Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PRAKTIK PEMBLOKIRAN BUKU TANAH OLEH

KANTOR PERTANAHAN DAN CONTOH KASUS

A. Gambaran Umum tentang Pemblokiran Buku Tanah

Definisi pemblokiran tidak ditemukan secara eksplisit dalam

peraturan pendaftaran tanah, namun pengaturannya tersirat dalam Pasal 30

ayat (1) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu:

“Yang data fisik atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan


ke Pengadilan serta ada perintah untuk status quo atau putusan
penyitaan dari Pengadilan, dibukukan dalam buku tanah dengan
mengosongkan nama pemegang haknya dan hal-hal lain yang
disengketakan serta mencatat di dalamnya adanya sita atau
perintah status quo tersebut.”

Pasal 125 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997, yaitu:

“(1) Pencatatan perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan


Pengadilan atau penetapan Hakim/Ketua Pengadilan oleh Kepala
Kantor Pertanahan dalam daftar buku tanah yang bersangkutan dan
daftar umum lainnya dilakukan setelah diterimanya penetapan
hakim/Ketua Pengadilan atau putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan Berita Acara Eksekusi
dari panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula
dilakukan atas permohonan pihak yang berkepentingan dengan
melampirkan:
a. salinan resmi penetapan atau putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan salinan Berita Acara
Eksekusi;
b. sertipikat atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan;
c. identitas pemohon.”
Pemblokiran sertipikat muncul sebagai upaya hukum sebagai reaksi

dari adanya pelanggaran hak dan kewajiban, pemblokiran dilakukan untuk

48
49

mencegah pemindahtanganan hak milik atas sebidang tanah agar sertipikat

tersebut tidak dialihkan atau dijual serta kepentingan lainnya.

Pasal 126 Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nomor 3 Tahun 1997 menyebutkan bahwa pemblokiran yang diajukan

terhadap bidang tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan berlaku untuk

jangka waktu 30 hari. Atas pemblokiran tersebut dapat muncul

kemungkinan, yaitu adanya kesepakatan yang mengakibatkan pemblokiran

dicabut, kemudian blokir tersebut hapus dengan sendirinya setelah 30 hari

jika pemblokir tidak meneruskannya dengan mengajukan gugatan ke

pengadilan, yang terakhir ialah pemblokiran tersebut diikuti dengan sita

jaminan.

Permintaan blokir dapat dilakukan atas perintah status quo atau

peletakan sita jaminan dari hakim pengadilan, dapat juga atas permintaan

dari aparat penyidik maupun pengadilan bahwa tanah tersebut telah

diletakkan sita, dapat pula dilakukan atas permintaan dari pihak yang

berkepentingan atas tanah tersebut yang menyatakan tanah tersebut dalam

kasus sengketa. Permintaan blokir tersebut dicatat dalam buku tanah yang

bersangkutan.

Pencatatan yang dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dapat

dilakukan dengan melampirkan:

a. Salinan resmi penetapan atau putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dan salinan Berita Acara

Eksekusi;
50

b. Sertipikat atau hak milik atas satuan rumah susun yang

bersangkutan;

c. Identitas pemohon;

d. Pendaftaran pencatatan hapusnya suatu hak atas tanah

berdasarkan putusan pengadilan dilaksanakan oleh Kepala

Kantor Pertanahan setelah diterimanya salinan keputusan

mengenai hapusnya hak bersangkutan dari Menteri atau Pejabat

yang ditunjuk.

Catatan dalam buku tanah tersebut hapus dengan sendirinya dalam

waktu 30 hari terhitung dari tanggal pencatatan atau apabila pihak yang

meminta pencatatan telah mencabut permintaannya sebelum waktu

tersebut berakhir, kecuali apabila diikuti dengan putusan sita jaminan yang

salinan resmi dan berita acara eksekusinya disampaikan kepada Kepala

Kantor Pertanahan. Khusus terhadap penyitaan yang dilakukan atas

permintaan penyidik (kepolisian atau kejaksaan), maka catatan tersebut

hapus setelah sita diangkat/dibatalkan atau penyidikan dihentikan atau

sesudah ada putusan mengenai perkara pidananya.

Lebih lanjut mengenai proses pemblokiran dapat dilihat dalam

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010

Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Pada peraturan

ini proses pemblokiran termasuk ke dalam tahap proses Pelayanan

Pencatatan dan Informasi Pertanahan.

