1
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE (TOR)
DIGITALISASI DOKUMEN WARKAH
I. LATAR BELAKANG
Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh
lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (UU 43 tahun 2009 tentang Kearsipan). Arsip pertanahan merupakan
sumber informasi unik dan penting mengenai aktivitas dari unit organisasi di Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional. Mengelola arsip pertanahan berarti
mengelola informasi dan dokumen secara efektif yang membuat pelayanan pertanahan menjadi
lebih mudah dan cepat. Penyimpanan arsip pertanahan secara teratur, akan memudahkan dalam
menemukan dokumen pertanahan atau informasi yang dibutuhkan, memberikan bukti mengapa
suatu kebijakan diambil pada masa yang telah lalu, serta dapat melindungi institusi, pegawai,
dan pimpinan di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang apabila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional wajib
menyimpan arsip yang mendukung dalam penentuan keputusan pertanahan seperti keputusan
2
pemberian hak atas tanah. Arsip menyediakan informasi berupa bukti apa yang terjadi dan siapa
yang bertanggungjawab atas sebuah keputusan.
Arsip dapat memberikan informasi mengenai tentang apa yang terjadi pada suatu
pekerjaan, kapan hal itu terjadi, dan siapa yang terlibat dalam perihal tersebut, apa keputusan
yang telah ditetapkan atau direkomendasikan dan oleh siapa hal tersebut diusulkan atau
diputuskan, apa saran atau instruksi yang telah diberikan perintah dari suatu pekerjaan atau
peristiwa atau keputusan. Pengelolaan administrasi yang baik akan memberikan kontribusi
yang baik dalam manajemen pertanahan internal maupun pelayanan kepada masyarakat.
Kegiatan administrasi pertanahan meliputi prosedur operasional kegiatan/pekerjaan,
manajemen pengarsipan, manajemen database pertanahan, manajemen tata persuratan, dan
kegiatan administrasi lainnya. Setiap kegiatan administrasi dalam unit-unit tersebut
menghasilkan data dan informasi sesuai dengan fungsi dari kegiatan yang dijalankannya.
Pengelolaan administrasi yang baik akan memberikan kontribusi yang baik dalam manajemen
pertanahan internal maupun pelayanan kepada masyarakat.
3
kebuktian, akuntabilitas, dan informasi tentang kegiatan yang dilaksanakan. Atas pertimbangan
tersebut maka perlu dilakukan kegiatan Digitalisasi Dokumen Warkah.
II DASAR HUKUM
4
p. Peraturan Kepala BPN RI Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Tata Naskah Dinas dan Tata
Kearsipan di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.
5
Manajemen Kantor Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor
Wiyah BPN Propinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam kegiatan tentunya
memerlukan berbagai data atau informasi yang akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk saat ini maupun masa yang akan
datang. Data dan informasi tersebut dapat ditemukan dalam arsip yang disimpan dalam
berbagai media baik media elektronik maupun non elektronik.
Arsip yang disimpan merupakan sumber ingatan atau memori. Arsip yang disimpan
merupakan bank data yang dapat dijadikan rujukan pencarian informasi apabila
diperlukan. Dengan demikinan kita bisa mengingat atau menemukan kembali informasi-
informasi yang terekam dalam arsip tersebut.
4. Kewajiban Undang-Undang (Statutory obligation)
Pentingnya Arsip Negara digariskan dalam Undang undang No. 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan yang intinya bahwa seluruh aparatur negara berkewajiban melaksanakan
kegiatan penyimpanan dokumen/arsip sebagai bukti kegiatan administrasi yang dilakukan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Kebutuhan Audit (Audit requirements)
Penataan dokumen Dokumen/arsip yang dikelola dengan baik akan memudahkan
pelaksanaan pemeriksaan/audit terhadap dokumen tersebut. Proses penelusuran dokumen,
pencarian informasi dan perbandingan antar dokumen atau data dapat dilakukan dengan
lebih cepat dan mudah.
6. Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat
Pengelolaan sistem manajemen kearsipan yang lebih baik menghasilkan informasi dan data
yang lengkap, akurat, tepat waktu dari sumber yang dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sumber data tersebut berupa arsip atau dokumen yang tersusun
dengan baik, rapi, terstruktur, mudah di akses dan terjamin keamanannya. Hal ini tentu
akan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat baik dari waktu pelayanan, kualitas
pelayanan dan efektivitas pelayanan itu sendiri.
Dalam menjalankan kegiatan administrasi kearsipan yang dilakukan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota, Kanwil BPN Provinsi dan Kantor Kementerian Agraria Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional menghasilkan dokumen/arsip dapat digolongkan menjadi
arsip dinamis. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan
pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu. arsip dinamis ini meliputi :
a. Arsip Vital
6
Arsip vital merupakan arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi
kelangsungan operasional bagi pencipta arsip. Contoh arsip vital di Kantor Kementerian
Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah BPN Propinsi dan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota adalah buku tanah, surat ukur, dokumen pertanahan
berupa warkah tanah ( berkas permohonan, peta bidang tanah, gambar ukur, Surat
Keputusan Pemberian Hak, dll). Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang dimaksud
dengan warkah adalah dokumen yang merupakan alat pembuktian data fisik dan data
yuridis bidang tanah yang telah dipergunakan sebagai dasar pendaftaran bidang tanah
tersebut. Warkah yang disimpan oleh Kantor Pertanahan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Sertipikat Tanah yang diterbitkan oleh BPN, didalam warkah tersebut
berisi berbagai surat / berkas yang dipersyaratkan, terutama sekali adalah riwayat beserta
bukti penguasaan atau kepemilikan tanah, :yang dapat dijadikan dalam membuat sertipikat
asli atau berupa fotocopi (salinan) yang terdiri dari :
Fotocopi identitas pemohon (KTP)
Bukti perolehan tanah (Surat Penguasaan Tanah dari Pejabat yang berwenang,
Keterangan Waris, Letter C, Akta Verbonding / Belanda, akta-akta PPAT. dll)
Berkas-berkas pendukung lainnya yang berasal dari formulir yang dipersyaratkan
(permohonan, pernyataan-pernyataan, berita acara, dll)
dokumen mengenai bidang tanah yang dibuat dalam proses sertipikat (peta
pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, SK Pemberian Hak Atas Tanah)
Lampiran – lampiran lain yang diperlukan (Fotocopy SPPT-PBB, buktisetor pajak,
IMB, dll)
Jumlah lembar warkah bervariasi tergantung jenis layanan dengan rentang dari 20 lembar
hingga mencapai 80 lembar.
b. Arsip Aktif
Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau terus menerus.
Contoh arsip aktif adalah dokumen yang dihasilkan dari kegiatan penunjang kegiatan
pokok pertanahan yang berupa dokumen perencanaan, keuangan, kepegawaian, surat
menyurat, dll.
c. Arsip Inaktif
Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun.
7
Klasifikasi arsip dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu klasifikasi fasilitatif dan klasifikasi
substantif. Klasifikasi fasilitatif yang mencerminkan tugas-tugas penunjang organisasi,
contohnya: arsip kepegawaian dan arsip keuangan. Klasifikasi substantif adalah klasifikasi
yang mencerminkan tugas-tugas operasional atau pokok organisasi. (Asrudin, Perancangan
Skema Klasifikasi). Klasifikasi arsip Badan Pertanahan Nasional dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Arsip Subtantif
Arsip subtantif merupakan arsip yang dihasilkan dari kegiatan pokok yang dilakukan
oleh BPN berupa dokumen pertanahan seperti: buku tanah, warkat tanah, peta bidang
tanah dan lain sebagainya.
Arsip Fasilitatif
Arsip fasilitasi merupakan arsip/dokumen yang dihasilkan dari kegiatan penunjang
kegiatan pokok di BPN, berupa arsip/dokumen perencanaan, umum, keuangan,
kepegawaian dan kegiatan penunjang lainnya.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dapat dikatakan kegiatan yang dilakukan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, Kanwil BPN Provinsi dan Kantor Kementerian Agraria
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagian besar selalu berhubungan dengan dokumen
kearsipan khususnya arsip warkah misalnya arsip hak milik, hak guna bangunan, hak guna
usaha, warkah tanah, tata naskah, surat keputusan dan korespondensi internal dan eksternal
serta dokumen arsip pertanahan lainnya. Arsip yang ada merupakan aset negara yang tidak
ternilai harganya karena arsip pertanahan yang saat ini dikelola merupakan arsip vital dan arsip
terjaga. Tidak dapat dibayangkan berapa nilai aset dokumen kepemilikan atas tanah yang ada
diseluruh Indonesia apabila tidak dikelola dengan baik dan diamankan untuk kepentingan
bangsa dan negara khususnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Arsip berguna bagi pimpinan
dalam pengambilan keputusan, pelaporan, analisis dalam penentuan langkah kebijakan.
Disamping itu arsip juga dapat dijadikan alat pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan
sebagai alat bukti hukum.
Seiring dengan perkembangan aktivitas Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, Kanwil BPN Propinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam
pelayanan pertanahan rutin dan kegiatan legaliasi asset massal yang pada tahun 2017 sebanyak
5 juta bidang, maka dokumen warkah juga mengalami peningkatan jumlahnya dan
perkembangan baik jenis maupun jumlah yang tentunya bila tidak dikelola dengan baik semakin
lama dapat menimbulkan berbagai masalah seperti;
- Tingkat kesulitan pencarian dokumen sangat tinggi
8
- Kecepatan pencarian dokumen sangat rendah
- Dokumen hilang ketika dibutuhkan
- Tidak ada batasan kewenangan akses terhadap dokumen
- Pertumbuhan jumlah dokumen yang berbanding lurus dengan kebutuhan ruangan
- Jumlah SDM/tenaga yang mengurusi kearsipan sangat sedikit,
- akses pencarian dan biaya perawatannya.
- Pada sisi lain, faktor alam seperti pelapukan, banjir, gempa dan tsunami juga patut
diperhitungkan dalam pengelolaan arsip agar bencana alam tersebut tidak menghancurkan
dokumen/arsip yang ada.
Dengan kondisi data warkah tersebut maka tantangan yang dihadapi dalam mengelola warkah
adalah ;
Pertumbuhan dokumen warkah, tempat penyimpanan dokumen warkah yang terbatas dan
tidak ada pengelolaan yang baik terhadap dokumen kearsipan maka akan banyak warkah
yang hilang/tercecer
Tidak tersedianya Dokumen Elektronik untuk Dokumen warkah – Tidak ada backup
dokumen apabila terjadi bencana dan proses hukum yang memerlukan dokumen
Pencarian Dokumen warkah secara manual – proses pencarian yang lama dan
kemungkinan terselip dalam pengembalian dokumen warkah
9
Gambar 1. Penyimpanan Warkah Pelayanan dan Naskah dinas di Kantor Pertanahan
Manajemen arsip dan dokumen merupakan hal yang sangat fundamental dalam bidang
tata kelola organisasi. Seiring berjalannya waktu, jumlah dokumen akan terus bertambah dan
membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih besar. Teknologi informasi sebagai salah satu
alat dalam tata kelola arsip dan dokumen memberi alternatif berupa alih media dokumen dari
berbentuk kertas (hard copy) ke dalam bentuk file (soft copy).
