Anda di halaman 1dari 29

MK.

PERTANAHAN & TATA GUNA LAHAN


(PWK2161)
Program Studi S1 PERENCANAAN WILAYAH KOTA
SEMESTER 3, BOBOT 3 SKS
Jurusan ARSITEKTUR
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi MANADO

Disusun Oleh : Octavianus H.A. Rogi (dosen pengampu)


Dasar Hukum Kegiatan IP4T

 Undang Undang Dasar Republik Indonesia


 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria
 Ketetapan MPR Nomor IX/ MPR/ 2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam.
 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah
 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
 Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional
di Bidang Pertanahan
 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional
 Dll
Konsep & Pengertian Dalam Kegiatan IP4T

 Salah satu kelemahan dalam melaksanakan manajemen


pertanahan secara nasional saat ini adalah rendahnya data dan
informasi bidang tanah baik secara kualitatif dan kuantitatif.

 Tap MPR Nomor IX tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria &


Pengelolaan Sumber Daya Alam khususnya pasal 5 ayat (1.c)
menyatakan bahwa untuk menentukan arah kebijakan
Pembaruan Agraria (sekarang disebut Reforma Agraria) perlu
diselenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan
registrasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah (IP4T) secara komprehensif dan sistematis dalam
pelaksanaan landreform (Reforma Agraria).
Konsep & Pengertian Dalam Kegiatan IP4T

 Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi maka proses


pendataan/inventarisasi data P4T sampai dengan penyajian
informasi dalam bentuk tabulasi dan pemetaan dapat dilakukan
dengan menggunakan sisitem informasi.
 Sistem informasi yang digunakan untuk mengelola data
pertanahan dengan satuan data terkecil adalah bidang tanah atau
sering disebut juga Sistem Informasi Geospasial Berbasis Bidang
(Parcel Based Geo-Information System) dikenal sebagai Sistem
Informasi Pertanahan atau Land informastion System.
 Proses pengumpulan /inventarisasi P4T, tabulasi data, analisis
data, sampai penyajiannya dalam format data tekstual mauupun
peta-peta dapat dilakukan dengan sejumlah tahapan.
Konsep & Pengertian Dalam Kegiatan IP4T

Beberapa pengertian terkait IP4T serta pengelolaanya dalam Sistem


Informasi Pertanahan :
 Pendataan atau Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan
atau pencarian keterangan mengenai penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah.
 Penguasaan Tanah adalah hubungan penguasaan langsung
secara fisik antara orang per orang, kelompok orang, atau badan
hukum dengan tanah yang didasarkan kepada hubungan hukum
tertentu seperti sewa, gadai, hak milik serta hubungan hukum
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Konsep & Pengertian Dalam Kegiatan IP4T

 Pemilikan Tanah adalah hubungan hukum antara per orang,


kelompok orang, atau badan hukum yang dilengkapi dengan
bukti kepemilikan baik yang sudah terdaftar (sertipikat hak atas
tanah) maupun yang belum terdaftar.
 Penggunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi
baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia
(PP Nomor 16 Tahun 2004).
 Pemanfaatan Tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai
tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya. (PP
Nomor 16 Tahun 2004).
 Peta Bidang Tanah adalah Penggambaran Bidang Tanah dalam
bentuk digital yang diolah dari Peta Pendaftaran
Konsep & Pengertian Dalam Kegiatan IP4T

 Hak Atas Tanah adalah hak-hak atas tanah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960,
seperti: HM, HGB, HGU, HP dan hak atas tanah lainnya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 PMNA 3 Tahun 1997.

 Bidang Tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan


satuan bidang berbatas (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997).

