 𝑃𝑃𝑃𝑃
0.17 0.33 0.21 0.37 0.270 𝐵𝐵 𝐹𝐹𝐹𝐹
0.22 0.16 0.09 0.16 0.158 𝐵𝐵 𝐹𝐹𝐹𝐹 d) Level 2 (fasilitas umum)
Keterangan : Berikut merupakan perhitungan VB
B Pd :Bobot prioritas perdagangan level 2 fasilitas umum:
B Pk:Bobot prioritas perkantoran

11
1 5.66 3.09 2.42 0.5 kuisioner dan dilakukan perhitungan ulang
�0.18 1 0.23 0.46 �� 0.07 � sehingga dihasilkan CR kurang dari 0.1
0.32 4.32 1 2.32 0.27 untuk memenuhi syarat dari perhitungan
0.41 2.15 0.43 1 0.16 AHP. Berikut merupakan perhitungan CI dan
2.13 CR masing-masing kriteria level 1 sampai
= �0.30� dengan level 3:
1.11
a) Kriteria utama
0.64
e) Level 3 (fasilitas pendidikan) Berikut merupakan perhitungan CI pada
Berikut merupakan perhitungan VB kriteri utama:
level 3 fasilitas pendidikan: 𝜆𝜆 max − 𝑛𝑛 3.065 − 3
𝐶𝐶𝐶𝐶 = =
1 4.42 4.72 6.97 0.60 𝑛𝑛 − 1 3−1
1.20 4.51� × �0.19� = 0.033
�0.23 1
0.21 0.83 1 3.48 0.15 Selanjutnya, mengitung CR adalah
0.14 0.22 0.29 1 0.06 sebagai berikut:
2.55 Random Indeks untuk 3 kriteria yaitu
= �0.77� bernilai 0.58
0.64 𝐶𝐶𝐶𝐶 0.033
0.23 𝐶𝐶𝐶𝐶 = = = 0.056
2) Menghitung vector konsistensi (VK) dengan 𝑅𝑅𝑅𝑅 0.58
b) Kriteria level 2 (aksebilitas)
cara membagi hasil dari matriks VB dengan Berikut merupakan perhitungan CI pada
masing-masing bobot prioritas konsistensi kriteri aksebilitas:
dan menghitung eign masksimum (λmax) 𝜆𝜆 max − 𝑛𝑛 3.110 − 3
dengan meratakan hasil dari VK. 𝐶𝐶𝐶𝐶 = =
𝑛𝑛 − 1 3−1
a) Kriteria utama = 0.055
Berikut merupakan perhitungan Selanjutnya, mengitung CR adalah
vector konsistensi kriteria utama : sebagai berikut:
VK 1 = VB 1 / B As = 3.111 Random Indeks untuk 3 kriteria yaitu
VK 2 = VB 2 / B Pl = 3.024 bernilai 0.58
VK 3 = VB 3 / B Fu = 3.061 𝐶𝐶𝐶𝐶 0.055
Maka, λmax = 3.065 𝐶𝐶𝐶𝐶 = = = 0.095
𝑅𝑅𝑅𝑅 0.58
b) Level 2 (aksebilitas) c) Kriteria level 2 (penggunaan lahan)
Berikut merupakan perhitungan Berikut merupakan perhitungan CI pada
vector konsistensi kriteria aksebilitas : kriteri aksebilitas:
VK 1 = VB 1 / B Ar = 3.218 𝜆𝜆 max − 𝑛𝑛 6.189 − 6
VK 2 = VB 2 / B Ko = 3.095 𝐶𝐶𝐶𝐶 = =
𝑛𝑛 − 1 6−1
VK 3 = VB 3 / B Lk = 3.018 = 0.038
Maka, λmax = 3.110 Selanjutnya, mengitung CR adalah
c) Level 2 (penggunaan lahan) sebagai berikut:
Berikut merupakan perhitungan Random Indeks untuk 6 kriteria yaitu
vector konsistensi kriteria bernilai 1.24
penggunaan lahan : 𝐶𝐶𝐶𝐶 0.038
VK 1 = VB 1 / B Pm = 6.146 𝐶𝐶𝐶𝐶 = = = 0.031
𝑅𝑅𝑅𝑅 1.24
VK 2 = VB 2 / B Id = 6.182 d) Kriteria level 2 (fasilitas umum)
VK 3 = VB 3 / B PJ = 6.641 Berikut merupakan perhitungan CI pada
VK 4 = VB 1 / B Kb = 6.043 kriteri aksebilitas:
VK 5 = VB 2 / B Sw = 6.083 𝜆𝜆 max − 𝑛𝑛 4.124 − 4
VK 6 = VB 3 / B Tg = 6.040 𝐶𝐶𝐶𝐶 = =
𝑛𝑛 − 1 4−1
Maka, λmax = 6.189 = 0.041
d) Level 2 (fasilitas umum) Selanjutnya, mengitung CR adalah
Berikut merupakan perhitungan sebagai berikut:
vector konsistensi kriteria Random Indeks untuk 4 kriteria yaitu
penggunaan lahan : bernilai 0.9
VK 1 = VB 1 / B Pd = 4.274 𝐶𝐶𝐶𝐶 0.041
VK 2 = VB 2 / B Pk = 4.069 𝐶𝐶𝐶𝐶 = = = 0.046
𝑅𝑅𝑅𝑅 0.9
VK 3 = VB 3 / B Fp = 4.116 e) Kriteria level 3 (fasilitas pendidikan)
VK 4 = VB 1 / B Fk = 4.038 Berikut merupakan perhitungan CI pada
Maka, λmax = 4.124 kriteri aksebilitas:
e) Level 3 (fasilitas pendidikan) 𝜆𝜆 max − 𝑛𝑛 4.120 − 4
VK 1 = VB 1 / B Univ = 4.245 𝐶𝐶𝐶𝐶 = =
𝑛𝑛 − 1 4−1
VK 2 = VB 2 / B SMA = 4.099 = 0.040
VK 3 = VB 3 / B SMP = 4.106 Selanjutnya, mengitung CR adalah
VK 4 = VB 1 / B SD = 4.028 sebagai berikut:
Maka, λmax = 4.120 Random Indeks untuk 4 kriteria yaitu
3) Menghitung indeks consistency (CI) dengan bernilai 0.9
rumus 2.15, kemudian menghitung rasio 𝐶𝐶𝐶𝐶 0.040
konsistensi (CR) dengan menggunakan 𝐶𝐶𝐶𝐶 = = = 0.044
𝑅𝑅𝑅𝑅 0.9
rumus 2.16. jika CR lebih 0.1 maka hasil
tidak konsistensi dan perlu seleksi data

12
f. Menghitung bobot parameter Parameter Bobot
Bobot parameter dihitung berdasarkan Universitas/perguruan tinggi 0.046
bobot prioritas level diatasnya sesuai dengan
Sekolah Menengah Atas 0.014
prinsip AHP yaitu comparative judgement.
Perhitungan bobot parameter dilakukan untuk Sekolah Menengah Pertama 0.012
kriteria yang paling bawah atau tidak ada elemen Sekolah Dasar 0.004
turunan dibawahnya. Perhitungan bobot Tabel 3.12 bobot parameter sub-sub kriteria
parameter pada penelitian ini dimulai dari 3 sub fasilitas pendidikan
kriteria yang terdiri dari aksebilitas (jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal), penggunaan lahan 2. Tahap Pengolahan Data Transaksi Jual-Beli Tanah:
(pemukiman, industry, perdagangan dan jasa, Data jual-beli dari dari sumber data melalui survey,
kebun, sawah, dan tegalan), fasilitas umum dari Desa/Kecamatan, Penawaran, Broker, ataupun
(perdagangan, perkantoran, fasilitas pendidikan, dari Kantor PPAT, perlu dilakukan penyesuaian
dan fasilitas kesehatan), kemudian pada level sehingga didapatkan nilai ideal suatu bidang tanah.
paling bawah adalah kriteria fasilitas pendidikan Penyesuaiyan tersebut sudah diatur pada peraturan
yang terdiri dari universitas, SMA, SMP, dan SD. pemerintah melaui Surat Edaran No SE-25/PJ.6/2006
Berikut ini merupakan pehitungan bobot Tentang Tata Cara Pembentukan/ Penyempurnaan
parameter pada setiap parameter penentu nilai ZNT/NIR, adapun penyesuaiyan meliputi :
tanah: a. Penyesuaian waktu transaksi dapat dilihat pada
1) Sub-kriteria (level 2) tabel 2.1
Rumus yang digunakan untuk menghitung b. Penyesuaian status hak dapat dilihat pada tabel
bobot parameter pada sub-kriteria adalah 2.2
sebagai berikut : c. Penyesuaian jenis transaksi dapat dilihat pada
Bobot parameter = tabel 2.3
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠−𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
× 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 d. Penyesuaian jenis data dapat dilihat pada tabel
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠−𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
Berikut merupakan bobot parameter sub- 2.4
kriteria yang terdiri dari 3 elemen yaitu: Berikut merupakan data contoh data transaksi jual beli
yang dilaporkan dikantor Badan Pertanahan Nasional
Parameter Bobot pada kecamatan Sewon pada tahun 2015.
Jalan Arteri 0.395
Koordinat Luas Harga waktu Jenis Jenis Sumber
Jalan Kolektor 0.145 No
X Y
Desa Kecamatan
(M2)
Nama Penjual Nama Pembeli
Transaksi transaksi hak transaksi data
1 295130 630502 Bangunharjo Sewon 618 Thomas Ipoeng AndjaDiaz Irianto 50690000 Jan-15 HM Jual Beli PPAT
Jalan Lokal 0.039 2
3
296477 630860 Bangunharjo
294736 631438 Bangunharjo
Sewon
Sewon
217 Ny. Atonah
77 Walgunardi
Ny. Ayu Tri Ariani
Ny. Rajiymen
17040000
6320000
Jan-15 HM
Jan-15 HM
Jual Beli
Jual Beli
PPAT
PPAT
4 295117 631539 Bangunharjo Sewon 483 sudiwijoyo R.A. sri sumarsih 37930000 Jan-15 HM Jual Beli PPAT
Tabel 3.9 bobot parameter aksebilitas 5 294675 631750 Bangunharjo Sewon 901 Parjiyono Ny. Nenden Dewi An 167390000 Jan-15 HM Jual Beli PPAT
6 296199 632140 Bangunharjo Sewon 194 Ny. Waginem Triyanti 15240000 Jan-15 HM Jual Beli PPAT
7 296185 632225 Bangunharjo Sewon 169 Mardiyono Ari Andri Atmoko 102860000 Jan-15 HM Jual Beli PPAT
8 297045 632499 Bangunharjo Sewon 90 Ny. Suminah Purwo Wiyarjo/Buan 7070000 Jan-15 HM Jual Beli PPAT
Parameter Bobot 9
10
295989 633163 Bangunharjo
295984 633306 Bangunharjo
Sewon
Sewon
331 Murkadi
104 Ny. Sugiyah
Sumanto
Mukhtarifin
79920000
63300000
Jan-15 HM
Jan-15 HM
Jual Beli
Jual Beli
PPAT
PPAT

Pemukiman 0.022 11
12
295700 634135 Bangunharjo
295833 634282 Bangunharjo
Sewon
Sewon
217 Tuparman/Hadi SapuMiswanto
283 Pepni Harnani Kiram
40310000
52580000
Jan-15 HM
Jan-15 HM
Jual Beli
Jual Beli
PPAT
PPAT
13 296039 634631 Bangunharjo Sewon 806 Darsono Ny. Ris Iriyanti 283580000 Jan-15 HM Jual Beli PPAT
Industri 0.036 14
15
296466 631415 Bangunharjo
294701 631703 Bangunharjo
Sewon
Sewon
321 Taufiq Hidayat Sumulyo Halim
90 Ny. RR. Subandiyah Achmad Fauzi Cs
112940000
7070000
Feb-15 HM
Feb-15 HM
Jual Beli
Jual Beli
PPAT
PPAT

Perdagangan dan Jasa 0.059 16


17
295459 632219 Bangunharjo
296072 632971 Bangunharjo
Sewon
Sewon
415 Andi Sanjaya
519 Ny. Kusmiyatun
Ny. Sumarsih
Bambang Setyawan
146010000
182600000
Feb-15 HM
Feb-15 HM
Jual Beli
Jual Beli
PPAT
PPAT
18 296980 632987 Bangunharjo Sewon 448 Ny. Wardjazim/TukilaMuchammad Rois 83230000 Feb-15 HM Jual Beli PPAT
Kebun 0.006 19 295777 634069 Bangunharjo Sewon 99 F. Subaryadi Sugiyanto 60260000 Feb-15 HM Jual Beli PPAT

Sawah 0.007 Tabel 3.13 Contoh data transaksi jual beli


Tegalan 0.006
Untuk menghitung penyesuaian harga maka perlu
Tabel 3.10 bobot parameter penggunaan menambah kolom untuk menambahkan prosentase
lahan besaran penyesuaian sesuai peraturan yang ditunjukan
pada kotak merah, sehingga didapatkan nilai ideal
Parameter Bobot tanah sesuai dengan tabel 3.14
Penyesuai Waktu Penyesuai Jenis hak Penyesuaian Jenis Transaksi Penyesuaian Jenis Data
Perdagangan 0.142 No
1
Harga Transaksi
Rp 50,690,000.00
waktu
Jan-15
%
5
Jenis hak
HM
%
0
Jenis transaksi
Jual Beli
%
0
Sumber data
PPAT
%
30 Rp
harga akhir
68,431,500.00 Rp
harga/m
110,730.58

Perkantoran 0.021 2
3
Rp
Rp
17,040,000.00
6,320,000.00
Jan-15
Jan-15
5
5
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
23,004,000.00
8,532,000.00
Rp
Rp
106,009.22
110,805.19
4 Rp 37,930,000.00 Jan-15 5 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 51,205,500.00 Rp 106,015.53
Fasilitas Pendidikan 0.077 5
6
Rp
Rp
167,390,000.00
15,240,000.00
Jan-15
Jan-15
5
5
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
225,976,500.00
20,574,000.00
Rp
Rp
250,806.33
106,051.55
7 Rp 102,860,000.00 Jan-15 5 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 138,861,000.00 Rp 821,662.72
Fasilitas Kesehatan 0.045 8
9
Rp
Rp
7,070,000.00
79,920,000.00
Jan-15
Jan-15
5
5
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
9,544,500.00
107,892,000.00
Rp
Rp
106,050.00
325,957.70

Tabel 3.11 bobot parameter fasilitas umum 10


11
Rp
Rp
63,300,000.00
40,310,000.00
Jan-15
Jan-15
5
5
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
85,455,000.00
54,418,500.00
Rp
Rp
821,682.69
250,776.50
12 Rp 52,580,000.00 Jan-15 5 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 70,983,000.00 Rp 250,823.32
13 Rp 283,580,000.00 Jan-15 5 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 382,833,000.00 Rp 474,978.91
14 Rp 112,940,000.00 Feb-15 5 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 152,469,000.00 Rp 474,981.31
2) Sub-sub kriteria (level 3) 15
16
Rp
Rp
7,070,000.00
146,010,000.00
Feb-15
Feb-15
5
5
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
9,544,500.00
197,113,500.00
Rp
Rp
106,050.00
474,972.29
Rumus yang digunakan untuk menghitung 17
18
Rp
Rp
182,600,000.00
83,230,000.00
Feb-15
Feb-15
5
5
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
246,510,000.00
112,360,500.00
Rp
Rp
474,971.10
250,804.69

bobot parameter pada sub-kriteria adalah 19 Rp 60,260,000.00 Feb-15 5 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 81,351,000.00 Rp 821,727.27

sebagai berikut : Tabel 3.14 Contoh Penyesuaian data transaksi jual


Bobot parameter = beli
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠−𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
×
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠−𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 Data harga survey lapangan tahun 2018 dilakukan
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 − 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 penyesuaian sama seperti halnya penyesuaian data
Sehingga bobot parameter pada sub-sub Transaksi Jual-Beli yang dilaporkan di Kantor BPN.
kriteria (level 3) pada penelitain ini adalah Data harga survei lapanagan lakukan penyesuaian ke
fasilitas pendidikan. tahun 2015.
3. Melakukan Plotting Nilai Transaksi Jual-Beli
Terkoreksi: Setelah didapatkan nilai ideal transaksi

13
jual-beli selanjutnya melakukan ploting nilai transaksi e. Kemudian ditampilkan persebaran point nilai
terkoreksi sesuai dengan koordinat pada setiap data idela transaksi jual-beli di Kecamatan sewon
transaksi dengan cara: yang diplot sesuai dengan gambar 3.7
a. Menyusun hasil perhitungan transaksi jual-beli
sesuai dengan tabel 3.15 dibawah ini.
NO X Y desa kec. harga/m
1 295130 630502 BangunharSewon 110730.6
2 296477 630860 BangunharSewon 106009.2
3 294736 631438 BangunharSewon 110805.2
4 295117 631539 BangunharSewon 106015.5
5 294675 631750 BangunharSewon 250806.3
6 296199 632140 BangunharSewon 106051.5
7 296185 632225 BangunharSewon 821662.7
8 297045 632499 BangunharSewon 106050
9 295989 633163 BangunharSewon 325957.7 Gambar 3.7 plotting persebaran point nilai ideal
10 295984 633306 BangunharSewon 821682.7
transaksi jual-beli
11 295700 634135 BangunharSewon 250776.5
f. Menyimpan plotting persebaran point nilai ideal
12 295833 634282 BangunharSewon 250823.3
transaksi jual-beli dengan format Shapefile *.shp
13 296039 634631 BangunharSewon 474978.9
dengan cara pilih nama file hasil plotting  klik
14 296466 631415 BangunharSewon 474981.3
15 294701 631703 BangunharSewon 106050
kanan pilih data  pilih Export data,
16 295459 632219 BangunharSewon 474972.3
kemudian muncul kotak dialog Expor Data,
17 296072 632971 BangunharSewon 474971.1 mengubah pada kolom Output feature class
18 296980 632987 BangunharSewon 250804.7 sesuai dengan direktori penyimpanan dan
19 295777 634069 BangunharSewon 821727.3 mengubah kolom save as type : menjadi
Tabel 3.15 Susunan hasil hitungan transaksi shapefile, kemudian pilih “Save”.
jual-beli 4. Pengolahan data Spasial: Pengolahan data spasial
dilakukan sepenuhnya menggunakan software
Kemudian menyimpan didalam direktori ArcGIS 10.0. dengan memanfaatkan fungsi-fungsi
penyimpanan dengan format Comma pada softawe tersebut. Berikut merupakan tahap-tahap
Deliminated *.csv dalam pengolahan data spasial dengan menggunakan
b. Membuka Software ArcGIS kemudian pilih tools ArcGIS 10.0 :
“add data”, lalu arahkan ke direktori a. Generalisasi
penyimpanan hasil dari penyusunan hitungan Generalisasi dilakukan untuk pembuatan
transaksi jual-beli langkah 3 a. dan memilih file peta tataguna lahan dari peta RDTR dengan skala
tersebut untuk ditampilkan ke jendala ArcGIS 1:5000 menjadi peta tataguna lahan dengan skala
c. Muncul file baru pada jendela layer dengan 1:2500. Proses generalisasi pada penelitian ini
format .csv kemudian klik kanan pada file dengan menggunakan software Arc GIS 10.0
tersebut dan pilih “Display XY Data” yang dengan memanfaatkan fungsi editor. Pada
ditunjukan kotak berwarna merah. penelitian ini generalisasi dilakukan dengan cara
pemilihan (selection) area poligon yang dibentuk
pada peta awal yang kurang dari luasan
1mm2 diskala cetak 1:2500 atau kurang dari
luasan 625m2 untuk dilakukan pengabungan,
penyederhanaan bentuk, eksagrasi (perbesaran),
dan pergeseran. Pada poligon yang terbentuk
terlalu bersudut-sudut dengan ukuran terlalu
kecil maka dilakukan penyederhanaan bentuk
polygon. Berikut merupakan hasil generalisasi
pada tabel 3.16
Gambar 3.5 Display XY Data
d. Setelah dipilih maka akan muncul kotak dialog
“Display XY Data” kemudian diatur sesuai
dengan gambar 3.6

Gambar 3.6 Kotak Dialog Display XY Data

14
jarak dilakukan dengan cara buffering pada factor
penentu nilai tanah yang terkait dengan jarak.
Berikut merupakan cara melakukan penyesuaian
terhadap factor penentu nilai tanah yang terkait
dengan jarak dan join data bobot kedalam setiap
data spasial:
1) Aksesibilitas
Memilih kriteria jalan sesuai dengan
parameter yaitu jalan arteri, jalan kolektor,
dan jalan lokal, dengan cara:
a) Membuka ArcGIS memilih “add
data”  memilih file jalan sewon untuk
ditampilkan ke jendela ArcGIS  pilih
“Add”
b) Memilih jalan sewon pada layer  klik
kanan  pilih “open attribute table” 
muncul jendela “Table” yang berisi
attribute dari jalan sewon.

Tabel 3.16 Hasil Generalisasi

b. Tranformasi TM30
Pada Penelitian ini Tranformasi Koordinat
Gambar 3.8 Jendela Table atribut jalan
dilakukan untuk mengubah sistem koordinat
c) Memilih “table option” pada pojok kiri
pada data spasial peta fasilitas umum dan
atas jendela Table  memilih “Select by
tataguna lahan dari sistem koordinat Universal
Attribute”.
Tranvese Mercator (UTM) zona 49S menjadi
d) Maka dimunculkan kotak dialog select
sistem koordinat standard dari BPN yaitu sistem
by attributes, untuk memilih jalan
koordinat Transverse Mercator 30. Tranformasi
Arteri/Utama dapat dilakukan dengan
koordinat dilakukan dengan menggunakan
pengisian pada kotak dialog select by
software ArcGIS 10.0 dengan cara, pilih Arc
attributes sesuai dengan gambar 3.9
Toolbox  Data Management Tools 
Projection and Tranformation  Feature 
memilih project, muncul jendela project,
kemudian mengisikan pada Input Dataset or
Feature Class dengan file yang akan di
tranformasikan. Pada isian Output Dataset or
Feature Class diisi dengan direktori
penyimpanan, dan pada Output Koordinat
System dilakukan pemilihan dengan cara klik
symbol disebelah kanan isian, kemudian muncul
jendela baru yaitu Spatial reference properties,
memilih tombol import, lalu memilih file ZNT
dari BPN yang sudah dalam sistem koordinat
TM30 , memilih OK
c. Buffer, Join Data dan Kesesuaian bobot Gambar 3.9 kotak dialog select by
Join data merupakan tahapan untuk attributes untuk memilih jalan
mengabungkan data hasil olahan AHP yang Arteri/Utama
berupa bobot pada masing-masing kriteria yang e) Untuk memilih jenis jalan yang lain
sudah dilakukan penyesuaian terhadap factor dapat menganti pada kolom
jarak dengan data spasial. Penelitan ini terdapat 3 “SELECT*FROM jalan_sewo_tm3
(tiga) kriteria utama penentu penilaian tanah yaitu WHERE: ” , ‘Jalan Arteri/ Utama’ dapat
penggunaan lahan, aksebilitas dan fasilitas umum. diganti dengan nama jenis jalan yang
Kriteria penggunaan lahan tidak perlu dilakukan lain yaitu ‘Jalan Kolektor’ atau ‘Jalan
kesesuaian bobot sedangkan kriteria penentu Lokal’, kemuian pilih tombol “Apply”.
penilaian tanah yang terkait dengan jarak yaitu f) Menyimpan masing-masing jenis jalan
aksesibilitas dan fasilitas umum dilakukan menjadi file dengan format .shp dengan
kesesuaian bobot terhadap jarak yang sudah diatur cara pilih file jalan sewon  klik kanan
pada tabel 2.5, 2.6, 2.7, 2.8, dan 2.8. semakin jauh  Data  Export Data  pilih
dari pusat factor nilai penentu nilai tanah maka direktori penyimpanan dan memberi
nilainya akan berkurang. Kesesuaian terhadap nama sesuai jenis jalan  pilih Save

15
g) Membuat buffer sesuai jarak yang sudah “perdagangan” dapat dilakukan dengan
ditentukan pada tabel 2.5. buffer pengisian pada kotak dialog select by
dilakukan pada setiap jenis jalan. attributes sesuai dengan gambar 3.11
Dengan cara pilih “ArcToolbox” 
Analysis Tools  Proximity  Multiple
Ring Buffer  ditampilkan kotak dialog
Multiple Ring Buffer memasukan pada
kolom input feature dengan file jenis
jalan yang sudah disimpan. Setelah itu
mengisi pada kolom output feature class
dengan nama dan direktori
penyimpanan hasil multi ring buffer.
Kemudian masukan jarak-jarak yang
ditentukan yaitu 50m, 150m, dan 500m,
sesuai dengan tabel 2.5  pilih OK
h) Menghitung penyesuiayan bobot jarak
terhadap jalan sesuai tabel 2.5 dengan
rumus 2.1, sehingga diperoleh Gambar 3.11 kotak dialog select by
penyesuaian bobot untuk masing- attributes untuk memilih fasum
masing kelas jalan berdasarkan jarak perdagangan
terhadap jalan. e) Untuk memilih jenis fasilitas umum
i) Menambahkan bobot masing-masing yang lain dapat menganti pada kolom
kriteria jalan dengan cara menambahkan “SELECT*FROM fasum_sewo
kolom baru pada file hasil langkah 7) WHERE: ”, ‘PERDAGANGAN’ dapat
yang digunakan untuk menambahkan diganti dengan nama jenis fasilitas
bobot, pilih “Open Attribute Table”  umum yang lain yaitu ‘faskes’,
“Table Option”  “Add field” ‘pekantoran’, ‘SD’, ‘SMP’, ‘SMA’, atau
muncul jendela “Add field”, kemudian ‘UNIVERSITAS, kemuian pilih tombol
memasukan nama kolom dan tipe “Apply”.
“float” memasukan bobot hasil dari f) Menyimpan masing-masing jenis
tahap h). fasilitas umum menjadi file dengan
2) Fasilitas Umum format .shp dengan cara pilih file
Memilih kriteria fasilitas umum yang sesuai fasum_sewon  klik kanan  Data 
dengan parameter penentu nilai tanah yaitu Export Data  pilih direktori
perdagangan, perkantoran, fasilitas penyimpanan dan memberi nama sesuai
kesehatan dan fasilitas pendidikan jenis fasum  pilih Save
(Universitas, SMA, SMP, dan SD) dengan g) Membuat buffer sesuai jarak yang sudah
cara : ditentukan pada tabel 2.6. , 2.7, 2.8, dan
a) Membuka ArcGIS memilih “add 2.9. pada masing-masing jenis fasum.
data”  memilih file fasum_sewon Membuat buffer dengan cara pilih
untuk ditampilkan ke jendela ArcGIS  “ArcToolbox”  Analysis Tools 
pilih “Add” Proximity  Multiple Ring Buffer 
b) Memilih tipe fasilitas umum sewon ditampilkan kotak dialog Multiple Ring
pada layer  klik kanan pada Buffer memasukan pada kolom input
“fasum_sewon” pada jendela “Tabel of feature dengan file jenis jalan yang
content”  pilih “open attribute table” sudah disimpan. Setelah itu mengisi
 muncul jendela “Table” yang berisi pada kolom output feature class dengan
attribute dari fasum_sewon. nama dan direktori penyimpanan hasil
multi ring buffer. Kemudian masukan
jarak-jarak yang ditentukan sesuai
dengan tabel masing-masing
penyesuaian jarak fasilitas umum 
pilih OK
h) Menghitung penyesuiayan bobot jarak
terhadap fasilitas umum sesuai tabel 2.6,
2.7, 2.8, dan 2,9 dengan rumus 2.1,
sehingga diperoleh penyesuaian bobot
untuk masing-masing jenis fasilitas
umum.
i) Menambahkan bobot masing-masing
Gambar 3.10 Jendela Table atribut fasilitas kriteria fasilitas umum dengan cara
umum menambahkan kolom baru pada file
c) Memilih “table option” pada pojok kiri hasil langkah 7) yang digunakan untuk
atas jendela Table  memilih “Select by menambahkan bobot, memilih “Open
Attribute”. Attribute Table”  “Table Option” 
d) Maka dimunculkan kotak dialog select “Add field” muncul jendela “Add
by attributes, untuk memilih field”, kemudian memasukan nama

16
kolom dan tipe “float” memasukan
bobot hasil dari tahap h).
3) Penggunan Lahan
Pada kriteria penggunaan lahan tidak terkait
dengan jarak maka tidak dilakukan
kesesuaian bobot. Berikut merupkan
tahapan join data bobot AHP penggunaan
lahan dan data spasial penggunaan lahan :
a) Membuka ArcGIS memilih “add
data”  memilih file
“Penggunaan_lahan” untuk
ditampilkan ke jendela ArcGIS  pilih
“Add”
Gambar 3.13 kotak dialog select by
b) Memilih “Open Attribute Table” pada
attributes untuk memilih industri
“table of contenst”  “Table Option”
l) Menambahkan bobot penggunaan lahan
 “Add field” muncul jendela “Add
pada atribut penggunaan lahan dengan
field”, kemudian memasukan nama
cara block kolom “bobot”  field
kolom dan tipe “float”.
calculator  kemudian masukan bobot
c) Memilih tipe penggunaan lahan sewon
sesuai tabel 3.10.
pada layer  klik kanan pada
d. Overlay
“guna_lahan” pada jendela “Tabel of
Pada tahap overlay data spasial yang sudah
content”  pilih “open attribute table”
ditambahkan bobot kemudian dilakukan
 muncul jendela “Table” yang berisi
penggabungan. Penggabungan dilakukan
attribute dari guna_lahan.
menggunaan software ArcGIS 10.0. dimana
terdapat metode-metode untuk melakukan analisa
data spasial yaitu overlay, berikut merupakan
langkah-langkah dalam melakukan overlay:
1) Membuka semua file data spasial yang
sudah ditambahkan bobot pada tahap a.
untuk ditampilkan ke jendela ArcGIS 
pilih “Add”
2) Memilih “Arc Toolbox”  “Anaysis
Tools” “Overlay” “Uninon”
mengisi kolom isian pada jendela “Union”,
pada kolom isian “Input feature” diisi file-
file yang akan dilakukan penggabungan,
pada kolom “output feature class” diisi
dengan nama direktori penyimpanan hasil
Gambar 3.12 Jendela Table atribut overlay, berikut contoh pengisian sesuai
guna_lahan gambar 3.14
j) Memilih “table option” pada pojok kiri
atas jendela Table  memilih “Select by
Attribute”.
k) Maka dimunculkan kotak dialog select
by attributes, untuk memilih tipe
pengguanan lahan dapat dilakukan
dengan pengisian pada kotak dialog
select by attributes sesuai dengan
gambar 3.13 dengan menganti pada
kolom “SELECT*FROM Gambar 3.14 pengisian overlay union
guna_lahan_sewon WHERE: ”, setelah 3) Menghitung bobot akhir dengan cara
tanda “=” dapat diganti dengan nama menjumlahkan bobot-bobot dari berbagai
jenis penggunaan lahan yaitu ‘Industri’, data spasial yang telah digabung dengan
‘Pemukiman’, ‘Perdagangan dan jasa’, cara membuka attribute hasil Overlay,
atau ‘pertanian/sawah’, kemuian pilih kemudian menambahkan kolom baru
tombol “Apply”. dengan cara pilih “Table Option”  “Add
field”  memberi nama kolom “bobot
_akhir” memilih tipe kolom dengan float 
blok kolom yang “bobot_akhit”  klik
kanan memilih “field calculator..”
memasukan fungsi penjumlahan bobot pada
isian “bobot_akh =” sesuai pada gambar
3.15

17
breaks”. Berikut merupakan interval
klasifikasi bobot pada gambar 3.18

Gambar 3.15 fungsi penjumlahan bobot


4) Hasil penjumlahan bobot terdapat pada Gambar 3.18 interval klasifikasi bobot
kolom yang sudah dibut secara otomatis f. Pembuatan Zona Awal
yang ditunjukan pada gambar 3.16 Pembuatan Zona awal merupakan
pembuatan batas imajiner yang mempunyai
karakteristik yang relative sama. Sesuai dengan
peraturan tentang Tata Cara
Pembentukan/Penyempurnaan ZNT/NIR melalui
Surat Edaran Nomer SE-25/PJ.6/2006 pembuatan
Zona Awal perlu mempertimbangkan beberapa
hal antara lain:
1) Pengelompokan zona awal dengan
mempertimbangkan indikasi tanah yang
mirip dan memiliki karakteristik yang mirip
2) Zona Awal dapat mengacu pada peta ZNT
lama bagi wilayah yang ada peta ZNT-nya.
Gambar 3.16 hasil penjumlahan bobot 3) Mempertimbangkan harga jual yang telah
e. Klasifikasi bobot diplottkan pada peta kerja ZNT
Klasifikasi bertujuan untuk mendapatkan Oleh karena itu zona awal pada
luasan bobot-bobot yang telah dibentuk pada penelitian ini menggunakan hasil klasifikasi
tahap b. “Overlay” tidak terlalu kecil dan terhadap bobot AHP pada tahap c. untuk
klasifikasi bertujuan untuk membuat beberapa pengelompokan zona dengan indikasi tanah yang
zona dengan kemiripan factor penentu nilai tanah mirip dan memiliki karakteristik yang hampir
yang hampir sama dengan ditunjukan dengan sama. Selain itu juga mempertimbangkan sebaran
kedekatan nilai pada kolom “bobot_akhir”. nilai jual-beli terkoreksi pada hasil di tahap 3.
Berikut merupakan tahap-tahap melakukan Berikut merupakan tahapan dalam membuat zona
klasifikasi bobot: awal:
1) Melakukan perhitungan jumlah kelas 1) Mengabungkan zona yang sudah dibuat pada
dengan 7095 data bobot yang di tunjukan tahap klasifikasi dengan cara memilih “open
pada bagian paling bawah jendela “Table” attribute table” pada data hasil pengabungan dan
pada gambar 3.17 berikut ini. sudah ditambahkan bobot akhir  memilih
“select by attribute” memilih berdasarkan
kelas pada tahap c. menggunakan fungsi pada
jendela “select by attribute” . Pada hasil interval
kelas bobot pada gambar 3.18 zona di urutkan
dari interval paling atas sampai dengan paling
Gambar 3.17 Jumlah data bobot bawah adalah zona 1 sampai dengan zona 14.
Perhitungan jumlah kelas dengan Berikut merupakan contoh untuk memilih zona 1
menggunakan rumus 2.17 dan atau kelas bobot paling atas yang ditunjukan pada
menggunakan interval “natural break” gambar 3.18.
Jumlah kelas = 1+3,3 Log 7095 = 13.7081
Memlakukan pembulatan jumlah kelas,
sehingga jumlah kelas adalah 14.
2) Interval pada ArcGIS 10.0 dapat dilakukan
secara otomatis dengan cara klik kanan pada
layer data hasil pengabungan dan sudah
ditambahkan bobot akhir  properties 
Symbology  pada kotak isian “show:”
memilih “quantites dan memilih
“Graduation color”. Pada kotak isian
“field”, “Value” didisi dengan kolom
“bobot_akhir”. Pada kotak isisan
“Classification” diisi dengan 14 jumlah
kelas dan memilih metode “natural Gambar 3.19 Gambar pemilihan zona 1

18
Pada pemilihan zona yang lain dapat tanda ceklist pada isian “Tab” dan
mengubah pada isian “SELECT *FROM “Comma”  “finish”
(nama_file) WHERE:” dengan fungsi 4) Menyusun sesuai urutan zona dari terbesar
pemilihan sesuai interval zona yang samapai terkecil untuk mudahkan dalam
diinginkan. kemudian pilih tombol “apply”, perhitungan NIR dengan cara memilih menu
maka semua area dengan interval tertentu “data”  “Sort”  muncul jendela “sort”
akan terpilih. dan mengisikan sesuai gambar 3.21
2) Melakukan pengabungan area yang sudah
terpilih pada tahap 1) dan memiliki
kemiripan nilai tanah dengan melihat
persebaran nilai tanah terkoreksi yang telah
diplotkan dengan cara memilih fungsi
“editor”  “start editing” “marge”.
3) Menambahkan kolom baru yaitu
“ZONA_AWAL” dengan cara memilih Gambar 3.21 Sort
“table option” “add field” memasukan 5) Menghitung rata-rata, standard deviasi dan
nama. Pada kolom “ZONA_Awal” di prosentase hasil standar deviasi terhadap
mengisi dengan nama zona awal dengan rata-rata dengan rumus yang sudah
bilangan integer. disediakan di excel yaitu menghitung rata-
4) Hasil zona awal yang tebentuk pada rata (average) dan standar deviasi (STDEV)
penilitian ini terdapat 30 zona awal dengan berdasarkan nilai dari zona.
nama AA sampai dengan BD 6) Jika hasil prosentasi standar deviasi lebih
g. Perhitugan Nilai Indeks Rata-rata (NIR) dari 30% maka data dilakukan pemilihan
Perhitungan NIR dilakukan dengan ulang, pemilihan ulang dengan menghapus
menghitung rata-rata nilai tanah terkoreksi sesuai beberapa nilai dengan rentang yang cukup
zona awal. Jika standar deviasi kurang dari 30% tinggi ataupun cukup rendah.
dari rata-rata maka dilakukan pengulangan dalam 7) Melakukan pembulatan hasil nilai NIR
pemilihan data transaksi. Berikut merupakan dengan satuan ribuan dengan fungsi di excel
tahap untuk melakukan perhitungan NIR: adalah “ROUND”
1) Melakukan “overlay intersect” antara file h. Join Data NIR dengan Zona Awal dan Klasifikasi
“ploting persebaran nilai idela” pada tahap ZNT
3. Plotting persebaran nilai ideal tansaksi Join Data NIR dengan Zona Awal adalah
Jual-Beli dengan file “Zona Awal” dengan memasukan hasil nilai rata-rata perhitungan tahap
cara memilih “ArcToolsbox” “Analysis e. dengan file “Zona Awal” berdasarkan kolom
Tools”  “Overlay”  “Intersect”  zona pada masing-masing attribute file. Pada
muncul jendela intersect, pada isian kolom tahapan klasifikasi ZNT zona dikelaskan menjadi
“input feature” dimasukan file “ploting 5 kelas zona dengan interval kelas metode “equal
persebaran nilai ideal” dan file “Zona interval” yaitu membagi interval kelas yang sama
Awal”. Pada isian kolom “Output feature pada masing-masing kelas.
Class” memasukan nama dan directori i. Melakukan Uji Validasi Zona Nilai Tanah
penyimpanan hasil intersect. Uji Validasi Zona Nilai Tanah dilakukan dengan
cara mengitung prosentase selisih nilai tanah data
lapangan terhadap NIR sementara yang dibentuk
pada tahap f. jika prosentase selisihnya <30 %
dari NIR maka Zona sudah sesuai, jika
prosentase >30% maka perlu dilakukan editing
pada hasil Zona Awal yang sudah dilakukan pada
tahap d.
j. Perbandingan peta hasil AHP dan BPN
Tahap perbandingan peta AHP dan BPN
dilakukan menggunakan software ArcGIS 10.0
Gambar 3.20 tampilan jendela Intersect dengan cara sebagai berikut:
2) Mengubah format attribute pada software 1) Membuka file peta AHP dan BPN pada
ArcGIS 10.0 menjadi format excel dengan software ArcGIS 10.0
cara memilih “Table option” “Export” 2) Mengabungkan Peta AHP dan BPN dengan
 muncul jendela “Export Data”, pada memilih “Arctoolbox”  “Analysis Tools”
kolom isian “output tabel” disi dengan  “Overlay”  “Union”  kemudian
nama, format file dan direktori memasukan file peta AHP dan BPN pada
penyimpanan. Format yang isian “Input feature”  memilih direktori
direkomendasikan adalah text (*.txt). penyimpanan dan nama file pada isian
3) Membuka file hasil tahap 2) dengan “Output Feature Class”  OK
mengunakan software Excel 2013 dengan 3) Melakukan perhitungan prosentase
cara memilih menu “file”  “open”  perubahan NIR peta ZNT AHP dan peta
memilih file hasil tahap 2) dengan format ZNT BPN dengan cara menambahkan
*.txt, kemudian muncul jendela “Text kolom baru yaitu “prosentase” dengan cara
Import Wizard-step 1 of 3”kemudian “Open attribute tabel” pada layer
memilih “Delimineted”  “Next” beri pengabungan peta ZNT AHP dan BPN 

19
memilih “Table Option”  “Add field” 
memasukan nama kolom “prosentase” dan
tipe kolom “float” menghitung besar 28%
perubahan prosentase setiap area dengan
cara block kolom “prosentase”  memilih 58%
14%
“field calculator” muncul jendela “field
calculator”  mengisikan fungsi rumus
pada isian “prosentase=” dengan “([NIR]-
[NILAI_BARU])/[NIR]*100] Aksebilitas Penggunaan Lahan
Fasilitas Umum

Gambar 4.1 Grafik prioritas kriteria utama factor penentu nilai


tanah

Pada gambar 4.1 grafik prioritas kriteria utama factor penentu


nilai tanah diperoleh urutan prioritas terbesar sampai dengan
terendah yang mempengaruhi nilai tanah adalah factor
aksebilitas yaitu sebesar 58%, kemudian fasilitas umum 28%
dan penggunaan lahan sebesar 14%.
4.1.2. Hasil Bobot Sub-Kriteria (Level 2): Sub-kriteria
merupakan turunan dari kriteria utama (level 1), kriteria utama
terdiri dari 3 Kriteria, pada setiap kriteria utama terdiri dari
Gambar 3.22 perhitungan prosentase beberapa sub-kriteria. Berikut merupakan hasil bobot pada
perubahan NIR setiap sub-kriteria:
k. Layouting 1. Bobot sub-kriteria Aksebilitas
Pembuatan layout peta dilakukan Pada kriteria aksebilitas terdiri dari 3 (tiga) sub-
menggunakan software ArcGIS 10.0 dengan kriteria yaitu Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan
memanfaatkan berbagai tools yang terdapat pada Lokal. Berikut merupakan bobot pada sub-kriteria
software tersebut. Layouting peta zona nilai tanah aksebilitas dapat dilihat sesuai tabel 4.2
mengacu pada Surat Edaran Kepala Badan Parameter Bobot CR
Pertanahan Republik Indonesia Nomor 1/SE- Jalan Arteri 0.682
100/I/2013 Tentang Penggenaan Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak Sesuai Peraturan Jalan Kolektor 0.25 0.095
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 pada format Jalan Lokal 6.74
pengesahan pembuatan dan penggunaan peta ZNT
oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Tabel 4.2 Bobot Sub-kriteria Aksebilitas
Pada penentuan ukran kertas dan skala tidak
ada peraturan yang mengatur hal tersebut. Oleh Berdasarkan hasil perhitungan AHP pada tabel 4.2,
karena itu, Peta ZNT kecamatan Sewon dibuat nilai CR yang diperoleh adalah sebesar 0.095, maka
pada layout berukuran kertas A3 sehingga skala syarat perhitungan hasil bobot pada Sub-Kriteria
yang paling sesuai adalah 1 : 25000. Aksebilitas sudah memenuhi syarat dari prinsip
AHP Logical Consistency yaitu CR < 0.1.
Berdasarkan bobot Sub-Kriteria aksebilitas tabel 4.2
4. HASIL DAN PEMBAHASAN maka dapat diperoleh prioritas kepentingan yang
ditunjukan pada diagram grafik prioritas 4.2.
4.1 Hasil Analisis Parameter Nilai Tanah
4.1.1. Hasil Bobot Kriteria Utama (Level 1): Kriteria 7%
utama pada factor penentu nilai tanah terdiri dari 3 kriteria yaitu,
25%
aksebilitas, penggunaan lahan, dan fasilitas umum. Hasil
pembobotan pada kriteria utama setelah dilakukan perhitungan 68%
pada uraian sebelumya sehingga didapatkan hasil sesuai pada
tabel 4.1
Parameter Bobot CR Jalan Arteri Jalan Kolektor
Aksebilitas 0.579 Jalan Lokal
Penggunaan Lahan 0.137 0.056
Gambar 4.2. Grafik prioritas Sub-Kriteria
Fasilitas Umum 0.284 Aksebilitas
Tabel 4.1 Bobot kriteia utama factor penentu nilai tanah
Pada Gambar 4.2. grafik prioritas sub-kriteria
Berdasarkan hasil perhitungan AHP, nilai CR yang diperoleh aksebilitas diperoleh urutan prioritas terbesar
adalah sebesar 0.056, maka syarat perhitungan hasil bobot pada sampai dengan terendah sub-kriteria aksebilitas
kriteria utama AHP dipenelitian ini sudah memenuhi syarat dari yang mempengaruhi nilai tanah adalah jalan arteri
prinsip AHP Logical Consistency yaitu CR < 0.1 Berdasarkan yaitu sebesar 68%, jalan kolektor 25% dan jalan
bobot Kriteria Utama factor penentu nilai tanah pada tabel 4.1 lokal sebesar 7%.
maka dapat diperoleh prioritas kepentingan yang ditunjukan 2. Bobot sub-kriteria Penggunaan Lahan
pada diagram grafik prioritas 4.1.

20
Pada kriteria penggunaan lahan terdiri dari 6 (enam) syarat perhitungan hasil bobot pada sub-kriteria
sub-kriteria yaitu Pemukiman, Industri, fasilitas umum sudah memenuhi syarat dari prinsip
Perdagangan dan jasa, Kebun, Sawah, dan Tegalan. AHP Logical Consistency yaitu CR < 0.1
Berikut merupakan bobot pada sub-kriteria Berdasarkan bobot sub-kriteria fasilitas umum tabel
penggunaan lahan dapat dilihat sesuai tabel 4.3 4.4 maka dapat diperoleh prioritas kepentingan yang
Parameter Bobot CR ditunjukan pada diagram grafik prioritas 4.4
Pemukiman 0.16
Industri 0.267 16%

Perdaganagan dan
0.429
Jasa 0.031 50%
Kebun 0.046 27%
Sawah 0.053
Tegalan 0.046 7%

Tabel 4.3 Bobot Sub-kriteria Penggunaan Lahan


Berdasarkan hasil perhitungan AHP pada tabel 4.3, Perdagangan Perkantoran
nilai CR yang diperoleh adalah sebesar 0.031, maka
Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan
syarat perhitungan hasil bobot pada sub-kriteria
penggunaan lahan sudah memenuhi syarat dari Gambar 4.4. Grafik prioritas Sub-Kriteria Fasilitas
prinsip AHP Logical Consistency yaitu CR < 0.1 Umum
Berdasarkan bobot sub-kriteria penggunaan lahan
tabel 4.3 maka dapat diperoleh prioritas kepentingan Pada gambar 4.4. Grafik prioritas Sub-Kriteria
yang ditunjukan pada diagram grafik prioritas 4.3 fasilitas umum diperoleh urutan prioritas terbesar
sampai dengan terendah sub-kriteria fasilitas umum
5%4% 16% yang mempengaruhi nilai tanah adalah Perdagangan
5% sebesar 50%, Fasilitas Pendidikan 27%, Fasilitas
Kesehatan 16%, dan perkantoran sebesar 4%.
27% 4.1.3. Bobot Sub-sub-Kriteria (Level 3): Pada penelitaian
43% ini sub-sub-kriteria merupakan level terendah dari susunan
hierarki factor penentu nilai tanah. Sub-sub-Kriteria pada
penelitian ini merupakan turunan Sub-kriteria dari fasilitas
pendidikan yang terdiri dari beberapa elemen Sub-sub-Kriteria
Pemukiman antara lain: Universitas/perguruan tinggi, Sekolah Menengah
Industri
Perdagangan dan Jasa Atas, Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Dasar. Berikut
Kebun merupakan pembobotan prioritas dalam satu level Sub-sub-
Sawah Kriteria yang sudah dilakukan perhitungan pada uraian
Gambar 4.3. Grafik prioritas Sub-Kriteria sebelumnya pada tabel 4.5
Penggunaan Lahan Parameter Bobot CR
Universitas 0.602
Pada gambar 4.3. Grafik prioritas sub-kriteria
penggunan lahan diperoleh urutan prioritas terbesar SM A 0.187
0.044
sampai dengan terendah sub-kriteria pengguaan SM P 0.155
lahan yang mempengaruhi nilai tanah adalah
Perdagangan dan Jasa sebesar 43%, Industri 25%, SD 0.057
Pemukiman 16%, sawah dan kebun mempunyai Tabel 4.5 Bobot prioritas Sub-sub-kriteria Fasilitas Pendidikan
prioritas kepentingan hampir sama yaitu 5% dan
tegalan sebesar 4%. Berdasarkan hasil perhitungan AHP pada tabel 4.5,
3. Bobot sub-kriteria Fasilitas Umum nilai CR yang diperoleh adalah sebesar 0.044, maka syarat
Pada kriteria fasilitas umum terdiri dari 4 (empat) perhitungan hasil bobot pada sub-sub-kriteria fasilitas
sub-kriteria yaitu Perdagangan, Perkantoran, pendidikan sudah memenuhi syarat dari prinsip AHP Logical
Fasilitas Pendidikan dan Fasilitas Kesehatan. Consistency yaitu CR < 0.1. Berdasarkan bobot sub-sub-kriteria
Berikut merupakan bobot prioritas pada sub-kriteria aksebilitas tabel 4.5 maka dapat diperoleh prioritas kepentingan
fasilitas umum dapat dilihat sesuai tabel 4.4 yang ditunjukan pada diagram grafik prioritas 4.5
Parameter Bobot CR
Perdagangan 0.16
Perkantoran 0.267
0.046
Fasilitas Pendidikan 0.429
Fasilitas Kesehatan 0.046
Tabel 4.4 Bobot prioritas Sub-kriteria Fasilitas
Umum
Berdasarkan hasil perhitungan AHP pada tabel 4.4,
nilai CR yang diperoleh adalah sebesar 0.046, maka

21
KEP.533/PJ.6/2000, dan SE-55/PJ.6/1990, maka besar
6% penyesuaian adalah 12%. Penyesuaian nilai juga dilakukan pada
15% jenis hak, jenis transaksi, dan sumber data dengan penyesuaian
masing-masing.
Pada penelitian ini data transaksi jenis hak semua data
19% 60% merupakan Hak Milik sehingga tidak ada penyesuaian atau
nilainya 0%. Pada penelitian ini jenis transaksi pada data
transaksi jual beli terdapat 2 (dua) jenis yaitu Jual-Beli dan Data
Lapangan langsung dengan nilai penyesuaian sebesar 0%.
Sedangkan sumber data pada data transaksi jual beli pada
Universitas/perguruan penelitian ini terdapat 3 (tiga) sumber, dan setiap sumber
tinggi dilakukan penyesuaian dengan nilai masing-masing, antra lain
Sekolah Menengah Atas
adalah PPAT dengan besar penyesuaian 30%, pembeli/penjual
Sekolah Menengah sebesar 0%, dan dari penawaran dengan penyesuaian -20%.
Pertama Data transaksi jual beli terlampir pada lampiran 2 dan berikut
merupakan hasil hitungan nilai tanah terkoreksi pada tabel 4.7.
Gambar 4.5. Grafik prioritas Sub-sub-Kriteria Fasilitas
dan lebih lengkap pada lampiran 5.
Pendidikan Koordinat Luas
Penyesuai Penyesuai Jenis Penyesuaian Jenis Penyesuaian Jenis
No Desa Harga Transaksi Waktu hak Transaksi Data harga/m
(M 2)
X Y waktu % Jenis hak % Jenis transaksi % Sumber data %
1 295130 630502 Bangunharjo 618 Rp 48,190,000.00 Jan-14 12 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 110,727.83
Pada Gambar 4.5. Grafik priorita Sub-sub-Kriteria 2
3
296477
294736
630860 Bangunharjo
631438 Bangunharjo
217
77
Rp 16,200,000.00
Rp 6,010,000.00
Jan-14
Jan-14
12
12
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
106,009.22
110,833.77
Fasilitas Pendidikan diperoleh urutan prioritas terbesar sampai 4
5
295117
294675
631539 Bangunharjo
631750 Bangunharjo
483
901
Rp 36,060,000.00
Rp 159,140,000.00
Jan-14
Jan-14
12
12
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
106,014.91
250,808.88

dengan terendah sub-sub-kriteria fasilitas pendidikan yang 6


7
295700
295833
634135 Bangunharjo
634282 Bangunharjo
217
283
Rp 38,320,000.00
Rp 49,990,000.00
Jan-14
Jan-14
12
12
HM
HM
0
0
Jual Beli
Jual Beli
0
0
PPAT
PPAT
30
30
Rp
Rp
250,757.60
250,833.22
8 295459 632219 Bangunharjo 415 Rp 138,810,000.00 Feb-14 12 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 474,964.34
mempengaruhi nilai tanah adalah Universitas/perguruan tinggi 9 296072 632971 Bangunharjo 519 Rp 173,600,000.00 Feb-14 12 HM 0 Jual Beli 0 PPAT 30 Rp 474,974.95
.. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. …. ….
yaitu sebesar 60%, Sekolah Menengah Atas 19%, Sekolah ..
389
….
295905
…. ….
632271 Timbulharjo
….
97
….
Rp 42,190,000.00
….
Dec-15
….
0
….
HM
….
0
….
Jual Beli
….
0
….
PPAT
….
30
….
Rp 565,432.99
Menengah Pertama 15%, dan Sekolah Dasae sebesar 6%. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Nilai Tansaksi Jual-Beli Terkoreksi
Untuk memenuhi prinsip AHP Comparative judges bobot
elemen berpasang dalam satu level berhubungan dengan level 4.3 Zona Awal
diatasnya, maka bobot keseluruhan hasil dari perhitungan ahp Zona awal pada penelitian ini dibentuk dari hasil
disajikan pada tabel 4.6 pengabungan area di kelas yang sama pada hasil klasifikasi
Sub-sub- Bobot Bobot Sub- Bobot Sub- Bobot
Kriteria Utama Sub-Kriteria
Kriteria Kriteria Kriteria sub Kriteria Akhir bobot akhir nilai perhitungan metode AHP. Dimaksutkan bahwa
Aksebilitas
Jalan Arteri
Jalan Kolektor - 0.58
0.395
0.145
-
-
0.395
0.145
dikelas yang sama mempunyai kemiripan factor penentu nilai
Jalan Lokal 0.039 - 0.039 tanah dan mempinyai indikasi nilai tanah mirip selain itu juga
Pemukiman 0.022 - 0.022
Industri 0.036 - 0.036
mempertimbangkan sebaran harga jual-beli tanah terkoreksi
Penggunaan Perdagangan dan Jasa
- 0.14
0.059 - 0.059 yang sudah diplot pada peta kerja. Zona Awal dilakukan dengan
Lahan Kebun 0.006 - 0.006
Sawah 0.007 - 0.007
menambah attribute pada hasil klasifikasi dengan nama AA
Tegalan 0.006 - 0.006 sampa dengan BD sesuai pada peraturan yang berlaku, sehingga
Perdagangan 0.142 - 0.142
Perkantoran - 0.021 - 0.021
hasil zona awal dikecamatan sewon terdapat 30 jenis zona
Fasilitas Kesehatan 0.045 - 0.045 dibentuk dari kemiripan bobot dari analisi spasial terhadap
Fasilitas Umum Universitas 0.28 0.046 0.046
SMA 0.014 0.014
parameter factor penentu nilai tanah dan persebaran nilai tanah
Fasilitas Pendidikan 0.077
SMP 0.012 0.012 dari data transaksi jual-beli terkoreksi. Berikut merupakan hasil
SD 0.004 0.004
Total 1 1 0.077 1
dari Zona Awal pada gambar 4.6
Tabel 4.6 Hasil bobot akhir parameter

Berdasarkan Tabel 4.6 faktor penentu nilai tanah


yang paling berpengaruh adalah jalan arteri yaitu sebesar 0.395,
dari hasil tersebut berarti bahwa pada area disekitar jalan arteri
dipilih sebagai factor penentu nilai tanah paling tinggi menurut
responden dibandingkan dengan factor penentu nilai tanah
lainya. Sedangkan factor penentu nilai tanah yang paling rendah
bobotnya adalah area disekitar Sekolah Dasar yaitu sebesar
0.004. Akan tetapi tidak dapat diartikan bahwa area disekitar
Sekolah Dasar memiliki harga yang rendah, karena factor
penentu nilai tanah yang lain yang masuk dalam area sekitar
Sekolah Dasar juga perlu diperhitungkan. Hal tersebut juga
berlaku pada faktor-faktor penentu nilai tanah yang lain.

4.2 Nilai Tanah Terkoreksi


Data Transaksi Jual-Beli Tanah dilakukan pengolahan Gambar 4.6 Zona Awal
berupa penyesuaiyan sesuai dengan uraiyan sebelumnya untuk
mendapatkan suatu harga ideal. Kecamatan Sewon mempunyai 4.4 Nilai Indeks Rata-rata (NIR)
sampel data transaksi sebanyak 389 data dari tahun 2014 dan Nilai indeks rata-rata pada penelitian ini dihitung dari
2015, yang terbagi menjadi 4 Desa. Pada penelitian ini rata-rata nilai transaksi jual-beli terkoreksi atau nilai ideal pada
melakukan penyesuaian terhadap waktu penilaian adalah pada setiap zona awal, dengan syarat standar deviasi kurang dari 30%
31 Desember 2015, sehingga data pada tahun 2014 di lakukan dari rata-ratanya. Berikut merupakan hasil perhitungan NIR
analisa penyesuaian nilai transaksi terhadap perbedaan waktu pada tabel 4.8. dan lebih lengkapnya terlampir pada lampiran 6
transaksi dibandingkan dengan masa penilaian sebesar satu
samapai dengan dua tahun yang mengacu pada peraturan

22
standard
NO Zona awal NIR deviasi
(%)
1 AS 343735 25.72
2 AQ 1365865 20.9
3 AR 441133 20.77
4 AL 280707 20.11
…. …. …. ….
…. …. …. ….
…. …. …. ….
30 BD 2333973 0.001
Tabel 4.8 Hasil perhitungan NIR
Peta ZNT metode AHP kecamatan sewon sesuai
Pada Tabel 4.9 terdapat 30 Zona Awal dengan gambar 4.7 diklasifikasikan menjadi 6 kelas rentang harga, kelas
keseluruhan NIR yang dihasilkan, strandar deviasinya kurang dengan nilai tanah tertinggi yaitu lebih dari 1 juta rupiah dengan
dari 30% dari rata-ratan nilai tanah dalam satu zona. Standard disimbolkan dengan warna merah. Kelas dengan nilai paling
deviasi terbesar terdapat pada zona AS yaitu sebesar 25.72% rendah adalah kurang dari 250 ribu rupiah dengan symbol warna
dari rata-ratanya sehingga pada zona AS terjadi penyimpangan hijau. Dikecamatan sewon terdapat tanah milik pemerintah dan
terbesar daripada zona lain pada setiap data transaksi terhadap tidak dilakukan penilaian dengan disimbolkan pada peta dengan
data transaksi rata-rata di zona tersebut. Sedangkan strandar simbol putih.
deviasi terkecil terkecil terjadi pada zona BD yaitu sebesar Nilai tanah tinggi cenderung berada disekitar
0.001%, sehingga pada zona 30 rata-rata penyimpangan setiap aksebilitas hal ini sesuai dengan perhitungan bobot mengunakan
data transaksi terhadap rata-rata data transaksi dizona tersebut AHP bahwa faktor yang paling mempengaruhi nilai tanah
terkecil. adalah aksebilitas hal ini dibuktikan pada peta zona nilai tanah
meteode AHP area disekitar jalan arteri mempunyai nilai >1juta
4.5 Hasil Uji Validasi Zona Nilai Tanah rupiah. Pada area yang terdapat fasilitas umum maka nilai tanah
Berikut merupakan hasil perhitungan uji validasi Zona Nilai disekitarnya mempunyai nilai yang tinggi tetapi lebih rendah
Tanah metode AHP yang disajikan pada tabel 4.9 daripada aksebilitas, hal ini dibuktikan pada area di sekitar Pasar
Ngoto, disekitar Balai Desa Bangunharjo dan SD Ngoto dengan
NILAI PENYESUAIAN KE NILAI ZNT AHP
PROSENTASE
SYARAT
lokasi yang saling berdekatan mempunyai nilai tanah antara
NO ZONA
2018 2015 2015
PERUBAHAN
<30% 500ribu – 750ribu, kecuali di area dekat dengan jalan kolektor
(%)
1 AV 144000.00 115200 127916 9.94 SESUAI
dengan nilai tanah >1juta rupiah. Pada peta ZNT metode AHP
2 AH 760000.00 608000 527731 15.21 SESUAI nilai terendah cenderung pada area persawahan yang tidak
3 AC 1040000.00 832000 734405 13.29 SESUAI
dilalaui oleh aksebilitas jalan yang termasuk parameter penentu
4 BC 585000.00 468000 554914 15.66 SESUAI
5 AG 320000.00 256000 254071 0.76 SESUAI nilai tanah dan jauh dari lokasi fasilitas umum, sehingga
6 AC 997500.00 798000 734405 8.66 SESUAI mempunyai bobot yang kecil hal ini berbanding lurus dengan
7 AG 300000.00 240000 254071 5.54 SESUAI
8 AG 369600.00 295680 254071 16.38 SESUAI
nilai tanah peta ZNT AHP yang bernilai rendah yaitu <250 ribu
9 AS 472500.00 378000 343735 9.97 SESUAI rupiah.
10 AH 792000.00 633600 527731 20.06 SESUAI Pada Peta Zona Nilai Tanah pada gambar 4.7 dapat
11 BA 400000.00 320000 288336 10.98 SESUAI
12 BC 800000.00 640000 554914 15.33 SESUAI
diketahui sebaran zonasi nilai tanah di kecamatan sewon tahun
13 AJ 560000.00 448000 441133 1.56 SESUAI 2015. Peta Zona Nilai Tanah hasil dari penelitian ini dapat
14 AH 760000.00 608000 641060 5.16 SESUAI digunakan untuk tahun-tahun kedepan, dengan mengasumsikan
15 AT 560000.00 448000 437799 2.33 SESUAI
16 AU 640000.00 512000 554914 7.73 SESUAI peningkatan nilai tanah berdasarkan pada Keputusan Direktur
17 AG 320000.00 256000 254071 0.76 SESUAI Jendral Pajak Nomor: KEP.533/PJ.6/2000, dengan klasifikasi
18 AU 320000.00 256000 305571 16.22 SESUAI
19 AS 600000.00 480000 437799 9.64 SESUAI
penyesuaian nilai merujuk pada SE-55/PJ.6/1999. Besaran
20 BA 400000.00 320000 288336 10.98 SESUAI penyesuaian untuk 1-2 tahun kedepan nilai ditambahkan dengan
Tabel 4.9 Hasil Validasi Zona Nilai Tanah 12% dari ZNT, untuk penyesuaian 2-3 tahun kedepan
ditambahkan 20% dari ZNT, dan untuk 3-6 tahun ditambahkan
Pada tabel 4.9 terdapat 20 sampel data, setiap masing- dengan 28% dari ZNT. Peta Zona Nilai Tanah Metode AHP
masing data nilai tanah hasil survey lapangan di lakukan terlampir pada Lampiran 7.
penyesuaian waktu ketahun yang sama dengan peta ZNT yaitu 4.6 Analisis Perbandingan Hasil Zona Nilai Tanah
tahun 2015, sehingga besar penyesuaian waktu menurut Surat Metode AHP dan BPN
Edaran SE-55/PJ.6/19999 tentang Petunjuk Teknis Analisis Hasil dari peta ZNT BPN dan ZNT AHP dari klasifikasi NIR
Penentu NIR besaran penyesuaian adalah 20%. Pada Tabel 4.9 yang dibentuk oleh kedua peta ZNT terjadi perbedaan luasan.
semua syarat sudah terpenuhi yaitu prosentase perubahan nilai Berikut merupakan perbedaan luasan klasifikasi NIR pada tabel
hasil survey terhadap nilai ZNT AHP <30%, sehingga tidak 4.10
perlu dilakukan editing pada zona awal dan peta ZNT metode
AHP sudah sesuai.
4.6 Peta Zona Nilai Tanah Kecamatan Sewon metode
AHP: Berikut merupakan hasil dari peta ZNT Kecamatan
Sewon dengan Metode AHP pada 4.7

23
Klasifikasi BPN AHP tergabung dalam satu zona. Berikut merupakan Peta digital ZNT
NO Selisih
NIR Luas (Ha) Luas (Ha) BPN pada gambar 4.8
1 <= 250rb 558.930 419.288 139.642
2 250rb-500rb 1070.762 1149.766 -79.004
3 500rb-750rb 466.354 592.248 -125.894
4 750rb-1jt 40.749 30.626 10.123
5 >1jt 125.447 70.315 55.132
Jumlah 2262.242 2262.242 0.000
Tabel 4.10 Perbedaan Luasan Klasifikasi NIR ZNT BPN dan
AHP
Pada tabel 4.10 perbedaan luasan klasifikasi NIR
terbesar adalah pada kelas kurang dari atau sama dengan 250rb,
pada peta ZNT BPN luas kelas <= 250 ribu adalah 558.930 ha
dan luasan peta ZNT AHP adalah 419.288, sehingga selisihnya
adalah 139.642ha, sedangkan perbedaan luasan terendah adalah
pada kelas NIR antara 750rb sampai dengan 1 juta, perbedaanya
adalah sebesar 10.123 ha.
Perbedaan juga terjadi antara peta ZNT BPN dan AHP Gambar 4.8 Peta digital ZNT BPN
terutama pada zona yang tebentuk. Berikut merupakan Pada gambar 4.8 Intensitas warna dari merah sampai
perbedaan ZNT BPN dan ZNT metode AHP pada tabel 4.11. dengan hijau menunjukan intensitas nilai tanah sesuai dengan
yang ditunjukan pada tabel klasifikasi zona nilai tanah pada
informasi tepi peta. Pada peta di gambar 4.9 hampir tidak terlihat
pengaruh jarak fasilitas umum terhadap nilai tanah disekitarnya.
Persebaran fasilitas umum pada peta digambar 4.8 disimbolkan
dengan symbol titik sesuai pada legenda di informati tepi peta.
Pada peta ZNT BPN factor penentu nilai tanah yang paling
berpengaruh adalah aksebilitas dibuktikan dengan nilai tanah
yang berada disekitar koridor jalan nilai tanah yang tinggi
daripada nilai tanah yang jauh dari akses jalan. Peta Zona Nilai
Tanah BPN terlampir pada Lampiran 7.
Perbandingan nilai tanah yang dihasilkan antara peta
ZNT metode AHP dan BPN terdapat beberapa nilai yang
berbeda, berikut merupakan perbedaan nilai tanah yang
disajikan pada peta perbedaan ZNT AHP dan BPN berdasarkan
intensitas prosentase perubahan disimbolkan dengan gradasi
warna. warna hijau berarti bahwa nilai tanah pada peta ZNT
AHP lebih rendah daripada nilai tanah pada peta ZNT BPN dan
warna merah berarti bahwa nilai tanah pada peta ZNT AHP
lebih tinggi daripada nilai tanah pada peta ZNT BPN dengan
prosentase perubahan sesuai dengan tabel perubahan zona nilai
tanah yang terdapat pada informasi tepi peta. Berikut merupakan
peta perubahan nilai tanah ZNT BPN dan ZNT AHP pada
gambar 4.9, dan dilampirkan pada Lampiran 7.

Tabel 4.11 Perbedaan bentuk ZNT BPN dan ZNT metode


AHP

Pada tabel 4.11 perbedaan disepanjang koridor jalan


pada peta BPN kurang memperhitungkan jarak yang
terpengaruh oleh factor penentu nilai tanah dengan dibuktikan
dengan tidak konsisten pada pembentukan nilai tanah
disepanjang koridor jalan. Pengaruh jarak terhadap fasilitas
umum di peta ZNT BPN juga tidak terlihat ditunjukan dengan
area disekitar fasilitas umum yang ditunjukan pada tabel 4.11
tidak banyak mempengaruhi nilai tanah disekitarnya. Factor
penggunaan lahan pada perdagangan dan jasa juga terjadi
perbedaan bentuk, pada ZNT BPN dilakukan delineasi lurus
mengikuti bentuk jalan, sedangkan pada peta ZNT AHP Gambar 4.9 Perbandingan ZNT AHP dengan BPN
cenderung sesuai dengan penggunaan lahan perdagangan dan Perubahan nilai tanah paling signifikan antara hasil
jasa yang ditetapkan oleh kantor pertanahan dan tataruang Kab. AHP dan BPN terjadi pada area hijau tua dan merah sesuai
Bantul. Perbedaan antara ZNT BPN dan AHP juga terjadi pada dengan gambar 4.9. area hijau tua dominan didaerah pojok
penentuan Zona sesuai tingkatan kelas jalan. Pada peta ZNT kanan atas terutama pada sepanjang jalan kolektor. Terjadinya
BPN tidak memperhatikan kelas tingkatan jalan dengan perubahan yang sangat signifikan pada area ini dikarenakan
dibuktikan bahwa ZNT dikelas jalan kolektor dan arteri pada peta ZNT BPN pada area ini masih pada zona yang sama
dengan zona disepanjang jalan arteri. Pembentukan zona awal

24
peta ZNT BPN yang tidak konsisten dalam memperhitungkan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Pedurungan, Kota
paremeter jarak terhadap factor nilai tanah mengakibatkan Semarang. Jurnal UNDIP. ISSN : 2337-845X.
perubahan nilai tanah yang signifikan dapat dilihat pada gambar Ananta dan Supriyanto. 1999. Penelitian Tentang Sektor
4.9, perbedaan signifikan cenderung terjadi disekitar fasilitas Informal. Jurnal ekonomi UGM. Yogyakarta
umum dan koridor jalan. Anonim, 1994. PMNA No. 1 Tahun 1994 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Keputusan Presiden RI No.55 Tahun 1993
5. KESIMPULAN DAN SARAN Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
5.1. Kesimpulan Untuk Kepentingan Umum, Kementrian Agraria, Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan peta Zona Anonim, 1999. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor
Nilai Tanah dengan metode Analytical Hierarchy Process : SE-55/PJ.6/1999 tanggal 31 Agustus 1999 Tetang Petujuk
Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta Teknis Analisis Penentuan Nilai Indikasi Rata-rata, Direktorat
dapat disimpulkan bahwa: Jenderal Pajak, Jakarta.
1. Adapun dari perhitungan AHP diperoleh bobot paling Anonim, 2006. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor
berpengaruh terhadap nilai tanah adalah jalan arteri : SE-25/PJ.6/2006 tanggal 20 Juli 2006 Tentang Tata Cara
yaitu sebesar 0.395 dan bobot paling rendah adalah Pembetukan/Penyempurnaan ZNT/NIR, Direktorat Jenderal
sekolah dasa dengan bobot sebesar 0.004. sehingga Pajak, Jakarta.
dapat disimipulkan bahwa zona disekitar jalan arteri Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information System; A
mempunyai nilai tanah tinggi karena jalan arteri Management Perspective, Ottawa. WDL, Publications.
merupakan factor penentu nilai tanah yang paling Berry, Brian J.L, 1984. “National Urbanization Policy in
berpengaruh. Semakin tinggi bobot suatu zona yang Developing Countries (Bertrand Renaud) in Economic
diperoleh dari analisis spasial factor penentu nilai Development And Cultural Change”, Paper Review.
tanah maka semakin tinggi nilai tanah tersebut. Chaizi, Nasucha. 1995. Politik Ekonomi Pertanahan dan
2. Persebran Zona Nilai Tanah dengan NIR 250 ribu Struktur Perpajakan Atas Tanah. Jakarta : PT. Kesaint Blanc
rupiah - 500 ribu pada peta Zona Nilai Tanah Indah Co
mengunakan metode AHP di kecamatan sewon Damayanti, Astrid dan Syah, Alfian. 2009. Penilaian Tanah
menempati urutan terluas yaitu 1146.996 ha, Dengan Pendekatan Keruangan, Universitas Indonesia, Jakarta.
sedangkan zona dengan luasan terkecil terdapat pada Eckert, J. K., Gloudeinans and Almy R. 1990. Properti
kelas zona antara 750 ribu - 1 juta rupiah dengan Appraisal and Assesment Administration. IAAO. Chicago.
luasan 30.651 ha. IIIinois.
3. Perbedaan nilai tanah dari peta Zona Nilai Tanah BPN Ernawati, Ririn. 2005. Skripsi : Studi Keandalan Luas persil
dan metode AHP paling signifikan terjadi pada area Dalam Pendaftaran Tanah Sistematik di Perkotaan dan
disektitar fasilitas umum dan sepanjang koridor jalan Pedesaan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang.
kolektor yang dekat dengan jalan arteri. Hal ini Estimiyarti, R. (2012). Pemanfaatan Model Regres Dalam
dikarenakan pada pembuatan zona awal peta ZNT Pembuatan Peta ZNT, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional,
BPN tidak memperhitungkan jarak dari pusat factor Yogyakarta.
penentu nilai tanah terhadap nilai tanah disekitarnya Fakultas Ekonomi UGM, PPE dan BPN. 1994. Studi Tentag
dan tidak memperhatikan tingkatan kelas jalan. Sistem Penentuan Harga Tanah, Yogyakatra : Universitas
Gadjah Mada
5.2. Saran Hartono, M. (2008). “Penentuan Nilai Tanah Dengan Analisis
1. Untuk penelitian Pemetaan Zona Nilai Tanah dengan Spasial, AHP dan Regresi Di Sekitar Wilayah Banjir Lumpur
metode AHP selanjutnya akan lebih baik jika Sidoarjo Jawa Timur” , Program Studi Magister Teknik
menggunakan data transaksi-jual terutama data dari Geodesi dan Geomatika Bidang Pengutamaan Administrasi
pelaku properti secara langsung. Selain itu data Pertanahan-ITB, Bandung.
sebaiknya menggunakan transaksi jual-beli terkini, Hartati, Sri dan Nugroho, Adi. (2012). Sistem Pendukung
sehingga nilai tanah yang diperoleh akan lebih Keputusan Berbasis AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk
mendekati nilai tanah yang sebenarnya. Penentuan Kesesuaian Penggunaan Lahan (studi kasus :
2. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika Kabupaten Semarang), Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
penyusunan isian kuisioner agar lebih informatif dan Hermit, Herman. 2009. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah,
mudah untuk dipahami oleh calon narasumber, Mandar Maju, Bandung
sehingga dalam pengisian kuisioner tidak terjadi Hidayati, Wahyu dan Harjanto, Budi. 2003. Konsep Dasar
kesalahan dalam pengisian. Penilaian Properti, BPFE, Yogyakarta.
3. Perlu penelitian yang lebih lanjut tentang parameter Indradi, IG dan Subroto, Tullus. 2014. Kartografi. Sekolah
factor penentu nilai tanah di kecamatan sewon dengan Tinggi Pertanahan Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
metode lain untuk perbandingan hasil dengan yang Pertanahan Nasional, Yogyakarta.
telah dilakukan guna mendapatkan nilai tanah Kurniati, Erna dan Rahardjo, Noorhadi. 2012. Evaluasi Metode
mendekati harga sebenarnya dengan lebih akurat lagi. Klasifikasi dalam Pembuatan Peta Kepadatan Penduduk DIY
dengan Permukaan Statistik dan Uji Proporsi. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Lazirosa, Presylia, 2002. Studi Kajian Nilai Lahan. Universitas
Kristen Petra, Surabaya.
Achsin, M. 2011. Tesis : Penentuan Lokasi Pembangunan Lucky, Djuniardi. 1997. Skripsi : Studi Keandalan Luas Persil
Perumahan, Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Di Dalam Pendaftaran Tanah Sistematis di Perkotaan dan
Kota Malang, Magister Ekonomomi Pembangunan, Universitas Pedesaan, Bandung : Departemen Teknik Geodesi ITB
Gadjah Mada. Northam, Ray, M. 1975. Urban Geography. Newyork, London:
Amalia, Novita, dkk. 2015. “ Pemetaan Zona Nilai Tanah Untuk Oregon State University John Wiley and Sons.
Menentukan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Menggunakan

25
Perangin Effendi. 1994. Hukum Agraria Indonesia, Suatu Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono L,
Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum. Jakarta: Raja penerjemah; Peniwati K, editor. Jakarta: PT.Pustaka Binaman
Grafindo. Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders The
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografi : Konsep- Analytical Hierarchy Process for Decisions in Complex World.
Konsep Dasar (Perspeksi Geodesi & Geomatika). Bandung : Sadahiro, Yukio. 2006. Course #716-26 Advanced Urban
Penerbit Informatika Bandung. Analysis E. Lecture Title: – Spatial Analysis using GIS –
Prasetyo, Dwi Juli. 2014. Skripsi : Kajian Kerawanan Associate professor of the Department of Urban. Japan:
Longsorlahan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Engineering, University of Tokyo.
Process dan Sistem Informasi Geografis di DAS Ijo Daerah Sarah, Kurdinanto. 2004. Aspek Perumusan Nilai Tanah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Sebagai Masukan Kebijaksanaan Tanah Perkotaan Bandung.
Rahardjo J, E. Stok R., dan Yustina R., Juni 2000. “Penerapan Bandung : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP-
Multi-Criteria Decision Making Dalam Pengambilan ITB.
Keputusan Sistem Perawatan”. Jurnal Teknik Industri Standard Penilaian Indonesia. 2007. Penilaian Property,
Universitas Kristen Petra. VOL. 2, No-1: 1-12 Kemenkeu
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Karseno A. R. 1994. Ekonomi Triahtaphyllou E. 2005. The impact of aggregating benefit and
Perkotaan, BPFE UGM, Yogyakarta. cost criteria in four MCDA methods. Los Angeles :
Rulita, Putri Maharani. 2014. Analisis Nilai Jual Obyek Pajak IEEE Transactions on Engineering Management (Volume:
dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi di 52 , Issue: 2)
Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Surakarta : Fakultas Waljiyanto dan Sumandi, Y. (2002), “Aplikasi Sistem Informasi
Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Geografis Untuk Zonasi Nilai Tanah Studi Kasus Kecamatan
Saaty, Thomas L. (1986) “Axiomatic Foundation of the Analytic Pleret, Kabupaten Bantul”, Jurusan Teknik Geodesi-UGM,
Hierarchy Process,” Management Science, Vol. 32, No. 7, hal. Yogyakarta.
841-855. Wedasana A.S., 2011, Tesis : Analisis Daerah Rawan
Saaty, Thomas L., 1990, Analytical Hierarchy Process, Theory, Kecelakaan dan Penyusunan Database Berbasis Sistem
Methodology, Process and Application. Upper Sadle River : Informasi Geografis (Studi Kasus Kota Denpasar), Tesis S-2,
Prentice Hall. Program Magister Program Studi Teknik Sipil, Program
Saaty, T Thomas L. 1991. Some Mathematical Concept of the Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Analytical Hierarchy Process. Behaviormatrika, 29.
Saaty, Thomas L. 1992. Multicriteria Decision Making. The
Analytic Hierarchy Process. Pittsburgh. RWS Publications.
Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para
Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan

26

Anda mungkin juga menyukai