Maksud dan tujuan dari kegiatan Digitalisasi Dokumen Warkah ini adalah, untuk:
a. Terciptanya pengelolaan arsip elektronik pada lingkup Sistem Dokumen Manajemen
Pertanahan di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
b. Menjamin terpenuhinya kebuktian, akuntabilitas dan ketentuan hukum pelaksanaan
pengelolaan arsip elektronik;
c. Menciptakan budaya pengelolaan arsip elektronik yang baik sesuai dengan undang-undang
kearsipan dan peraturan serta petunjuk teknisnya di lingkungan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (pencipta arsip);
d. Menurunkan tingkat resiko yang berhubungan dengan pengelolaan arsip fisik untuk
peningkatkan efisiensi proses bisnis dan pemberian pelayanan pertanahan;
10
e. Meningkatkan tingkat kelengkapan arsip dokumen pertanahan (Buku Tanah, Surat Ukur,
Gambar Ukur, Bidang Tanah dan Warkah) digital/elektronik;
f. Meningkatkan tingkat keamanan arsip digital/elektronik dari resiko-resiko
penyalahgunaannya;
g. Menjadikan inisiatif selanjutnya pada pengembangan sistem manajemen dokumen yang
akuntabel, cepat dan mudah diakses;
h. Melalui sistem arsip elektronik, maka menciptakan budaya tata kelola TIK yang baik.
V. PENERIMA MANFAAT
11
VI. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN
1. Scanner,
Scanner yang dibutuhkan, terdiri-dari:
1 Tim Leader 1
2 Koordinator 1
3 Teknisi Scanner 1
12
No. Fungsi Kebutuhan PC/Laptop
b. Perangkat Lunak;
- terjamin keamanan dan keandalan operasi sebagaimana mestinya
c. Tenaga;
Berikut daftar minimal kebutuhan SDM pelaksana kegiatan;
1) Tenaga Inti
Tenaga Inti yang diperlukan diperlukan dalam pekerjaan Digitalisasi Dokumen Warkah
adalah:
i. Tim Leader
S1/S2 bidang Teknologi Informasi/Komputer/Informatika/Manajemen atau
sejenisnya, berpengalaman terhadap pekerjaan sejenis minimal 3 pekerjaan
sebanyak 1 orang.
ii. Koordinator
D3/S1 bidang Kearsipan/Manajemen Dokumen/Perpustakaan atau sejenisnya,
atau bidang lain dengan pengalaman minimal 3 pekerjaan sejenis sebanyak 1
orang.
iii. Teknisi Scanner
D3/S1 bidang Teknologi Informasi/Komputer/Informatika/Manajemen atau
sejenisnya, berpengalaman minimal 3 pekerjaan sejenis sebanyak 1 orang.
2) Tenaga Pendukung
Tenaga Pendukung yang diperlukan dalam pekerjaan Digitalisasi Dokumen Warkah
adalah:
i. Tenaga Pilah Arsip
SMA/SMK/STM/D3, Mampu melakukan pemilahan, penataan, pengelompokan
arsip manual, minimal 26. orang.
13
ii. Tenaga Indexing/Data Entry
SMA/SMK/STM/D3, Mampu melakukan data entry deskripsi arsip manual,
minimal 20 orang.
iii. Tenaga Operator Scanner
SMA/SMK/STM/D3, Mampu mengoperasikan dokumen highspeed scanner,
minimal 4 orang.
iv. Tenaga Quality Control
SMA/SMK/STM/D3, Mampu melakukan kontrol kualitas hasil konversi arsip ke
digital, minimal 10 orang .
d. Keperluan Alat tulis lainnya
- Peralatan penunjang untuk kegiatan ini
e. Kualifikasi Penyedia
- Memiliki sertifikasi ISO 9001:2008
- Memiliki izin usaha sesuai ketentuan perundang-undangan
- Memiliki pengalaman pekerjaan sejenis selama 3 tahun terakhir
- Penyedia dan pelaksana pekerjaan wajib menandatangani perjanjian kerahasiaan data
pada saat pelaksanaan pekerjaan .
- Penyedia dan pelaksana pekerjaan wajib bersedia untuk tidak menyimpan file Salinan
dari hasil digitalisasi warkah dalam media apapun setalah masa pekerjaan berakhir.
a. Persiapan
Sebelum melakukan digitalisasi dokumen/arsip pertanahan perlu dilakukan persiapan dan
penelitian dari berbagai aspek atas arsip yang akan dilakukan digitalisasi, yang meliputi :
1) Serah Terima Berkas
Dokumen/arsip yang terhimpun dalam berkas yang akan didigitalisasi, terlebih dulu
diidentifikasi dan diinventarisasi nomor, lokasi, tahun, jenis, dan jumlah berkasnya
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pemrosesan yang pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap. Berkas yang telah diidentifikasi kemudian diserah-terimakan yang
ditandai dengan penanda-tanganan Berita Acara Serah Terima Dokumen/Arsip
Pertanahan antara pihak Kantor Pertanahan dengan pihak pelaksana digitalisasi.
Berita Acara sekurang-kurangnya memuat :
Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukannya digitalisasi;
14
Keterangan mengenai jenis dokumen/arsip pertanahan yang dilakukan
digitalisasi;
Tanda tangan dan nama jelas/lengkap pejabat yang bersangkutan.
Berita Acara dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan dilampiri dengan daftar
terima arsip yang akan dialihmediakan, dengan ketentuan : (1) Rangkap
pertama untuk Kepala Kantor Pertanahan Badan Pertanahan Nasional selaku
pembina kearsipan di lingkungan Kantor Pertanahan Badan Pertanahan
Nasional; (2) Rangkap kedua untuk unit pengolah; (3) Rangkap ketiga untuk
unit kearsipan.
2) Pemindahan Dokumen/Arsip.
Dokumen/arsip dipindahkan dari rak penyimpanan ke ruang atau lokasi pemilahan.
Alat angkut yang digunakan bisa berupa lori (trolley) atau baki dengan kondisi yang
memungkinkan dokumen tidak tercecer dalam perjalanan. Penyediaan alat angkut
ini diperlukan guna tercapainya efisiensi kerja dan pengamanan terhadap fisik
dokumen. Tetapi jika lokasinya berdekatan misalnya masih dalam satu ruangan
gedung, maka pengambilan cukup dilakukan tanpa alat.
3) Inventarisasi Dokumen/Arsip.
Bundel dokumen/arsip yang sudah diambil dan dipindahkan ke tempat pemilahan,
kemudian dicatat atau diinventarisasi dalam suatu form yang merupakan “kartu
kendali” untuk kemudian diserah-terimakan dengan petugas bagian pemilahan dan
pemberkasan. Selanjutnya Kartu Kendali ini berjalan mengikuti setiap langkah
ekskalasi pemrosesan masing-masing dokumen/arsip, dan berakhir hingga dokumen
bersangkutan kembali ke rak semula. Adapun pencatatan pada kartu kendali ini
meliputi; nomor urut, jenis dokumen, nomor bundel dokumen, tahun, asal lokasi
rak, jumlah dokumen, tanggal pinjam, tanggal kembali, keterangan serta nama dan
paraf para petugas yang dilalui oleh dokumen tersebut.
4) Pemilahan dan Pemberkasan.
Pekerjaan pemilahan dokumen/arsip yang dimaksudkan di sini adalah memilah
dokumen yang akan dipindai/ discan. Untuk dokumen tertentu dapat dengan
mengurai atau melepas setiap kumpulan atau bundel arsip satu per satu sehingga
menjadi lembaran terpisah. Disamping itu, proses ini untuk pemeriksaan keutuhan
fisik dokumen/arsip. Langkah yang terkait dengan proses digitalisasi ini
membutuhkan ketelitian petugas agar dapat mengidentifikasi, mencermati, dan
menilai kondisi setiap lembarnya. Jika semua lembar dokumen/arsip dalam keadaan
15
yang layak atau siap untuk dipindai dengan alat scanner, maka fisik dokumen/arsip
langsung diserahkan ke petugas atau operator scanner. Sebelum diserahkan ke
operator scanner, petugas pemilahan memastikan bahwa dokumen/arsip pertanahan
harus terhimpun dalam 1 (satu) berkas. Perlu diperhatikan bahwa apabila ada
dokumen tertentu yang dijilid atau berupa buku yang kemudian dilepas dan diurai
untuk kepentingan scan maka setelah selesai pekerjaan scan wajib dijilid kembali
seperti semula.
b. Scan Warkah
Pemindaian adalah proses perekaman, digitalisasi, atau alih media dari dokumen/arsip fisik
menjadi data atau file digital yang berbentuk image. Kegiatan pemindaian untuk
dokumen/arsip pada umumnya menggunakan perangkat keras berupa pemindai
berkecepatan tinggi (High Speed Scanner) dengan jenis ADF (Automatic Document
Feeder). Tetapi dalam keadaan tertentu tidak menutup kemungkinan menggunakan scanner
jenis Flatbed atau jenis lain apabila kondisi dokumen/arsip yang akan dipindai tersebut
dinilai tidak memungkinkan menggunakan jenis ADF. Pada umumnya media kertas pada
dokumen/arsip yang sudah berusia lebih dari 25 tahun akan mengalami penurunan tingkat
kelenturannya sehingga bila dipindai menggunakan scanner jenis ADF, akan merusak fisik
dokumen/arsip tersebut. Untuk menghindari resiko ini, maka langkah pemindaian harus
ditempuh dengan menggunakan scanner jenis Flatbed/ jenis lain, meski butuh waktu
pemrosesan yang agak lambat. Dokumen pertanahan yang telah dipindai/ scan dirapikan
dan dikembalikan ke ruang warkah dan sebelum dikembalikan pada tempat semula harus
diberikan penandaan/ stempel pada setiap kesatuan berkas. Lokasi stempel pada area yang
diperbolehkan dan tidak mengganggu informasi dokumen. Hasil scan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Resolusi data output yang dihasilkan 150 DPI.
- Berwarna (Autocolor) sesuai aslinya,
- output file .PDF
- Penamaan file Scan Dokumen Warkah diurutkan berdasarkan nomor warkah
Contoh :
Keterangan
1. Tipe arsip warkah
2. Nomor urut daftar isian
3. Tahun warkah adalah Tahun 1995
b. Penyimpanan file dalam folder per tahun
16
c. Indexing.
Setelah pemindaian, langkah selanjutnya adalah indexing, yakni melakukan pengkodean
file, penamaan subjek arsip, penomoran, dan berbagai bentuk entry lain yang dibutuhkan
untuk menjelaskan isi file image hasil pemindaian. Selanjutnya file dimasukkan ke dalam
folder dengan kode atau penamaan yang sesuai dengan kelompok file bersangkutan.
d. Quality Control.
Pekerjaan quality control atau pengendalian mutu hasil baik dari pemindaian ataupun
indexing, merupakan pekerjaan validasi dan verifikasi atas kelayakan data dan hasil
pemindaian, dan merupakan tahap pekerjaan yang akan menentukan apakah file yang
dihasilkan itu dapat dipakai atau tidak. Ukurannya adalah:
Pengkodean file, penamaan subjek, pengisian tahun, dan sebagainya sudah lengkap
dan sesuai dengan tata laksana dan tuntutan sistem. Ini dapat dilakukan misalnya
dengan menghitung jumlah digit pada kode file, koreksi terhadap redaksional
pengetikan subjek, dan lain-lain.
Tampilan image yang dihasilkan dari proses pemindaian sudah sesuai, baik dari segi
jumlah lembar fisik ataupun kualitasnya. Langkah ini dilakukan dengan cara
menghitung kembali jumlah halamannya dan membandingkan fisik asli setiap
lembar dokumen/arsip dengan tampilan image dari file dokumen/arsip
bersangkutan.
Jika jumlah atau isi file sudah benar dan hasilnya indeks sudah sesuai dengan standar yang
diharapkan, maka proses alih media/digitalisasi dokumen/arsip dapat dilanjutkan ke fase
berikutnya. Tetapi jika hasilnya dinilai masih belum memadai, maka langkah yang harus
dilakukan adalah:
1) Menyerahkan lembar dokumen yang mungkin belum terpindai (terlewat) untuk
dilakukan pemindaian ulang, dan selanjutnya disisipkan (inserting) sebagai bagian
yang utuh dari halaman dalam file bersangkutan.
2) Melakukan revisi redaksional dari hasil indeks (entri data) sebelumnya jika ternyata
belum lengkap atau tidak sesuai.
3) Melakukan penyesuaian (adjustment) atau koreksi output image hasil pemindaian.
Tetapi jika ternyata langkah penyesuaian dan koreksi ini dinilai masih belum juga
memenuhi standar pemindaian, maka langkah yang ditempuh adalah menyerahkan
kembali lembar fisik dokumen arsip tersebut ke bagian scanning untuk dilakukan
17
pemindaian ulang dengan setting khusus agar image yang dihasilkan benar-benar
memenuhi standar dokumentasi digital.
Selain tugas seperti di atas, langkah validasi dan verifikasi dari quality control juga
melakukan pemeriksaan terhadap autentikasi pada setiap hasil pemindaian sebagai tanda
keaslian atau autentitas dari dokumen/arsip bersangkutan. Jika sudah dianggap sesuai, maka
pekerjaan proses digitalisasi dapat dilanjutkan ke langkah berikutnya. Langkah pemrosesan
selanjutnya adalah penyimpanan file ke dalam memori komputer atau dimasukkan langsung
ke dalam server (data storage) sebagai database. Sebelum ini, dilakukan juga pekerjaan
penggandaan (copy) atau duplikasi file ke dalam media penyimpanan data External Hardisk
sebagai backup data. Pekerjaan ini juga masih tetap dalam pengawasan pengendalian mutu
(quality control).
f. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (BASTP) dan Daftar Digitalisasi Warkah
Berkas yang telah didigitalisasi dan di quality control, kemudian diserah-terimakan yang
ditandai dengan penanda-tanganan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (BASTP) dan
Daftar Digitalisasi Warkah antara pihak Kantor Pertanahan dengan pihak pelaksana
digitalisasi.
18
pertama untuk Kepala Kantor Pertanahan Badan Pertanahan Nasional selaku pembina
kearsipan di lingkungan Kantor Pertanahan Badan Pertanahan Nasional; (2) Rangkap
kedua untuk unit pengolah; (3) Rangkap ketiga untuk unit kearsipan.
19
Gambar 5. Proses Digitalisasi Warkah
20
VIII. HASIL PEKERJAAN
Hasil akhir sebagai output dari pekerjaan digitalisasi warkah ini berupa:
1. Hasil inventarisasi dokumen warkah tiap buku tanah
2. Daftar Nomor dokumen warkah yang sudah di scan dan nama filenya
3. Softcopy data digital hasil Scan yang telah terupload dalam aplikasi existing.
4. Backup file softcopy digital hasil scan di dalam media penyimpanan
5. Laporan,yang terdiri dari:
- Laporan Akhir Pekerjaan
Merupakan laporan final semua proses pekejaan sesuai dengan tahapannya dan
capaian hasil pekerjaan. Laporan Akhir diserah kan sebanyak 2 (dua) Buku.
Lamanya pelaksanaan pekerjaan ini adalah 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender.
X. BIAYA
Biaya untuk melaksanakan Kegiatan ini tersedia dari dana DIPA Tahun 2018 Pusat Data
dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebesar
Rp 11.001.622.500,- (sebelas milyar satu juta enam ratus dua puluh dua ribu lima ratus
rupiah) sebagaimana RAB terlampir.
21