 Data Fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas


bidang tanah serta satuan rumah susun, termasuk keterangan
mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya
(Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997).
Konsep & Pengertian Dalam Kegiatan IP4T

 Data Yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang


tanah dan satuan rumah susun, pemegang haknya dan pihak lain
serta beban-beban lain yang membebaninya (Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Nomor 3 Tahun 1997).
 Sistem Informasi Pertanahan adalah sistem informasi P4T
berupa aplikasi yang digunakan untuk entri data tekstual, yang
kemudian digabungkan dengan data spasial bidang tanah
dengan menggunakan field kunci NIB atau No Identifikasi
Bidang, sehingga memperoleh basis data P4T yang terintegrasi
data spasial dan tekstualnya. Basis data P4T memngkinkan
pengolahan dan analisis data P4T secara digital dan
menghasilkan informasi P4T.
Pemilihan / Penetapan Lokasi Kegiatan IP4T

Satuan kegiatan Inventarisasi P4T adalah desa/ kelurahan secara


utuh (lengkap).
Oleh Badan Pertanahan Nasional selaku otoritas pelaksana,
pemilihan lokasi kegiatan IP4T diarahkan pada desa / kelurahan
yang memenuhi prioritas / pertimbangan sebagai berikut:
 Desa / Kelurahan yang merupakan lokasi Tanah Obyek Reforma
Agrararia (TORA) sesuai Surat Keputusan di lingkungan BPN.
 Desa / Kelurahan yang memiliki potensi Tanah Negara dengan
penggunaan tanah pertanian maupun non pertanian berpotensi
menjadi TORA.
Pemilihan / Penetapan Lokasi Kegiatan IP4T

 Desa / Kelurahan yang terdapat tanah pertanian atau tanah


pertanian dalam rangka Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B) ;

 Desa / Kelurahan yang masih terdapat indikasi banyak terjadinya


kegiatan pemanfaatan tanah bersama (seperti bagi hasil, sewa,
dan gadai) dan atau terdapat indikasi tanah kelebihan maksimal
dan atau absentee.

 Desa / Kelurahan dengan kategori IDT/miskin/jumlah penduduk


miskin/penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang relatif
banyak;
Pemilihan / Penetapan Lokasi Kegiatan IP4T

 Desa atau kelurahan yang diperkirakan memiliki potensi tanah-tanah


obyek penataan penguasaan dan pemilikan tanah redistribusi atau
menjadi sasaran pengendalian tertib administrasi pengaturan
penguasaan tanah.
 Desa atau kelurahan yang mempunyai peta dasar, atau hasil kompilasi
dari berbagai peta yang ada di suatu kabupaten / kota. Peta dasar
adalah peta yang menggambarkan situasi di lapangan.
 Desa atau kelurahan yang memiliki tidak kurang dari 500 bidang
tanah. Atau desa kegiatan P4T tahun sebelumnya yang data dan
petanya belum lengkap.
 Desa atau kelurahan lokasi kegiatan P4T adalah desa/ kelurahan yang
bukan merupakan lokasi kegiatan sertipikasi tanah secara massal
seperti LMPDP (Land Management Policy and Development Project).
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan IP4T

Tahapan Pelaksanaan IP4T:


 Persiapan
 Pelaksanaan Kegiatan :
 Penyuluhan
 Pengukuran Keliling untuk Pembuatan Peta Kerja
 Pengukuran / Pemetaan Peta Bidang Tanah
 Inventarisasi Data P4T per Bidang Tanah (Data Primer)
 Inventarisasi Data Tingkat Desa / Kelurahan (Data Sekunder)
 Penggabungan Data Spasial & Data Tekstual
 Penggambaran
 Entry & Analisis Data
 Pelaporan
Persiapan

Tahap persiapan mencakup :


 Penetapan lokasi kegiatan IP4T
 Penyusunan rencana kerja lapangan
 Koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah tempat dilaksanakannya
kegiatan Inventarisasi P4T.
 Penjelasan teknis (coaching) pelaksanaan kegiatan kepada pelaksana
inventarisasi.
 Pengadaan bahan dan peralatan kerja
 Penyiapan Surat Tugas dan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPJ) serta
Surat Izin Survei / Surat Pemberitahuan ke Pemerintah Daerah
setempat atau instansi terkait lainnya.
 Penggandaan peta kerja (Peta Dasar, Peta Bidang/ Peta Tematik), Daftar
Isian tingkat Desa/ kelurahan serta Instansi terkait.
 Penentuan sumber informasi
 Berangkat ke daerah kerja
Penyuluhan

