Anda di halaman 1dari 7

Definisi Harta Benda Wakaf

Dalam Bahasa Arab harta disebut dengan al-mal atau jamaknya al-amwal, secara
harfiah harta (al-mal) adalah malaktahu min kulli sya’I (harta adalah segala sesuatu yang
engkau punyai). Secara terminologis harta diartikan sebagai seusatu yang dimanfaatkan
dalam perkara legal menurut hukum syara’ seperti bisnis, pinjaman, konsumsi, dan hibah.
Maka dapat dikatakan bahwa baik barang dan jasa yang digunakan oleh manusia dalam
kehidupan dunia merupakan harta. Uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan
rumah tangga, hasil kekayaan laut termasuk dalam kategori al-amwal (harta kekayaan).

Mauquf dipandang sah apabila merupakan harta bernilai, tahan lama dipergunakan,
dan hak milik wakif murni. Benda yang diwakafkan dipandang sah apabila memenuhi
syaratsyarat sebagai berikut:

a. Benda harus memiliki nilai guna.


Tidak sah hukumnya sesuatu yang bukan benda, misalnya hak-hak yang
bersangkut paut dengan benda, seperti hak irigasi, hak lewat, hak pakai dan lain
sebagainya. Tidak sah pula mewakafkan benda yang tidak berharga menurut
syara’, yaitu benda yang tidak boleh diambil manfaatnya, seperti benda
memabukkan dan benda-benda haram lainnya.
b. Benda tetap atau benda bergerak.
Secara umum yang dijadikan sandaran golongan syafi’iyah dalam mewakafkan
hartanya dilihat dari kekekalan fungsi atau manfaat dari harta tersebut, baik
berupa barang tak bergerak, benda bergerak maupun barang kongsi (milik
bersama).
c. Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi akad wakaf.
Penentuan benda tersebut bisa ditetapkan dengan jumlah seperti seratus juta rupiah,
atau juga bisa menyebutkan dengan nisab terhadap benda tertentu, misalnya separuh
tanah yang dimiliki dan lain sebagainnya. Wakaf yang tidak menyebutkan secara jelas
terhadap harta yang akan diwakafkan tidak sah hukumnya seperti mewakafkan sebagian
tanah yang dimiliki, sejumlah buku, dan sebagainya. d. Benda yang diwakafkan benar-
benar telah menjadi milik tetap (al-milk at-tamm) si wakif (orang yang mewakafkan)
ketika terjadi akad wakaf. Dengan demikian jika seseorang mewakafkan benda yang
bukan atau belum miliknya, walaupun nantinya akan menjadi miliknya maka hukumnya
tidak sah, seperti mewakafkan tanah yang masih dalam sengketa atau jaminan jual beli
dan lain sebagainya
Jenis Harta Benda Wakaf

a. Harta wakaf bergerak (manqul)


Harta bergerak yang dapat diwakafkan adalah harta benda yang tidak bisa habis
karena dikonsumsi, meliputi:
a. Hewan
Wakaf hewan seperti: kuda kepada mujahidin untuk berjihad (kalau
dianalogikan seperti sekarang adalah kendaraan yang bisa digunakan untuk
kepentingan umum). Atau bisa juga wakaf hewan sapi yang diberikan kepada
pelajar/mahasiswa untuk diminum susunya atau dijual anaknya untuk keperluan
asrama. Wakaf ini tergolong dalam wakaf benda untuk diambil manfaatnya.
Manfaatnya tidak harus berwujud ketika diwakafkan, tetapi sah mewakafkan
hewan yang dapat diperoleh manfaatnya pada masa yang akan datang, seperti
hewan yang masih kecil.
b. Perlengkapan rumah ibadah
Seperti mewakafkan tikar(karpet), sajadah, kipas angin, dan sebagainya ke
masjid.
c. Senjata
Seperti wakaf perlengkapan perang yang dilakukan Khalid bin Walid,
sebagaimana diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
d. Pakaian
e. Buku
f. Mushaf
b. Harta wakaf tidak bergerak (ghairu manqul)
Benda tidak bergerak meliputi:
a. Tanah
Benda macam inilah yang sangat dianjurkan agar diwakafkan, karena
mempunyai nilai jariyah yang lebih lama. Ini sejalan dengan wakaf yang
dipraktekkan sahabat Umar bin Khottab atas tanah Khaibar atas perintah
Rasululloh SAW. Adapun dasar hadits tentang wakaf tanah dari Umar bin Khattab
di Irak, yaitu:
Dari Ibnu Umar ra. Berkata: “Bahwa sahabat Umar ra. memperoleh sebidang
tanah di Khaibar, kemudian Umar ra. Menghadap Rasulullah SAW. untuk
meminta petunjuk. Umar berkata : Hai Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang
tanah di Khaibar, saya belum mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang
engkau perintahkan kepadaku?”Rasulullah SAW. bersabda :”bila engkau suka
kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya)”. Kemudian
Umar mensedekahkannya (hasil pengelolaan tanah kepada orang-orang fakir,
kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang
bagi yang mengelola (nadzir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik
(sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud
menumpuk harta” (HR.Muslim).
Wakaf yang dilakukan oleh Umar bin Khattab tersebut diikuti oleh Abu
Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun “Bairaha”. Selanjutnya
disusul oleh sahabat Nabi SAW lainnya, seperti Abu Bakar yang mewakafkan
sebidang tanahnya di Mekkah yang diperuntukkan kepada anak keturunannya
yang datang ke Mekkah, dan masih banyak sahabat yang lainnya yang
mewakafkan tanahnya.
b. Bangunan
Sah disewakan seluruh atau sebagiannya, seperti tingkat bawah saja, baik
sebagai masjid atau lainnya, karena bangunan termasuk benda yang sah
diwakafkan. Demikian pendapat mazhab Syafi’i dan Hambali.
c. Pohon untuk diambil buahnya
Wakaf pohon termasuk wakaf benda untuk diambil manfaatnya, baik langsung
ketika diwakafkan atau pada masa sekarang
d. Sumur untuk digali airnya
Wakaf sumur bermanfaat didaerah yang sering dilanda kekeringan dengan
fasilitas lain yang mendukung seperti mesin air dan pipa.

