Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ILMU JIWA PEMBELAJARAN

Dosen : Dra. Siti Nurhasanah

Disusun Oleh

Nama : Kumala Sari

Lokal : A6

Semester : V

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

KUALA KAPUAS

TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah,segala puji bagi Allah SWT yang telah menuntun hamba-Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Jiwa Pembelajaran dengan judul “”.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah dan terlimpah kehadiran junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW beserta kerabat dan sahabat beliau.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna.Saya mohon maaf

yang sebesar-besarnya atas kekurangan maupun kesalahan yang kiranya terdapat dalam

makalah ini.Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan

demi perbaikan untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya,saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga

bimbingan serta bantuan dari semua pihak menjadi amal baik dan memperoleh ridha Allah

SWT.Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Kuala Kapuas,..Oktober 2014

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
................................................................................................................................................
1

Daftar Isi
................................................................................................................................................
2

Bab I Pendahuluan
3

Latar Belakang
.......................................................................................................................................
3

Bab II Isi Pembahasan


................................................................................................................................................
4

Bab III Penutup


................................................................................................................................................
7

Kesimpulan
.......................................................................................................................................
7

2
Saran
.......................................................................................................................................
7

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Suatu saat perkembangan kehidupan seorang manusia secara biologis-sosiologis

sampai pada taraf di mana timbul rasa tertarik pada lawan jenis,dapat dikatakan bahwa

ia telah memasuki masa awal bercinta.Pertumbuhan biologis serta perkembangan

psikologis dan pergaulan sosial akan makin menumbuhkan/membangkitkan rasa senang

atau tertarik pada lawan jenisnya secara perlahan-lahan dan bertahap menuju

3
kematangannya.Dalam perjalanan perkembangan tersebut ia kemudian sampai pada

periode menaksir atau menyukai seseorang,kemudian ditingkatkan dengan pendekatan

(approach) yang cermat melalui berbagai strategi dan siasat yang rasional (biasanya

lebih emosional).Menurut Joseph (1969),dan suatu penelitian tentang apa yang

diinginkan remaja dari seorang teman,menunjukkan bahwa sebagian besar remaja

mengatakan bahwa mereka menginginkan seseorang yang dapat dipercaya,dapat diajak

bicara,dan dapat diandalkan.

Pacaran dapat diartikan sebagai masa orientasi dan pendekatan antara dua insan

berlainan jenis dalam memadu kasih pada masa pranikah demi memantapkan niat

melaksanakan pernikahan dan meyakini perkawinan demi melahirkan keturunan-

keturunan penyambung generasinya.

BAB II

ISI PEMBAHASAN

Kita tidak pernah mengerti bagaimana cinta bisa hadir dalam diri. Cinta serasa

datang begitu saja,tanpa aba-aba,tanpa rencana matang,lantas dengan polos cinta

mengetuk pintu hati kita.Namun,makna cinta yang tersimpul dari kajian psikologi

selama ini,telah menghadapkan kita pada dua jalan : jalan kedewasaan ataupun

gairah,serasa tidak ada Islam di dalamnya.Kita tentu menginginkan seseorang yang

dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam hidup.Kita mungkin memiliki seseorang

4
yang berada bersama kita dalam waktu yang relatif lama,tumbuh bersama,menempuh

pendidikan bersama,atau tergabung dalam berbagai kegiatan bersama.Setelah terbuka

kepada orang lain dalam jangka waktu tertentu akan menjadi suatu hubungan yang

dekat yaitu persahabatan bahkan percintaan,hal ini akan berkembang menjadi

hubungan “berpacaran”.

Untuk pengalaman diri sendiri,sejak masa sekolah hingga sekarang saya

menganggap berpacaran bukanlah suatu hal yang penting atau mesti dilakukan.Mungkin

ada sebagian orang merasa gengsi atau malu jika belum memiliki seorang

pacar/kekasih,tetapi tidak bagi saya.Dalam Islam sendiri sejak dulu tidak ada istilah

“berpacaran”,budaya pacaran ini dapat dikatakan dibawa oleh budaya barat.Sampai

saat ini masih menimbulkan berbagai argumentasi pro dan kontra dengan pertimbangan

dampak positif dan negatif dari budaya berpacaran ini.Saya lebih senang untuk bisa

berteman dengan banyak orang,sebab saya merasa bebas tanpa ada ikatan hubungan

dengan seseorang.Saat masa sekolah dulu,saya merasa lebih baik untuk mementingkan

masalah-masalah seperti pelajaran,tugas-tugas sekolah,pergaulan dan kebersamaan

dengan teman-teman,serta kegiatan lainnya yang saya rasa lebih utama daripada

mengurusi urusan percintaan.Sekarang pun saya masih berpikiran seperti itu,walaupun

saya tahu bahwa usia di bangku kuliah ini bisa dibilang sudah dewasa atau cukup

mapan.Namun setiap orang memiliki pandangan dan hak masing-masing,termasuk

untuk urusan berpacaran.Bagi saya,berpacaran itu bukan untuk bersenang-senang atau

main-main tetapi dengan berpacaran itu harus membawa kita kepada hal atau keadaan

5
yang lebih baik (berdampak positif).Menurut saya, selektif dalam memilih pacar juga

cukup penting,setiap orang pasti menginginkan pasangan yang sesuai dengan

harapannya dan juga merupakan seseorang yang terbaik bagi dirinya.Berpacaran harus

siap dengan segala kemungkinan,kendala,serta tantangan yang akan dihadapi.

Terlepas dari semua itu,berpacaran biasanya diawali dari rasa menyukai

seseorang (lawan jenis).Menyukai seseorang adalah hal yang wajar,semua orang pasti

pernah merasakan atau mengalaminya,mungkin tidak terkecuali saya sendiri.Entah

menyukai karena kagum,atau merasa nyaman dengan orang itu,atau karena menyukai

sikapnya,atau berbagai alasan lainnya.Seseorang yang sedang menyukai orang lain

biasanya ingin selalu tampil sempurna terutama dihadapan orang yang disukainya

tersebut,juga selalu ingin mendekatinya.Biasanya jika sudah menyukai seseorang maka

kita akan menaruh harapan pada orang tersebut untuk bisa menjalin hubungan pacaran

dengannya.Tapi ada pula orang yang menyukai orang lain sebatas hanya suka atau

kagum akan suatu hal dari orang tersebut,misalnya suka dengan

ketampanannya,keramahannya,kesopanannya atau karena orang tersebut

menyenangkan,dan sebagainya tanpa ada perasaan ingin menjadikan orang tersebut

sebagai pasangannya.

Pada intinya dalam hidup ini dalam segala hal kita harus mematuhi hukum

agama dan nilai-nilai serta norma yang berlaku di masyarakat.Dalam setiap tindakan,kita

6
harus mengedepankan moral dan etika sehingga diharapkan kita tidak akan melakukan

suatu hal yang salah atau bertentangan dengan hukum,nilai dan norma tersebut.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Budaya berpacaran menimbulkan berbagai argumentasi pro dan kontra,sebab


memperhatikan dampak positif dan negatifnya.

7
2. Masa berpacaran harus dijauhkan dari segala noda serta kekecewaan yang dapat
menghantui perjalanan hidup selanjutnya.
3. Masa berpacaran merupakan masa pendekatan yang teliti dan hati-hati serta
penuh kewaspadaan,demi kristalisasi tekad dua insan yang memadu kasih
menuju pernikahan.
4. Masa berpacaran harus dihiasi dengan toleransi,dedikasi,sportifitas,serta
kejujuran dan kesetiaan demi memantapkan hati kedua belah pihak yang akan
menuju pernikahan.

B.Saran

1. Jadikanlah masa berpacaran sebagai penyemangat untuk menjalani kegiatan


sehari-hari.
2. Jangan jadikan masa berpacaran menjadi penghambat atau kendala dalam
kehidupan seperti membuat merosotnya prestasi belajar atau prestasi kerja.
3. Jangan terlalu larut dalam hubungan berpacaran tersebut apalagi sampai
melupakan tugas pokok.
4. Jangan biarkan masa berpacaran tersebut merugikan diri sendiri dan
mengabaikan hal-hal sekitar kita.
5. Tingkatkan keimanan dan ketaqwaan,sehingga tidak menjadikan berpacaran
sebagai suatu perbuatan maksiat yang membuat rugi diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai