YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tata Kelola Perusahaan yang Baik merupakan faktor penting dalam menjalankan kegiatan usaha. PT
IFS Capital Indonesia (Perusahaan/Perusahaan) senantiasa menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) dalam setiap kegiatan usahanya
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 30/POJK.05/2014 tentang
Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Pembiayaan yang telah dirubah menjadi POJK
29/POJK.05/2020. Perusahaan menyusun Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik yang menjadi
acuan Direksi, Komisaris, dan Karyawan Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha Perusahaan.
Implementasi tata kelola perusahaan yang baik sangat krusial diperlukan untuk membangun kepercayaan
publik dan komunitas internasional, dan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi dunia usaha jasa
keuangan untuk tumbuh dan berkembang. Terdapat banyak peraturan berbeda mengenai “praktik terbaik”
yang menimbang tatanan hukum yang berbeda, struktur Dewan Komisaris, dan direksi, dan praktik bisnis di
masing-masing Negara.
Pedoman GCG yang diterapkan oleh Perusahaan merupakan petunjuk dan tujuan praktis bagi semua
komponen di semua tingkatan dalam Perusahaan melalui hal-hal sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan strategis dan serangkaian nilai Perusahaan yang dikomunikasikan oleh dan
diimplementasikan seluruh organ Perusahaan;
b. Menetapkan batasan-batasan tanggungjawab dan akuntabilitas yang jelas bagi organ Perusahaan;
c. Menetapkan pedoman untuk penerapan standar etika, nilai-nilai, tujuan strategi dan lingkungan
pengawasan;
d. Menyediakan pedoman pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi manajemen risiko dan
kepatuhan yang independen dari unit-unit bisnis dan dengan penerapan mekanisme check and
balances yang sesuai;
e. Menjadikan petunjuk pemantauan khusus atas risiko-risiko, di mana terdapat kemungkinan
terjadinya benturan kepentingan, termasuk hubungan bisnis dengan pihak terafiliasi, Pemegang
Saham, Direksi, Dewan Komisaris dan pejabat senior manajemen.
Pada tanggal 19 November 2014, OJK menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 30/POJK.05/2014
tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Pembiayaan. Pada tahun 2020, POJK Nomor
20/2014 diubah dengan POJK Nomor 29/2020 tentang Perubahan atas POJK Nomor 30/POJK.05/2014
tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Pembiayaan. Sesuai dengan POJK tersebut
pengertian dari Tata Kelola Perusahaan yang Baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan
diterapkan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan
mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan secara akuntabel dan berlandaskan
peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik sesuai dengan POJK Nomor 29/2020 adalah:
a. Keterbukaan yaitu keterbukaan dalam proses pengambilan dan pengungkapan dan penyediaan
informasi yang relevan mengenai perusahaan, yang mudah diakses oleh pemangku kepentingan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan serta standar, prinsip dan
praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yang sehat;
b. Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ perusahaan
sehingga kinerja perusahaan dapat berjalan secara transparan, wajar, efektif, dan efisien;
c. Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pembiayaan dan nilai etika serta standar, prinsip dan praktik penyelenggaraan
usaha pembiayaan yang sehat;
d. Kemandirian yaitu keadaan perusahaan yang dikelola secara mandiri dan profesional serta bebas
dari benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan dan nilai-nilai etika serta standar, prinsip dan
praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yang sehat; dan
e. Kesetaraan dan kewajaran yaitu kesetaraan, keseimbangan dan keadilan di dalam memenuhi hak-
hak pemangku kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian, peraturan perundang-undangan
dan nilai etika serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yangsehat.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47/POJK.05/2020
tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan
Syariah, Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan barang
dan/atau jasa.
Sebagai salah satu Lembaga Keuangan, Perusahaan Pembiayaan adalah komponen penting dalam
perekonomian suatu negara. Perusahaan Pembiayaan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dapat membiayai
usaha-usaha Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit, dan
menyediakan layanan keuangan yang penting melakukan pembiayaan investasi, modal kerja,
multiguna, dan/atau pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK. Selain itu Perusahaan Pembiayaan
dapat juga melakukan sewa operasi dan/atau kegiatan berbasis fee sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan.
Pentingnya Perusahaan Pembiayaan dalam perekonomian suatu negara tercermin dalam kenyataan bahwa
sektor keuangan secara universal, merupakan suatu sektor yang diatur dengan ketat dan memiliki akses ke
dalam jaringan pemerintah.
Penting bagi setiap Perusahaan Pembiayaan untuk menerapkan strategi pengoperasian dan
mengembangkan akuntabilitas dalam implementasi strategi Perusahaan.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Selanjutnya, transparansi informasi yang berhubungan dengan kondisi aktual, pembuatan keputusan dan
tindakan perusahaan adalah bagian integral yang berhubungan dengan akuntabilitas dan yang memudahkan
para pelaku pasar untuk memiliki informasi cukup agar dapat.
Praktik yang terjadi mengindikasikan bahwa pengawasan Perusahaan Pembiayaan tidak akan berfungsi
sewajarnya tanpa keberadaan GCG. Hal ini membuat pengawasan Perusahaan Pembiayaan di Indonesia
menjadi penting perannya guna memastikan bahwa GCG berlaku efektif pada setiap Perusahaan
Pembiayaan. Pengalaman dalam pengawasan Perusahaan Pembiayaan menggarisbawahi pentingnya
tanggung jawab dan akuntabilitas serta mekanisme pengecekan dalam pengoperasian Perusahaan
Pembiayaan. Sederhananya, suatu GCG yang efektif akan menyederhanakan pekerjaan pengendalian
internal dan perhatian khusus Perusahaan Pembiayaan. GCG dapat memberikan kontribusi substansial
kepada kolaborasi usaha antara manajemen dan perhatian khusus Perusahaan Pembiayaan.