Tabel 1. Pencatatan Blokir dalam proses Pelayanan Pencatatan dan Informasi


Pertanahan
51

DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU KETERANGAN


1. UU No. 5/1960 1. Formulir permohonan Sesuai 1 (satu) Formulir permohonan
2. PP No. 24/1997 yang sudah diisi ketentuan hari memuat:
3. PP No. 13/2010 dengan disertai Peraturan 1. Identitas diri
4. PMNA/KBPN alasan pemblokiran Pemerintah 2. Luas, letak dan
No. 3/1997 dan/atau salinan tentang jenis penggunaan tanah
5. 5. SE KBPN surat gugatan dan dan tarif atas yang dimohon
No. 600-1900 ditandatangani jenis 3. Alasan pemblokiran
tanggal 31 Juli pemohon atau penerimaan
2003 kuasanya di atas negara
materai cukup bukan
2. Surat Kuasa apabila pajak yang Dicatat dengan tinta
dikuasakan berlaku pada hitam, dibubuhi paraf
3. Fotocopy identitas Badan dan tanggal
pemohon (KTP, KK) Pertanahan
dan kuasa apabila Nasional
dikuasakan, yang Republik
telah dicocokkan Indonesia
dengan aslinya oleh
petugas loket
4. Fotocopy Akta
Pendirian dan
Pengesahan Badan
Hukum yang telah
dicocokkan dengan
aslinya oleh petugas
loket, bagi badan
hukum
5. Dokumen pendukung
pemblokiran
(permintaan
Peradilan dan/ atau
permintaan aparat
penegak hukum,
perorangan atau
badan hukum yang
menunjukkan bukti
kepemilikan berupa
Sertipikat asli
dan/atau bukti
kepemilikan lainnya)
Sumber: Tabel Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

Pada alur permohonan blokir ke kantor pertanahan dimulai dengan

pemohon blokir datang ke kantor pertanahan setempat dengan telah membawa

semua persyaratan administrasi yang telah ditentukan oleh kantor pertanahan.

Semua persyaratan tersebut diserahkan oleh pemohon kepada petugas loket

pemeriksa berkas permohonan, setelah dinyatakan bahwa semua berkas

permohonan lengkap oleh petugas pemeriksa berkas selanjutnya akan dibuatkan

tanda penerimaan berkas permohonan dan diberikan surat perintah setor

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk segera pemohon bayarkan


52

sesuai jumlah yang tertera dalam surat perintah setor tersebut ke loket

pembayaran, dan untuk itu pemohon akan diberikan tanda penerimaan uang

setoran dari kantor pertanahan.

Setelah diterimanya berkas permohonan yang telah dibayar uang

penerimaannya, maka proses layanan pemblokiran dilakukan dengan dicatatnya

permohonan blokir tersebut pada buku tanah yang dimaksud. Sebagai tanda

bahwa pemblokiran tersebut telah dilakukan kantor pertanahan akan

memberikan surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa pemblokiran

dimaksud telah dilaksanakan.

B. Contoh Kasus

Pada tanggal 23 Juni 2006 telah datang Tuan Binsar Hasibuan

selaku pemilik dari sebidang tanah yang terletak di Jalan Melong, Kelurahan

Melong, Kecamatan Gatot Subroto, Kota Bandung kepada Pejabat Pembuat

Akta Tanah dengan daerah kerja Kota Bandung. Maksud kedatangan Tuan

Binsar Hasibuan tersebut adalah untuk melakukan transaksi jual beli atas

bidang tanah yang dimilikinya tersebut kepada calon pembeli. Berdasarkan

maksud tersebut Pejabat Pembuat Akta Tanah meminta kelengkapan data

yang diperlukan dalam transasksi jual beli tersebut, diantaranya :

1. Sertipikat Hak Milik Nomor 1234/Kelurahan Melong yang tercatat

atas nama Tuan Binsar Hasibuan tersebut;

2. Kartu Tanda Penduduk Tuan Binsar Hasibuan bersama istri;

3. Kartu Keluarga Tuan Binsar Hasibuan ;

4. Surat Nikah Tuan Binsar Hasibuan;


53

5. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Surat Tanda Terima

Setoran Pajak Bumi Bangunan bidang tanah tersebut ;

6. Surat Ijin Mendirikan Bangunan bidang tanah tersebut ;

7. Rekening tagihan listrik dan air ;

8. Kartu Tanda Penduduk calon pembeli :

Adapun keseluruhan data tersebut akan dicocokan dengan aslinya

dan disalin guna keperluan data pada akta yang akan di buat oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah. Selanjutnya terhadap Setipikat Hak Milik Nomor

1234/Kelurahan Melong tersebut akan dilakukan pengecekan buku tanah

pada Kantor Pertanahan Kota Bandung, yang kemudian akan dijadwalkan

untuk penandatangan akta jual beli segera setelah dilaksanakan

pengecekan sertipikat tersebut dan dibayarkan pajak-pajak peralihannya

diantaranya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (pajak pembeli)

dan Pajak penghasilan (pajak penjual).

