Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

SURVEI DAN MANAJEMEN INFORMASI PERTANAHAN

KARAKETRISTIK INFORMASI PERTANAHAN DAN IMPLIKASI TERHADAP PENGELOLAAN


SERTA SISTEM INFORMASI PERTANAHAN (SIP) SEBAGAI PIRANTI PENDUKUNG MANAJEMEN PERTANAHAN

OLEH :
ANJAR ILHAM PAMBUDI (15/384976/TK/43638)
ADIEB MUTTAQIE YULMI (15/384969/TK/43631)
DAVID MUHAMAD YUSUF (15/384987/TK/43649)
DEWI CANDRANINGTYAS (15/378881/TK/42823)
FILDZAH ZAINATI FADHILAH (15/379921/TK/43186)
LUTFIAH DWI UTAMI (15/378891/TK/42833)
RIZQY TRI ARGARINI (15/379928/TK/43193)
SONIA PRADANA (15/378902/TK/42844)
KELAS B

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Tanah merupakan unsur vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tak
terkecuali Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dalam hidupnya tidak akan pernah terlepas
dari kebutuhan akan tanah. Oleh karena tanah merupakan komponen yang tak terpisahkan
dari kehidupan manusia, maka tanah perlu dikelola dan diatur secara nasional untuk menjaga
keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian seluruh
masyarakat dapat menikmati manfaat tanah secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan.
Arah kebijakan pertanahan haruslah sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 yang didasarkan atas Visi Negara Indonesia,
yaitu: “terwujudnya negara kebangsaan Indonesia modern yang aman dan damai, adil dan
demokratis, serta sejahtera dengan menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan, kemerdekaan
dan persatuan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Berdasarkan Visi Negara tersebut,
telah pula ditetapkan Agenda Pembangunan Nasional.
Pengelolaan dan penetapan kebijakan mengenai pertanahan harus dapat
mewujudkan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (Pancasila Sila ke-5). Saat ini
badan instansi yang mengurusi kebijakan serta penataan pertanahan adalah Badan
Pertanahan Nasional (BPN). BPN menjadi Lembaga yang diharapkan mampu mewujudkan
tanah dan pertanahan untuk kemakmuran rakyat. Untuk itu, maka diperlukan informasi
mengenai tanah – tanah yang ada di Indonesia, agar kebijakan dan pengelolaan tanah dapat
sesuai dengan kebutuhan.
Saat ini informasi pertanahan di Indonesia didapatkan dari proses pengukuran dan
survei langsung ke lapangan dimana tanah tersebut ada. Untuk mendapat informasi
pertanahan maka data – data hasil pengukuran dan survei harus terlebih dahulu dikelola dan
diproses, sehingga data – data tersebut dapat dijadikan informasi yang berarti bagi
penggunanya. Informasi pertanahan nantinya akan dapat digunakan sebagai referensi atau
acuan dalam proses pengambilan keputusan seperti kegiatan penyusunan hak – hak legal
pemilik tanah, salah satunya adalah penentuan batas dari bidang tanah. Oleh sebab itu
informasi mengenai tanah haruslah jelas dan tidak bias yang diatur melalui Sistem Informasi
Pertanahan, agar tidak menimbulkan kerancuan saat penentuan kebijakan pertanahan.
Maka, tentunya ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh Informasi Pertanahan
sehingga diperoleh beberapa informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diharapkan. Akan tetapi pada setiap karakter tersebut
memiliki implikasi pada pengelolaannya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai karakter
informasi pertanahan dan implikasi terhadap pengelolaannya serta Sistem Informasi
Pertanahan (SIP) sebagai piranti pendukung manajemen pertanahan.

I.2. PERMASALAHAN
Sesuai dengan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah:
1. Pengertian dari informasi pertanahan.
2. Karakteristik informasi pertanahan dan implikasi terhadap pengelolaannya.
3. Komponen Sistem Informasi Pertanahan (SIP) sebagai piranti pendukung dalam
manajemen pertanahan.

I.3. TUJUAN

1. Mengetahui apa maksud dari informasi pertanahan, karakteristik dan implikasi terhadap
pengelolaannya.
2. Mengetahui bagaimana proses informasi pertanahan dapat diperoleh.
3. Mengetahui komponen Sistem Informasi Pertanahan (SIP) sebagai piranti pendukung
dalam manajemen pertanahan.

I.4. LINGKUP BAHASAN


1. Arti penting informasi pertanahan.
2. Karakteristik informasi pertanahan.
3. Sumber informasi pertanahan dan akuisisi data pertanahan.
4. Implementasi informasi pertanahan untuk penentuan kebijakan.
5. Komponen, karakteristik, kedudukan, dan fungs Sistem Informasi Pertanahan (SIP)
sebagai piranti pendukung dalam manajemen pertanahan.
BAB II
LANDASAN TEORI

Informasi pertanahan merupakan suatu basis untuk perencanaan, pengembangan, dan


sebagai kontrol penggunaan sumber daya tanah. Hal ini sebagai akibat dari terus
berkembangannya dunia industri yang terus menekan sumber daya alam. Tekanan ini sama
seperti pertumbuhan penduduk yang tidak terbendung terhadap sumber
daya alam pada dunia ketiga. Tanah, sebagai salah satu kakayaan sumber daya alam, sangat
penting dan memerlukan suatu sistem manajemen yang efektif.

II.1. Perkembangan Informasi Pertanahan di Indonesia


Informasi pertanahan saat ini menjadi demand / kebutuhan pokok berbagai pihak
yang harus segera terlayani. Ketersediaan informasi pertanahan merupakan salah satu
unsur penting dalam tata pengelolaan negara guna perencanaan, perancangan dan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tanah. Sebelum era perkembangan, sistem
informasi dan teknologi informasi seperti sekarang ini, Indonesia telah melaksanakan
Sistem Informasi Pertanahan secara konvensional, yaitu sistem manajemen basis data
terpadu antara obyek grafis persil (peta) dan non-grafis (atribut persil) dimana
pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa informasi pertanahan lengkap dengan
keseluruhan atributnya, secara konvensional memerlukan banyak tenaga dan waktu, sulit
dipertukarkan, sulit dimutakhirkan, terbatas dalam ragam analisa dan penyajiannya.
Perkembangan sistem informasi dan teknologi informasi yang meliputi
perkembangan komputer, telekomunikasi, termasuk layanan internet kini menjadi supply
atas kebutuhan-kebutuhan akan informasi, termasuk informasi pertanahan. Kompilasi
sistem informasi dan teknologi informasi dalam pengumpulan, pemrosesan dan pengolahan
data guna menghasilkan informasi telah mendorong dan meningkatkan efisiensi,
efektifitas, keterbukaan, jangkauan pelayanan dan interaksi karena kemampuannya
mereduksi ruang dan waktu.
Informasi pertanahan yang dikelola dalam Sistem Informasi Pertanahan (SIP)
menerapkan teknologi-teknologi tersebut di bidang pertanahan dan merupakan unsur dasar
dalam perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan keruangan. Sistem Informasi
Pertanahan (SIP) merupakan sistem informasi pendukung dalam pengelolaan (manajemen)
pertanahan secara terintegrasi dimana SIP didefinisikan sebagai kombinasi manusia dan
sumberdaya keteknikan yang disertai dengan tata-laksana organisasi untuk memproduksi
informasi yang diperlukan untuk pendukung pengelolaan pertanahan.

II.2. Implementasi Informasi Pertanahan untuk Penentuan Kebijakan

Perkembangan informasi pertanahan telah banyak mempengaruhi pelayanan


pertanahan di Indonesia. Berbagai institusi stakeholders, baik di tataran birokrasi pusat atau
daerah berlomba-lomba membangun jaringan sistem informasi pertanahan. Dengan
kemampuan Sumber Daya Manusia, keuangan, dan sarana pendukung lainnya saling
berlomba mewujudkannya. Di Indonesia secara kelembagaan terdapat paling sedikit dua
belas instansi yang terlibat dengan masalah pertanahan, yang meliputi Bappenas yang
melakukan koordinasi pembangunan sektoral dan koordinasi penataan ruang secara
Nasional, Departemen Pertambangan dan Energi, Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup dan Bapedal yang menangani aspek lingkungan dalam pendayagunaan tanah, BPN-
RI dengan tanggung jawab dalam hal pendaftaran dan administrasi hak tanah dan sertifikat,
pengelolaan tanah negara dan perencanaan tata guna tanah, Departemen Keuangan dalam
hal ini Pajak Bumi dan Bangunan yang menyangkut masalah penetapan pajak tanahnya,
Departemen Kehutanan yang merupakan lembaga yang mengelola tanah perhutanan yang
pada saat ini mencakup 70% wilayah luas daratan Indonesia. Bakosurtanal yang bertugas
bertanggung jawab dalam hal pemetaan, serta Kantor Menteri Negara Penggerak Investasi
dan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) yang menilai pengajuan pengembangan
investasi asing maupun domestik.
BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Informasi Pertanahan


III.1.1. Arti penting Informasi Pertanahan
Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang vital dimana
persediaan tanah terbatas namun kebutuhan akan tanah terus meningkat setiap
waktunya. Ketidakseimbangan tersebut menimbulkan persaingan yang cenderung
menimbulkan konflik. Salah satu sumber konflik tersebut adalah data dan
informasi pertanahan.
Informasi pertanahan memiliki arti penting dalam menambah wawasan
guna dalam melakukan perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan tanah. Dalam melakukan manajemen pertanahan sebagai
upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, mendukung kehidupan yang
lebih baik secara ekonomi, dan sebagainya maka diperlukan informasi mengenai
kondisi lapangan.
Informasi Pertanahan merupakan entitas dasar dari pengelolaan,
manajemen, dan adiministrasi pertanahan. Seperti yang ditunjukkan pada diagram
di bawah ini, administrasi pertanahan memerlukan infrastruktur data-informasi
pertanahan.

Sumber : materi SMIP oleh Ir. Subaryono, MA., PhD.


Oleh karena itu, informasi pertanahan perlu memuat data dan informasi
yang mencakup 4 komponen dalam administrasi pertanahan. Komponen-
komponen tersebut adalah :

1. Land Tenureship
Land Tenureship atau dikenal dengan penguasaan tanah adalah legal untuk
hak pemangkuan lahan yang terkait dengan hak pakai, hak milik maupun hak
menguasai. Setiap hak atas tanah tersebut, yang mencerminkan status
penguasaan/pemilikan atas tanah, diwujudkan dalam bentuk Sertifikat. Penerbitan
sertifikat dilakukan pemerintah (Badan Pertanahan Nasional) melalui proses
Pendaftaran Tanah.
Dengan demikian informasi pertanahan berupa kadaster hak mengenai
kepemilikan dan hak atas tanah sangat diperlukan, yang dapat diwujudkan dengan
peta dalam skala besar dan teliti mengenai penguasaan tanah secara lengkap di
seluruh Indonesia. Sehingga pegelolaan informasi mengenai persediaan tanah,
peruntukan tanah maupun perubahan penggunaan tanah dapat dikelola dengan
baik dalam rangka mencegah timbulnya keresahan dan menciptakan sasaran
kebijaksanaan pembangunan pertanahan.

2. Land Valuation
Penilaian tanah (Land Valuation) berkaitan dengan penaksiran sebuah nilai
lahan dan properti. Dengan memperhatikan pendapatan melalui perpajakan, serta
ajudikasi penilaian lahan dan perselisihan pajak.
Kelengkapan komponen Informasi Pertanahan dalam Land Valuation ini
sangat dibutuhkan seperti halnya informasi mengenai kadaster pajak, atribut letak,
luas, kepemilikan atau penguasaan tanah, dan penggunaan tanah yang menjadi
dasar dalam melakukan penilaian tanah.

3. Land Use
Land use berkaitan dengan pengontrolan penggunaan lahan melalui
perencanaan kebijakan dan regulasi dari penggunaan lahan yang dimiliki oleh
masing-masing tingkat pemerintahan. Land Use dapat digunakan sebagai
pengelolaan konflik penggunaan lahan.
Informasi pertanahan berupa penggunaan lahan sangat dibutuhkan dalam
komponen ini sehingga rencana tata guna lahan dan peruntukan lahan sesuai
sasaran dan tidak terjadi penyimpangan peruntukan lahan.

4. Land Development
Berkaitan dengan implementasi dari sebuah perencanaan pembangunan
infrastrukur yang baru, serta perubahan penggunaan lahan melalui izin
perencanaan dan skema pembaharuan pada lahan yang ada.
Informasi pertanahan pada Land Development sangat membutuhkan
mengenai kadaster zoning yang memudahkan perencanaan dan pengaturan
penggunaan tanah.

III.1.2. Karakteristik Informasi Pertanahan


Kualitas suatu informasi pertanahan ditentukan oleh karakteristik dari
informasi itu sendiri. Baik atau buruknya kualitas tersebut bergantung pada
kegunaan atau fungsi suatu informasi. Dengan demikian, dalam menentukan
kualitas informasi pertanahan, maka perlu menentukan tujuan informasi tersebut
sehingga dapat diturunkan apa saja karakteristik yang perlu diperhatikan
kualitasnya.

Seperti contoh, peta yang merupakan salah satu media informasi dapat
memiliki tujuan yang berbeda-beda, misal peta bidang tanah, peta pariwisata, peta
topografi, dan lain-lain. Tentu, kualitas dari setiap karakteristik peta tersebut tidak
dapat dibandingkan karena memiliki tujuan yang berbeda. Komponen
karakteristik yang diperhatikan pun tidak sama.

Pada informasi pertanahan, beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan


diantaranya adalah akurasi geometri, kelengkapan komponen peta dan skala.
Pada informasi pertanahan, akurasi geometri yang cukup tinggi terutama
dalam 2 dimensi perlu dipertimbangakan mengingat informasi pertanahan
digunakan sebagai pengambilan keputusan dan menghindari adanya konflik
pertanahan. Pada informasi pertanahan, geometri yang dapat ditunjukkan antara
lain adalah letak bidang tanah, bentuk bidang tanah, dimensi seperti panjang/lebar
suatu bidang tanah, dan luasan suatu bidang tanah tersebut.

Kelengkapan komponen peta bergantung pada fungsi peta tersebut. Pada


informasi pertanahan seperti pada peta bidang tanah atau peta dasar pendaftaran
harus memuat beberapa komponen diantaranya plotting bidang-bidang tanah,
termasuk sita pemilik, pemilikan dan penggunaan. Karena peta tersebut
mempunyai informasi legal atau menjadi dasar hukum peetaan obyek, subyek dan
jenis haknya.

Pembuatan peta dasar pendaftaran yang kemudian dapat diolah menjadi


informasi pertanahan termasuk dalam penyusunan peta dalam skala besar dimana
pembuatannya dilakukan oleh BPN. Hal itu diatur dalam PP No 85 Tahun 2007.
Informasi pertanahan perlu menggambarkan mengenai batas bidang baik letak,
bentuk, maupun ukuran sehingga diperlukan peta dalam skala besar. Selain itu,
informasi pertanahan tersebut memiliki peran sangat penting bahkan memiliki
aspek legal, sehingga informasi tersebut perlu ditunjukkan secara jelas salah
satunya dengan penyusunan peta dengan skala yang besar.

III.1.3. Sumber Informasi Pertanahan dan Akuisisi Data Pertanahan


Informasi pertanahan dapat berupa data spasial dan data non spasial. Dalam
pembentukkan informasi pertanahan, diperlukan data-data mengenai pertanahan
yang kemudian diolah menjadi informasi pertanahan. Adapun sumber dari
informasi pertanahan tersebut antara lain :
a. Data yang diperoleh dari akuisisi sebelumnya. Data sekunder dapat diperoleh
dari buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip (baik yang dipublikasikan
maupun yang tidak dipublikasikan secara umum) yang dapat berupa hasil
pengukuran yang pernah dilakukan sebelumnya.
b. Data primer, yaitu data hasil survei langsung. Survei langsung dapat
digunakan untuk akuisisi data spasial maupun non spasial. Data non spasial
meliputi pemilik bidang, nomor identifikasi bidang, tetangga bidang, nilai,
penggunaan tanah, aspek legal/yuridis, dan data non spasial lainnya.
sedangkan data spasial meliputi batas-batas bidang, luas bidang, dan data
spasial lainnya.

Pada akuisisi data spasial, peran ilmu kegeodesian sangat dibutuhkan,


terutama dalam penentuan batas-batas bidang, pengukuran batas bidang,
perhitungan luas bidang, dan data spasial lainnya. Dalam penentuan dan
pengukuran batas bidang, dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
a. Metode terestris, penentuan dan pengukuran batas bidang dengan cara survei
dan pengukuran langsung di lapangan. Dalam penentuan batas bidang,
melibatkan pihak-pihak yang bersangkutan (pemilik bidang dan tetangga).
b. Metode fotogrametris, dalam penentuan batas bidang, digunakan ortofoto dan
survei langsung ke lapangan untuk menentukan batas bidang dengan
melibatkan pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Metode lain, seperti menggunakan citra satelit.

III.1.4. Implikasi Karakteristik Informasi Pertanahan terhadap Pengelolaannya


Pentingnya informasi pertanahan mengakibatkan informasi pertanahan
harus dikelola dengan baik sehingga dapat meminimalisasi adanya konflik yang
akan terjadi. Pada pelaksanaannya, pengelolaan informasi pertanahan harus
disesuaikan dengan karakteristik informasi pertanahan. Misalnya, untuk informasi
pertanahan dengan kualitas baik (akurasi tinggi), maka diperlukan metode dan
teknologi yang lebih baik dan lebih canggih dalam pengelolaannya. Penggunaan
metode dan teknologi dalam pengelolaan informasi pertanahan, akan berakibat
pada biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka pengelolaan. Dengan metode
dan teknologi yang semakin canggih, maka biaya yang dikeluarkan juga akan
semakin besar.
Implikasi karakteristik Informasi Pertanahan juga dapat menimbulkan
sebuah permasalahan. Seperti di Indonesia, masih banyaknya bidang-bidnag tanah
yang belum terpetakan dan terdaftar dikarenakan permintaan untuk mendapatkan
akurasi tinggi dan skala besar, yang menyebabkan sulitnya langkah yang
dilakukan. Masalah ini sebenarnya dapat dilakukan dengan teknologi yang lebih
canggih namun membutuhkan biaya yang lebih besar.

III.2. Sistem Informasi Pertanahan (SIP)


III.2.1. Pengertian SIP dan Kadaster sebagai Dasar Pembentukan SIP
Menurut FIG (Federation Internationale des Geometres), Sistem Informasi
Pertanahan merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengambilan keputusan
yang sah terhadap administrasi dan ekonomi dan sebagai alat bantu dalam
perencanaan dan pengembangan yang terdiri dari basis data yang mengandung
informasi spasial tereferensi dan data-data yang terkait dengan hal tersebut, pada
satu pihak dan prosedur dan teknik dalam pengambilan data tersistematik,
updating, pengolahan, dan distribusi data pada pihak lain.

Pembentukan SIP didasarkan pada integrasi dari tiga komponen, yaitu :


kadaster hak sebagai penopang utama pendaftara tanah, kadaster fiskal membantu
dalam penilaian dan perpajakan, dan sistem informasi zoning dan lainnya yang
memudahkan perencanaan dan pengaturan penggunaan tanah.

III.2.2. Karakteristik SIP


Sebagai dasar dari pengambilan keputusan maka SIP memiliki karaterisitik
yang harus dimilikinya. Karakterisitik tersebut diantaranya adalah

1. Memiliki ketelitian yang sesuai


Ketelitian merupakan salah satu faktor yang penting jika kita berbicara
mengenai sistem informasi pertanahan. Ketelitian berpengaruh pada tingkat
relevansinya terhadapa data yang ada di real world.

2. Memiliki sistem referensi yang sama


Sistem informasi pertanahan yang bagus sebaiknya memiliki informasi
pertanahan yang meiliki referensi yang seragam, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih antar wilayah yang disebabkan oleh perbedaan sistem referensi
yang digunakan.

3. Terintegrasi
Sistem informasi pertanahan harus terintegrasi terhadap sumber dan
informasi lainya. Hal ini diperlukan karena sebuah sistem yang baik merupakan
sistem yang terintegrasi satu sama lain sehingga memudahkan dalam
melakukan pengambilan keputusan.

4. Dapat dipertanggung jawabkan


Sistem informasi yang baik merupakan system yang dibangun dengan
menggunakan sumber data yang akurat dan memiliki metadata yang lengkap.
Hal ini dibutuhkan karena SIP ini digunakandalam pengambilan keputusan
yang melibatkan informasi pertanahan yang ada.

Ciri khas lain dari SIP adalah : spesifik atau fokus tentang bidang tanah,
data tanah dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya (jenis hak, nilai tanah,
data transaksi, penggunaan tanah, dan lain-lain).

III.2.3. Kedudukan SIP terhadap sistem informasi lainnya


Sistem Informasi Pertanahan memiliki kedudukan yang penting dan
mendasar terhadap sistem informasi lainnya terutama dalam aspek spasial.
Terdapat beberapa sistem informasi pertanahan yang baik, namun demikian dasar
dari setiap SIP adalah referensi spasial yang tunggal sehingga memungkinkan
untuk menghubungkan sistem tersebut dengan banyak informasi lainnya. Seperti
halnya sistem informasi pertanahan dapat digunakan dalam sistem informasi
perpajakan, sistem informasi penanaman modal suatu perusahaan, dan
sebagainya.
III.2.4. Komponen dan fungsi dari SIP
Tujuan utama SIP adalah untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan
oleh semua penggunanya, baik internal maupun eksternal khususnya untuk
informasi pertanahan. Peranan informasi pertanahan dalam proses penentuan
kebijakan sangat menonjol pada peranannya dalam kebijakan pajak. Pada
penentuan pajak suatu bidang dilihat dari penggunaan lahan, luas bidang, serta
bagaimana aksesibilitasnya. Selain penentu kebijakan pajak, informasi pertanahan
juga dapat memberikan informasi berupa nilai tanah tersebut serta bangaimana
riwayat tanah tersebut sehingga akan mempermudah proses jual-belinya.
Di Indonesia, masih ada banyak permasalahan yang pertanahan, masalah
pertanahan ini umumnya dikarenakan peta yang digunakan pada masing-masing
instansi contoh Direktorat Jenderal Pajak, dan BPN, keduanya memiliki peta dasar
yang berbeda. Sehingga kini di Indonesia sedang berjalan program One Map
Policy, ini nantinya akan digunakan sebagai peta dasar yang akan digunakan oleh
semua instansi/lembaga.
Fungsi SIP dan SIG secara bersama-sama sebagai aspek dari pengelolaan
pertanahan selalu mengacu dan bersinergi dengan: 4 (empat) prinsip utama
pengelolaan pertanahan yang mewarnai setiap melakukan kegiatan dan
menjalankan tugas di BPN RI:
1. Berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
membangkitkan sumber-sumber kemakmuran,
2. Berkontribusi secara nyata untuk mensejahterakan rakyat dan sumbersumber
kemakmuran bagi bangsa,
3. Berkontribusi secara nyata untuk menjaga keberlangsungan hidup kenegaraan,
kebangsaan dan kemasyarakatan di Indonesia,
4. Berkontribusi secara nyata ikut menciptakan kehidupan bersama secara
harmoni. 11 (sebelas) Agenda kebijakan BPN
BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Informasi pertanahan berperan penting dalam perencanaan, perancangan, dan


pengambilan keputusan yang rasional yang berkaitan dengan tanah. Sistem Informasi
Pertanahan bertujuan untuk pengembangan dan mengatasi berbagai permasalahan –
permasalahan pertanahan yang ada. Informasi pertanahan mencakup beberapa komponen,
yaitu land tenureship, land valuation, land use, dan land developmment. Sumber informasi
pertanahan dapat diperoleh dari data sekunder maupun data primer. Pada informasi
pertanahan, beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan diantaranya adalah akurasi
geometri, kelengkapan komponen peta dan skala, sehingga menciptakan suatu sistem
sentral yang memiliki hubungan dengan komponen lainnya.

IV.2. Saran

1. Pemerintah perlu melakukan koordinasi dengan berbagai instansi yang sekarang ini
sedang mengembangkan Sistem Informasi Pertanahan.
2. Pemerintah perlu membentuk Departemen dan instansi yang bertanggung jawab dalam
membangun Sistem Informasi Pertanahan.
3. Diperlukan standarisasi penggunaan peta dasar dalam hal skala, sistem proyeksi, dan
definisi klasifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Djati, Harsono. 2009. Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Dan Manajemen Pertanahanan
Nasional ( Simtanas ) di Kantor Pertanahan Kabupaten Jepara. Tesis Pascasarjana Magister
Administrasi. Universitas Dipenogoro. Semarang

Aisyah, Nuraini dan Teguh Tri Erawanta. 2010. Sistem Informasi Pertanahan Sebagai Alat Untuk
Pengembangan. Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511

Sihaloho, Daulat David., (2009, 28 April), Sistem Informasi Pertanahan : Sebuah Kenyataan dan
Harapan, http://ddsihaloho.blogspot.co.id/2009/04/sistem-informasi-pertanahan-sebuah.html
diakses 29 April 2018

Idrus, Wenny Rusmawar. 2009. Sitem SIP dan SIG dalam rangka Penyelenggaraan Pengelolaan
Pertanahan. Buletin Land LMDP.

Tunardy, Wibowo. 2013. Pembatasan Pemilikan dan Penguasaan Tanah. Diakses di


http://www.jurnalhukum.com/pembatasan-pemilikan-dan-penguasaan-tanah/ pada tanggal 30
April 2018

Parlindungan, Andri Putra. Administrasi Pertanahan. Diakses di


https://www.academia.edu/12301506/Administrasi_Pertanahan pada tanggal 30 April 2018

Materi kuliah Survei dan Manajemen Informasi Pertanahan oleh Ir. Subaryono, MA., PhD.
Yogyakarta : UGM.

Anda mungkin juga menyukai