Semua yang disebutkan di atas dimaksudkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut ini:
a. Mengoptimalkan nilai-nilai Perusahaan kepada bagi para pemegang saham melalui peningkatan
transparansi, independensi dan kesetaraan serta akuntabilitas dan tanggung jawab, kewajaran yang
ditingkatkan, untuk membantu Perusahaan mencapai tingkat kompetisi yang lebih baik di tingkat nasional
dan internasional, serta melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi investasi pemangku
kepentingan, khususnya debitur/konsumen, kreditur dan/atau pemangku kepentingan lainnya;
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
b. Meningkatkan manajemen organisasi yang lebih profesional, keterbukaan dan efisien, serta memperkuat
semua fungsi dan meningkatkan sifat tidak berpihak Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum
Pemegang Saham pengelolaan Perusahaan secara profesional, efektif dan efisien;
c. Mendorong para pemegang saham, para anggota Dewan Komisaris dan Direksi, dalam pengambilan
keputusan dan tindakan, untuk menerapkan nilai moral yang tinggi dan ketaatan pada seluruh peraturan
perundangan-undangan yang berlaku, serta kesadaran mengenai tugas sosial Perusahaan terhadap
para pemangku kepentingan;
d. Meningkatkan kepatuhan organ Perusahaan serta jajaran di bawahnya agar dalam membuat keputusan
dan menjalankan tindakan dilandasi pada etika yang tinggi, kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan dan kesadaran atas tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap pemangku kepentingan
maupun kelestarian lingkungan;
e. Mewujudkan Perusahaan yang lebih sehat, dapat diandalkan, amanah, kompetitif dan memenuhi prinsip
perlindungan konsumen; dan
f. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.
Cakupan pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik paling kurang diwujudkan dalam:
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
BAB II
VISI, MISI DAN NILAI-NILAI PERUSAHAAN
VISI PERUSAHAAN
Visi Perusahaan adalah Menjadi spesialis yang berkelanjutan dan sangat dihormati dalam pembiayaan yang
bertanggung jawab untuk UKM, pengusaha dan konsumen di Indonesia.
MISI PERUSAHAAN
Misi Perusahaan adalah untuk memastikan bahwa semua usaha kecil dan menengah dan individu yang
layak mendapatkan kredit memiliki akses ke modal dan perlindungan melalui solusi yang sederhana dan
terjangkau.
NILAI-NILAI PERUSAHAAN
Nilai-nilai perusahaan merupakan pedoman sehari-hari bagi kinerja seluruh anggota Dewan Komisaris,
Direksi dan karyawan dalam melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan-
tujuan yang disebutkan pada Visi dan Misi Perusahaan.
NILAI-NILAI PERUSAHAAN:
Definisi: Menumbuhkan sikap saling menghargai dan peduli untuk menjaga lingkungan kerja yang
positif.
Nilai ini diterjemahkan ke dalam tiga Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan dalam
menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu:
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Hormat
Kami bersikap saling menghargai kepada konsumen internal dan eksternal.
Solusi Positif
Kami memberikan solusi positif terhadap kebutuhan konsumen internal dan eksternal.
Peduli
Kami berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup Masyarakat.
Definisi: Memberikan pelayanan terbaik untuk kepuasan konsumen internal dan eksternal.
Nilai ini diterjemahkan ke dalam tiga Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan dalam
menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu:
Sikap Positif
Kami selalu bersikap ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan.
Responsif
Kami memberikan respon yang cepat, tepat, tanggap, dan akurat.
Profesional
Kami memastikan terciptanya kepuasan konsumen internal dan eksternal yang sesuai dengan
standar pelayanan Perusahaan.
Definisi: Selalu mengutamakan integritas dalam setiap tindakan untuk menjaga reputasi diri dan
Perusahaan yang profesional.
Nilai ini diterjemahkan ke dalam tiga Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan dalam
menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu:
Jujur
Kami menjadikan kejujuran sebagai landasan dalam bertindak.
Konsisten
Kami memastikan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.
Taat
Kami bertindak sesuai dengan Peraturan Perusahaan, norma, dan etika di masyarakat.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
5. Trust and Team Spirit (Tim Kerja yang Solid dan Saling Percaya)
Definisi: Semangat kerja sama dan saling percaya untuk mencapai tujuan bersama.
Nilai ini diterjemahkan ke dalam tiga Perilaku Utama yang akan menjadi pegangan
dalam menjalankan bisnis dan organisasi Perusahaan, yaitu:
Komunikatif
Kami selalu berkomunikasi dengan baik dan saling percaya dalam bekerja.
Kooperatif
Kami mewujudkan kerja sama yang baik dengan seluruh pihak.
Sinergis
Kami menjaga semangat kebersamaan dan saling mendukung satu sama lain.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
BAB III
PRINSIP DASAR TATA KELOLA PERUSAHAAN
Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip-prinsip yang
mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan etika berusaha. Penerapan GCG dalam seluruh kegiatan Perusahaan merupakan suatu hal yang
sangat penting. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban dan pengelolaan risiko bisnis Perusahaan,
implementasi GCG diarahkan juga sebagai pedoman bagi manajemen dan karyawan untuk menjaga
kelangsungan usaha Perusahaan dalam jangka panjang dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku
kepentingan. Secara khusus, salah satu upaya untuk memperkuat industri pembiayaan adalah dengan
meningkatkan kualitas pelaksanaan GCG bagi perusahaan pembiayaan.
Perusahaan menerapkan prinsip-prinsip GCG sebagai dasar dalam pengelolaan usahanya dengan berlandaskan
pada peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. GCG diterapkan oleh Perusahaan sebagai pedoman
dan bentuk tanggung jawab dari manajemen dan karyawan Perusahaan terhadap seluruh pemangku
kepentingan, untuk memelihara keberlanjutan Perusahaan dalam jangka panjang.
Perusahaan juga berkepentingan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan GCG sebagai bentuk kontribusinya
terhadap penguatan industri usaha pembiayaan di Indonesia. Penerapan GCG yang baik juga akan mendukung
upaya-upaya kepatuhan terhadap semua peraturan yang berlaku baik, secara umum maupun khusus di industri
pembiayaan, sekaligus mendukung upaya pengawasan oleh regulator dan otoritas lainnya. Oleh karena itu,
Perusahaan berkomitmen untuk menerapkan GCG secara konsisten di tengah berbagai perkembangan bisnis
dan tantangan yang dihadapi di industri pembiayaan.
Implementasi tata kelola perusahaan yang baik di Perusahaan didasarkan atas enam prinsip dasar:
1. Keterbukaan, terutama pemberian informasi secara jelas, lengkap, akurat dan tepat waktu;
2. Akuntabilitas, dalam mendefinisikan peran, tanggung jawab, hak dan kewajiban antara Dewan Komisaris,
Direksi dan para pemegang saham Perusahaan;
3. Tanggung Jawab, komitmen sebagai profesional untuk mengikuti semua ketentuan hukum dan peraturan
serta bertindak dan berperilaku sebagai perusahaan yang baik pada umumnya;
4. Independensi, kemampuan semua dan setiap anggota Dewan Komisaris, Direksi dan karyawan
Perusahaan dalam melakukan penilaian yang obyektif serta bebas dari benturan kepentingan dan
pengaruh atau tekanan dari pihak manapun;
5. Kewajaran, berkaitan dengan profesionalisme dan kebijakan dalam pembuatan keputusan yang menjamin
perlakuan yang adil dan setara guna melindungi kepentingan seluruh pemegang saham; dan
6. Integritas, merupakan cerminan dari kejujuran yang merupakan landasan utama perilaku yang harus
dimiliki untuk memastikan pengambilan keputusan yang bebas dari benturan kepentingan dan meletakkan
kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
BAB IV
KODE ETIK
Perusahaan menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan oleh para pemegang saham, karyawan, debitur serta
pemangku kepentingan lainnya dengan melaksanakan kegiatan bisnis secara profesional, hati-hati dan
berintegritas. Prinsip bisnis yang terkandung dalam kode etik Perusahaan menetapkan perilaku yang sejalan
dengan etika bisnis dan etika perilaku.
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
g. Setiap karyawan Perusahaan harus memastikan bahwa aset Perusahaan dijaga, dipelihara dan
dimanfaatkan sesuai dengan kepentingan Perusahaan.
h. Setiap karyawan harus menghormati dan menghargai hak asasi setiap individu, antara lain, menghargai
perbedaan suku, agama, ras, gender, tidak melakukan pelecehan, tidak memaksakan kehendak dengan
cara fisik atau psikis, dan tidak membuat orang merasa tertindas.
Esensi dari Kode Etik Perusahaan ini selanjutnya dicerminkan dalam Pedoman Prinsip-Prinsip
Berusaha yang berlaku di Perusahaan, dengan pokok-pokok sebagai berikut:
1. Kepada Pemegang Saham. Perusahaan akan menjalankan usaha untuk meningkatkan nilai pemegang
saham berdasarkan prinsip-prinsip GCG. Perusahaan bermaksud untuk memberikan hasil usaha yang
optimal dengan senantiasa memelihara tingkat pengembalian investasi kepada para pemegang saham, serta
juga mempertahankan kecukupan dana untuk menggerakkan pertumbuhan Perusahaan. Perusahaan sangat
menghargai hubungan dengan para pemegang saham dan akan memberikan informasi tepat waktu, teratur,
dan dapat dipercaya mengenai kegiatan, kondisi keuangan, dan hasil usaha Perusahaan.
2. Kepada Debitur. Perusahaan memiliki komitmen untuk mendapatkan dan mempertahankan para debitur
dengan menyediakan produk jasa pembiayaan yang memberikan nilai tambah bagi para debitur dari segi
manfaat dan biayanya. Hal ini termasuk adanya Sistem Penanganan Pengaduan Konsumen.
3. Kepada Karyawan. Perusahaan menghargai para karyawan sebagai sumber daya yang sangat penting
melalui komitmen atas pengembangan sumber daya manusia. Perusahaan akan merekrut, mempekerjakan,
memberikan pelatihan dan mempromosikan karyawan berdasarkan kualifikasi dan kemampuan yang dimiliki.
Selanjutnya, Perusahaan bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi kerja yang sehat dan menjamin
keselamatan para karyawan.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
4. Kepada Seluruh Pemangku Kepentingan. Perusahaan senantiasa memelihara hubungan yang saling
menguntungkan dengan para kreditur, mitra usaha dan pihak lainnya dengan siapa Perusahaan melakukan
bisnis, serta mendorong penerapan prinsip-prinsip ini dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
5. Kepada Masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, Perusahaan senantiasa menjalankan bisnis yang
bertanggung jawab dengan menghormati undang-undang dan peraturan yang berlaku di tempat Perusahaan
melakukan usaha, dan berupaya untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan Perusahaan tidak melanggar
hak-hak asasi manusia. Partisipasi Perusahaan, baik dalam pemberian sumbangan maupun
penyelenggaraan pelatihan serta kegiatan sosial lainnya, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup
bagi lingkungan sekitarnya dan memberikan manfaat langsung bagi seluruh penerimanya.