Tukar Menukar Harta Benda Wakaf

Berdasarkan Pasal 40-41 UU No 41/2004 dan PP No 42/2006 Pasal 49, Tanah wakaf dilarang
ditukar kecuali:

1) Tanah wakaf digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata
ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dan tidak
bertentangan dengan syariah.
2) Tanah wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf atau
3) Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak.
Pelaksnaan penukaran tanah wakaf:

Penukaran tanah wakaf dilaksanakan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri Agama
berdasarkan persetujuan Badan Wakaf Indonesia dengan mengikuti ketentuan perundang-
undangan.

Ikrar dan Sertifikasi Harta Benda Wakaf

Pada Pasal 17 ayat (1) UU No. 41/2004 bahwa ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif
kepada nadzir di hadapan PPAIW dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi, pada Pasal 17
ayat 2 UU No. 41/2004 bahwa ikrar wakaf dinyatakan secara lisan dan/atau tulisan serta
dituangkan dalam ikrar wakaf oleh PPAIW. Pada Pasal 19 UU No. 41/2004 bahwa dalam hal
wakif tidak dapat memyatakan ikrar wakaf secara lisan atau tidak dapat hadir dalam
pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang dibenarkan oleh hukum, wakif dapat menunjuk
kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi.

Pada Pasal 21 ayat (1) UU No. 41/2004 bahwa ikrar wakaf dituangkan dalam akta
ikrar wakaf. Pada Pasal 21 ayat 2 UU No. 41/2004 bahwa akta ikrar wakaf paling sedikit
memuat

1. Nama dan identitas wakif.


2. Nama dan identitas nadzir.
3. Data dan keterangan harta benda wakaf.
4. Peruntukan harta benda wakaf.
5. Jangka waktu wakaf

Tahap-Tahap Ikrar Wakaf & Sertifikasi Tanah Wakaf

1. Calon Wakif (orang yang ingin mewakafkan) melakukan musyawarah dengan


keluarga untuk mohon persetujuan untuk mewakafkan sebagian tanah miliknya.
2. Syarat tanah yang diwakafkan adalah milik Wakif baik berupa pekarangan, pertanian
(sawah-tambak) atau sudah berdiri bangunan boleh berupa tanah dan bangunan
prduktif,atau bila tanah negara sudah dikuasai lama oleh nadzir/pengurus lembaga
sosial-agama dan berdiri bangunan sosial-agama.
3. Calon Wakif memberitahukan kehendaknya kepada Nadzir (orang yang diserahi
mengelola harta benda wakaf) di Desa/Kelurahan atau Nadzir yang ditunjuk.
4. Nadzir terdiri dari
a. Nadzir Perorangan biasa disebut Nadzir Desa/Kelurahan atau Nadzir yang
ditunjuk (Minimal 3 orang maksimal 5 orang berdomisili KTP di kecamatan
wilayah tempat Objek Wakaf)
b. Nadzir Organisasi contoh Pengurus NU atau Pengurus Muhammadiyah di tingkat
kecamatan atau kabupaten.
c. Nadzir Badan Hukum (memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang
berlaku)
5. Calon Wakif dan Nadzir memberitahukan kehendaknya kepada Pejabat Pembuat Akta
Ikrar Wakaf (PPAIW) yaitu Kepala KUA yang mewilayahi tempat objek wakaf guna
merencanakan Ikrar Wakaf dengan membawa bukti asli dan foto copy kepemilikan
(Sertipikat Hak, HGB, Petok atau Keterangan Tanah Negara (yang sdh dikuasai
Lembaga Sosial dan didirikan bangunan sosial)
6. Bila objek yang diwakafkan berasal dari sertipikat hak milik yg dipecah (tidak
diwakafkan keseluruhan) maka perlu dipecah dulu sesuai dengan luas yang
diwakafkan (proses pemisahan/[emecahan sertipikat di BPN).Bila dari tanah
yasan/bekas hak adat, atau dari tanah Negara perkiraan luas yang diwakafkan
mendekati luas riel,
7. Calon Wakif & Nadzir memenuhi persyaratan administrasi yang dibutuhkan (lihat
lampiran persyaratan administrasi) Diusakan persyaratan administrasi telah lengkap
sebelum dilaksanakan Ikrar Wakaf
8. Setelah persyaratan diperiksa dan cukup memenuhi syarat, Ikrar Wakaf dilaksanakan
di depan PPAIW dan diterbitkan Akta Ikrar Wakaf (untuk wakaf baru/wakifnya masih
ada) atau Akta Ikrar Pengganti Ikrar Wakaf (untuk wakaf telah lama dilakukan oleh
wakif dibawah tangan dan wakifnya telah meninggal dunia, ahli waris hanya
mendaftarkan wakaf)
9. Nadzir atau orang yg ditunjuk mendaftarkan Tanah Wakaf ke Kantor BPN setempat
untuk mendapatkan sertipikat Tanah Wakaf sesuai dengan persyaratan yg ada.

Informasi Data Wakaf

Informasi data wakaf dapat didapatkan dan diakses melalui laman web milik
Kementerian Agama. Tercatat hingga saat ini, sebanyak 440.512 tanah wakaf dengan luas
total 57.263,69 Ha yang ada di seluruh Indonesia. Sementara untuk data wakaf berupa uang
bisa diakses melalui lama web milik Badan Wakaf Indonesia (BWI). Tercatat sebanyak 27
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Penerima Wakaf Uang (PWU) berikut ini:
1. Bank Muamalat Indonesia
2. Bank Mega Syariah
3. Bank DKI Syariah
4. Bank BTN Syariah
5. Bank Syariah Bukopin
6. BPD Jogya Syariah
7. BPD Kalbar Syariah
8. BPD Jateng Syariah
9. BPD Riau Syariah
10. BPD Jatim Syariah
11. BPD Sumut Syariah
12. Bank CIMB Niaga Syariah
13. Bank Panin Dubai Syariah
14. BPD Sumsel & Babel Syariah
15. BPD BJB Syariah
16. BPD Kaltim dan Kaltara Syariah
17. BPRS Harta Insan Karimah
18. BPD Kalimantan Selatan
19. Bank Danamon Indonesia
20. Bank Permata
21. Bank Syariah Indonesia
22. BPRS Bina Rahmah
23. BPRS Mitra Amal Mulia
24. BPRS Al Salaam Amal Salman
25. BPD Sumatera Barat (Bank Nagari)
26. BPRS Bangun Drajat Warga
27. BPRS Lantabur Tebuireng

DAFTAR PUSTAKA

Badan Wakaf Indonesia. (2019). Buku Pintar Wakaf. Badan Wakaf Indonesia.

Diana, Z. A. (2013). Studi analisis wakaf diri Ustadz Sunan Autad Sarjana Bin Hartono di
pondok modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur [IAIN Walisongo].
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/1860
Ingin Wakaf Uang? Ini Cara Mudah Wakaf Uang. (n.d.).
https://www.bwi.go.id/7386/2021/10/18/ingin-wakaf-uang-ini-cara-mudah-wakaf-uang/

Zuryati. (2015). MENJUAL TANAH WAKAF MENURUT IBNU TAIMIYYAH [Universitas


Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau]. https://repository.uin-suska.ac.id/7193/

Anda mungkin juga menyukai