Tuan Binsar Hasibuan berkeberatan terhadap permintaan dari

Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut, Tuan Binsar Hasibuan berkeinginan

bahwa penyerahan data-data tersebut akan dilakukan apabila calon pembeli

telah menyerahkan seluruh harga pembayaran bidang tanah yang telah

disepakati kepada Tuan Binsar Hasibuan.

Demi keamanan kedua belah pihak khususnya calon pembeli

Pejabat Pembuat Akta menjelaskan perlunya proses pengecekan buku

tanah atas Sertipikat Hak Milik Nomor 1234/Kelurahan Melong kepada Tuan

Binsar Hasibuan. Dengan melakukan pengecekan terhadap buku tanah


54

maka segala apa yang tercantum dalam sertipikat tersebut akan diketahui

diantaranya adalah keaslian dari sertipikat tersebut, setiap proses

peralihannya, proses pemblokiran, dan pemasangan hak tanggungan atas

bidang tanah tersebut.

Tuan Binsar Hasibuan mempertanyakan dari penjelasan yang

diterimanya dari Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan alasan bahwa tidak

akan mungkin sertipikatnya tersebut diblokir atau dibebankan suatu hak

tanggungan, dikarenakan sertipikat asli bidang tanah tersebut selama ini

dalam pengawasan dan penguasaannya dan tidak pernah dipinjamkan atau

diserahkan kepada orang lain. Setelah dilakukan pembicaraan dengan

calon pembeli maka Tuan Binsar Hasibuan bersedia menyerahkan sertipikat

tersebut kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan dibuatkan tanda

penerimaannya untuk selanjutnya akan dilakukan pengecekan oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah ke Kantor Pertanahan Kota Bandung.

Pada saat dilaksanakan pengecekan pada Kantor Pertanahan Kota

Bandung terhadap Sertipikat Hak Milik Nomor 1234/Kelurahan Melong

tersebut terdapat catatan pada buku tanahnya yaitu “diblokir berdasarkan

berkas Permohonan Nomor 567/2005 tanggal 16 Juli 2005 atas

permohonan Tuan Haji Dadang Sulaeman berdasarkan Perjanjian Utang

Piutang tertanggal 3 Desember 2000”. Atas pengarahan dari petugas

Kantor Pertanahan Kota Bandung, pemblokiran tersebut dapat dicabut

hanya oleh pihak yang mengajukannya ke Kantor Pertanahan Kota

Bandung dengan disertai pernyataan bahwa semua permasalahan dalam


55

alasan pengajuan pemblokiran telah selesai. Terhadap alasan pemblokiran

tersebut adalah dikarenakan adanya peminjaman sejumlah

Rp. 15.000.000,- (limabelas juta rupiah) kepada Tuan H. Dadang Sulaeman

oleh Tuan Fery Hasibuan yang merupakan anak dari Tuan Binsar Hasibuan

dan atas peminjaman uang tersebut dibuatkan perjanjian utang piutang

tertanggal 3 Desember 2000 dengan melampirkan copy dari Sertipikat Hak

Milik Nomor 1234/Kelurahan Melong tersebut.

Pejabat Pembuat Akta Tanah atas permintaan Tuan Binsar Hasibuan

segera menghubungi Tuan H. Dadang Sulaeman untuk melakukan

penyelesaian pembayaran utang Tuan Fery Hasibuan dan segera setelah

jumlah uang yang terutang tersebut dan bunganya dibayarkan, Tuan H.

Dadang Sulaeman membuat pernyataan penyelesaian pembayaran dengan

tanda terima uangnya serta membuat permohonan pencabutan

pemblorkiran terhadap Sertipikat Hak Milik Nomor 1234/Kelurahan Melong

kepada Kantor Pertanahan Kota Bandung.

Berkas permohonan pencabutan pemblokiran diterima oleh petugas

penerima berkas Kantor Pertanahan Kota Bandung untuk selanjutnya

dilakukan pencoretan pencatatan pemblokiran pada buku tanah Hak Milik

Nomor 1234/Kelurahan Melong dan buku tanah tersebut segera

dikembalikan ke tempat arsip buku tanah untuk selanjutnya akan dilakukan

proses pengecekan buku tanah yang telah terdapat pencabutan blokirnya.

Adapun contoh kasus lainnya yaitu permohonan pencatatan

pemblokiran buku tanah oleh saudara Mariska Aditya, ST terhadap sertipikat


56

HGB Nomor 1, 2 dan 3/Desa Melatiwangi yang telah melewati jangka waktu

yaitu 30 hari, kantor pertanahan menyurati kepada pemohon yang isinya

memberitahukan bahwa kantor pertanahan akan melakukan proses

permohonan pelayanan pertanahan yang berkaitan dengan sertipikat

tersebut sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku. Namun sampai saat

ini proses permohonan pelayanan tidak dapat dilakukan karena ada catatan

blokir pada buku tanah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai