OLEH:
PUTRI GAYATRI
1705025206
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia masih menjadi masalah kesehatan yang banyak terjadi di
masyarakat, baik di negara berkembang dan negara miskin. Pada remaja putri
yang menderita anemia, maka akan menimbulkan dampak yang cukup serius.
Dampak yang ditimbulkan yaitu penurunan konsentrasi belajar dan penurunan
daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Rahayu, A., 2019).
Anemia merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari jumlah normal, sehingga supply oksigen ke dalam tubuh
menjadi terganggu (Rahayu, A., dkk., 2019). Dikarenakan tubuh tidak mendapat
oksigen yang cukup maka terdapat gejala yang dirasakan yaitu 5L (Lesu, letih,
Lemah, Lelah, dan Lalai), pusing kepala, mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk dan sulit berkonsentrasi (Rachmi, CN., dkk., 2019). World Health
Organization (2001) menyatakan apabila prevalensi anemia di suatu populasi
melebihi 20%, maka hal itu sudah dapat dikatakan menjadi masalah kesehatan
masnyarakat (Ernawati, F., Octaria, Y. & Khomsan, A., 2018).
World Health Organization mengatakan prevalensi anemia pada wanita
usia 15-59 tahun di negara berkembang sebesar 10,3% dan 42,3% pada negara
tidak berkembang. Sebanyak 57780 wanita Afrika usia 15-59 tahun, 53787
wanita Amerika, dan 27119 wanita di Eropa mengalami anemia (World Health
Organization, 2001). Di Indonesia prevalensi anemia untuk remaja putri usia 13-
18 tahun sebesar 22,7%. Prevalensi anemia di Indonesia pada daerah pedesaan
(23,0%) lebih besar dari pada daerah perkotaan (22,4%). (Riskesdas, 2013).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia
pada remaja putri, seperti pengetahuan mereka terkait gizi dan kebutuhan zat
besi yang tidak tercukupi. Pengetahuan adalah hasil tetap dari sebuah
pengamatan (Rusmono, D., 2018). Agar mencapai kehidupan yang lebih baik,
maka perlu memperhatikan suatu pengetahuan (Rusuli, I & Daud, ZFM., 2015).
Kemudian, Budiman dan Riyanto (2013) menyebutkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu umur, pengalaman,
informasi, lingkungan, pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi.
Seiring dengan perkembangan teknologi maka upaya yang dilakukan
dalam proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tersebut
(Munir, 2017). Video animasi adalah media yang menampilkan materi
pembelajaran dengan menggunakan audio serta animasi agar dapat menarik
perhatian siswa. Video yang ditampilkan disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan serta karakteristik siswa (Prakoso, NA., 2020). Penelitian yang
dilakukan Hardianti (2017) menunjukkan bahwa media video lebih efektif pada
peningkatan pengetahuan pada siswa dari pada yang tidak menggunakan video
(Hardianti & Asri, WK., 2017).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, poster adalah plakat yang
dipasang di tempat umum berupa penegumuman atau iklan. Fungsinya adalah
untuk menyampaikan informasi yang dirancang untuk menarik perhatian
pembacanya. Indraswati (2019) menyatakan dalam penelitiannya bahwa poster
memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswa (p 0,005).
SMA Negeri 1 Sliyeg, yang terletak di Kecamatan Sliyeg, merupakan
salah satu Sekolah Menengah Atas yang berada di Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat. SMA Negeri 1 Sliyeg merupakan jangkauan wilayah
Puskesmas Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil
survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2021 di SMA Negeri
1 Sliyeg, menyatakan bahwa belum pernah dilakukan penelitian tentang anemia
dan menunjukkan sebanyak 69,7% siswa belum pernah mendapatkan
penyuluhan/edukasi mengenai anemia.
