AMRIZAL
ABSTRACT
The result of the research shows that the Ruling of Judicial Review No. 598
PK/Pdt/2016 which revokes Marriage Contract No. 200 on July 8, 1994 made and
signed before Eko Handoko Widjaja, S.H., Notary in Malang, since it is not
registered in the Residential Affairs and Civil Registry Office, is correct and
accurate. In the Ruling, the Marriage Contract is considered contrary to and
violating against Law No. 1/1974 in Chapter V, Article 29, paragraph 1, Article
152 in conjunction with Article 147 of the Civil Code because it is registered. The
legal consequence of joint property has to be distributed equally.
I. PENDAHULUAN
Perkawinan yang dilakukan oleh suami isteri secara sah akan membawa
akibat di bidang umum, salah satunya adalah bidang kekayaan. Menurut Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa harta benda perkawinan suami dan isteri
terdiri dari harta pribadi dan harta bersama. Harta pribadi dapat berupa harta
bawaan atau harta yang diperoleh dari warisan atau hadiah/hibah sedangkan harta
bersama merupakan harta yang diperoleh suami dan/atau isteri sepanjang
perkawinan, kecuali yang berasal dari warisan atau hibah/hadiah.
Dasar hukum tentang harta bersama dapat ditelusuri melalui Undang-
Undang dan peraturan sebagai berikut:1
1) Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam Pasal 35 ayat (1)
menyebutkan bahwa harta bersama adalah harta benda yang diperoleh
selama masa perkawinan, artinya harta kekayaan yang diperoleh sebelum
terjadinya perkawinan tidak disebut sebagai harta bersama.
1
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-gini saat terjadi perceraian, (Jakarta :
Transmedia Pustaka, 2008) hal. 8-9.
AMRIZAL|2
2
Ibid , hal. 86-87.
AMRIZAL|3
Perjanjian yang dibuat oleh atau di hadapan notaris dibuat dalam bentuk
akta notaril. Berfungsi , yaitu:3
1) Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan
perjanjian tertentu;
2) Sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam perjanjian
adalah menjadi tujuan dan keinginan para pihak;
3) Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu, kecuali jika
ditentukan sebaliknya, para pihak telah mengadakan perjanjian dan bahwa isi
perjanjian adalah sesuai dengan kehendak para pihak.
Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 598 PK/Pdt/2016, telah
membatalkan akta perjanjian perkawinan yang dibuat di hadapan notaris dengan
segala akibat hukumnya sehingga harta yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama dan membagi harta bersama yang diperoleh selama
perkawinan dengan besar yang sama rata.
Dalam putusan tersebut Akta Perjanjian Perkawinan dianggap
bertentangan dan melanggar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pada Bab V
Pasal 29 ayat 1, Pasal 152 juncto Pasal 147 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata karena tidak teregister di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Tuban sehingga perjanjian perkawinan tersebut mengalami cacat
baik dari segi formil maupun materiil. Dari segi formil yakni karena Akta
Perjanjian Perkawin dibuat di hadapan notaris di Malang tetapi tidak didaftarkan
pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tuban
sedangkan materiilnya yakni ternyata dalam perkawinan antara Pengugat dan
Tergugat I tersebut telah menghasilkan harta kekayaan sehingga dengan
pembatalan akta perjanjian perkawinan yang dibuat di hadapan Notaris Tuban
tersebut maka seluruh harta yang diperoleh selama perkawinan antara Penggugat
dengan Tergugat I menjadi harta bersama.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka menarik untuk dilakukan
penelitian hukum yaitu “Analisis Yuridis Keabsahan Akta Perjanjian Kawin
3
Salim HS, Abdullah, Wiwiek Wahyuningsih, Perancang Kontrak & Memorandum of
Understanding (MoU), (Cetakan III; Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal.17.
AMRIZAL|4
4
Rony Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1990), hal. 53.
5
Ibid.
6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 13.
AMRIZAL|6
8
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2011), Cetakan Kesatu, hal.11. (buku 3).
AMRIZAL|9
mengikat lagi para pihak, dan para pihak menanggung segala akibat dari
pembatalan tersebut.9
2). Dibuktikan dengan asas praduga sah.
Jika para pihak tidak sepakat akta yang bersangkutan untuk dibatalkan,
salah satu pihak dapat menggugat pihak lainnya, dengan gugatan untuk
mendegradasikan akta notaris menjadi akta di bawah tangan. Setelah
didegradasikan, maka hakim yang memeriksa gugatan dapat memberikan
penafsiran tersendiri atas akta notaris yang sudah didegradasikan, apakah tetap
mengikat para pihak atau dibatalkan. Hal ini tergantung pembuktian dan
penilaian hakim.
Jika pembatalan akta notaris secara garis besar tersebut diatas dikaitkan
dengan Putusan Peninjauan Kembali Nomor 598 PK/PDT/2016 tanggal 24
Nopember 2016 yang menyatakan batal akta perjanjian nikah Nomor 200
tanggal 8 Juli 1994 yang dibuat di hadapan seorang notaris. Maka pembatalan
akta tersebut tergolong kepada pembatalan dibuktikan dengan asas praduga sah.
Terhadap perjanjian perkawinan yang dibatalkan oleh Putusan Pengadilan
seperti dalam Putusan Peninjauan Kembali Nomor 598 PK/PDT/2016 tanggal 24
Nopember 2016 yang menyatakan batal akta perjanjian nikah Nomor 200 tanggal
8 Juli 1994 yang dibuat di hadapan seorang notaris maka, dapat dilihat
sejauhmana tannggung jawab seorang notaris terhadap akta perjanjian perkawinan
yang dibatalkan oleh Pengadilan.
Bentuk tanggung jawab notaris lahir dari adanya kewajiban dan
kewenangan yang diberikan kepadanya. Penjelasan Undang-Undang Jabatan
notaris menunjukkan bahwa notaris hanya sekedar bertanggung jawab terhadap
formalitas dari suatu akta otentik dan tidak terhadap materi akta otentik tersebut.
Hal ini mewajibkan notaris untuk bersikap netral dan tidak memihak serta
memberikan semacam nasihat hukum bagi klien yang meminta petunjuk hukum
pada notaris yang bersangkutan.
9
Pembatalan dengan cara seperti ini selaras dengan Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia nomoe 1420 K/Sip/1978, tanggal 1 Mei 1979, bahwa pengadilan tidak dapat
membatalkan suatu akta notaris, tetapi hanya dapat menyatakan akta notaris yang bersangkutan
tidak mempunyai kekuatan hukum. Berarti hanya para pihak yang dapat membatalkannya.
A M R I Z A L | 10
Sejalan dengan hal tersebut, maka notaris dapat bertanggung jawab atas
kebenaran materiil suatu akta bila nasihat hukum yang diberikannya ternyata
dikemudian hari merupakan suatu yang keliru.
Mengenai tanggung jawab notaris selaku pejabat umum yang berhubungan
dengan kebenaran materiil, dibedakan menjadi : 10
1. Tanggung jawab Notaris secara perdata ;
Konstruksi yuridis yang digunakan dalam tanggung jawab perdata
terhadap kebenaran materiil atas akta yang dibuat adalah konstruksi perbuatan
melawan hukum. Notaris bertanggung jawab atas kerugian yang di derita atas akta
yang dibuat dengan dasar perbuatan melanggar hukum di dalam hukum perdata
diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang menentukan bahwa tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut.
Apabila memperhatikan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata diatas, di dalamnya
terkandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Perbuatan yang melanggar hukum
2. Harus ada kesalahan;
3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan;
4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian.
Bagi akta notaris yang menimbulkan kerugian bagi pihak yang terlibat
di dalamnya menimbulkan pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan
tuntutan secara perdata terhadap notaris. Dalam pasal 84 Undang-Undang Jabatan
Notaris ada 2 jenis sanksi perdata, yaitu :11
a. Akta notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
dibawah tangan, dan
b. Akta notaris menjadi batal demi hukum.
Akibat dari akta notaris yang seperti itu, maka dapat menjadi alasan bagi
pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti
10
Abdul Ghofur, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia: Perspektif Hukum dan Etika,
(Yogyakarta: UII Press), hal.34.
11
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat
Publik (Bandung: PT. Refika Aditama ), hal.93. (buku 4).
A M R I Z A L | 11
12
Ibid.
13
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap No.30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris), (Bandung : PT. Refika Aditama) , 2008, hal. 128.(buku 5).
14
Ima Erlie Yuana, Tanggung Jawab Notaris Setelah Berakhir Masa Jabatannya
Terhadap Akta Yang Dibuatnya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris, Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, 2010, Thesis
A M R I Z A L | 12
a. Perbuatan (manusia)
Perbuatan adalah tindakan dan kejadian yang ditimbulkan oleh
perbuatan tersebut.
b. Memenuhi rumusan peraturan perundang-undangan
Agar suatu perbuatan dapat disebut tindak pidana harus memenuhi
rumusan undang-undang artinya berlaku asas legalitas. Asas ini menyatakan
bahwa nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali yang bermakna
bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika hal
tersebut tidak atau belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang. Arti
penting adanya asas legalitas adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum
dan demi keadilan. Memenuhi peraturan perundang-undangan sebagai syarat
dari tindak pidana adalah merupakan syarat formil.
c. Bersifat melawan hukum
Adanya sifat melawan hukum dalam tindak pidana merupakan
syarat mutlak dan juga merupakan syarat materiil. Indonesia menganut
ajaran sifat ajaran melawan hukum dalam arti materiil namun dalam
fungsinya yang negatif. Artinya meskipun apa yang dituduhkan adalah
suatu delik formil namun hakim secara materiil harus memperhatikan juga
adanya kemungkinan keadaan dari terdakwa atas dasar mana mereka tidak
dapat dihukum, sehingga terdakwa bebas dari segala tuntutan hukum.
3. Tanggung jawab Notaris secara administratif
Sehingga dapat dianalisa secara hukum bahwa terhadap kasus dalam
Putusan Peninjauan Kembali Nomor 598 PK/Pdt/2016 yang akhirnya
membatalkan Akta Perjanjian Nikah nomor 200 tanggal 8 Juli 1994 yang
dibuat di hadapan Eko Handoko Widaja, SH disebabkan akta perjanjian
perkawinan tersebut tidak diregistrasi/didaftarkan pada Kantor Catatan Sipil
sebagaiman diharuskan dalam Pasal 29 Undang-Undang 1974. Dalam hal
ini menurut analisa secara hukum maka notaris tidak bertanggung jawab
karena tidak ada keharusan bagi notaris untuk melakukan
15
Abdul Ghofur, Lembaga Kenotariatan Indonesia: Perspektif Hukum dan Etika,
(Yogyakarta: UII Press), 2009, hal.34
A M R I Z A L | 13
16
Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI, Intermsa Jakarta, Cetakan II, 1992 hal
645.
A M R I Z A L | 14
17
Wawancara dengan Irma Handayani Sembiring, Notaris Kabupaten Labuhanbatu
Selatan pada tanggal 5 Desember 2017.
18
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Hukum
Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2006),
hal.443-447.
A M R I Z A L | 16
19
Wawancara dengan Rahmad Nauli Siregar, SH, Notaris di Medan, pada tanggal 10
Desember 2017.
20
Wawancara dengan Abdul Rahmad Siregar, SH, Notaris di Kabupaten Labuhan Batu,
pada tanggal 10 Desember 2017
A M R I Z A L | 17
2. Perlu terlebih dahulu melakukan pengkajian hukum terhadap akta yang dibuat
karena fungsi dan wewenang seorang notaris sebagai pejabat umum selain
memberikan kepastian hukum terhadap akta yang dibuatnya agar menjadi suatu
alat bukti yang sempurna dan menjadi undang-undang yang mengikat bagi
mereka yang membuatnya. Seorang notaris juga berfungsi sebagai penyuluh
hukum. Oleh karena itu jangan sampai ketidak tahuan seorang Notaris tentang
suatu ketentuan-ketentuan hukum terkait akta yang dibuatnya dapat
menimbulkan kerugian bagi orang lain yang juga dapat menyebabkan seorang
notaris dituntut.
3. Perlu menciptakan hakim yang cerdas, berwawasan yang luas dan
pengetahuan tentang segala aturan-aturan hukum secara berkesinambungan
khususnya tentang Perjanjian Perkawinan sehingga hakim dalam memutuskan
suatu perkara sengketa Perjanjian Perkawinan mencapai keadilan bagi pihak
yang bersengketa.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adjie , Habib, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Cetakan Kesatu,
Bandung, PT. Refika Aditama, 2011.
------------------, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai
Pejabat Publik, Bandung: PT. Refika Aditama. .
HS, Salim, dan Abdullah serta Wiwiek Wahyuningsih, Perancang Kontrak &
Memorandum of Understanding (MoU), Cetakan III, Jakarta, Sinar
Grafika, 2008
B. Thesis
Yuana, Ima Erlie, Tanggung Jawab Notaris Setelah Berakhir Masa Jabatannya
Terhadap Akta Yang Dibuatnya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Magister Kenotariatan Universitas
Diponegoro Semarang, 2010.
C. Peraturan Perundang-Undang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tetang Jabatan Notaris
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
D. Wawancara
Wawancara dengan Irma Handayani Sembiring, Notaris Kabupaten Labuhanbatu
Selatan pada tanggal 5 Desember 2017.
Wawancara dengan Rahmad Nauli Siregar, SH, Notaris di Medan, pada tanggal
10 Desember 2017.