Anda di halaman 1dari 1

1. A.

Fenomena kasus ini menimbulkan sengketa perdata antar pihak, untuk membuktikan
penjaminan kepastian hukum tersebut melalui Lembaga peradilan, Faktor”nya meliputi:
 Adanya sertifikat ganda disebabkan oleh factor kantor pertanahan tidak teliti dalam
mengadakan penyelidikan riwayat bidang tanah dan pemetaan batas-batas bidang
kepemilikan tanah dalam rangka penerbitan Sertipikat obyek sengketa dan Kantor
Pertanahan tidak melakukan penelitian atau melihat gambar peta pendaftaran tanah
yang dimiliki.
 Faktor dari pemohon yang tidak mempunyai itikad baik dalam melakukan pendaftaran
tanah sehingga menyebabkan terjadinya sengketa pertanahan dikemudian hari. Kedua,
penyelesaian sengketa pertanahan di Kantor Pertanahan Sukoharjo terlebih dahulu
diselesaikan melalui jalur meidasi antara para pihak dengan aadanya puhak ketiga
sebagai mediator, apabila di dalam mediasi tidak mencapai kata sepakat antara pihak
selanjutnya proses sengketa dilanjutkan melalui jalur pengadilan
 Tidak Tertibnya Administasi yang berkaitan.
B. Untuk mencegah supaya jangan terjadi sertipikat ganda atau tumpang tindih, tiap-tiap
Kantor Pertanahan harus menyediakan peta pendaftaran tanah. Dimana guna peta
pendaftaran tanah untuk menyampaikan bidang tanah dalam satu wilayah cakupan yang
mana sertipikat tanahnya sudah terbit. Selain itu, hendaknya ada itikad baik dari pemohon
dan adanya penerapan asas contradictoir delimitatie. Dan diharapkan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota mengadakan pembinaan dan pelatihan terhadap karyawannya
agar tidak terjadi penerbitan sertipikat yang Cacat Hukum Administratif, misalanya
kesalahan prosedur dan kesalahan penerapan peraturan perundangundangan. Dan yang
terakhir hendaknya pengumuman terkait data fisik dan data yuridis tanah juga dilakukan
melalui media massa sehingga dapat menjangkau para pihak yang berdomisili di luar kota.
C. Sengketa hak atas tanah timbul karena adanya pengaduan atau keberatan dari orang/badan
hukum yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan Tata Usaha Negara di
lingkungan Badan Pertanahan Nasional, dimana keputusan Pejabat tersebut dirasakan
merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tertentu. Sengketa hak atas tanah
meliputi beberapa macam antara lain mengenai status tanah, siapa-siapa yang berhak,
bantahan terhadap bukti-bukti perolehan yang menjadi dasar pemberian hak atau
pendaftaran dalam buku tanah. Seperti yang kita ketahui bahwa sertipikat hak atas tanah
dikatakan sebagai alat pembuktian yang kuat, hal ini berarti bahwa keterangan-keterangan
yang tercantum di dalam sertipikat mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima sebagai
keterangan yang benar oleh hakim selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain.
Apabila pihak lain dapat membuktikan sebaliknya maka yang berwenang memutuskan alat
pembuktian mana yang benar adalah Pengadilan. Hal itu juga dicantumkan dalam pasal 32
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Terhadap
sertipikat ganda, Badan Pertanahan Nasional akan mengadakan penelitian riwayat tanah
maupun peruntukannya, dan dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap maka Badan Pertanahan Nasional membatalkan salah satu dari
sertipikat tersebut. Terkait dengan hal itu Pembatalan Hak Atas tanah dalam Pasal 1 angka
12 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 3 Tahun
1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian
Hak Atas Tanah, selanjutnya disebut PMNA/KBPN 3/1999, yaitu: “Pembatalan keputusan
mengenai pemberian suatu hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat
hukum dalam penerbitannya atau melaksanakan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap”.
2.

Anda mungkin juga menyukai