Integritas Usaha
Perusahaan beserta seluruh kantor cabangnya dituntut untuk mengutamakan kejujuran, integritas dan kewajaran
di semua aspek usaha perusahaan dan mengharapkan hal yang sama dalam hubungan dengan semua pihak
dengan siapa Perusahaan berbisnis. Seluruh transaksi bisnis atas nama Perusahaan dicatat secara akurat
sesuai dengan prosedur operasional standar dan tunduk pada audit. Para karyawan perlu mengenyampingkan
keperluan pribadi mereka ketika menjalankan bisnis Perusahaan. Hal ini termasuk adanya Sistem Pelaporan
Pelanggaran (whistleblowing system).
Pengungkapan Informasi
Perusahaan menganggap informasi di bidang strategi bisnis merupakan aset penting bagi Perusahaan yang
harus dilindungi terhadap kehilangan, pelanggaran serta pemakaian dan pengungkapan yang tidak selayaknya.
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
BAB V
STRUKTUR TATA KELOLA PERUSAHAAN
Wewenang RUPS
RUPS memiliki wewenang antara lain untuk:
1. Menetapkan dan melaksanakan sistem penilaian kemampuan dan kepatuhan (fit and proper test) dalam
rangka pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi;
2. Penyampaian rencana pemberhentian dan menerima pembelaan diri anggota Direksi dan Dewan
Komisaris yang akan diberhentikan sewaktu-waktu;
3. Mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi;
4. Menetapkan jumlah dan komposisi Dewan Komisaris dan Direksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
5. Menetapkan jabatan-jabatan yang tidak boleh dirangkap oleh anggota Dewan Komisaris dan Direksi;
6. Menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi;
7. Menetapkan dan melaksanakan sistim penentuan gaji, tunjangan, dan insentif untuk Dewan Komisaris
dan Direksi;
8. Menyetujui transaksi penting;
9. Menetapkan auditor eksternal dari calon yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris berdasarkan usulan dari
Komite Audit; dan
10. Memutuskan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan.
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Untuk melindungi hak-hak para pemegang saham, hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan fundamental
atas Perusahaan dan hak para pemegang saham agar diputuskan dalam RUPS adalah:
Perubahan anggaran dasar;
Pembagian tanggung jawab antara anggota dewan;
Pembubaran atau penutupan Perusahaan;
Penggabungan dan akuisisi;
Pengurangan modal;
Penggunaan laba; dan
Perubahan komposisi Dewan Komisaris dan Direksi, dan hal-hal penting lainnya.
Para pemegang saham sangat diharapkan agar dapat membuat keputusan secara langsung atas isu-isu yang
sangat berpengaruh atas kelangsungan usaha Perusahaan dan hak-hak para pemegang saham. Ini adalah
tambahan pada hal-hal yang sudah ditentukan agar diputuskan dalam RUPS sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Keputusan-keputusan RUPS harus dibuat dengan cara yang transparan dan adil. Di samping itu, para
pemegang saham juga harus diberitahu sebelumnya mengenai waktu, lokasi dan agenda rapat tersebut; waktu
dan lokasi rapat harus ditetapkan demi memudahkan partisipasi maksimum para pemegang saham. Informasi
harus diberikan kepada para pemegang saham agar dapat secukupnya mempelajari agenda rapat sebelum
penyelenggaraan RUPS.
Para pemegang saham dapat mengajukan hal-hal untuk dimasukkan ke dalam agenda rapat kepada Direksi;
mereka juga dapat mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan mengenai agenda rapat tersebut.
Perusahaan menjamin agar opini para pemegang saham dapat direfleksikan secara memadai dalam RUPS.
Kecuali bermaksud mengganggu jalannya RUPS atau mengajukan pertanyaan yang berulang- ulang atau
mengajukan pertanyaan yang tidak dapat dibenarkan, pemegang saham harus diberikan kapasitas penuh
untuk dapat mengajukan pertanyaan secara memadai dan mendapatkan penjelasan sebelum pengambilan
keputusan agenda rapat.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Para pemegang saham dapat mengajukan hal-hal untuk dimasukkan ke dalam agenda rapat kepada Direksi;
mereka juga dapat mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan mengenai agenda rapat tersebut.
Perusahaan menjamin agar opini para pemegang saham dapat direfleksikan secara memadai dalam RUPS.
Kecuali bermaksud mengganggu jalannya RUPS atau mengajukan pertanyaan yang berulang- ulang atau
mengajukan pertanyaan yang tidak dapat dibenarkan, pemegang saham harus diberikan kapasitas penuh
untuk dapat mengajukan pertanyaan secara memadai dan mendapatkan penjelasan sebelum pengambilan
keputusan agenda rapat.
Para pemegang saham harus dapat melaksanakan hak suara mereka, baik secara langsung maupun tidak,
dengan cara sesederhana mungkin. Pelaksanaan hak suara, baik melalui cara langsung atau tidak langsung,
memiliki dua implikasi sebagai berikut: yang pertama adalah mengenai pelaksanaan hak suara seseorang,
dimana para pemegang saham dapat melaksanakan hak suaranya dengan partisipasi langsung dalam RUPS
atau melalui pelaksanaan hak suaranya secara tidak langsung melalui seorang wakil.
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
2. DEWAN KOMISARIS
Setiap anggota Dewan Komisaris diwajibkan untuk melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and
proper test) sesuai dengan POJK tentang penilaian kemampuan dan kepatutan.
Mantan anggota Direksi atau pejabat eksekutif Perusahaan atau pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan
Perusahaan, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen, tidak dapat menjadi
Komisaris atau Komisaris Independen pada Perusahaan, sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) selama
enam bulan.
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Pengawasan dilakukan bukan hanya dengan menerima informasi dari Direksi atau RUPS, tetapi juga dapat
dilakukan dengan mengambil tindakan-tindakan lain sesuai informasi dari sumber lain yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan, di mana tindakan tersebut dilakukan secara kolektif.
Pengawasan dilakukan tidak hanya sekedar menyetujui atau tidak menyetujui terhadap tindakan- tindakan
yang memerlukan persetujuan Dewan Komisaris, tetapi pengawasan dilakukan dengan mencakup seluruh
aspek bisnis dan aspek korporat dari Perusahaan.
Memastikan bahwa Laporan Tahunan Perusahaan telah memuat informasi mengenai identitas anggota
Dewan Komisaris, pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan anggota Dewan Komisaris di Perusahaan lain,
jabatan anggota Dewan Komisaris sebagai anggota Komite di Perusahaan maupun perusahaan lain
termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku (rapat Dewan Komisaris maupun rapat
gabungan dengan Direksi), serta total honorarium yang diterima dari Perusahaan serta informasi lainnya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit
internal Perusahaan, audit eksternal, hasil pengawasan OJK dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Adapun rincian pembagian tugas dan tanggung jawab antara Komisaris dan Komisaris Independen sebagai
berikut:
1. Presiden Komisaris:
a. Meninjau secara luas dan menyeluruh atas pelaksanaan tata kelola Perusahaan yang baik;
b. Meninjau ulang masalah ekonomi makro dan keuangan;
c. berkomunikasi dengan pemegang saham pengendali sehubungan dengan hal-hal yang melibatkan
pemegang saham; dan
d. Memimpin rapat Dewan Komisaris dan rapat gabungan dengan Direksi.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
2. Komisaris Independen:
a. Mengawasi dan memberikan nasihat atas pelaksanaan tata kelola Perusahaan yang baik;
b. Meninjau ulang dan menyampaikan rekomendasi tentang setiap usulan dari Direksi yang memerlukan
persetujuan Dewan Komisaris dan Ketua Komite Audit;
c. Memberikan nasihat dalam masalah hukum;
d. Memberikan nasihat dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan; dan
e. Menjaga hubungan baik dengan pihak regulator.
3. Komisaris:
a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pengelolaan Perusahaan;
b. Memberi nasihat kepada Direksi dengan itikad baik, penuh tanggung jawab dan kehati-hatian; dan
c. Melakukan pengawasan terhadap keputusan-keputusan yang sudah ada maupun yang belum diambil
oleh Direksi Perusahaan.
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
A. Kebijakan Umum
Kinerja anggota Dewan Komisaris dievaluasi oleh rapat Dewan Komisaris. Evaluasi kinerja anggota Dewan
Komisaris Individual dilakukan sekurang-kurangnya melalui self-assessment dan dilaporkan kepada rapat
Dewan Komisaris.
Secara umum, kinerja Dewan Komisaris ditentukan berdasarkan tugas kewajiban yang tercantum dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasar Perusahaan maupun amanat pemegang
saham. Kriteria evaluasi formal disampaikan secara terbuka kepada anggota Dewan Komisaris sejak tanggal
pengangkatannya.
Hasil evaluasi terhadap kinerja Dewan Komisaris secara keseluruhan dan kinerja masing-masing anggota
Dewan Komisaris secara individual akan merupakan bagian tak terpisahkan dalam skema kompensasi dan
pemberian insentif bagi anggota Dewan Komisaris.
Hasil evaluasi kinerja masing-masing anggota Dewan Komisaris secara individual merupakan salah satu
dasar pertimbangan bagi Dewan Komisaris untuk mengajukan usulan memberhentikan dan/atau menunjuk
kembali anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan. Hasil evaluasi kinerja tersebut merupakan sarana
penilaian serta peningkatan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Dalam pembentukannya, Dewan Komisaris melihat beberapa kriteria yang merujuk pada tugas dan
tanggung jawab Komite Pemantau Risiko. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Integritas tinggi dan mampu menjadi independen dalam manajemen Perusahaan;
2. Memahami bisnis, produk dan layanannya serta teknis pengelolaan risiko;
3. Memiliki pengetahuan cukup tentang ekonomi makro dan dampaknya terhadap industri;
4. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris dan Direksi; dan
5. Ketua Komite Pemantau Risiko merupakan anggota independen dari Dewan Komisaris.
Setelah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, pemilihan dan pengangkatan Komite Pemantau Risiko
didasarkan pada proses pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Direksi atau Ketua Komite Pemantau Risiko dapat mengusulkan kandidat dari luar Dewan Komisaris
Perusahaan untuk dinominasikan sebagai anggota Komite Pemantau Risiko.
2. Komite Nominasi dan Remunerasi akan memeriksa kualifikasi serta kompetensi calon anggota Komite
Pemantau Risiko. Setelah selesai mengevaluasi, Komite Nominasi dan Remunerasi menyetujui
pengangkatan anggota Komite Pemantau Risiko maka Komite Pemantau Risiko meminta Dewan
Komisaris untuk menerbitkan Surat Pengangkatan bagi calon anggota Komite Pemantau Risiko yang
telah disetujui.
Komite Nominasi dan Remunerasi paling kurang terdiri dari 3 orang anggota, 1 orang berasal dari Komisaris
Independen sebagai ketua, 1 orang Komisaris, dan 1 orang pejabat dengan level jabatan 1 tingkat di bawah
Direksi yang membidangi pengelolaan sumber daya manusia.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Komite Nominasi dan Remunerasi melakukan tinjauan evaluasi Kinerja Direksi setiap tahunnya. Evaluasi
kinerja dinilai terhadap empat hal utama, yaitu pencapaian bidang keuangan, keefektifan implementasi tata
kelola Perusahaan yang baik, implementasi manajemen risiko dan pencapaian sasaran yang telah
ditentukan, serta tinjauan atas visi dan misi Perusahaan. Bagi Dewan Komisaris, penilaian kinerja mereka
terkait pada implementasi dari tugas-tugas yang telah dikuasakan oleh pemegang saham untuk mengawasi
tindakan-tindakan Perusahaan, dan memastikan keefektifan dari Komite-Komite dan kepatuhan pada
peraturan dan etika bisnis.
Tugas dan tanggung jawab dari Komite Nominasi dan Remunerasi terbagi atas dua hal pokok, yaitu
nominasi dan remunerasi. Tugas dan tanggung jawab terkait nominasi meliputi:
Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai kriteria yang berkembang untuk
pemilihan, penentuan sistem dan prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris,
Direksi, dan Komite-Komite;
Menilai kompetensi yang perlu dan diinginkan dan memberikan rekomendasi untuk Dewan Komisaris
tentang nominasi anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Komite-Komite yang akan diusulkan pada
RUPS; dan
Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai pihak-pihak independen yang akan
dinominasikan sebagai anggota Komite.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
d. Setiap hubungan kerja yang bersifat informal dapat dilakukan oleh masing-masing anggota Dewan Komisaris
dan anggota Direksi, namun tidak dapat dipakai sebagai kebijakan formal sebelum melalui mekanisme atau
korespondensi yang dapat dipertanggungjawabkan.
e. Dewan Komisaris berhak memperoleh akses atas informasi Perusahaan secara tepat waktu, akurat, dan
lengkap.
f. Dalam rangka memperoleh informasi lebih lanjut atas suatu hal, Dewan Komisaris dapat meminta penjelasan
tersebut kepada pejabat di bawah Direksi dengan terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan Direksi
sehingga tercipta keseimbangan hubungan kerja antara Dewan Komisaris dan Direksi dengan tujuan
komunikasi korporasi melalui informasi satu pintu (one-gate policy) dapat tercapai.
g. Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi mengenai Perusahaan diberikan kepada
Dewan Komisaris secara tepat waktu, akurat, konsisten dan lengkap.
h. Setiap hubungan kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi merupakan hubungan kelembagaan. Dalam
arti bahwa Dewan Komisaris dan Direksi merupakan jabatan kolektif yang merepresentasikan keseluruhan
setiap anggotanya, sehingga hubungan kerja antara anggota Dewan Komisaris dengan anggota Direksi
diketahui oleh anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi lainnya.
3. DIREKSI
I. FUNGSI DIREKSI
Direksi merupakan organ Perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perusahaan
untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, dalam segala hal dan dalam segala kejadian.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
iii. Pernah menyebabkan perusahaan yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran
dari OJK tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan tahunan dan/atau laporan
keuangan kepada OJK
4. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan; dan
5. Memiliki pengetahuan dan/atau keahlian di bidang yang dibutuhkan emiten atau perusahaan publik.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
4. Apabila terjadi benturan kepentingan, anggota Direksi yang bersangkutan tidak boleh melibatkan diri
dalam proses pengambilan keputusan Perusahaan yang berkaitan dengan kasus tersebut.
5. Berpedoman untuk tidak memanfaatkan jabatan bagi kepentingan pribadi atau bagi kepentingan
orang atau pihak lain yang bertentangan dengan kepentingan Perusahaan.
6. Menghindari setiap aktivitas yang dapat mempengaruhi independensinya dalam melaksanakan tugas.
7. Melakukan pengungkapan dalam hal terjadi benturan kepentingan, dan anggota Direksi yang
bersangkutan tidak boleh melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan Perusahaan yang
berkaitan dengan hal tersebut.
8. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk dengan tidak melibatkan diri pada
perdagangan orang dalam (insider trading) untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
2. Direksi wajib menandatangani Pakta Integritas untuk tindakan transaksional yang memerlukan
persetujuan Dewan Komisaris, dan/atau RUPS.
3. Melaporkan kepada Perusahaan mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan
dan/atau keluarganya dalam Perusahaan dan perusahaan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar
khusus.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
6. Evaluasi risiko, yaitu proses kajian terhadap kecukupan keseluruhan aktivitas manajemen risiko yang
dilakukan di dalam Perusahaan.
7. Pelaporan dan Pengungkapan, yaitu proses untuk melaporkan sistem manajemen risiko yang
dilaksanakan oleh Perusahaan beserta pengungkapannya pada pihak-pihak yang terkait sesuai ketentuan
yang berlaku.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
a. Kebijakan
Secara rutin, Direksi mengadakan rapat gabungan bersama Dewan Komisaris guna membicarakan
implementasi keputusan yang dibuat dalam rapat sebelumnya, manajemen risiko, kinerja keuangan dan
hal-hal lain yang mungkin berdampak pada kinerja keuangan dan kegiatan operasional Perusahaan.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
6. Direksi dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Direksi, dengan
ketentuan semua anggota Direksi memberikan persetujuan secara tertulis serta menandatangani
persetujuan tersebut. Keputusan tersebut diambil dengan cara media telekonferensi, video
konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan seluruh anggota Direksi saling
melihat dan mendengar secara langsung dan berpartisipasi, di mana hal tersebut mempunyai
kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat Direksi.
7. Keputusan-keputusan yang menyangkut aspek-aspek strategis wajib dilakukan melalui mekanisme
rapat Direksi. Aspek-aspek strategis tersebut antara lain meliputi seluruh tindakan Direksi yang wajib
mendapatkan persetujuan pemegang saham setelah mendapatkan rekomendasi tertulis Dewan
Komisaris, serta semua perbuatan Direksi yang wajib mendapatkan persetujuan tertulis Dewan
Komisaris.
8. Anggota Direksi yang tidak hadir atau tidak memberikan kuasa kepada anggota Direksi yang lain
dianggap menyetujui segala keputusan yang diambil dalam rapat Direksi.
d. Risalah Rapat
1. Risalah rapat Direksi dibuat untuk setiap rapat Direksi dan dalam risalah rapat tersebut wajib
dicantumkan pula pendapat yang berbeda (dissenting opinion) dengan apa yang diputuskan dalam
rapat Direksi (jika ada).
2. Risalah rapat menggambarkan dinamika rapat, yaitu berisi hal-hal yang dibicarakan (termasuk
pernyataan ketidaksetujuan anggota Direksi, jika ada) dan hal-hal yang diputuskan. Hal ini penting
untuk dapat melihat proses pengambilan keputusan dan sekaligus dapat menjadi dokumen hukum
untuk menentukan akuntabilitas dari hasil suatu keputusan rapat. Untuk itu risalah rapat
mencantumkan:
1. Tempat, tanggal dan waktu rapat diadakan;
2. Agenda yang dibahas;
3. Daftar hadir;
4. Durasi waktu rapat;
5. Berbagai pendapat yang terdapat dalam rapat;
6. Proses pengambilan keputusan; dan
7. Keputusan yang diambil.
3. Risalah rapat Direksi dapat dibuat dan didokumentasikan oleh Sekretaris Perusahaan, termasuk
menyimpan dan mendistribusikan kepada peserta rapat.
4. Setiap anggota Direksi berhak menerima salinan risalah rapat Direksi, terlepas apakah anggota
Direksi yang bersangkutan hadir atau tidak hadir dalam rapat Direksi tersebut.
5. Salinan risalah Rapat Direksi wajib disampaikan kepada seluruh Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah Rapat dilaksanakan.
6. Dalam jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal pengiriman risalah rapat tersebut, setiap anggota
Direksi yang hadir dan/atau diwakili dalam rapat Direksi yang bersangkutan wajib menyampaikan
persetujuan atau keberatannya dan/atau usul perbaikannya, jika ada, atas apa yang tercantum dalam
risalah rapat direksi kepada pimpinan rapat Direksi tersebut.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
7. Jika keberatan dan/atau usulan perbaikan atas risalah rapat tidak diterima dalam jangka waktu
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa memang tidak ada keberatan dan/atau perbaikan terhadap
risalah rapat Direksi yang bersangkutan.
8. Risalah rapat yang telah direvisi (jika ada) dan ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi yang
menghadiri rapat, disampaikan kepada seluruh Direksi paling lambat tujuh hari setelah revisi risalah
rapat ditandatangani.
9. Asli risalah rapat Direksi disimpan dan dipelihara oleh Sekretaris Perusahaan.
10. Surat kuasa asli disimpan oleh Sekretaris Perusahaan dan salinannya disampaikan kepada Dewan
Komisaris untuk disimpan dan dipelihara.
1. Kebijakan Umum
Kinerja Direksi dan anggota Direksi akan dievaluasi oleh Dewan Komisaris. Secara umum, kinerja Direksi
ditentukan berdasarkan tugas kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan anggaran dasar Perusahaan.
Hasil evaluasi terhadap kinerja Direksi secara keseluruhan dan kinerja masing-masing anggota Direksi
secara individual akan merupakan bagian tak terpisahkan dalam skema kompensasi dan pemberian
insentif bagi anggota Direksi.
Hasil evaluasi kinerja masing-masing anggota Direksi secara individual merupakan salah satu dasar
pertimbangan, khususnya bagi pemegang saham, untuk pemberhentian dan/atau menunjuk kembali
anggota Direksi yang bersangkutan. Hasil evaluasi kinerja tersebut merupakan sarana penilaian serta
peningkatan efektivitas.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
3. Fungsi Kepatuhan
Fungsi Kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang bersifat ex-ante (preventif)
untuk memastikan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Perusahaan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Direktur Kepatuhan
1. Perusahaan wajib memiliki anggota Direksi yang membawahi fungsi kepatuhan.
2. Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan tidak dapat dirangkap oleh anggota Direksi yang
membawahkan fungsi pembiayaan, dan fungsi pemasaran, kecuali Presiden Direktur.
4. Audit Internal
Fungsi audit internal adalah fungsi independen terhadap seluruh aktivitas dan kepentingan Perusahaan.
Perusahaan wajib membentuk Unit Audit Internal yang independen dan bertanggung jawab untuk
melaksanakan fungsi audit internal. Perusahaan harus menerapkan fungsi audit internal secara efektif. Unit
Audit Internal dipimpin seorang Kepala Unit Audit Internal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
Direktur dengan persetujuan Dewan Komisaris. Kepala Unit Audit Internal bertanggung jawab langsung
kepada Presiden Direktur dan harus membina hubungan fungsionalnya dengan Dewan Komisaris dan Komite
Audit.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
4. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua
tingkatan manajemen.
5. semua tingkatan manajemen;
6. Membuat Iaporan hasil audit dan menyampaikan laporan hasil audit kepada Presiden Direktur;
7. Memantau, menganalisa dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang disarankan;
8. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang dilakukan;
9. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
5. Audit Eksternal
1. Auditor Eksternal Perusahaan wajib ditunjuk oleh RUPS dari calon auditor eksternal yang diajukan oleh
Dewan Komisaris berdasarkan usulan Komite Audit.
2. Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang akan ditunjuk sebagai auditor eksternal harus
terdaftar di OJK.
3. Pencalonan auditor eksternal sebagaimana dimaksud angka (1) di atas wajib disertai:
a. Alasan pencalonan dan besarnya honorarium atau imbal jasa yang diusulkan untuk auditor eksternal
tersebut;
b. Kesanggupan oleh auditor eksternal untuk bebas dari pengaruh Direksi, Dewan Komisaris, DPS
dan pihak yang berkepentingan di Perusahaan, dan kesediaan untuk memberikan informasi terkait
dengan hasil auditnya kepada OJK; dan
c. Pemberian jasa audit dilakukan oleh KAP dan harus memperhatikan ketentuan dari OJK.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
2. Integritas Pribadi:
a. Karyawan diwajibkan untuk mematuhi kode etik perusahaan yang mencakup norma-norma moral
dan profesional.
b. Mematuhi kode etik membantu menciptakan lingkungan kerja yang etis dan dapat dipercaya.
3. Penggunaan Sumber Daya Perusahaan dengan Bijak:
a. Menggunakan sumber daya perusahaan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan tujuan
organisasi.
b. Menekankan pentingnya menghindari penyalahgunaan sumber daya yang dapat merugikan
perusahaan.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
BAB VI
MEKANISME PELAKSANAAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
1. Perusahaan wajib menerapkan manajemen risiko dengan mengidentikasikan, menilai dan memantau risiko
secara efektif.
2. Manajemen risiko harus disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta
kemampuan Perusahaan.
3. Penerapan manajemen risiko dilaksanakan sesuai dengan kebijakan Manajemen Risiko Perusahaan baik
yang dituangkan dalam Memo Internal, SOP dan kebijakan lain.
Direksi Perusahaan wajib menerapkan pengendalian internal yang efektif dan efisien untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan usaha Perusahaan dijalankan sesuai dengan sasaran dan strategi
bisnis serta anggaran dasar dan aturan internal lain Perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
Pengendalian internal Perusahaan paling sedikit harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian internal dalam Perusahaan yang disiplin dan terstruktur;
b. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha yaitu suatu proses untuk mengidentifikasikan, menganalisis,
menilai dan mengelola risiko usaha;
c. Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan yang dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap
kegiatan Perusahaan pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi Perusahaan, antara lain
mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan
keamanan terhadap aset Perusahaan;
d. Sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional,
finansial dan ketaatan atas peraturan perundang- undangan di bidang usaha pembiayaan, pasar modal dan
peraturan lain yang relevan dengan Perusahaan;
e. Tata cara monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian internal termasuk fungsi
audit internal pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi Perusahaan, sehingga dapat dilaksanakan
secara optimal; dan
f. Mekanisme pelaporan kepada Direksi dengan tembusan kepada Komite Audit, dalam hal terjadi penyimpangan
kualitas sistem pengendalian internal, termasuk fungsi audit internal pada setiap tingkat dan unit struktur
organisasi Perusahaan.
B. REMUNERASI
Perusahaan wajib menerapkan kebijakan remunerasi bagi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, DPS dan
pegawai yang mendorong perilaku berdasarkan prinsip kehati-hatian yang sejalan dengan kepentingan jangka
panjang Perusahaan dan perlakuan adil terhadap debitur, kreditur dan/atau pemangku kepentingan lainnya.
Kebijakan remunerasi paling sedikit harus memperhatikan:
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
a. Kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban Perusahaan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
b. Prestasi kerja individual;
c. Kewajaran dengan Perusahaan dan/ atau level jabatan yang setara (peer group); dan
d. Pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang Perusahaan.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
2. Informasi Konsumen
Perusahaan dilarang dengan cara apapun memberikan data dan/atau informasi mengenai konsumennya
kepada pihak ketiga, kecuali konsumen telah memberikan persetujuan tertulis; dan/atau diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan. Dalam hal Perusahaan memperoleh data dan/atau informasi pribadi
seseorang dan/atau sekelompok orang dari pihak lain dan akan menggunakan data dan/atau informasi
tersebut untuk melaksanakan kegiatannya, maka wajib memiliki pernyataan tertulis bahwa pihak pemberi
data dan/atau informasi telah memperoleh persetujuan tertulis.
BAB VII
PENILAIAN SENDIRI DAN LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
Penilaian Sendiri
Perusahaan wajib melakukan penilaian sendiri atas penerapan tata kelola Perusahaan secara berkala
sekurangnya satu tahun sekali atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penilaian sendiri dilakukan dengan menyusun analisis kecukupan dan efektivitas pelaksana prinsip-prinsip GCG
sesuai dengan ketentuan OJK. Penilaian dituangkan dalam kertas kerja sesuai pedoman penilaian secara
terintegrasi dan/atau berdasarkan pedoman penilaian yang diterbitkan oleh OJK.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
c. Strategi Antifraud;
d. Termasuk Unit Usaha Syariah; dan
e. Laporan tata kelola Perusahaan wajib disampaikan ke OJK paling lambat tanggal 30 April tahun
berikutnya.
Tanggal Pembuatan :
PEDOMAN 01 Mei 2020
YANG BAIK
Nomor: 001/IFSI-
Pedoman/XI/2023
No 001/IFSI-Pedoman/XI/2023
Pemilik Legal & Compliance
Tanggal Disetujui
I. Disusun
Compliance Senior
Arie Radityo
Executive
II. Disetujui
Giovanni Florentinius
Direktur Utama
Embong
III. Mengetahui
Komisaris
Oky Heryanto
Independen