Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA METODE VIDEO ANIMASI DAN


POSTER TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 1 SLIYEG, INDRAMAYU

OLEH:

PUTRI GAYATRI

1705025206

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia masih menjadi masalah kesehatan yang banyak terjadi di
masyarakat, baik di negara berkembang dan negara miskin. Pada remaja putri
yang menderita anemia, maka akan menimbulkan dampak yang cukup serius.
Dampak yang ditimbulkan yaitu penurunan konsentrasi belajar dan penurunan
daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Rahayu, A., 2019).
Anemia merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari jumlah normal, sehingga supply oksigen ke dalam tubuh
menjadi terganggu (Rahayu, A., dkk., 2019). Dikarenakan tubuh tidak mendapat
oksigen yang cukup maka terdapat gejala yang dirasakan yaitu 5L (Lesu, letih,
Lemah, Lelah, dan Lalai), pusing kepala, mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk dan sulit berkonsentrasi (Rachmi, CN., dkk., 2019). World Health
Organization (2001) menyatakan apabila prevalensi anemia di suatu populasi
melebihi 20%, maka hal itu sudah dapat dikatakan menjadi masalah kesehatan
masnyarakat (Ernawati, F., Octaria, Y. & Khomsan, A., 2018).
World Health Organization mengatakan prevalensi anemia pada wanita
usia 15-59 tahun di negara berkembang sebesar 10,3% dan 42,3% pada negara
tidak berkembang. Sebanyak 57780 wanita Afrika usia 15-59 tahun, 53787
wanita Amerika, dan 27119 wanita di Eropa mengalami anemia (World Health
Organization, 2001). Di Indonesia prevalensi anemia untuk remaja putri usia 13-
18 tahun sebesar 22,7%. Prevalensi anemia di Indonesia pada daerah pedesaan
(23,0%) lebih besar dari pada daerah perkotaan (22,4%). (Riskesdas, 2013).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia
pada remaja putri, seperti pengetahuan mereka terkait gizi dan kebutuhan zat
besi yang tidak tercukupi. Pengetahuan adalah hasil tetap dari sebuah
pengamatan (Rusmono, D., 2018). Agar mencapai kehidupan yang lebih baik,
maka perlu memperhatikan suatu pengetahuan (Rusuli, I & Daud, ZFM., 2015).
Kemudian, Budiman dan Riyanto (2013) menyebutkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu umur, pengalaman,
informasi, lingkungan, pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi.
Seiring dengan perkembangan teknologi maka upaya yang dilakukan
dalam proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tersebut
(Munir, 2017). Video animasi adalah media yang menampilkan materi
pembelajaran dengan menggunakan audio serta animasi agar dapat menarik
perhatian siswa. Video yang ditampilkan disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan serta karakteristik siswa (Prakoso, NA., 2020). Penelitian yang
dilakukan Hardianti (2017) menunjukkan bahwa media video lebih efektif pada
peningkatan pengetahuan pada siswa dari pada yang tidak menggunakan video
(Hardianti & Asri, WK., 2017).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, poster adalah plakat yang
dipasang di tempat umum berupa penegumuman atau iklan. Fungsinya adalah
untuk menyampaikan informasi yang dirancang untuk menarik perhatian
pembacanya. Indraswati (2019) menyatakan dalam penelitiannya bahwa poster
memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswa (p 0,005).
SMA Negeri 1 Sliyeg, yang terletak di Kecamatan Sliyeg, merupakan
salah satu Sekolah Menengah Atas yang berada di Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat. SMA Negeri 1 Sliyeg merupakan jangkauan wilayah
Puskesmas Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil
survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2021 di SMA Negeri
1 Sliyeg, menyatakan bahwa belum pernah dilakukan penelitian tentang anemia
dan menunjukkan sebanyak 69,7% siswa belum pernah mendapatkan
penyuluhan/edukasi mengenai anemia.
Media video animasi dan poster merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran pada remaja dengan memberikan seperangkat pengetahuan
mengenai anemia. Kedua media tersebut sama-sama memiliki pengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melihat pengaruh dua media edukasi gizi yaitu video animasi dan poster
terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia di SMA Negeri 1 Sliyeg,
Kabupaten Indramayu, tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah media dalam menyampaikan materi.
Serta diketahui melalui survey pendahuluan yang dilakukan, bahwa SMA
Negeri 1 Sliyeg belum pernah dilakukan penelitian tentang anemia. Oleh karena
itu, peneliti ingin melihat perbandingan efektivitas antara metode video animasi
dan poster terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia pada siswa putri di
SMA Negeri 1 Sliyeg, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu tahun 2021.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
efektivitas antara metode video animasi dan poster terhadap peningkatan
pengetahuan tentang anemia pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1
Sliyeg Indramayu tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang anemia pada
remaja kelas X sebelum diberikan intervensi berupa pemberian
media edukasi gizi video animasi dan poster.
b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang anemia pada
remaja putri kelas X setelah diberikan intervensi berupa
pemberian media edukasi gizi video animasi dan poster.
c. Mengidentifikasi efektivitas metode video animasi dan poster
terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri kelas X.
d. Mengidentifikasi perbandingan efektivitas antara metode video
animasi dan poster terhadap peningkatan pengetahuan remaja
putri kelas X.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai perbandingan efektivitas
antara metode video animasi dan poster terhadap peningkatan pengetahuan
tentang anemia pada remaja putri kelas X, yang akan dilaksanakan pada bulan
… 2021. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten
Indramayu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
menggunakan metode Quasi-Eksperimental Design. Pengumpulan data variabel
pengetahuan remaja putri dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Paired Sample T Test.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Remaja
1. Pengertian Remaja
World Health Organization mendefinisikan remaja sebagai
kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun. Masa remaja dibagi ke
dalam tiga tahapan, remaja tahap awal yaitu remaja yang berusia 11-14
tahun, remaja pertengahan berusia 14-17 tahun, dan remaja akhir berusia
17-20 tahun (Wulandari, A., 2014). Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa dengan ditandai
tumbuh dan kembangnya fungsi biologis dan biologis seseorang. Secara
biologis, remaja ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan seks
primer dan sekunder, sedangkan secara psikologis remaja ditandai
dengan tidak menentunya perasaan mereka, sikap, keinginan dan
emosinya (Hidayati, KB. & Farid, M., 2016).
2. Ciri-Ciri Remaja
Masa remaja memiliki cirri-ciri tertentu yang membedakannya
dari masa sebelumnya atau masa sesudahnya. Sidik Jatmika (2010)
menjelaskan beberapa perilaku khusus yang dialami oleh remaja 9
(Putro, KZ., 2017):
a) Remaja sudahdapat menyampaikan kebebasan dan hak nya untuk
mengemukakan pendapatnya. Hal ini dapat menimbulkan
perselisihan terutama dengan keluarganya.
b) Remaja akan mudah dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya
dari pada pengaruh dari orangtuanya. Mereka akan berperilaku
sesuai dengan kesenangan sendiri dan biasanya akan
bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga.
c) Remaja mengalami perubahan fisik yang signifikan, baik dari
pertumbuhannya maupun tingkat seksualitasnya.
d) Remaja akan semakin percaya diri (over confidence) bersamaan
dengan meningkatnya emosi merreka, hal ini biasanya
mengakibatkan mereka akan sulit untuk menerima nasihat dan
arahan dari orangtua.

Ciri-ciri lain pada masa remaja yang membedakannya dengan masa


sebelum dan sesudahnya juga diungkapkan oleh Fatmawaty (2017):

a) Masa Remaja sebagai Periode yang Penting


Terdapat periode penting pada masa remaja seperti
periode yang berakibat langsung terhadap perilaku dan sikap,
periode yang berakibat pada jangka panjang, akibat fisik dan
akibat psikologis.
b) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Periode yang telah terjadi
pada masa kanak-kanak akan meninggalkan bekasnya terhadap
apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
c) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Terdapat lima perubahan yang biasanya terjadi pada
remaja. Pertama, meningkatnya emosional yang bergantung pada
peningkatan perubahan fisik dan psikis mereka. Kedua, terdapat
perubahan tubuh mereka yang dijelaskan pada aspek
perkembangan. Ketiga, perubahan terhadap minat dan peran yang
dipengaruhi oleh kelompok sosial. Keempat, seiring dengan
berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai nya juga
berubah. Kelima, sesuatu ynag dianggap penting pada saat masa
kanak-kanak sudah dianggap tidak penting lagi, contohnya dalam
memiliki teman didasarkan aspek kualitasnya dari pada aspek
kuantitas.
d) Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Baik pada remaja laki-laki maupun perempuan, masalah
yang terjadi pada masa remaja biasanya sulit diatasi dikarenakan
terdapat beberapa kesulitan yang dialami mereka. Pertama,
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menyelesaikan
masalah mereka sendiri, dikarenakan pada masa kanak-kanak
seringkali masalah mereka diselesaikan oleh orang tua dan guru-
guru. Kedua, remaja merasa dirinya mandiri, dan akan menolak
bantuan dari orangtua maupun gurunya, tetapi dikarenakan
minimnya pengalaman dalam penyelesaian masalah maka
penyelesaian seringkali tidak sesuai dengan harapan.
e) Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Baik remaja laki-laki maupun perempuan, penysuaian diri
dalam kelompok masih sangat penting. Mereka akan mereasa
tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-temannya dalam
segala hal, sehingga mereka mulai menginginkan identitas
dirinya. Identitas yang mereka cari berupa usaha dalam
menjelaskan siapa dirinya, apa perannya di masyarakat, apa ia
seorang anak-anak atau seorang yang sudah dewasa, apakah ia
nantinya dapat menjadi ayah atau ibu, serta apakah ia akan
mampu untuk percaya diri dan secara keseluruhan apakah ia akan
berhasil atau gagal.
f) Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Orang dewasa yang diharuskan untuk membimbing dan
mengawasi kehidupan para remaja muda terkadang mereka takut
bertanggugjawab dan bersifat tidak simpatik terhadap perilaku
remaja. Hal ini disebabkan karena anggapan budaya bahwa
remaja adalah anak-anak yang biasanya tidak rapi, tidak dapat
dipercaya dan cenderung merusak.
g) Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis
Remaja akan merasa kecewa dan sakit hati saat orang lain
mengecewakannya atau saat ia tidak berhasil mencapai tujuan
yang ia tetapkan sendiri.
h) Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Peran orangtua dalam mendidik remaja sangat diperlukan,
terutama agar remaja tidak salah dalam mengaktualisasikan
kedewasaannya. Dikarenakan usia mereka mendekati usia yang
matang, maka para remaja akan memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa. Sehingga, mereka akan berpakaian
dan bertindak layaknya orang dewasa seperti merokok, minum
minuman keras, menggunakan narkoba, dan terlibat dalam
perbuatan seks.
3. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Wulandari (2014) mengungkapkan 5 karakteristik pada remaja
ketika mereka dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Diantaranya:
a) Identitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indionesia, identitas
diartikan sebagai cirri-ciri atau keadaan khusus seseorang. Pada
masa remaja, mereka akan mencoba berbagai peran dalam
dirinya, mengubah citra diri, meningkatnya rasa cinta pada diri
sendiri, memiliki banyak fantasi kehidupan, serta lebih idealisitis.
Memasuki masa remaja, mereka sudah dapat menerima atau
menolak ketertarikannya kepada teman sebaya.
b) Kemampuan Berpikir
Pada remaja awal, mereka masih mencari nilai dan energi
baru dan seringkali membandingkannya dengan teman sebaya
yang sejenis. Sedangkan pada remaja akhir, identitas
intelektualnya sudah terbentuk, serta mampu memandang suatu
masalah secara komprehensif.
c) Pertumbuhan Fisik
Masa remaja merupakan masa yang sangat baik dalam
meningkatkan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan karakteristik seks
sekunder mulai tampak pada fase remaja awal, seperti payudara
yang mulai menonjol pada remaja perempuan, dan pembesaran
testis pada remaja laki-laki, serta tumbuhnya rambut pada ketiak
atau rambut pubis. Karakteristik ini akan hampir komplit dan
matang sempurna pada fase remaja akhir.
d) Hubungan dengan Orang Tua
Pada masa remaja awal, mereka masih ingin bergantung
pada orangtua sehingga tidak terjadi konflik utama antara remaja
dan orangtua. Pada remaja pertengahan, konflik mulai terjadi
dikarenakan remaja ingin mengontrol kehidupannya sendiri dan
menjadi mandiri. Sedangkan pada masa remaja akhir, konflik
antara remaja dan orangtua lebih sedikit terjadi.
e) Hubungan dengan Teman Sebaya
Pada tahap remaja awal dan pertengahan, mereka akan
mencari hubungan atau relasi dengan teman sebayanya untuk
mengahadapi berbagai perubahan yang terjadi secara cepat.
Remaja akan lebih dekat dengan teman sesame jenisnya, namun
mereka juga akan mulai mengeksplorasi kemampuannya untuk
menari lawan jenis mereka. Sedangkan pada tahap remaja akhir,
kelompok sebaya akan mulai berkurang.
B. Anemia
1. Pengertian Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa Darah) adalah gangguan
yang disebabkan rendahnya kadar Hb (Hemoglobin) dalam darah
(Budiyono, S., 2011). Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah
sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal (Rahayu, A., 2019).
Hemoglobin adalah salah satu komponen yang ada pada sel darah merah
dengan fungsinya yaitu mengikat oksigen serta menghantarkannya ke
seluruh sel dalam tubuh (Rachmi, CN., dkk., 2019). Kadar hemoglobin
(Hb) normal bagi laki-laki dan perempuan berbeda. Kadar hemoglobin
untuk laki-laki adalah 13-16 g/dl sedangkan kadar Hb untuk perempuan
adalah 12-14 g/dl (Fajar, SA.). Anemia merupakan suatu kelainan darah
yang sering terjadi, dikarenakan kadar sel darah merah (eritrosit) di
dalam tubuh terlalu rendah. Proverawati (2011) mengatakan bahwa hal
tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan, dikarenakan kurangnya
kadar Hemoglobin dalam darah yang mengakibatkan supply oksigen
kedalam tubuh menjadi terganggu (Rahayu, A., 2019).
Anemia dibagi ke dalam dua kelompok, anemia kronis dan
anemia akut. Anemia kronis dapat terjadi dalam jangka waktu yang lama,
sedangkan anemia akut terjadi dengan cepat. Menurut KEMENKES,
anemia didefinisikan sebagai kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah
merah sehingga tubuh tidak mendapat cukup oksigen. Gejala yang
dirasakan saat mengalami anemia biasa dikenal dengan istilah 5L (Lesu,
letih, Lemah, Lelah, dan Lalai), serta kepala terasa pusing, mata
berkunang-kunang, mudah mengantuk, dan sulitnya berkonsentrasi
dikarenakan kurangnya oksigen dalam otak dan otot (Rachmi, CN., dkk.,
2019).
WHO (2001) mengklasifikasikan anemia pada masyarakat
menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut:

Kategori Prevalensi (%)


Berat ≥ 40
Sedang 20,0 – 39.9
Ringan 5,0 – 19,9
Normal ≤ 4,9

2. Jenis-Jenis Anemia
Rahayu (2019) membagi anemia menjadi beberapa jenis sebagai
berikut:
a) Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling
banyak terjadi pada remaja putri akibat kurangnya zat besi dalam
tubuh. Zat besi merupakan bagian dari molekul Hemoglobin.
Ketika tubuh kekurangan zat besi maka produksi Hemoglobin
akan menurun.
 Zat Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang terdapat
dalam tubuh manusia maupun hewan. Zat besi di dalam
makanan terbagi menjadi dua jenis, yaitu zat besi hem dan
zat besi non-heme. Zat besi hem yaitu zat besi yang
sumbernya berasal dari makanan hewani seperti daging,
ayam, telur dan ikan, sedangkan non-heme berasal dari
makanan nabati seperti kacang-kacangan, sayuran hijau
dan beberapa jenis buah. Penyerapan zat besi heme lebih
besar (25%) dari pada penyerapan zat besi non-hem (5%)
(…). Penyerapan zat besi dalam tubuh akan meningkat
apabila dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang
tinggi vitamin C. Namun sebaliknya, penyerapan zat besi
akan terhambat apabila dikonsumsi bersamaan dengan
makanan yang mengandung tanin seperti kopi dan teh.
b) Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia defisiensi vitamin C merupakan jenis anemia
yang masih jarang terjadi. Anemia ini disebabkan akibat
kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu yang lama.
Biasanya diakibatkan karena kurangnya asupan vitamin C dalam
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Dimana salah satu fungsi
vitamin C ialah membantu penyerapan zat besi. Sehingga, jika
vitamin C dalam tubuh kurang, maka jumlah zat besi yang
diserap juga akan berkurang, hal ini yang dapat menyebabkan
anemia.
c) Anemia Makrositik
Anemia jenis ini disebabkan ketika tubuh kekurangan
vitamin B12 atau asam folat. Kekurangan vitamin B12 dapat
mempengaruhi kerja system saraf. Sehingga penderita anemia ini
akan merasakan kesemutan di tangan dan kaki, seolah-olah
tungkai dan kaki serta tangan seperti mati rasa. Gejala lainnya
yang terlihat adalah buta warna tertentu seperti warna kuning dan
biru, luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar,menurunnya
berat badan, warna kulit lebih gelap, dan menurunnya fungsi
intelektual.
d) Anemia Hemolitik
Anemia jenis ini terjadi ketikasel darah merah
dihancurkan jauh lebih cepat dari biasanya. Dimana normalnya
umur sel darah adalah 120 hari. Pada anemia hemolitik ini, umur
sel darah merah menjadi lebih pendek sehingga sumsum tulang
penghasil sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan
sel darah merah.
e) Anemia Sel Sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit merupakan penyakit dengan sel darah
merah yang berbentuk sabit, kaku, dan hemolitik kronik. Pada
penyakit ini, Hemoglobin dalam sel darah merah bentuknya tidak
normal, sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen di dalam sel
yang menyebabkan sel berbrntuk seperti sabit. Hal tersebut
dikarenakan Hemoglobin ini digunakan sebagai pengangkut
oksigen. Sel tersebut akan menyumbat dan merusak pembuluh
darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya
serta mengurangi pasokan oksigen ke dalam organ tersebut.
f) Anemia Aplastik
Anemia jenis ini merupakan anemia yang berbahaya,
karena dapat mengancam jiwa. Anemia ini terjadi ketika
terganggunya sumsum tulang sebagai tempat pembuatan darah
merah. Kejadian anemia ini dapat menyebabkan produksi sel
darah menurun baik eritrosit,leukosit, maupun trombosit. Anemia
ini disebabkan pleh bahan kimia, obat-obatan, virus, dan dapat
juga dikaitkan dengan penyakit lain.
3. Dampak Anemia pada Remaja Putri
World Health Organization (1996) mengatakan bahwa anemia
dapat menimbulkan dampak yang cukup serius, seperti terganggunya
perkembangan fisik dan psikis, menurunnya kualitas kerja fisik dan daya
pendapatan, menurunnya daya tahan terhadap keletihan, meningkatnya
angka kesakitan dan kematian. Pada remaja putri yang menderita anemia,
maka dapat menyebabkan menurunnya prestasi belajar, menurunnya
daya tahan tubuh sehingga akan mudah terkena penyakit infeksi. Secara
umum, dampak yang ditimbulkan antara lain terganggunya kemampuan
belajar, menurunnya kemampuan latihan fisik dan kebugaran,
menurunnya kapasitas kerja individual, menurunnya fungsi imun
(kekebalan) tubuh, serta menurunnya kemampuan dalam mengatur suhu
tubuh (Rahayu, A., 2019).
Suatu penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara prestasi
belajar dengan kejadian anemia pada siswi SMP di suatu sekolah di
Surabaya (Dumilah, PRA. & Sumarmi, S., 2017). Mengenai
hubungannya dengan penyakit infeksi, terdapat suatu penelitian yang
juga mengatakan bahwa ada hubungan antara kejadian anemia dengan
penyakit infeksi (p 0,012) pada siswi SMA di suatu sekolah di Semarang
(Annisa, A., Rahfiludin, MZ.& Fatimah SP., 2018). Kemudian, anemia
juga berhubungan dengan status kebugaran seseorang, seperti yang
dikatan oleh Retnaningtyas (2014) dalam penelitiannya yaitu ada
hubungan antara anemia dengan kebugaran jasmani (p 0,000) dengan
subjek yang mengalami anemia memiliki kebugaran jasmani dengan
kategori kurang (63,3%) (Retnaningtyas, R., 2014).
Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan dampak anemia
sebagai berikut (Rahayu, A., 2019):
a) Pada Anak-anak
1) Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar
2) Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan otak
3) Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya
tahan tubuh menurun
b) Pada Wanita
1) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit
2) Menurunnya produktivitas kerja
3) Menurunnya kebugaran
c) Pada Remaja Putri
1) Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar
2) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
tercapai secara optimal
3) Menurunnya kemampuan fisik olahragawati
4) Mengakibatkan muka pucat
d) Ibu Hamil
1) Menimbulan pendarahan sebelum atau sesudah persalinan
2) Meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yaitu < 2,5 kg.
3) Jika anemia berat, maka dapat menyebabkan kematian ibu
dan atau bayinya.
4. Penyebab Anemia pada Remaja Putri
Junadi (1995) membagi penyebab anemia menjadi tiga faktor,
diantaranya adalah (Rahayu, A., 2019):
a) Sebab Langsung. Dikarenakan kebutuhan zat besi yang
didapatkan dari makanan tidak mencukupi atau bahkan
makanannya sudah cukup namun bioavabilitasnya rendah, serta
dapat juga berasal dari makanan yang dimakan mengandung zat
yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan adanya infeksi
penyakit, seperti cacing dan malaria yang pada umumnya
memperbesar risiko anemia. Suatu penelitian mengatakan bahwa
asupan zat besi memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kadar hemoglobin dalam tubuh (p 0,000), semakin tinggi asupan
zat besi maka kadar hemoglobin juga akan meningkat (Sholicha,
CA. & Muniroh, L., 2019).
b) Sebab Tidak Langsung, dapat berasal dari perhatian keluarga
terhadap wanita, aktivitas wanita yang tinggi, serta pola konsumsi
makanan dalam keluarga dimana ibu dan anak perempuan tidak
diprioritaskan.
c) Sebab mendasar yaitu bisa didapat dari masalah ekonomi, seperti
rendahnya pendidikan, pendapatan, dan status social serta lokasi
geografis yang sulit.
Menurut KEMENKES (2016) ada 3 penyebab anemia yang terjadi
pada remaja putri, diantaranya:

a) Defisiensi Zat Gizi


Remaja sering mengalami kekurangan zat gizi baik dari hewani
maupun nabati yang merupakan pangan sumber zat besi yang
berperan penting dalam pembentukan hemoglobin sebagai
komponen dari sel darah merah.
b) Pendarahan (loss of blood volume)
Remaja putri mengalami menstruasi, sehingga kehilangan banyak
darah. Basith, A (2017) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
siklus menstruasi yang tidak normal atau lama nya menstruasi
dengan kejadian anemia memiliki hubungan yang signifikan (p
0,003). (Basith, A., Agustina, R. & Diani, N., 2017). Hal ini
sejalan dengan penelitian lain yang juga mengatakan hal yang
sama bahwa pola menstruasi berhubungan dengan kejadian
anemia (p 0,002) (Utami, BN., Surjani. & Mardiyaningsih, E.,
2015).
c) Hemolitik
Hemolitik dapat mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa, sehingga
perlu diwaspadai pada pada penderita malaria kronis yang
mengalami pendarahan. Serta pada penderita Thalasemia yaitu
kelainan darah yang terjadi secara genetik ini dapat menyebabkan
anemia dikarenakan sel darah merah mudah pecah, sehingga
mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.

Penyebab lainnya bisa dikarenakan pengetahuan mengenai gizi


serta kepatuhan terhadap konsumsi tablet tambah darah.

a) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan mengenai
pemahaman tentang maknaan serta komponen zat gizi, sumber
zat gizi pada bahan makanan, makanan yang aman dikonsumsi
dan tidak menimbulkan penyakit, tata cara pengolahan makanan
yang tepat agar kandungan gizi dalam makanan tidak hilang serta
pemahaman tentang pola hidup sehat. Suatu penelitian
mengatakan bahwa pengetahuan tentang gizi memiliki hubungan
dengan kejadian anemia (p 0,018) (Putri, RD., Simanjutak, BY.
& Kusdalinah., 2017).
b) Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah darah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kepatuhan berasal dari kata Patuh yang berarti suka menurut, taat,
dan berdisiplin kepada perintah atau aturan. Suatu penelitian
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p 0,0005)
antara kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah (tablet Fe)
dengan kejadian anemia pada remaja putri. Penelitian tersebut
mengatakan bahwa kepatuhan konsumsi tablet tambah darah
menjadi faktor dominan terjadinya anemia pada remaja putri.
Remaja putrid yang tidak patuh mengkonsumsi TTD beresiko
61,55 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja
yang patuh untuk mengkonsumsi tablet tersebut (Putri, RD.,
Simanjutak, BY. & Kusdalinah., 2017).
5. Pencegahan Anemia pada Remaja Putri
KEMENKES (2016) mengungkapkan terdapat beberapa cara
pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri, seperti
memberikan asupan zat besi yang cukup bagi tubuh agar meningkatkan
pembentukan hemoglobin, cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah:
a) Meningkatkan Asupan Makanan Sumber Zat Besi
Untuk meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
dapat dilakukan dengan menerapkan pola makan gizi seimbang,
yang terdiri dari berbagai ragam makanan, terutama sumber
makanan yang kaya zat besi seperti dari hewani (heme) dan
nabati (non-heme). Sumber zat besi dari hewani berasal dari ikan,
hati, daging, dan unggas. Sedangkan sumber zat besi dari nabati
berasal dari sayuran berwarna hijau tua serta kacang-kacangan.
Agar penyerapan zat besi dalam tubuh meningkat, maka
sebaiknya pengkonsumsian zat besi bersamaan dengan buah-
buahan yang kaya vitamin C seperti jeruk, papaya, mangga,
jambu biji, dan lain sebagainya. Sebaliknya, penyerapan zat besi
akan terhambat jika mengkonsumsi zat besi bersamaan dengan
teh dan kopi dikarenakan mengandung senyawa fitat dan tanin
yang mengikat zat besi menjadi senyawa kompleks, tablet
kalsium dengan dosis tinggi, dan obat sakit maag.
b) Fortifikasi Bahan Makanan dengan Zat Besi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fortifikasi
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mencegah terjadinya
suatu penyakit. Sehingga fortifikasi bahan makanan adalah
penambahan satu atau lebih zat gizi ke dalam pangan guna
meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Di Indonesia, ada
beberapa bahan makanan yang telah difortifikasi yaitu tepung
terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa camilan. Zat
besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan pada
makanan yang disajikan di rumah tangga dengan menggunakan
bubuk tabur gizi (Multiple Micronutrient Powder).
c) Suplementasi Zat Besi
Suplementasi zat besi diberikan apabila makanan tidak
mencukupi kebutuhan zat besi. Tujuan diberikannya suplementasi
zat besi secara rutin adalah untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam tubuh secara cepat. Suplementasi Tablet
Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan Wanita Usia Subur
(WUS) menjadi salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk
memenuhi asupan zat besi.
World Health Organization menganjurkan dosis yang
tepat untuk pengkonsumsian Tablet Tambah Darah. Untuk daerah
dengan prevalensi anemia nya ≥ 40%, maka pemberian TTD pada
remaja putri dan WUS sebanyak 30-60 mg elemental iron yang
diberikan setiap hari selama 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun
(WHO, 2016). Sedangkan untuk daerah dengan prevalensi
anemianya ≥ 20%, maka TTD diberikan sebanyak 60 mg
elemental iron dan 2800 mcg asam folat yang diberikan 1 kali
seminggu selama 3 bulan on (diberikan) dan 3 bulan off (tidak
diberikan) (WHO, 2011).
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
hal. Agar mencapai kehidupan yang lebih baik, maka perlu
memperhatikan suatu pengetahuan (Rusuli, I & Daud, ZFM., 2015).
Pengetahuan adalah hasil tetap dari sebuah pengamatan (Rusmono, D.,
2018). Notoatmodjo mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimilikinya (mata. Hidung, telinga, dan sebagainya).
(Notoatmodjo, S., 2005).
2. Tingkatan Pengetahuan
Dikarenakan pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk perilaku seseorang, maka Notoatmodjo
menjelaskan pengetahuan dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan
pengetahuan:
a) Tahu (know)
Tahu didefinisikan sebagai ingatan dari suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Dalam tingkat ini yaitu mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tingkat ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan dalam
menginterpretasikan dengan benar mengenai sesuatu yang telah
diketahui.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan dalam
menggunakan atau mengaplikasikan suatu prinsip yang diketahui
atau dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Menurut KBBI,
aplikasi merupakan penggunaan atau penerapan suatu informasi
yang telah diterima sebelumnya.
d) Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Dikatakan seseorang sudah mencapai tahap ini, apabila
telah dapat membedakan, memisahka, atau mengelompokkan
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
merangkum dan merumuskan nya dalam suatu hubungan yang
logid adari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
Atau bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menyususn
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaiannya didasarkan pada suatu criteria yang telah
ditentukan sendiri atau dapat menggunakan criteria yang telah
ada.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Budiman dan Riyanto (2013) memaparkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan, diantaranya:
a) Umur
Daya tangkap dan pikir seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor umur. Semakin umurnya bertambah, maka daya tangkap
dan pola pikirnya akan semakin berkembang, sehingga
pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, umur didefinisikan sebagai lama waktu
hidup atau ada (sejakdilahirkan atau diadakan).
b) Pengalaman
Sebagai sumber pengetahuan, pengalaman adalah salah
satu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan
dengan cara merasai, menjalani pengetahuan tersebut pada suatu
peristiwa. Pengalaman seseorang dalam belajar dan bekerja yang
dikembangkan akan memberikan pengetahuan serta keterampilan
yang professional, dan mampu mengambil keputusan.
c) Informasi
Informasi merupakan pesan atau makna yang terkandung
dalam sebuah pesan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Pasal 1 mendefinisikan Informasisebagai keterangan, pernyataan,
gagasan dan tanda-tanda yang menandung nilai, makna, dan
pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat,
didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan
format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.
d) Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun social.
Proses masuknya pengetahuan pada seseorang dapat dipengaruhi
oleh lingkungan yang mereka tinggali. Hal tersebut terjadi
dikarenakan adanya interaksi yang kemudian direspon sebagai
suatu pengetahuan oleh individu.
e) Pendidikan
Baik pendidikan formal maupun nonformal merupakan
suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
individu. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin muda bagi orang tersebut
dalam memperoleh informasi. Pendidikan dapat diperoleh dari
orang lain maupun dari media massa. Perlu ditekankan, bahwa
seseorang yang pendidikannya rendah tidak berarti
pengetahuannua juga rendah, karena peningkatan penhetahuan
dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal.
f) Social, budaya, dan ekonomi
Social dan budaya merupakan kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan individu maupun sekelompok orang tanpa melalui
penalaran terlebih dahulu apakah yang dilakukan tersebut baik
atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuannya meskipun dia tidak melakukannya. Untuk dapat
memperoleh fasilitas pada kegiatan tertentu,, maka ditentukan
juga dari status ekonominya, hal ini tentunya dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang akan diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dia atas (Notoatmodjo, S., 2005).
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan
dikategorikan menjadi dua kelompok, jika yang diteliti adalah
masyarakat umum, diantaranya:
a) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%.
b) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 50%.

Namun, jika yang diteliti adalah petugas kesehatan, maka


persentasenya akan berbeda dari pada masyarakat umum, diantaranya:

a) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%.


b) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 75%.
D. Promosi Kesehatan
1. Pengertian
Promosi kesehatan adalah “memasarkan” atau “menjual” atau
“memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau “upaya-upaya”
kesehatan, sehingga masyarakat “menerima”, atau “membeli” (dalam arti
menerima perilaku kesehatan) atau “mengenal” pesan-pesan kesehatan
terebut sehingga diharapkan masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
Pada Konferensi Internasional di Ottawa, Kanada tahun 1986
mendefinisikan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan seseorang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan (Notoatmodjo, S., 2005).
Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan adanya perubahan
perilaku saja, tetapi juga diharapkan adanya perubahan lingkungan
sehingga dapat memfasilitasi perubahan perilaku. Promosi kesehatan
juga menekankan agar meningkatnya kemampuan hidup sehat, bukan
hanya berperilaku sehat. Dikarenakan jika hanya ada perubahan perilaku
tanpa diikuti perubahan lingkungan, maka promosi kesehatan tidak akan
berjalan secara efektif, sehingga perilaku tersebut tidak akan bertahan
lama (Notoatmodjo, S., 2005).
2. Tujuan Promosi Kesehatan
Notoatmodjo mengatakan bahwa tujuan dari promosi kesehatan
untuk menciptakan suatu keadaan, yaitu perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan (Notoatmodjo, S., 2005). Kemudian World
Health Organization (WHO) menjelaskan tujuan dari promosi kesehatan,
yang berupa tujuan umum serta tujuan khusus (Susilowati, D., 2016).
a) Tujuan Umum
Mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang
kesehatan.
b) Tujuan Khusus
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri maupun
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai
tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada.
3. Promosi Kesehatan di Sekolah
Sekolah menjadi tempat lanjutan dari lingkungan keluarga untuk
menumbuhkan dasar perilaku seorang anak, termasuk dalam hal perilaku
kesehatan. Selain orang tua, peran seorang guru dalam memberikan
informasi mengenai promosi kesehatan juga sangat penting, terlebih
biasanya anak lebih mematuhi guru dari pada orang tuanya. Untuk dapat
menumbuhkan perilaku sehat pada anak-anak sekolah, maka diperlukan
sekolah dan lingkungan sekolah yang kondusif (Notoatmodjo, S., 2005).
Contoh usaha promosi kesehatan di sekolah yang ada di
Indonesia ialah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang juga menjadi
salah satu upaya kesehatan bagi masyarakat di sekolah. Sasaran dari
promosi kesehatan sekolah tidak hanya kepada murid saja, namun juga
kepada guru dan karyawan sekolah. Anak sekolah merupakan kelompok
yang masih sangat peka dalam penerimaan perubahan atau pembaruan,
dikarenakan mereka masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan
(Notoatmodjo, S., 2005).
4. Tujuan Promosi Kesehatan di Sekolah
Notoatmodjo (2005) merumuskan beberapa tujuan dari adanya
promosi kesehatan di sekolah, diantaranya:
a) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya
masyarakat sekolah.
b) Mencegah dan memberantas penyakit menular di kalangan
masyarakat sekolah dan masyarakat umum.
c) Memperbaiki dan memulihakan kesehatan sekolah melalui usaha-
usaha:
1) Mengikutsertakan secara aktif guru, murid, dan orang tua
murid dalam usaha:
 Memberikan pendidikan kesehatan dalam rangka
menambahkan kebiasaan hidup sehat sehari-hari.
 Mengawasi kesehatan murid serta mengenal
kelainan kesehatan sedini mungkin.
 Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
dan pengobatan sederhana.
2) Imunisasi
3) Usaha-usaha pengobatan gigi dan pencegahannya
4) Usaha perbaikan gizi anak
5) Mengusahakan kehidupan lingkungan sekolah yang sehat

Dilihat dari tujuan promosi kesehatan di sekolah tersebut,


terdapat salah satu tujuan yaitu Usaha Perbaikan Gizi Anak. Salah satu
cara untuk meningkatkan Status gizi anak kea rah yang lebih baik lagi
yaitu dengan cara memberikan edukasi mengenai pesan-pesan kesehatan.

5. Program Promosi Kesehatan di Sekolah


Mengenai program promosi kesehatan sekolah, Notoatmodjo
(2005) juga memaparkan 3 usaha pokok program promosi kesehatan di
sekolah guna menciptakan sekolah yang mampu meningkatkan
kesehatannya.
a) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful school
living)
Dalam menciptakan lingkungan sekolah yang sehat maka
didukung oleh 2 aspek fisik dan non-fisik.
1) Aspek Fisik
Aspek fisik ini dalam artian yaitu bangunan
sekolah dan lingkungannya yang sudah memenuhi standar
kesehatan. Contohnya seperti ventilasi udara di setiap
ruangan yang memadai sehingga ada sirkulasi udara yang
baik, system pembuangan air dan limbah diusahakan tidak
menimbulkan genangan, tersedianya air bersih, dan lain-
lain. Lalu adanya pemeliharaan kebersihan bagi setiap
orang dan lingkungan. Contohnya kebersihan kulit, kuku,
rambut, telinga, hidung, mulut dan gigi, kebersihan
perlengkapan sekolah, ruang kelas, dan lain-lain. Serta
adanya keamanan yang baik, seperti terdapat pagar
sekolah, jalan masuk sekolah yang mudah dilewati,
tersedianya P3K, dan lain-lain.
2) Aspek Non-Fisik (mental-sosial)
Lingkungan mental-sosial yang sehat terjadi
apabila adanya hubungan harmonis dkondusif di antara
komponen masyarakat sekolah (murid, guru, pegawai
sekolah, dan orang tua murid). Hubungan yang harmonis
tersebut akan menjamin pertumbuhan dan perkembangan
anak yang baik, termasuk dalam hal menumbuhakan
perilaku hidup sehat.
b) Pendidikan kesehatan (health education)
Pendidikan kesehatan ini dikhusukan untuk murid guna
menanaman kebiasaan hidup sehat agar mampu
bertanggungjawab terhadap kesehatan bagi diri sendiri maupun
lingkungannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
memerlukan beberapa tahapan, yaitu:
1) Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup
sehat
2) Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat
3) Membentuk kebiasaan hidup sehat
Terdapat juga beberapa hal pokok yang digunakan sebagai dasar
materi guna menanamkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat,
yaitu:
1) Kebersihan perorang dan kebersihan lingkungan sekolah
2) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
3) Mengetahui penyebab dan cara pencegahan penyakit-
penyakit tidak menular
4) Mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan Gizi, seperti
mengenal berbagai macam makanan bergizi, nilai gizi
pada makanan, memilih makanan yang bergizi,
kebersihan makanan, serta penyakit-penyakit
akibatkekurangan atau kelebihan gizi, dan lain-lain.
5) Pencegahan kecelakaan atau keamanan diri, dan
6) Mengenal fasilitas kesehatan yang professional
c) Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah (health
services in school)
Pemeliharaan kesehatan di sekolah mencakup beberapa
usaha, seperti adanya pemeriksaan kesehatan yang berkala,
pemeriksaan dan pengawasan kebersihan lingkungan, usaha-
usaha pencegahan penyakit menular, usaha perbaikan gizi, usaha
kesehatan gigi, danlain sebagainya.
6. Metode Promosi Kesehatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metode
didefinisikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Metode
dan promosi kesehatan adalah dengan cara dan alat apa yang digunakan
oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan atau mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran
atau masyarakat (Notoatmodjo, S., 2005). Berdasarkan sasarannya, maka
metode promosi kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, diantaranya:
a) Metode Promosi Kesehatan Individual
Metode ini digunakan untuk memunculkan perilaku baru
kepada seseorang mulai tertarik kepada suatu perubahan atau
inovasi (Susilowati, D., 2016). Notoatmodjo (2005) bahwa
metode ini digunakan apabisa antara seorang promoter kesehatan
dengan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi secara
langsung baik bertatap muka maupun menggunakan media
pengantar seperti telepon. Contoh metode nya seperti bimbingan
dan penyuluhan (guidance dan counseling) serta wawancara
(interview).
b) Metode Promosi Kesehatan Kelompok
Sasaran kelompok dibagi lagi menjadi dua, yaitu
kelompok besar dan kelompok kecil. Metode promosi kesehatan
bagi kelompok besar berbeda dengan metode pada kelompok
kecil.
1) Kelompok Besar
Sebuah kelompok dapat disebut kelompok besar
apabila jumlah sasarannya melebihi 15 sampai dengan 50
orang. Contoh metode yang digunakan adalah ceramah,
seminar, loka karya, dan sebagainya.
2) Kelompok Kecil
Sedangkan untuk sebuah kelompok dapat disebut
kelompok kecil apabila jumlah sasarannya antara 6
sampai 15 orang. Contoh metode yang digunakan adalah
diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola
salju (snow balling), bermain peran (role play), dan
sebagainya.
c) Metode Promosi Kesehatan Massal
Metode ini digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan kepada sasaran yan bersifat massa atau public.
Biasanya pendekatan dengan metodi ini digunakan untuk
memunculkan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi
(Susilowati, D., 2016). Contoh metode yang digunakan adalah
ceramah umum (public speaking), pidato, tulisan-tulisan
dimajalah atau koran, bill board, dan sebagainya.
7. Kemitraan Promosi Kesehatan
Penyelenggaraan promosi kesehatan merupakan perwujudan kemitraan
(patrnerhip) dari berbagai pihak yang berada di lingkungan sekolah.
a) Guru
Guru merupakan unsure penting dalam melaksanakan
promosi kesehatan di sekolah. Guru berperan dalam menanamkan
kebiasaan hidup sehat untuk para murid, mengadakan
pemeriksaan kebersihan perorangan, membantu petugas
kesehatan dalam menjalankan tugasnya di sekolah, melakukan
deteksi dini pada penyakit-penyakit yang terjadi pada murid,
mengoordinasikan masyarakat guna meningkatkan kebersihan di
lingkungan sekolah dan masyarakat, serta menjadi contoh bagi
muridnya dalam hal kesehatan seperti berpakaian rapi dan bersih,
tidak merokok, dan sebagainya.
b) Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang dimaksud adalah petugas
kesehatan puskesmas yang mempunyai tanggungjawab untuk
mengembangkan promosi kesehatan di sekolah yang berupa
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Petugas kesehatan berperan
untuk memberikan bimbingan kepada guru-guru dalam
menjalankan promosi kesehatan di sekolahnya masing-masing,
menjalankan beberapa kehiatan pelayanan kesehatan di sekolah,
turut serta dalam pengawasan terhadap lingkungan sekolah yang
sehat, memberikan pelatihan-pelatihan dan bimbingan kepada
guru-guru dalam rangka peningkatan keampuan mereka dalam
melaksanakan upaya kesehatan di sekolah.
c) Murid
Dalam pelaksanaan kesehatan sekolah, murid atau anak
didik juga memiliki peran, seperti murid diharuskan
mempraktikan dan membiasakan hidup sehat sesuai dengan
petunjuk panduan yang guru telah berikan, menjadi penghubung
bagi sekolah, keluarga dan masyarakat dalam menjalankan
kebiasaan-kebiasaan perilaku hidup sehat. Serta dapat
memberikan contoh perilaku sehat kepada masyarakat, khususnya
bagi anak-anak yang tidak terjangkau oleh sekolah.
d) Orang Tua Murid
Sebagian besar waktu yang dihabiskan murid adalah di
rumah dan di masyarakat, mereka berada di sekolah paling lama
selama 8 jam dalam sehari. Oleh sebab itu, orang tua murid juga
memiliki peran yang penting untuk menumbuhkan perilaku sehat
kepada anak. Peran orang tua murid adalah ikut serta untuk
merencanakan dan menyelenggarakan program promosi
kesehatan sekolah serta dapat menyesuaikan diri dengan program
kesehatan di sekolah dan mengetahui apa saja yang telah
diperoleh anaknya di sekolah serta mendorongnya untuk
mempraktikan kebiasaan hidup sehat tersebut di rumah.
8. Media Promosi Kesehatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media diartikan
sebagai alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televisi,
film, poster, dan spanduk yang terletak di antara dua pihak (orang,
golongan, dan sebagainya). Kegiatan promosi kesehatan seperti halnya
penyuluhan tak lepas dari penggunaan media sebagai alat bantu dalam
pengkomunikasian pesan-pesan kesehatan kepada sasaran. Dengan
tujuan, sasaran akan mudah memahami sehingga diharapkan akan
menimbulkan perilaku yang positif (Susilowati, D., 2016).
Penggunaan media dalam promosi kesehatan haruslah benar dan
tepat pada sasaran, sehingga materi yang akan disampaikan dalam
promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh
sasaran. Yang mana hal ini dapat menimbulkan kesadaran dalam diri
seseorang baik individu, kelompok, atau masyarakat banyak (Kurniati,
2017).
a) Tujuan Media Promosi Kesehatan
Adapun tujuan dari digunakannya media dalam promosi
kesehatan yang diuraikan oleh Susilowati (2016), diantaranya:
1) Mempermudah penyampaian informasi
2) Menghindari kesalahan persepsi
3) Memperjelas informasi
4) Mempermudah pengertian
5) Mengurangi komunikasi verbalistik
6) Menampilkan objek yang tidak ditangkap dengan mata
7) Memperlancar komunikasi
b) Jenis Media Promosi Kesehatan
Berdasarkan cara produksinya, maka media dalam
promosi kesehatan dibagi kedalam 3 kelompok, diantaranya:
1) Media Cetak
Media cetak yaitu media yang mengutamakan
pesan-pesan secara visual. Pada umumnya, media cetak
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto
dalam tatanan warna. Macam-macam media cetak adalah
Poster, Leaflet, Brosur, Majalah, Surat Kabar, Sticker, dan
Pamflet.
Media cetak memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dari media cetak yaitu tahan lama, mencakup
banyak orang, biayanya tidak tinggi, tidak memerlukan
listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit
rasa keindahan, mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Selain itu, media cetak juga
memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menstimulir efek
suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
2) Media Elektronik
Media elektronika adalah media mergerak dan
dapat dilihat serta didengar dalam menyampaikan
pesannya dengan bantuan alat-alat elektronik. Macam-
macam media elektronika yaitu Televisi, Radio, Film,
Video Film, Cassete, CD, dan DVD.
Media elektronika juga memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya yaitu sudah dikenal
masyarakat, mengikutsertakan semua panca indra, lebih
mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan
gambar bergerak, bertatap muka, penyajiannya dapat
dikendalikan, jangkauannya relative lebih besar, serta
sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
Selain kelebihan, media ini juga memiliki
kelemahan. Kelemahannya yaitu biayanya lebih tinggi,
sedikit rumit, memerlukan listrik, memerlukan alat
canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatannya selalu berkembang dan berubah,
memerlukan keterampilan penyimpanan sera memerlukan
terampil dalam pengoperasiannya.
3) Media Luar Ruang
Media luar ruang yaitu suatu media yang
menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum
dengan menggunakan media cetak dan media elektronika,
misalnya Papan Reklame, Spanduk, Pameran, Banner, dan
TV layar lebar.
Media luar ruang juga memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya yaitu dapat digunakan sebagai
informasi umum dan hiburan, mngikutsertakan semua
panca indra, lebih mudah dipahami, lebih menarik
dikarenakan ada suara dan gambar yang begerak, dapat
bertatap muka, penyajiannya dapat dikendalikan,
jangkauannya relative lebih besar, dapat menjadi tempat
bertanya lebih detail.
Kelemahan pada media ini yaitu biayanya lebih
tinggi, sedikit rumit, ada beberapa yang memerlukan
listrik dan alat canggih untuk memproduksinya,
memerlukan persiapan yang matang, peralatannya selalu
berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan
penyimpanan sera memerlukan terampil dalam
pengoperasiannya.
9. Media Video Animasi
a) Pengertian Video Animasi
Kata animasi berasal dari bahasa Inggris “Animation”
yang artinya menggerakkan. Jadi, animasi dapat diartikan sebagai
menggerakkan sesuatu (gambar atau obyek) yang diam
(Adriyanto, B., 2009). Pada dasarnya, animasi adalah ilmu yang
menggabungkan unsur teknologi dengan seni (Soenyoto, P.,
2017). Animasi adalah gambar yang bergerak yang dibentuk dari
sekumpulan objek yang disusun secara beraturan dengan
kecepatan tertentu (Enterprise, J., 2020).
Media video animasi adalah media yang penyampaian
pesannya melalui tulisan dan gambar bergerak. Pembelajaran
dengan menggunakan media video akan lebih mudah diingat dan
dipahami karena menggunakan semua panca indra (Purwanti, B.,
2015)
b) Jenis-Jenis Animasi
1) Animasi Stop-Motion (Stop Motion Animation)
Jenis animasi ini seringkali menggunakan clay
(tanah liat) sebagai objek yang digunakan. Teknik nya
dengan cara mengambil gambar dari objek tersebut yang
digerakkan secara bertahap.
2) Animasi Tradisional (Traditional Animation)
Animasi jenis ini di lakukan dengan menggambar
setiap gerakan pada cel (celluloid transparent). Namun,
saat ini, animasi tradisional dibuat dengan menggunakan
computer, yang biasa disebut dengan istilah animasi 2
dimensi.
3) Animasi Komputer (Computer Graphics Animation)
Animasi ini secara keseluruhan proses
pengerjaannya menggunakan computer. Dimulai dari
pembuatan karakter, gerakan karakter, suara, dan efeknya.
c) Tahap Pembuatan Video Animasi
Fakriansyah (2016) menyatakan bahwa untuk membuat
sebuah video animasi 2 Dimensi maka harus melalui tahap
pembuatan atau proses produksi animasi.
1) Pra Produksi
a. Konsep/Ide Cerita
Menentukan konsep dan ide cerita
merupakan langkah awal yang harusditetapkan
sebelum pembuatan video animasi. Pada
pembuatan video animasi 2 Dimensi mengenai
Anemia ini memiliki konsep seperti suasana
pembelajaran di dalam kelas yang bersifat
informative dikarenakan dalam video animasi ini
terdapat penjelasan mengenai materi Anemia.
Dengan konsep seperti itu, diharapkan video
animasi ini mampu meningkatkan pengetahuan
bagi yang menontonnya.
b. Naskah

c. Tokoh
d. Storyboard
2) Produksi
a. Drawing
b. Coloring
c. Background
d. Record Audio/Dubbing
e. Musik dan Sound FX
f. Animate
3) Paska Produksi
a. Editing
b. Compositing
c. Rendering
d) Kelebihan dan Kekurangan Video Animasi
Media dengan menggunakan video memiliki kelebihan
dan keleman dalam proses atau pengadaannya. Kelebihan media
video yaitu dapat menggambarkan suatu proses dengan tepat
yang bisa disaksikan secara berulang-ulang jika memerlukannya.
Dapat ditunjukan ke segala jenis kelompok, baik kelompok besar,
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun kepada
perorangan (Sukiman, 2012).
Sedangkan kekurangannya yaitu dalam pengadaannya
memerlukan biaya yang cukup mahal dan memerlukan waktu
yang banyak. Pada saat ditayangkan, gambar atau objek dalam
video akan bergerak terus menerus, sehingga tidak semua sasaran
dapat menerima pesan yang disampaikan.
10. Poster
a) Pengertian Poster
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, poster adalah
plakat yang dipasang di tempat umum berupa penegumuman atau
iklan. Fungsinya adalah untuk menyampaikan informasi yang
dirancang untuk menarik perhatian pembacanya. Poster adalah
media yang menyajikan suatu informasi dalam bentuk visual
untuk mempengaruhi serta memotivasi siswa yang melihatnya
(Irfandita, RM. & Hidayat, T., 2014).
Poster dapat dikatakan baik apabila dapat memenuhi hal-
hal seperti dapat menarik perhatian orang, terdapat pesan
didalamnya, tidak boleh ramai/berlebihan, gambarnya menarik,
jelas, dan sesuai dengan pesan yang ditulis, bentuk hurufnya
sederhana sehingga mudah dibaca, dan memiliki makna yang
mudah dipahami.
b) Ciri-Ciri Poster
Poster merupakan suatu karya seni yang menggabungkan
2 unsur, yaitu gambar dan kata-kata yang dibuat pada media
kertas berukuran besar agar lebih mudah dibaca bagi orang
banyak. Untuk dapat menarik perhatian pembaca, maka poster
dibuat dengan gambar yang menarik dan unsur warna-warna yang
mencolok serta kalimat yang singkat, jelas, dan mudah
dimengerti. Kemudian poster biasanya dipasang di tempat yang
strategis dan tempat-tempat ramai agar banyak diketahui oleh
orang banyak.
c) Syarat Pembuatan Poster
Dalam proses pembuatannya, maka terdapat 6 syarat
poster yang harus dipenuhi, yaitu sederhana, menyajikan satu ide,
berwarna, slogannya ringkas, tulisan yang jelas serta motif dan
desain yang bervariasi.
d) Langkah Pembuatan Poster
Terdapat langkah-langkah dalam pembuatan poster, diantaranya:
1) Perhatikan dan pelajari tema/materi yang akan diterapkan
pada poster.
2) Perhatikan rancangan/naskah pada pembuatan poster.
3) Siapkan alat dan bahan pembuatan poster, apakah itu
manual ataupun digital.
4) Buatlah sketsa
5) Buatlah desain
6) Perhatikan segi estetikanya
e) Kelebihan dan Kekurangan Poster
E. Kerangka Teori

Faktor Penentu: Faktor Pendukung: Faktor


Pendorong:
- Umur - Promosi Kesehatan
- Pengalaman (Metode: - Keluarga
- Informasi Penyuluhan), - Guru
- Lingkungan (Media: Video - Petugas
- Pendidikan Animasi dan Kesehatan
- Sosial, Poster).
Budaya dan
Ekonomi

Pengetahuan tentang
Anemia
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media edukasi gizi
video animasi dan poster terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia
pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten Indramayu
Tahun 2021. Pada penelitian ini terdapat 2 kelompok eksperimen, yaitu
kelompok pertama diberikan edukasi menggunakan video animasi, sedangkan
kelompok kedua diberikan edukasi menggunakan poster. Berdasarkan tujuan
tersebut, penelitian ini memiliki kerangka konsep sebagai berikut:

Edukasi menggunakan Edukasi menggunakan


video animasi tentang poster tentang anemia
anemia

Pengaruh
terhadap tingkat
pengetahuan

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
B. Definisi Operasional
Guna menghindari kesalahan pengukuran dan perbedaan persepsi, maka dibutuhkan suatu definisi operasional dari masing-masing
variabel tersebut yang meliputi definisi, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala ukur.

No Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
. Ukur
Media Edukasi yang digunakan
untuk menyampaikan pesan gizi
tentang Anemia dengan visualisasi
yang menarik bagi siswa/siswi
Media Video
Sekolah Menengah Atas. Video
Animasi
1. Animasi tersebut berisi tentang - - - -
“Anemia Itu
definisi Anemia, besaran masalah
Apa Sih?”
anemia, kadar normal Hemoglobin,
definisi Anemia Defisiensi Zat Besi,
dampak, gejala, penyebab, serta cara
pencegahan Anemia.
2. Media Media Edukasi yang digunakan - - - -
Poster untuk menyampaikan pesan gizi
“Anemia Itu tentang Anemia dengan visualisasi
Apa Sih?” yang menarik bagi siswa/siswi
Sekolah Menengah Atas. Poster
tersebut berisi tentang definisi
Anemia, besaran masalah anemia,
kadar normal Hemoglobin, definisi
Anemia Defisiensi Zat Besi,
dampak, gejala, penyebab, serta cara
pencegahan Anemia.
Pengetahuan
1. Pengetahuan Baik: >
tentang
50%
Anemia Pemahaman siswa/siswi Sekolah Responden mengisi
2. Pengetahuan Kurang
sebelum di Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal pre-test yang
3. Kuesioner (Soal Pre-test) Baik: < 50% Rasio
berikan sebelum diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
intervensi media Video Animasi. web Google Formulir.
(Budiman dan Riyanto,
media Video
2013)
Animasi
Pengetahuan 1. Pengetahuan Baik: >
tentang 50%
Pemahaman siswa/siswi Sekolah Responden mengisi
Anemia 2. Pengetahuan Kurang
Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal pre-test yang
4. sebelum di Kuesioner (Soal Pre-test) Baik: < 50% Rasio
sebelum diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
berikan
media Poster. web Google Formulir.
intervensi (Budiman dan Riyanto,
media Poster 2013)
Pengetahuan
1. Pengetahuan Baik: >
tentang
50%
Anemia Pemahaman siswa/siswi Sekolah Responden mengisi
2. Pengetahuan Kurang
setelah di Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal post-test yang
5. Kuesioner (Soal Post-test) Baik: < 50% Rasio
berikan setelah diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
intervensi media Video Animasi. web Google Formulir.
(Budiman dan Riyanto,
media Video
2013)
Animasi
6. Pengetahuan Pemahaman siswa/siswi Sekolah Kuesioner (Soal Post-test) Responden mengisi 1. Pengetahuan Baik: > Rasio
tentang Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal post-test yang 50%
Anemia 2. Pengetahuan Kurang
setelah di Baik: < 50%
setelah diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
berikan
media Poster. web Google Formulir.
intervensi (Budiman dan Riyanto,
media Poster 2013)
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemberian media edukasi video animasi dan poster tentang Anemia
berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan pada remaja putri kelas X di
SMA Negeri 1 Sliyeg, Indramayu.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang anemia pada
kelompok video animasi dan poster pada remaja putrid kelas X di SMA
Negeri 1 Sliyeg, Indramayu.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalen Control
Group Design dengan menggunakan desain penelitian Eksperimen Semu
(Quasy Eksperiment Design). Non Equivalen Control Group merupakan… .
Penelitian ini menggunakan dua media edukasi gizi untuk mengetahui
perbandingan efektivitas antara metode video animasi dan poster terhadap
pengetahuan mengenai anemia pada remaja putri. Bentuk rancangan penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sampel Pre test Perlakuan Post test Hasil


Kelompok
O1 X1 O2
Intervensi 1
Dibandingkan
Kelompok
O3 X2 O4
Intervensi 2

Keterangan:
1. Kelompok Intervensi 1: Kelompok dengan media edukasi video animasi.
2. Kelompok Intervensi 2: Kelompok dengan media edukasi poster.
3. O1 : Pemberian pre test pada kelompok intervensi 1 untuk
mengetahui pengetahuan awal remaja putri mengenai anemia.
4. X1 : Pemberian media edukasi gizi dengan video animasi.
5. O2 : Pemberian post test pada kelompok intervensi 1 untuk
mengetahui pengetahuan akhir remaja putri mengenai anemia.
6. O3 : Pemberian post test pada kelompok intervensi 2 untuk
mengetahui pengetahuan awal remaja putri mengenai anemia.
7. X2 : Pemberian media edukasi gizi dengan poster.
8. O4 : Pemberian post test pada kelompok intervensi 2 untuk
mengetahui pengetahuan awal remaja putri mengenai anemia.
Pemberian pre-test dilakukan sebelum responden diberikan
intervensi, sebaiknya antara pemberian pre-test dengan intervensi
diberikan jarak waktu yang tidak terlalu lama untuk meminimalisasi
adanya pengaruh dari luar sebelum diberikan intervensi (Arimurti, 2012).
Namun, jarak pemberian pre-test dengan intervensi yang terlalu dekat
juga dapat mempengaruhi tingkat sensitifitas ingatan responden terhadap
intervensi yang diberikan. Oleh karena itu, pada penelitian ini ditentukan
pemilihan jarak antara pemberian pre-test dengan intervensi yaitu selama
7 hari, seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ulfa Yusa
Handayani (2019). Kemudian, untuk jarak pemberian post-test dengan
intervensi berdasarkan pada penelitian yang juga dilakukan oleh Ulfa
Yusa Handayani (2019) yaitu sesaat setelah diberikan intervensi.

Berikut ini merupakan rancangan tahapan penelitian yang akan


dilakukan:

Pre test pada kelompok intervensi 1 dan intervensi 2

Tujuh Hari

Pemberian media edukasi gizi video animasi tentang


… Anemia pada kelompok intervensi 1 dan poster tentang
Menit anemia pada kelompok intervensi 2

Sesaat setelah intervensi

Post test pada kelompok intervensi 1 dan intervensi 2

Dibandingkan
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian tentang perbandingan efektivitas antara metode video animasi
dan poster dalam meningkatkan pengetahuan tentang anemia ini berlokasi di
SMA Negeri 1 Sliyeg, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa
Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan …
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
perempuan kelas X di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten Indramayu.
Setelah dilakukan studi pendahuluan, diketahui siswa perempuan kelas
10 di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten Indramayu berjumlah 129 siswa
perempuan kategori kelas IPA dan 83 siswa perempuan kategori kelas
IPS. Kemudian kedua kategori kelas akan digabungkan dan dibagi secara
rata menjadi 2 kelompok eksperimen.
2. Sampel
Sampel yang termasuk dalam penelitian ini adalah siswa
perempuan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah:
a) Siswa perempuan kelas X dan berstatus aktif di SMA Negeri 1
Sliyeg.
b) Siswa perempuan kelas X yang bersedia mengikuti seluruh
rangkaian penelitian.
c) Siswa perempuan kelas X yang sehat secara jasmani (tidak sakit).
d) Siswa perempuan kelas X yang berusia 15-17 tahun.

Sementara itu, yang menjadi kriteria ekslusi adalah siswa


perempuan kelas X yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini.
Sedangkan, kriteria drop out dalam penelitian ini adalah siswa
perempuan kelas X yang tidak mengikuti proses penelitian secara
menyeluruh serta siswa yang sedang sakit.

3. Metode Pengambilan Sampel


D. Metode Pengumpulan Data
1. Petugas Pengumpulan Data
2. Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan dibagi menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara
langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden. Data
primer dalam penelitian ini diambil dengan melakukan observasi
langsung kepada responden menggunakan kuesioner. Data primer
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data nilai pengetahuan
siswa tentang Anemia sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang berasal dari orang
lain atau pihak lain yang bukan dilakukan oleh peneliti. Data
sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data
mengenai karakteristik sekolah yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara. Serta daftar absensi dari setiap kelas X di SMA
Negeri 1 Sliyeg, Indramayu.
3. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat-alat yang digunakan dalam
proses pengambilan data. Instrument yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Kuesioner Data Diri Responden
Kuesioner ini berisi mengenai data diri responden yang
digunakan sebagai data penunjang penelitian. Data diri terdiri
dari nama lengkap, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, usia, dan
kelas berdasarkan kategori kelas (IPA/IPS). Kuesioner Data Diri
ini diisi oleh responden serta dilakukan satu kali pada saat awal
pertemuan sebelum dilakukan pengisian pre-test.
b. Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner Pengetahuan ini bertujuan untuk mengukur
pengetahuan responden mengenai Anemia yang terdiri dari 10
soal, dengan bentuk jawaban yaitu pilihan ganda.
c. Media
Media edukasi gizi ini digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan tentang Anemia kepada responden. Penelitian ini
menggunakan media berupa Video Animasi dan Poster. Kedua
media yang akan digunakan sebagai media intervensi dalam
penelitian ini adalah Video Animasi dan Poster dengan judul
“Anemia Itu Apa Sih?”.
4. Prosedur Pengumpulan Data
E. Pengolahan Data
1. Pengolahan Data Sistem Komputer
2. Pemberian Skor
F. Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Pengetahuan
1. Uji Validitas
2. Uji Reabilitas
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
- Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan intervensi: uji t berpasangan (paired t-test)
- Untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara kelompok intervensi 1
dan intervensi 2: uji t tidak berpasangan (independent t-test)

Anda mungkin juga menyukai