 Keberhasilan pelaksanaan kegiatan IP4T sangat ditentukan oleh


kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dikoordinasikan oleh Ketua
Pelaksana selaku Koordinator Kegiatan. Para Penyuluh (Satgas
Penyuluhan) adalah mereka yang memahami dan mengerti
kegiatan IP4T. Materi penyuluhan meliputi:
 Gambaran Umum Kegiatan IP4T yang mencakup latar
belakang, tujuan, dan tahapan kegiatan.
 Kewajiban masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan IP4T
antara lain ikut berpartisipasi secara aktif dalam memberikan
informasi tentang P4T (terhadap bidang tanahnya masing-
masing), serta menetapkan dan memasang batas-batas bidang
tanahnya.
Pengukuran Keliling Untuk Peta Kerja

 Untuk membuat peta bidang tanah yang merupakan peta rangka data
P4T diperlukan tersedianya peta kerja. Pengukuran keliling ini adalah
dalam rangka pembuatan peta kerja. Prinsip dalam pelaksanaan
pengukuran keliling dalam rangka Kegiatan P4T adalah secara
Terrestris (Fix Boundary) maupun Fotogrametris (General Boundary/
Delineasi di atas Peta Dasar).
 Hasil dari kegiatan pengukuran keliling ini adalah berupa peta dasar
yang memuat batas keliling desa/ kelurahan, jaringan jalan, jaringan
sungai dan tempat-tempat penting lainnya seperti kantor desa/
kelurahan.
 Dalam konteks Inventarisasi P4T, peta ini digunakan sebagai peta dasar
untuk memetakan bidang-bidang tanah yang ada dalam desa/
kelurahan yang diinventarisasi.
Pengukuran Keliling Untuk Peta Kerja

 Karena hasil kegiatan ini berupa peta yang dibagi menjadi beberapa
lembar peta, maka sebelum digunakan lembar-lembar peta tersebut
harus digabung menjadi satu satuan administrasi desa/ kelurahan.

 Untuk keperluan pemetaan bidang-bidang tanah, peta dasar ini dibagi


menjadi beberapa satuan peta menurut batas-batas alam yang jelas
seperti jalan, sungai atau batas Dusun, RT/RW, atau Lingkungan,
sehingga tidak ada bidang tanah yang terpecah menjadi dua karena
terletak di dua lembar peta yang berbeda.

 Mekanisme pelaksanaannya disesuaikan dengan Petunjuk Pelaksanaan


(Juklak) yang dikeluarkan oleh Deputi Bidang survey, Pengukuran dan
Pemetaan Kantor BPN.
Pengukuran / Pemetaan Bidang Tanah

 Peta bidang tanah adalah gambaran umum seluruh bidang-bidang


tanah dalam satu lokasi IP4T (desa / Kelurahan atau satu dusun) untuk
memastikan posisi relatif tiap-tiap bidang tanah yang ada dalam lokasi.
 Penyiapan data spasial bidang tanah dapat dibuat dengan
menggunakan data / peta yang bersumber dari peta PBB, peta garis,
citra satelit, foto udara, google earthmap dan data / peta lainnya yang
tersedia.
 Sket bidang-bidang tanah dibuat sebelum melakukan pendataan P4T
yang digunakan sebagai peta kerja kegiatan IP4T.
 Metode pengukurannya dilaksanakan secara terrestris / fix boundary,
namun dapat juga berupa fotogrametris (general boundry/deliniasi di
atas peta dasar/foto/citra).
Pengukuran / Pemetaan Bidang Tanah

 Peta ini digunakan untuk 2 (dua) tujuan. Pertama, untuk melihat posisi
setiap bidang tanah terhadap bidang-bidang tanah lainnya (bidang
tanah tetangganya). Kedua, digunakan sebagai rangka atau peta kerja
dalam melaksanakan survei P4T masing-masing bidang tanah.
 Sebagai peta kerja, maka peta ini harus dapat memperlihatkan setiap
bidang tanah yang ada di seluruh desa/kelurahan. Oleh karena itu skala
petanya berkisar antara 1 : 1000 sampai dengan 1 : 2500 sesuai dengan
kondisi luas bidang dari desa/kelurahan yang didata.
 Setiap bidang tanah yang terukur dan terpetakan dalam desa/kelurahan
tersebut perlu diberi nomor. Nomor tersebut adalah NIB (Nomor Induk
Bidang) yang merupakan nomor identitas tunggal (single identity
number) dari suatu bidang tanah. Dalam satu desa/kelurahan tidak ada
bidang tanah yang memiliki nomor yang sama.
Inventarisasi Data P4T Setiap Bidang Tanah

 Inventarisasi data P4T dilakukan dengan mengumpulkan informasi


setiap bidang tanah yang ada di lokasi baik yang sudah bersertifikat
maupun yang belum bersertifikat, yaitu data / informasi mengenai
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta
informasi lain yang relevan.
 Inventarisasi data P4T dilakukan dengan metode sensus terhadap
seluruh populasi bidang tanah yang ada di lokasi. Untuk setiap bidang
tanah dilakukan pendataan tentang P4Tnya sesuai dengan daftar Isian.
Informasi data dari bidang yang bersangkutan dapat diperoleh dari
sumber-sumber informasi seperti telah diuraikan sebelumnya.
 Pendataan juga dilakukan dengan mewawancarai anggota masyarakat
yang menguasai atau memiliki bidang tanah, sekaligus
mengidentifikasi penggunaan dan pemanfaatan bidang tanah tersebut.
Hasil wawancara ersebut diisikan pada Formulir Data Primer P4T.
Inventarisasi Data Tingkat Desa

 Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang berisi


gambaran umum dan potensi lokasi IP4T baik berupa desa / kelurahan
yang diperoleh dari Kantor Desa / Kelurahan setempat dan atau data
dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.
 Data Sekunder nantinya digunakan untuk penyusunan laporan IP4T
per desa/kelurahan.
 Untuk setiap Desa/ Kelurahan yang didata, dikumpulkan data yang
berkaitan dengan tingkat sosial-ekonomi terutama yang berkaitan
dengan tingkat kesejahteraan keluarga sesuai dengan Daftar Isian.
 Dalam konteks penataan P4T, dari data ini diharapkan diperoleh
informasi tentang ada tidaknya subjek yang layak menerima tanah
seperti tanah tuna kisma dan petani gurem.
Penggabungan Data Spasial & Data Tekstual

 Penggabungan (merge) data spasial (peta bidang) dan data tekstual


P4T adalah penyatuan kedua data base melalui variabel atau field kunci
yang sama.
 Field kunci tersebut adalah nomor bidang tanah dalam data base
spasial harus sama dengan nomor data base P4T.
Penggambaran

 Peta bidang tanah yang diperoleh dari hasil pemetaan tiap satuan peta
digabungkan sehingga menjadi satu kesatuan peta bidang tanah desa/
kelurahan. Hasil penggabungan ini digambarkan menjadi beberapa
lembar peta berukuran 90 x 90 cm. Masing-masing bidang tanah
secara berurutan diberi nomor secara unik. Peta bidang tanah
dilengkapi dengan Tabel data P4T.
 Skala peta penyajian disesuaikan dengan luasnya yang berkisar antara 1
: 1000 sampai dengan 1 : 5000. Jika seluruh lokasi tidak bisa disajikan
dalam satu lembar atau harus dipotong, maka pemotongannya
dilakukan menurut batas administrasi dusun, RW, RT atau batas-batas
alam yang jelas.
 Penggambaran peta penggunaan tanah (arsir atau tata warna)
mengikuti Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1
Tahun 1997
Penggambaran

 Adapun peta-peta yang minimal harus dihasilkan dalam kegiatan ini


adalah :
 Peta Bidang Tanah yang memuat seluruh bidang tanah disertai
dengan batas-batas RT/ RW, jaringan jalan, jaringan sungai serta
tempat penting seperti kantor desa, dan tempat lainnya. Setiap
bidang tanah diberi nomor seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
 Peta Pemilikan Tanah yang memuat klasifikasi dokumen bukti
kepemilikan tanah.
 Peta Penguasaan Tanah yang membuat klasifikasi penguasaan
tanah.
 Peta Penggunaan Tanah yang memuat jenis-jenis penggunaan
tanah.
 Peta Pemanfaatan Tanah yang memuat kalsifikasi intensitas
pemanfaatan tanah.
Penggambaran

 Desain format lembar peta sesuai dengan Peraturan Kepala Badan


Pertanahan Nasional No 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan
Tanah Pedesaan, Penggunaan Tanah Perkotaan, Kemampuan Tanah
dan Penggunaan Simbol/Warna untuk Penyajian Peta dengan
kebutuhan.

 Karena produk akhir dari kegiatan Inventarisasi P4T adalah data, maka
untuk menghindari penyalahgunaan peta-peta yang dihasilkan dari
kegiatan inventarisasi, pada kanan bawah peta perlu ditulis ”Peta ini
bukan merupakan bukti hak/ kepemilikan”.
Entry & Analisis Data

 Data P4T diolah sedemikian sehingga diperoleh informasi yang dapat


digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan,
penataan pengendalian P4T.

 Pengolahan data dapat berupa reklasifikasi, yang berupa


penggabungan beberapa kategori penguasaan, dokumen kepemilikan
tanah, penggunaan tanah serta pemanfaatan tanah dan data-data
lainnya guna memperoleh informasi yang lebih bermakna.

 Entry data dilaksanakan dengan menggunakan Aplikasi P4T yang telah


didistribusikan keseluruh provinsi, Penggunaan aplikasi lain harus
berkoordinasi dengan Direktorat Landreform.
Entry & Analisis Data

 Kegiatan analisis data di atas diarahkan untuk memperoleh informasi


tentang :
 Fakta penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
yang mencakup fakta-fakta :
 Ketimpangan pemilikan tanah
 Penguasaan tanah
 Kesesuaian antara penggunaan tanah dengan rencana tata ruang
 Tingkat pemanfaatan tanah
 Indikasi adanya tanah-tanah objek Landreform seperti :
 Tanah kelebihan maksimum
 Tanah absentee
 Tanah-tanah yang telah ditegaskan sebagai tanah objek
Landreform
 Masalah Landreform.
Pelaporan

Tahapan Pelaporan

 Dalam pelaksanaan kegiatan IP4T, laporan dilaksanakan secara


periodik per bulan dan per triwulan.

 Pada setiap laporan disajikan kemajuan pelaksanaan fisik dan


keuangan dan permasalahan yang dihadapi di lapangan (Laporan Fisik
dan Keuangan / Laporan Bulanan dan Triwulan sesuai standar baku
BPN-Pusat).

 Laporan bulanan maupun triwulan dikirimkan selambat-lambatnya


tanggal 8 dari bulan pelaporan berikutnya.

 Laporan dikirim ke kepada Direktur Landreform.


Pelaporan

Materi Laporan Akhir


 Sistematika laporan akhir pelaksanaan kegiatan IP4T secara garis besar
memuat :
 Bab pendahuluan yang memuat latar belakang, maksud dan tujuan
serta manfaat pendataan P4T.
 Bab pendahuluan diikuti dengan bab uraian tentang pola P4T saat
sekarang di lapangan.
 Bab berikutnya disajikan hasil analisis seperti struktur penguasaan
dan pemilikan tanah, indikasi adanya objek dan subjek redistribusi
tanah serta adanya masyarakat yang memenuhi persyaratan sebagai
penerima redistribusi.
 Seluruh uraian diakhiri dengan bab penutup yang disertai dengan
saran perbaikan untuk pelaksanaan pendataan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai