Terkait dengan jaminan tanah kosong yang berlokasi di Komplek Vila Fajar, Kel. Palasari, Kec.
Cipanas, Kab. Cianjur, Jawa Barat seluas 4.500 m2 yang berstatus tanah girik (tanah kosong, point
nomor 3), berikut yang dapat saya sampaikan:
1. Pada keterangan PDF yang disampaikan ditulis Bukti Kepemilikan: Girik (sudah AJB lunas).
secara logika, seharus nya tanah tersebut sudah balik nama ke PT Dwi Bima Adijaya dan sudah
berstatus Sertifikat Hak Guna Bangunan ("SHGB") karena jika ditulis keterangan AJB berarti
sudah terjadi transaksi yang melibatkan pihak notaris ppat dan sudah melewati proses
pembuatan sertifikat tanah dari Girik ke SHGB.
2. Jika memang transaksi yang dijalankan masih jual beli dibawah tangan antara PT Dwi Bima
Adijaya dengan pemilik tanah girik, maka proses selanjutnya yang dapat dilakukan adalah,
proses pengurusan pembuatan Sertifikat Hak Guna Bangunan di Kantor Kelurahan/Kantor Desa
& proses kedua adalah pengurusan di Kantor Badan Pertanahan Nasional. berikut langkah-
langkah secara umumnya:
Proses mengurus sertifikat tanah seperti ini cukup memakan waktu lama. Bisa sekitar enam
bulan sampai satu tahun. Ada banyak faktor yang menentukan, termasuk kelengkapan
persyaratan-persyaratan yang diminta.
Sedangkan biaya-biaya yang timbul selama proses mengurus surat-surat kelengkapannya bisa
bervariasi jumlahnya ditanggung oleh pihak pembeli dan penjual atau tergantung kesepakatan.
Biaya tersebut tergantung pada lokasi dan luas tanah yang dimiliki. Semakin luas dan strategis
letaknya, maka biaya mengurus tanah ini semakin mahal.
3. Jika proses pembuatan sertifikat tersebut telah selesai, maka menurut pendapat saya langkah
selanjutnya yang dapat dilakukan adalah:
A. Jika dari management ingin tanah tersebut menjadi asset perusahaan maka, kita dapat
membuat Perjanjian Pengalihan Asset PT Dwi Bima Adijaya kepada PT Awan Tunai
Indonesia sebagai pihak yang tercantum dalam perjanjian pengalihan hutang dan pinjam
meminjam nomor 137/ATI/PKS/II/2021 atau entitas lainnya yang disepakati.
Namun melihat proses ini menjadi 2 kali proses (proses pembuatan SHGB dan peralihan
asset) menurut saya pada saat proses pembuatan SHGB, proses tersebut jangan atas nama
PT Dwi Bima Adijaya namun atas nama PT Awan Tunai Indonesia (atau entitas lainnya)
sehingga tidak lagi memerilukan proses peralihan aset.
B. Jika dari management ingin mendapatkan ganti rugi berupa uang, maka selanjutnya dari
PT Bima Adijaya dapat membuat Surat Kuasa Jual kepada kita yang didalam surat kuasa
tersebut juga menerangkan bahwa hasil dari penjualan atas tanah tersebut akan
diserahkan kepada kita.
4. Pada minggu lalu juga Mba Ella menanyakan terkait status tanah tersebut sengketa atau tidak.
Dapat saya sampaikan adalah terkait dengan proses pembuatan sertifikat itu sendiri terdapat
Surat Keterangan Tidak Ada Sengketa yang dikeluarkan oleh Kantor Keluarahan/Kantor Desa
sehingga dapat kita asumsikan bahwa jika nanti surat tersebut keluar berarti tidak ada sengketa
dan jika tidak dapat dikeluarkan berarti terdapat sengketa atas tanah tersebut.
Namun kita juga tidak hanya dapat mengandalkan surat keterangan tersebut karena nanti pada
saat proses di BPN yaitu Pengumuman Data Yuridis di Kelurahan dan BPN terdapat masa 60 hari
yang tujuannya untuk mengumumkan pada masyarakat luas dan menghindari adanya masalah
dengan pihak lain.
Apabila ada pihak yang mengajukan keberatan tentang keberadaan tanah tersebut maka
permohonan pembuatan sertifikat resmi dihentikan sementara sampai masalah dengan pihak
yang saling terkait selesai.
Terima kasih.