Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kita semua dalam keadaan yang sehat walafiat dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari. Kami juga panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena hanya dengan
keridhohanya makalah dengan judul “akad nikah dalam pernikahan sesuai Al-Qur’an dan
Hadist ”. Dapat terselesaikan.

Kami menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami Tentang akad
nikah, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih tentang
masalah ini. oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua, setidaknya
untuk membuka cara berpikir kita tentang kerajinan tangan, untuk menumbuhkan daya nalar,
kreatif tangan, dan pola pikir kami sajikan aktifitas yang menurut peran aktif dalam
melakukan kegiatan.

Woha, November 2021

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….……………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ……………………..…………………………………………


B. RUMUS MASALAH ………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. RUKUN NIKAH ………………………………………………………................……


B. WALIMATUL URSY …………………………………………….........................…..
C. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI…………………………….....................…
D. HAL-HAL YANG MEMUTUSKAN IKATAN PERNIKAHAN …………..............

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ………………………………………………………………………….
B. SARAN…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna
ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan,
tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang harus diindahkan. Dalam
Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab I pasal 1, perkawinan ialah
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Sedangkan tujuan pernikahan adalah sebagaimana difirmankan Allah s.w.t. dalam
surat Ar-Rum ayat 21 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang (mawaddah warahmah).
Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang
yang berfikir”. Mawaddah warahmah adalah anugerah Allah yang diberikan kepada manusia,
ketika manusia melakukan pernikahan. Hal yang demikian tidak disebutkan Allah s.w.t.
ketika binatang ternak berpasangan untuk berkembangbiak. Karena tugas selanjutnya bagi
manusia dalam lembaga pernikahan adalah untuk membangun peradaban dan menjadi
khalifah di dunia.
Rukun yang pokok dalam perkawinan, ridhanya laki-laki dan perempuan dan
persetujuan mereka untuk mengikat hidup berkeluarga. Karena perasaan ridha dan setuju
bersifat kewajiban yang tak dapat dilihat denga mata kepala, karena itu harus ada perlambang
yang tegas untuk menunjukkan kemauan mengadaka ikatan bersuami istri. Pelambang  itu
diutaraka dengan kata-kata oleh kedua belah pihakk yang mengadakan aqad. Pernyataan
pertama sebagai menunjukkan kemauan untuk membentuk hubungan suami istri disebut ijab,
dan penyataan kedua yang dinyatakan oleh pihak yang mengadakan akad berikutnya untuk
menyatakan rasa ridha dan setujunya disebut qobul. Dari sini kemudian para ahli fiqh
menyatakan bahwa syarat perkawinan (nikah) adalah ijab dan qobul. Lantas, bagaimana ijab
qobul yang benar menurut syara? Apa saja rukun dan apa tujuan dari ijab qobul tersebut?

B.     Rumusan Masalah

Didalam pembuatan makalah ini ada permasalah yang akan ditinjau dan dijadikan bahan
penerangan dalam makalah ini, terdari dari :

1.      Apa itu rukun nikah

2.      Apa pengertian walimatulm ursy ( resepsi pernikahan )

3.      apa saja hak dan kewajiban suami istri

4.      hal-hal yang memutus ikatan pernikahan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Rukun Nikah
Rukun dalam proses akad nikah adalah sebagai berikut.
1. Calon suami
Calon suami yang sah untuk melakukan akad nikah adalah apabila calon suami
memenuhi persyaratan yaitu,
(1) Islam,
(2) baligh,
(3) berakal
(4) sehat jasmani dan rohani,
(5) laki-laki sejati, dan
(6) berumur minimal 21 tahun (menurut UU No 1 Tahun 1974).
2. Calon Istri
Tidak semua perempuan sah dinikahi oleh seorang laki-laki. Ada beberapa syarat
seorang perempuan yang sah untuk dijadikan sebagai calon istri, yaitu,
(1) Islam,
(2) baligh,
(3) berakal,
(4) sehat jasmani dan rohani,
(5) perempuan sejati, dan
(6) berumur minimal 19 tahun (menurut UU No 1 tahun 1974).
3. Wali calon istri
Seorang wali adalah seorang laki-laki yang berhak menikahkan seorang anak
perempuan dengan seorang laki-laki tertentu. Tidak semua orang laki-laki - dapat menjadi
wali dalam akad nikah, kecuali laki-laki yang memenuhi syarat sebagai berikut:
(1) Islam,
(2) baligh,
(3) berakal,
(4) merdeka, dan
(5) adil.
Tidak sah seorang perempuan melakukan akad nikah tanpa, seorang wali,
sebagaimana Nabi Muhammad saw. berikut.

Artinya:
Abu Musa Al-Asy'ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak sah pernikahan, kecuah dengan
wah.” (H.R. Abu Daud)

Seorang wanita tidak dapat menjadi wali atas pernikahan wanita lain, termasuk dalam pernikahan
dirinya sendiri, karena seorang wanita menjadi tanggung jawab seorang wali, kecuali wanita pezina.
Nabi Muhammad saw bersabda.

Artinya:
Abu Hurarrah ra. berkata Rasullullah saw. bersabda, “Wanita tidak dapat menjadi wali wanita. Dan
tidak dapat pula wanita menikahkan dirinya sendin. Wanita pezinalah yang menikahkan dinnya
sendi.” (H.R. Ibnu majah)
Dengan demikian, seorang wanita yang melakukan kawin lari, artinya tanpa seizin seorang wali,
pernikahan tersebut batal. Karena keberadaan wali menjadi rukun dalam proses akad nikah. Nabi
Muhammad saw. bersabda.

Artinya:
Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Seorang wanita yang menikah tanpa izin walinya,
maka pernikahannya adalah batil, batil, batil. ... (H.R. Abu Daud)

Seorang laki-laki yang sah menjadi wali dalam proses akad nikah menurut ulama Syafi'iyah
adalah sebagai berikut.

1. Bapak kandung
2. Kakek
3. Saudara kandung laki-laki
4. Saudara tiri laki-laki
5. Anak saudara kandung laki-laki ( keponakan)
6. Anak saudara tiri laki-laki ( keponakan )
7. Paman (dari pihak bapak)
8. Anak laki-laki dari paman ( sepupu )
9. Hakim
4. Dua saksi
Seorang lak-laki calon suami harus dapat mendatangkan dua orang dalam proses akad
nikah. Kehadiran saksi menjadi tanggung jawab seorang calon suamu dan udak wajib
bagi calon pengantin perempuan. Tujuan kehadiran dua orang saku, disamping untuk
mengetahui keabsahan kad rukah, yuga untuk memberi persakian bahwa seorang laki-laki
calon adalah seorang jejaka, duda, atau sudah beristri, Kalau sudah belum melebihi dari
empat orang wanita.
5. Sigat ( redaksi ) ijab dan qabul
Ijab adalah pernyataan seorang wali nikah, sedangkan gabul adalah pernyataan
menerima pernikahan dari calon suami. Ijab dan gabul menjadi sah sebagai rukun dalam
akad nikah apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) Syarat ijab
a. Meng pakan bahasa yang jelas (bahasa Arab bagi yang bisa atau terjemah bagi yang
tidak bisa bahasa Arab).
b. Menggunakan kata “ankahtuka” (saya nikahkan) atau “zawwajtuka” (saya kawinkan).
Tidak sah jika menggunakan kata selain dua kata itu.
c. Tidak boleh menggunakan kata sindiran atau kiasan.
d. Diucapkan langsung oleh wali atau wakilnya dengan sempurna.
e. Tidak dibatasi dengan waktu tertentu, seperti, nikah mut'ah atau nikah kontrak.
f. Tidak disyaratkan dengan sesuatu yang mengikat.
1. Syarat qabul
a. Menggunakan bahasa yang jelas (bahasa Arab bagi yang bisa atau terjemah bagi yang
tidak bisa bahasa Arab).
b. Menjawab pernyataan dalam kalimat ijab dengan segera dan tepat.
c. Bukan merupakan kata sindiran.
d. Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu).
e. Tidak diikatkan dengan batasan waktu tertentu, seperti nikah mut'ak atau kontrak.
f. Tidak disyaratkan dengan sesuatu yang mengikat.
g. Menyebut nama bakal Istri.
h. Tidak diselangi dengan perkataan lain.
B. Walmatul ‘ursy ( Resepsi Pernikahan )

Walimatul “ursy adalah resepsi atau pesta pernikahan. Resepsi atau pesta pernikahan
ini dilakukan setelah proses akad nikah selesai. Tujuannya, di samping sebagai perwujudan
rasa syukur kepada Allah, karena telah dilakukan proses akad nikah dengan selamat dan
lancar, juga untuk mengumumkan atau membentahu kepada khalayak ramai bahwa benar-
benar telah dilakukan akad nikah dari kedua mempelai tertentu.
Hukum melakukan walimatul ursy menurut sebagian besar pendapat para ulama
adalah sunah. Artinya, bagi yang mampu melakukan akan memperoleh pahala. Akan tetapi
bagi yang tidak mampu, tidak apa-apa dan tidak dibenarkan untuk memperberat diri dengan
cara berhutang, karena dapat menambah beban keluarga. Walaupun Nabi Muhammad saw.
sendiri menyerukan agar setelah proses akad nikah dilakukan walimatul “ursy sebagaimana
sabda Nabi Muhammad saw, berikut.

Artinya:
Abdullah bin az zubair r.a berkata ‘Rasulullah saw bersabda “sebarkanlah berita pernikahan
itu (melalui walimatul ursy) “ (H.r. Ahmad)

C. Hak dan kewajiban suam Istri


Setelah selesai melakukan akad nikah, mulai terikat hak dan kewajiban

bagi suami istri. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh suami dan istri.
Sedangkan hak adalah segala sesuatu yang harus diterima oleh suami atau istri. Ketika
seorang suami melakukan kewajiban, berarti memberikan hak kepada seorang istri.
Sebaliknya, kalau seorang istri sedang melakukan kewajiban, berarti memberikan hak kepada
seorang suami. Berikut yang menjadi hak dan kewajiban suami istri
1. Kewajiban suami terhadap istri
Kewajiban seorang suami terhadap istri artinya sesuatu yang harus dilakukan oleh
seorang suami terhadap istri. Ketika seorang suami melakukan kewajiban, berarti
memberikan hak kepada istri. Di antara kewajiban seorang suami terhadap istri adalah
sebagai berikut.
a. Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik, penuh kasih sayang, tidak kasar
dan tidak secara zalim. Allah berfirman dalam surah An-Nisa'/4 ayat 19 berikut.

ۚ ‫ْض َمٓا ٰاتَ ْيتُ ُموْ ه َُّن آِاَّل اَ ْن يَّْأتِ ْينَ بِفَا ِح َش ٍة ُّمبَيِّنَ ٍة‬ ُ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل يَ ِحلُّ لَ ُك ْم اَ ْن ت َِرثُوا النِّ َس ۤا َء كَرْ هًا ۗ َواَل تَ ْع‬
ِ ‫ضلُوْ ه َُّن لِت َْذهَبُوْ ا بِبَع‬
‫هّٰللا‬
‫َر ْهتُ ُموْ ه َُّن فَ َع ٰ ٓسى اَ ْن تَ ْك َرهُوْ ا َش ْيـًٔا َّويَجْ َع َل ُ فِ ْي ِه خَ ْيرًا َكثِ ْيرًا‬ ِ ْ‫َوعَا ِشرُوْ ه َُّن بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف ۚ فَاِ ْن ك‬
Artinya:
Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan
paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan
perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.

b. Suami wajib memberi nafkah lahir kepada istri, seperti memberi makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
c. Suami wajib mengajarkan istri tentang ilmuIlmu yang berkaitan dengan wanita, seperti
hukum haid, nifas, wiladah (melahirkan), sstihadah, dan sejenisnya.
d. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri.
e. Suami wajib menutup aib istri kepada siapapun.
f. Ketika ada tanda-tanda kematian, seorang suami hendaklah berwasiat kepada istri.

2. Kewajiban itri terhadap suami


Kewajiban istri terhadap suami artinya segala sesuatu yang wajib dilakukan oleh
seorang istri terhadap suami. Segala sesuatu yang wajib dilakukan oleh seorang istri
adalah merupakan hak bagi seorang suami. Kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai
berikut.
a. Istri wajib menerima dengan ikhlas bahwa suami adalah pemimpin . . keluarga,
sebagaimana firman Allah swt. dalam surah An-Nisa'/4 ayat : 34 berikut.

‫ب بِ َما َحفِظَ هّٰللا ُ َۗو ٰالّتِ ْي‬ ٌ ‫ت ٰحفِ ٰظ‬


ِ ‫ت لِّ ْل َغ ْي‬ ٌ ‫ت ٰقنِ ٰت‬ ّ ٰ ‫ْض َّوبِ َمٓا اَ ْنفَقُوْ ا ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم ۗ فَال‬
ُ ‫صلِ ٰح‬ ٰ
ٍ ‫ْضهُ ْم عَلى بَع‬
‫هّٰللا‬
َ ‫اَلرِّ َجا ُل قَوَّا ُموْ نَ َعلَى النِّ َس ۤا ِء بِ َما فَض ََّل ُ بَع‬
‫ضا ِج ِع َواضْ ِربُوْ ه َُّن ۚ فَاِ ْن اَطَ ْعنَ ُك ْم فَاَل تَ ْب ُغوْ ا َعلَ ْي ِه َّن َسبِ ْياًل ۗاِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِيًّا َكبِ ْيرًا‬ َ ‫تَخَافُوْ نَ نُ ُشوْ َزه َُّن فَ ِعظُوْ ه َُّن َوا ْه ُجرُوْ ه َُّن فِى ْال َم‬

Artinya :

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat
(kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada
mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka.
Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.
Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.

b. Istri wajib menaati suaminya selama tidak dalam kemaksiatan. Bentuk kewajiban
istri di antaranya adalah tidak keluar rumah kecuali dengan izin suami dan tinggal
di tempat kediaman yang telah disediakan suami.
c. Istri hendaknya memenuhi kebutuhan suami dan keluarga, baik kebutuhan
biologis maupun nonbiologis, kecuali ada sebab-sebab syar'i yang sesuai ajaran
Islam. Artinya, seorang istri tidak boleh lalai dan mengabaikan kebutuhan suami
apabila istri diizinkan bekerja karena surga dan nerakanya seorang istri berada di
dalam keridhaan suami. Nabi Muhammad saw. bersabda sebagai berikut.
D. Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
Ada beberapa hal yang dapat memutuskan ikatan pernikahan. Hal-hal yang dapat
memutuskan ikatan pernikahan adalah sebagai berikut.
1. Talak atau perceraian
Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan ucapan talak, baik
secara terang-terangan (sarih) maupun secara kiasan (kinayah), dari pihak suami kepada
istri. Talak dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Talaq raj’i yaitu talak yang dijatuhkan seorang suami kepada istri untuk pertama
kali, sehingga suami boleh rujuk atau kembali kepada istri yang telah ditalaknya
selama masih dalam masa “ddah dengan tanpa akad nikah baru.
b. Talaq ba’in yaitu talak tiga, talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istri
sejumlah tiga kali dan suami tidak boleh rujuk (kembali) kepada istri, kecuali
dengan akad nikah baru.

Akibat dari talak atau perceraian antara suami dengan istri, maka ' istilah Yddah dan rujuk.
“ddah adalah masa menunggu seorang peremp tdak boleh menerima pinangan seorang laki-laki lain
setelah dicerai ole suami. Tujuan 9ddah adalah untuk mengetahui apakah seorang yang dicerai
tersebut sedang dalam keadaan hamil atau tidak. Berapa lama seorang perempuan memiliki masa
“Yddah? Bila dilihat dari keadaan seorang istri ketika dicerai seorang laki-laki, “ddah digolongkan
menjadi beberapa bagian. Berikut klasifikasinya.

a. “iddah mati, artinya apabila seorang perempuan ditinggal mati oleh suaminya, baik sudah
dicampuri maupun belum, masa Yddahnya selama empat bulan 10 hari. Firman Allah
swt. dalam surah Al-Bagarah/2 ayat 234 berikut.

‫َوالَّ ِذ ْينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُوْ نَ اَ ْز َواجًا يَّت ََربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن اَرْ بَ َعةَ اَ ْشه ٍُر َّو َع ْشرًا ۚ فاِ َذا بَلَ ْغنَ اَ َجلَه َُّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي َما فَ َع ْلنَ فِ ْٓي‬
‫ف َوهّٰللا ُ ِب َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
ِ ۗ ْ‫اَ ْنفُ ِس ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬

Artinya :
Dan orang-orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-istri hendaklah
mereka (istri-istri) menunggu empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah
sampai (akhir) idah mereka, maka tidak ada dosa bagimu mengenai apa yang mereka
lakukan terhadap diri mereka menurut cara yang patut. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.

b. Iddah, hamil apabila seorang perempuan dicerai oleh suami dalam keadaan hamil,
sehinnga masa iddahnya dalah sampai melahirkan Firman Allah swt surah At-Talaq/65
ayat 4 berikut
ۤ ٰۤ
‫ض ْعنَ َح ْملَه ۗ َُّن‬
َ َّ‫ت ااْل َحْ َما ِل اَ َجلُه َُّن اَ ْن ي‬ ُ ‫ْض ِم ْن نِّ َس ۤا ِٕى ُك ْم اِ ِن ارْ تَ ْبتُ ْم فَ ِع َّدتُه َُّن ثَ ٰلثَةُ اَ ْشه ۙ ٍُر و َّٰالّـِٔ ْي لَ ْم يَ ِحضْ ۗنَ َواُواَل‬
ِ ‫َوالّـِٔ ْي يَ ِٕى ْسنَ ِمنَ ْال َم ِحي‬
‫ق هّٰللا َ يَجْ َعلْ لَّهٗ ِم ْن اَ ْم ِر ٖه يُ ْسرًا‬
ِ َّ‫َو َم ْن يَّت‬

Artinya :
Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika
kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah tiga bulan; dan begitu
(pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan perempuan-perempuan
yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.
Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan
baginya dalam urusannya.

c. Iddah karena talak, fasakh, dan khulu, ada dua hukumnya, yaitu sebagai beriku.
1. Ketika ditalak suami seorang istri belum pernah dicampuri, tidak memiliki masa
‘iddah. Firman allah dalam surah Al-Ahzab/33 ayat 49 berikut.

‫ت ثُ َّم طَلَّ ْقتُ ُموْ ه َُّن ِم ْن قَ ْب ِل اَ ْن تَ َمسُّوْ ه َُّن فَ َما لَ ُك ْم َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن ِع َّد ٍة تَ ْعتَ ُّدوْ نَهَ ۚا فَ َمتِّعُوْ ه َُّن‬
ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا نَكَحْ تُ ُم ْال ُمْؤ ِم ٰن‬
‫َو َسرِّ حُوْ ه َُّن َس َراحًا َج ِم ْياًل‬

Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi perempuan-perempuan
mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka tidak
ada masa idah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan. Namun berilah mereka
mut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.

2. Apabila ketika ditalak suami, seorang istri sudah pernah dicampuri, masa Yddah-nya
sebagai berikut.
 Apabila dalam keadaan menstruasi, masa Yddah-nya tiga kali suci,
sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Bagarah/2 ayat 228.
 Apabila dalam keadaan suci (tidak menstruasi, karena sudah menopause),
maka masa Yddah-nya adalah 3 bulan, sebagaimana firman Allah swt. dalam
surah At-Talag/65 ayat 4.
 Apabila istri dalam keadaan mengandung, maka masa “ddah-nya adalah
sampai melahirkan.

Sedangkan rujuk adalah upaya untuk kembali kepada tali pernikahan setelah terjadi
perceraian antara seorang suami dengan seorang istri. Hukum melakukan rujuk menurut para “ulama
adalah sebagai berikut.

a. ajib, apabila melakukan rujuk menjadi lebih baik dalam membina rumah tangga. Atau
bagi seorang suami yang menikah lebih dari satu melakukan rujuk dengan tujuan untuk
menyempurnakan keadilan terhadap sesama istri.
b. Sunah, apabila kembalinya seorang suami kepada istri dengan tujuan untuk memperbaiki
kehidupan berumah tangga, sehingga menjadi keluarga yang bahagia.
c. Haram, apabila seorang suami melakukan rujuk dengan tujuan untuk menyakiti seorang
istri atau untuk durhaka kepada Allah swt.
d. Makruh, apabila melakukan rujuk juga tidak dapat memperbaiki kehidupan berumah
tangga (tidak melakukan rujuk itu lebih baik).
e. Mubah merupakan hukum asal dari rujuk, artinya bebas bagi seorang mantan suami untuk
melakukan rujuk. Dengan kata lain, mantan suami boleh melakukan rujuk atau tetap
dalam perceraian.
Melakukan rujuk menjadi sah apabila memenuhi syarat dan rukun sebagai berikut.
1. Seorang istri sudah dicampuri oleh suami.
2. Masih berada dalam masa “iddah.
3. Melakukan rujuk atas kehendak sendiri.
4. Ada dua orang saksi yang adil.
5. Ada sigat atau ucapan rujuk.
2. Fasakh
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami-istri karena sebabsebab tertentu,
seperti seorang laki-laki menikah dengan perempuan yang semula tidak beragama Islam.
Kemudian perempuan tersebut masuk Islam, sehingga pernikahan dilakukan secara Islam.
Setelah memiliki seorang anak, perempuan tersebut kembali kepada agama semula.
Semenjak itu, akad nikah menjadi rusak, karena orang Islam haram menikah perempuan
yang tidak beragama Islam. Fasakh dilakukan oleh hakim agama, atas dasar pengaduan
dari istri atau suami dengan alasan yang dapat dibenarkan.
3. Khulu
Menurut bahasa, khuli? berarti menanggalkan atau melepaskan. Dalam ilmu figih,
khuli? adalah talak yang dijatuhkan suami kepada istri, atas permintaan istri, dengan jalan
tebusan dari pihak istri, baik dengan jalan mengembalikan maskawin kepada suaminya,
atau dengan memberikan sejumlah uang (harta) yang disetujui oleh mereka berdua.
khulu” diperkenankan dalam Islam, dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi istri dalam mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga. Sebagaimana
firman Allah swt. dalam surah Al-Bagarah/ 2 ayat 229 berikut.

‫ْر ْي ۢ ٌح بِاِحْ َسا ٍن ۗ َواَل يَ ِحلُّ لَ ُك ْم اَ ْن تَْأ ُخ ُذوْ ا ِم َّمٓا ٰاتَ ْيتُ ُموْ ه َُّن َش ْيـًٔا آِاَّل اَ ْن يَّخَافَٓا اَاَّل يُقِ ْي َما ُح ُدوْ َد هّٰللا ِ ۗ فَاِ ْن‬
ِ ‫ف اَوْ تَس‬ ٌ ۢ ‫ق َمر َّٰت ِن ۖ فَاِ ْم َسا‬
ٍ ْ‫ك بِ َم ْعرُو‬ ُ ‫اَلطَّاَل‬
ّ ٰ ۤ ٰ ُ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ْ ْ ‫هّٰللا‬
َ‫ك ُح ُدوْ ُد ِ فَاَل تَ ْعتَ ُدوْ هَا َۚو َم ْن يَّتَ َع َّد ُح ُدوْ َد ِ فَاول ِٕىكَ هُ ُم الظلِ ُموْ ن‬ ْ َ ‫ِخ ْفتُ ْم اَاَّل يُقِ ْي َما ُح ُدوْ َد ِ ۙ فَاَل ُجن‬
َ ‫َاح َعلَ ْي ِه َما فِ ْي َما افتَدَت بِ ٖه ۗ تِل‬

Artinya :
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik,
atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus)
diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-
orang zalim.

4. Li’an
Li'an adalah sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berzina, dan suami tidak
dapat mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya berzina. Dengan mengangkat
sumpah 4 kali di depan hakim dan pada ucapan kelima kalinya dia mengatakan, Laknat
(kutukan) Allah siap ditimpakan kepada diriku, apabila tuduhanku itu dusta.
Apabila sumpah 44an seorang suami dibenarkan oleh hukum, berlakulah hukum
rajam terhadap istrinya, yaitu seorang istri dilempari dengan batu sampai mati.
5. Ila
Ila' berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya
selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak ditentukan. Jika sebelum 4 bulan
dia kembali kepada istrinya dengan baik, dia diwajibkan membayar denda sumpah atau
kafarat.
Akan tetapi, jika sampai 4 bulan ia tidak kembali pada istrinya, hakim berhak
menyuruhnya untuk memilih di antara dua hal, kembali kepada istrinya dengan
membayar kafarat sumpah atau mentalak istrinya. Apabila suami tidak bersedia
menentukan pilihannya, maka hakim memutuskan bahwa suami telah mentalak istrinya
dengan talak ba'in sugra, sehingga ia : udak dapat rujuk kembali, kecuali dengan akad
nikah baru. Allah berfirman dalam surah Al-Bagarah/2 ayat 226-227 berikut.
َ ‫) َوِإ ْن َع َز ُموا الطَّال‬226( ‫)لِلَّ ِذينَ يُْؤ لُونَ ِم ْن نِ َساِئ ِه ْم ت ََربُّصُ َأرْ بَ َع ِة َأ ْشه ٍُر فَِإ ْن فَا ُءوا فَِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
‫ق فَِإ َّن هَّللا َ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬

Artinya :
Bagi orang-orang yang meng-ila istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian
jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan jika mereka ber-'azam (bertetap hati untuk) talak, maka
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

6. Zihar.
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya, | seperti
suami berkata kepada istrinya, “Punggungmu sama dengan punggung | ibuku”, Ungkapan
ini merupakan bentuk talak secara Kkindyah, talak secara tidak terang-terangan. Jika
suami mengucapkan kata-kata tersebut dan tidak melanjutkannya dengan mentalak
istrinya, seorang suami wajib membayar kafarat, dan haram menggauli istrinya sebelum
kafarat dibayar.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan :

1.      Akad adalah merupakan syarat sah sebuah penikahan

2.      Sayarat terpenting dalam subuah akad  adalah adanya kedua belah pihak yang tentunya
memenuh kriteria serta mngucapkan ijab kabul sebagai mana yang elah ditantukan.

B.     Saran

Pernikahan ternyata tidak semudah yang dipikirkan, namun apabila dipelajari banyak


sekali hikmah yang bisa di dapat. Oleh karena itu, bagi para mahasiswa belajar lebih
mendalam lagi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, agar kita semua bisa
melaksanakan sunnah rosul ini dengan baik dan sah baik menurut syara, juga resmi menurut
Negara.

Anda mungkin juga menyukai