Media video animasi dan poster merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran pada remaja dengan memberikan seperangkat pengetahuan
mengenai anemia. Kedua media tersebut sama-sama memiliki pengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melihat pengaruh dua media edukasi gizi yaitu video animasi dan poster
terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia di SMA Negeri 1 Sliyeg,
Kabupaten Indramayu, tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah media dalam menyampaikan materi.
Serta diketahui melalui survey pendahuluan yang dilakukan, bahwa SMA
Negeri 1 Sliyeg belum pernah dilakukan penelitian tentang anemia. Oleh karena
itu, peneliti ingin melihat perbandingan efektivitas antara metode video animasi
dan poster terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia pada siswa putri di
SMA Negeri 1 Sliyeg, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu tahun 2021.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
efektivitas antara metode video animasi dan poster terhadap peningkatan
pengetahuan tentang anemia pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1
Sliyeg Indramayu tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang anemia pada
remaja kelas X sebelum diberikan intervensi berupa pemberian
media edukasi gizi video animasi dan poster.
b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang anemia pada
remaja putri kelas X setelah diberikan intervensi berupa
pemberian media edukasi gizi video animasi dan poster.
c. Mengidentifikasi efektivitas metode video animasi dan poster
terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri kelas X.
d. Mengidentifikasi perbandingan efektivitas antara metode video
animasi dan poster terhadap peningkatan pengetahuan remaja
putri kelas X.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai perbandingan efektivitas
antara metode video animasi dan poster terhadap peningkatan pengetahuan
tentang anemia pada remaja putri kelas X, yang akan dilaksanakan pada bulan
… 2021. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten
Indramayu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
menggunakan metode Quasi-Eksperimental Design. Pengumpulan data variabel
pengetahuan remaja putri dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Paired Sample T Test.
BAB II
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
World Health Organization mendefinisikan remaja sebagai
kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun. Masa remaja dibagi ke
dalam tiga tahapan, remaja tahap awal yaitu remaja yang berusia 11-14
tahun, remaja pertengahan berusia 14-17 tahun, dan remaja akhir berusia
17-20 tahun (Wulandari, A., 2014). Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa dengan ditandai
tumbuh dan kembangnya fungsi biologis dan biologis seseorang. Secara
biologis, remaja ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan seks
primer dan sekunder, sedangkan secara psikologis remaja ditandai
dengan tidak menentunya perasaan mereka, sikap, keinginan dan
emosinya (Hidayati, KB. & Farid, M., 2016).
2. Ciri-Ciri Remaja
Masa remaja memiliki cirri-ciri tertentu yang membedakannya
dari masa sebelumnya atau masa sesudahnya. Sidik Jatmika (2010)
menjelaskan beberapa perilaku khusus yang dialami oleh remaja 9
(Putro, KZ., 2017):
a) Remaja sudahdapat menyampaikan kebebasan dan hak nya untuk
mengemukakan pendapatnya. Hal ini dapat menimbulkan
perselisihan terutama dengan keluarganya.
b) Remaja akan mudah dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya
dari pada pengaruh dari orangtuanya. Mereka akan berperilaku
sesuai dengan kesenangan sendiri dan biasanya akan
bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga.
c) Remaja mengalami perubahan fisik yang signifikan, baik dari
pertumbuhannya maupun tingkat seksualitasnya.
d) Remaja akan semakin percaya diri (over confidence) bersamaan
dengan meningkatnya emosi merreka, hal ini biasanya
mengakibatkan mereka akan sulit untuk menerima nasihat dan
arahan dari orangtua.
2. Jenis-Jenis Anemia
Rahayu (2019) membagi anemia menjadi beberapa jenis sebagai
berikut:
a) Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling
banyak terjadi pada remaja putri akibat kurangnya zat besi dalam
tubuh. Zat besi merupakan bagian dari molekul Hemoglobin.
Ketika tubuh kekurangan zat besi maka produksi Hemoglobin
akan menurun.
Zat Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang terdapat
dalam tubuh manusia maupun hewan. Zat besi di dalam
makanan terbagi menjadi dua jenis, yaitu zat besi hem dan
zat besi non-heme. Zat besi hem yaitu zat besi yang
sumbernya berasal dari makanan hewani seperti daging,
ayam, telur dan ikan, sedangkan non-heme berasal dari
makanan nabati seperti kacang-kacangan, sayuran hijau
dan beberapa jenis buah. Penyerapan zat besi heme lebih
besar (25%) dari pada penyerapan zat besi non-hem (5%)
(…). Penyerapan zat besi dalam tubuh akan meningkat
apabila dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang
tinggi vitamin C. Namun sebaliknya, penyerapan zat besi
akan terhambat apabila dikonsumsi bersamaan dengan
makanan yang mengandung tanin seperti kopi dan teh.
b) Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia defisiensi vitamin C merupakan jenis anemia
yang masih jarang terjadi. Anemia ini disebabkan akibat
kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu yang lama.
Biasanya diakibatkan karena kurangnya asupan vitamin C dalam
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Dimana salah satu fungsi
vitamin C ialah membantu penyerapan zat besi. Sehingga, jika
vitamin C dalam tubuh kurang, maka jumlah zat besi yang
diserap juga akan berkurang, hal ini yang dapat menyebabkan
anemia.
c) Anemia Makrositik
Anemia jenis ini disebabkan ketika tubuh kekurangan
vitamin B12 atau asam folat. Kekurangan vitamin B12 dapat
mempengaruhi kerja system saraf. Sehingga penderita anemia ini
akan merasakan kesemutan di tangan dan kaki, seolah-olah
tungkai dan kaki serta tangan seperti mati rasa. Gejala lainnya
yang terlihat adalah buta warna tertentu seperti warna kuning dan
biru, luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar,menurunnya
berat badan, warna kulit lebih gelap, dan menurunnya fungsi
intelektual.
d) Anemia Hemolitik
Anemia jenis ini terjadi ketikasel darah merah
dihancurkan jauh lebih cepat dari biasanya. Dimana normalnya
umur sel darah adalah 120 hari. Pada anemia hemolitik ini, umur
sel darah merah menjadi lebih pendek sehingga sumsum tulang
penghasil sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan
sel darah merah.
e) Anemia Sel Sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit merupakan penyakit dengan sel darah
merah yang berbentuk sabit, kaku, dan hemolitik kronik. Pada
penyakit ini, Hemoglobin dalam sel darah merah bentuknya tidak
normal, sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen di dalam sel
yang menyebabkan sel berbrntuk seperti sabit. Hal tersebut
dikarenakan Hemoglobin ini digunakan sebagai pengangkut
oksigen. Sel tersebut akan menyumbat dan merusak pembuluh
darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya
serta mengurangi pasokan oksigen ke dalam organ tersebut.
f) Anemia Aplastik
Anemia jenis ini merupakan anemia yang berbahaya,
karena dapat mengancam jiwa. Anemia ini terjadi ketika
terganggunya sumsum tulang sebagai tempat pembuatan darah
merah. Kejadian anemia ini dapat menyebabkan produksi sel
darah menurun baik eritrosit,leukosit, maupun trombosit. Anemia
ini disebabkan pleh bahan kimia, obat-obatan, virus, dan dapat
juga dikaitkan dengan penyakit lain.
3. Dampak Anemia pada Remaja Putri
World Health Organization (1996) mengatakan bahwa anemia
dapat menimbulkan dampak yang cukup serius, seperti terganggunya
perkembangan fisik dan psikis, menurunnya kualitas kerja fisik dan daya
pendapatan, menurunnya daya tahan terhadap keletihan, meningkatnya
angka kesakitan dan kematian. Pada remaja putri yang menderita anemia,
maka dapat menyebabkan menurunnya prestasi belajar, menurunnya
daya tahan tubuh sehingga akan mudah terkena penyakit infeksi. Secara
umum, dampak yang ditimbulkan antara lain terganggunya kemampuan
belajar, menurunnya kemampuan latihan fisik dan kebugaran,
menurunnya kapasitas kerja individual, menurunnya fungsi imun
(kekebalan) tubuh, serta menurunnya kemampuan dalam mengatur suhu
tubuh (Rahayu, A., 2019).
Suatu penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara prestasi
belajar dengan kejadian anemia pada siswi SMP di suatu sekolah di
Surabaya (Dumilah, PRA. & Sumarmi, S., 2017). Mengenai
hubungannya dengan penyakit infeksi, terdapat suatu penelitian yang
juga mengatakan bahwa ada hubungan antara kejadian anemia dengan
penyakit infeksi (p 0,012) pada siswi SMA di suatu sekolah di Semarang
(Annisa, A., Rahfiludin, MZ.& Fatimah SP., 2018). Kemudian, anemia
juga berhubungan dengan status kebugaran seseorang, seperti yang
dikatan oleh Retnaningtyas (2014) dalam penelitiannya yaitu ada
hubungan antara anemia dengan kebugaran jasmani (p 0,000) dengan
subjek yang mengalami anemia memiliki kebugaran jasmani dengan
kategori kurang (63,3%) (Retnaningtyas, R., 2014).
Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan dampak anemia
sebagai berikut (Rahayu, A., 2019):
a) Pada Anak-anak
1) Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar
2) Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan otak
3) Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya
tahan tubuh menurun
b) Pada Wanita
1) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit
2) Menurunnya produktivitas kerja
3) Menurunnya kebugaran
c) Pada Remaja Putri
1) Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar
2) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
tercapai secara optimal
3) Menurunnya kemampuan fisik olahragawati
4) Mengakibatkan muka pucat
d) Ibu Hamil
1) Menimbulan pendarahan sebelum atau sesudah persalinan
2) Meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) yaitu < 2,5 kg.
3) Jika anemia berat, maka dapat menyebabkan kematian ibu
dan atau bayinya.
4. Penyebab Anemia pada Remaja Putri
Junadi (1995) membagi penyebab anemia menjadi tiga faktor,
diantaranya adalah (Rahayu, A., 2019):
a) Sebab Langsung. Dikarenakan kebutuhan zat besi yang
didapatkan dari makanan tidak mencukupi atau bahkan
makanannya sudah cukup namun bioavabilitasnya rendah, serta
dapat juga berasal dari makanan yang dimakan mengandung zat
yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan adanya infeksi
penyakit, seperti cacing dan malaria yang pada umumnya
memperbesar risiko anemia. Suatu penelitian mengatakan bahwa
asupan zat besi memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kadar hemoglobin dalam tubuh (p 0,000), semakin tinggi asupan
zat besi maka kadar hemoglobin juga akan meningkat (Sholicha,
CA. & Muniroh, L., 2019).
b) Sebab Tidak Langsung, dapat berasal dari perhatian keluarga
terhadap wanita, aktivitas wanita yang tinggi, serta pola konsumsi
makanan dalam keluarga dimana ibu dan anak perempuan tidak
diprioritaskan.
c) Sebab mendasar yaitu bisa didapat dari masalah ekonomi, seperti
rendahnya pendidikan, pendapatan, dan status social serta lokasi
geografis yang sulit.
Menurut KEMENKES (2016) ada 3 penyebab anemia yang terjadi
pada remaja putri, diantaranya:
a) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan mengenai
pemahaman tentang maknaan serta komponen zat gizi, sumber
zat gizi pada bahan makanan, makanan yang aman dikonsumsi
dan tidak menimbulkan penyakit, tata cara pengolahan makanan
yang tepat agar kandungan gizi dalam makanan tidak hilang serta
pemahaman tentang pola hidup sehat. Suatu penelitian
mengatakan bahwa pengetahuan tentang gizi memiliki hubungan
dengan kejadian anemia (p 0,018) (Putri, RD., Simanjutak, BY.
& Kusdalinah., 2017).
b) Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah darah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kepatuhan berasal dari kata Patuh yang berarti suka menurut, taat,
dan berdisiplin kepada perintah atau aturan. Suatu penelitian
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p 0,0005)
antara kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah (tablet Fe)
dengan kejadian anemia pada remaja putri. Penelitian tersebut
mengatakan bahwa kepatuhan konsumsi tablet tambah darah
menjadi faktor dominan terjadinya anemia pada remaja putri.
Remaja putrid yang tidak patuh mengkonsumsi TTD beresiko
61,55 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja
yang patuh untuk mengkonsumsi tablet tersebut (Putri, RD.,
Simanjutak, BY. & Kusdalinah., 2017).
5. Pencegahan Anemia pada Remaja Putri
KEMENKES (2016) mengungkapkan terdapat beberapa cara
pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri, seperti
memberikan asupan zat besi yang cukup bagi tubuh agar meningkatkan
pembentukan hemoglobin, cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah:
a) Meningkatkan Asupan Makanan Sumber Zat Besi
Untuk meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
dapat dilakukan dengan menerapkan pola makan gizi seimbang,
yang terdiri dari berbagai ragam makanan, terutama sumber
makanan yang kaya zat besi seperti dari hewani (heme) dan
nabati (non-heme). Sumber zat besi dari hewani berasal dari ikan,
hati, daging, dan unggas. Sedangkan sumber zat besi dari nabati
berasal dari sayuran berwarna hijau tua serta kacang-kacangan.
Agar penyerapan zat besi dalam tubuh meningkat, maka
sebaiknya pengkonsumsian zat besi bersamaan dengan buah-
buahan yang kaya vitamin C seperti jeruk, papaya, mangga,
jambu biji, dan lain sebagainya. Sebaliknya, penyerapan zat besi
akan terhambat jika mengkonsumsi zat besi bersamaan dengan
teh dan kopi dikarenakan mengandung senyawa fitat dan tanin
yang mengikat zat besi menjadi senyawa kompleks, tablet
kalsium dengan dosis tinggi, dan obat sakit maag.
b) Fortifikasi Bahan Makanan dengan Zat Besi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fortifikasi
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mencegah terjadinya
suatu penyakit. Sehingga fortifikasi bahan makanan adalah
penambahan satu atau lebih zat gizi ke dalam pangan guna
meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Di Indonesia, ada
beberapa bahan makanan yang telah difortifikasi yaitu tepung
terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa camilan. Zat
besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan pada
makanan yang disajikan di rumah tangga dengan menggunakan
bubuk tabur gizi (Multiple Micronutrient Powder).
c) Suplementasi Zat Besi
Suplementasi zat besi diberikan apabila makanan tidak
mencukupi kebutuhan zat besi. Tujuan diberikannya suplementasi
zat besi secara rutin adalah untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam tubuh secara cepat. Suplementasi Tablet
Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan Wanita Usia Subur
(WUS) menjadi salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk
memenuhi asupan zat besi.
World Health Organization menganjurkan dosis yang
tepat untuk pengkonsumsian Tablet Tambah Darah. Untuk daerah
dengan prevalensi anemia nya ≥ 40%, maka pemberian TTD pada
remaja putri dan WUS sebanyak 30-60 mg elemental iron yang
diberikan setiap hari selama 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun
(WHO, 2016). Sedangkan untuk daerah dengan prevalensi
anemianya ≥ 20%, maka TTD diberikan sebanyak 60 mg
elemental iron dan 2800 mcg asam folat yang diberikan 1 kali
seminggu selama 3 bulan on (diberikan) dan 3 bulan off (tidak
diberikan) (WHO, 2011).
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
hal. Agar mencapai kehidupan yang lebih baik, maka perlu
memperhatikan suatu pengetahuan (Rusuli, I & Daud, ZFM., 2015).
Pengetahuan adalah hasil tetap dari sebuah pengamatan (Rusmono, D.,
2018). Notoatmodjo mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimilikinya (mata. Hidung, telinga, dan sebagainya).
(Notoatmodjo, S., 2005).
2. Tingkatan Pengetahuan
Dikarenakan pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk perilaku seseorang, maka Notoatmodjo
menjelaskan pengetahuan dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan
pengetahuan:
a) Tahu (know)
Tahu didefinisikan sebagai ingatan dari suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Dalam tingkat ini yaitu mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tingkat ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan dalam
menginterpretasikan dengan benar mengenai sesuatu yang telah
diketahui.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan dalam
menggunakan atau mengaplikasikan suatu prinsip yang diketahui
atau dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Menurut KBBI,
aplikasi merupakan penggunaan atau penerapan suatu informasi
yang telah diterima sebelumnya.
d) Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Dikatakan seseorang sudah mencapai tahap ini, apabila
telah dapat membedakan, memisahka, atau mengelompokkan
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
merangkum dan merumuskan nya dalam suatu hubungan yang
logid adari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
Atau bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menyususn
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaiannya didasarkan pada suatu criteria yang telah
ditentukan sendiri atau dapat menggunakan criteria yang telah
ada.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Budiman dan Riyanto (2013) memaparkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan, diantaranya:
a) Umur
Daya tangkap dan pikir seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor umur. Semakin umurnya bertambah, maka daya tangkap
dan pola pikirnya akan semakin berkembang, sehingga
pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, umur didefinisikan sebagai lama waktu
hidup atau ada (sejakdilahirkan atau diadakan).
b) Pengalaman
Sebagai sumber pengetahuan, pengalaman adalah salah
satu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan
dengan cara merasai, menjalani pengetahuan tersebut pada suatu
peristiwa. Pengalaman seseorang dalam belajar dan bekerja yang
dikembangkan akan memberikan pengetahuan serta keterampilan
yang professional, dan mampu mengambil keputusan.
c) Informasi
Informasi merupakan pesan atau makna yang terkandung
dalam sebuah pesan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Pasal 1 mendefinisikan Informasisebagai keterangan, pernyataan,
gagasan dan tanda-tanda yang menandung nilai, makna, dan
pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat,
didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan
format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.
d) Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun social.
Proses masuknya pengetahuan pada seseorang dapat dipengaruhi
oleh lingkungan yang mereka tinggali. Hal tersebut terjadi
dikarenakan adanya interaksi yang kemudian direspon sebagai
suatu pengetahuan oleh individu.
e) Pendidikan
Baik pendidikan formal maupun nonformal merupakan
suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
individu. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin muda bagi orang tersebut
dalam memperoleh informasi. Pendidikan dapat diperoleh dari
orang lain maupun dari media massa. Perlu ditekankan, bahwa
seseorang yang pendidikannya rendah tidak berarti
pengetahuannua juga rendah, karena peningkatan penhetahuan
dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal.
f) Social, budaya, dan ekonomi
Social dan budaya merupakan kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan individu maupun sekelompok orang tanpa melalui
penalaran terlebih dahulu apakah yang dilakukan tersebut baik
atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuannya meskipun dia tidak melakukannya. Untuk dapat
memperoleh fasilitas pada kegiatan tertentu,, maka ditentukan
juga dari status ekonominya, hal ini tentunya dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang akan diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dia atas (Notoatmodjo, S., 2005).
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan
dikategorikan menjadi dua kelompok, jika yang diteliti adalah
masyarakat umum, diantaranya:
a) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%.
b) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 50%.
c. Tokoh
d. Storyboard
2) Produksi
a. Drawing
b. Coloring
c. Background
d. Record Audio/Dubbing
e. Musik dan Sound FX
f. Animate
3) Paska Produksi
a. Editing
b. Compositing
c. Rendering
d) Kelebihan dan Kekurangan Video Animasi
Media dengan menggunakan video memiliki kelebihan
dan keleman dalam proses atau pengadaannya. Kelebihan media
video yaitu dapat menggambarkan suatu proses dengan tepat
yang bisa disaksikan secara berulang-ulang jika memerlukannya.
Dapat ditunjukan ke segala jenis kelompok, baik kelompok besar,
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun kepada
perorangan (Sukiman, 2012).
Sedangkan kekurangannya yaitu dalam pengadaannya
memerlukan biaya yang cukup mahal dan memerlukan waktu
yang banyak. Pada saat ditayangkan, gambar atau objek dalam
video akan bergerak terus menerus, sehingga tidak semua sasaran
dapat menerima pesan yang disampaikan.
10. Poster
a) Pengertian Poster
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, poster adalah
plakat yang dipasang di tempat umum berupa penegumuman atau
iklan. Fungsinya adalah untuk menyampaikan informasi yang
dirancang untuk menarik perhatian pembacanya. Poster adalah
media yang menyajikan suatu informasi dalam bentuk visual
untuk mempengaruhi serta memotivasi siswa yang melihatnya
(Irfandita, RM. & Hidayat, T., 2014).
Poster dapat dikatakan baik apabila dapat memenuhi hal-
hal seperti dapat menarik perhatian orang, terdapat pesan
didalamnya, tidak boleh ramai/berlebihan, gambarnya menarik,
jelas, dan sesuai dengan pesan yang ditulis, bentuk hurufnya
sederhana sehingga mudah dibaca, dan memiliki makna yang
mudah dipahami.
b) Ciri-Ciri Poster
Poster merupakan suatu karya seni yang menggabungkan
2 unsur, yaitu gambar dan kata-kata yang dibuat pada media
kertas berukuran besar agar lebih mudah dibaca bagi orang
banyak. Untuk dapat menarik perhatian pembaca, maka poster
dibuat dengan gambar yang menarik dan unsur warna-warna yang
mencolok serta kalimat yang singkat, jelas, dan mudah
dimengerti. Kemudian poster biasanya dipasang di tempat yang
strategis dan tempat-tempat ramai agar banyak diketahui oleh
orang banyak.
c) Syarat Pembuatan Poster
Dalam proses pembuatannya, maka terdapat 6 syarat
poster yang harus dipenuhi, yaitu sederhana, menyajikan satu ide,
berwarna, slogannya ringkas, tulisan yang jelas serta motif dan
desain yang bervariasi.
d) Langkah Pembuatan Poster
Terdapat langkah-langkah dalam pembuatan poster, diantaranya:
1) Perhatikan dan pelajari tema/materi yang akan diterapkan
pada poster.
2) Perhatikan rancangan/naskah pada pembuatan poster.
3) Siapkan alat dan bahan pembuatan poster, apakah itu
manual ataupun digital.
4) Buatlah sketsa
5) Buatlah desain
6) Perhatikan segi estetikanya
e) Kelebihan dan Kekurangan Poster
E. Kerangka Teori
Pengetahuan tentang
Anemia
BAB III
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media edukasi gizi
video animasi dan poster terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia
pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten Indramayu
Tahun 2021. Pada penelitian ini terdapat 2 kelompok eksperimen, yaitu
kelompok pertama diberikan edukasi menggunakan video animasi, sedangkan
kelompok kedua diberikan edukasi menggunakan poster. Berdasarkan tujuan
tersebut, penelitian ini memiliki kerangka konsep sebagai berikut:
Pengaruh
terhadap tingkat
pengetahuan
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
B. Definisi Operasional
Guna menghindari kesalahan pengukuran dan perbedaan persepsi, maka dibutuhkan suatu definisi operasional dari masing-masing
variabel tersebut yang meliputi definisi, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala ukur.
No Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
. Ukur
Media Edukasi yang digunakan
untuk menyampaikan pesan gizi
tentang Anemia dengan visualisasi
yang menarik bagi siswa/siswi
Media Video
Sekolah Menengah Atas. Video
Animasi
1. Animasi tersebut berisi tentang - - - -
“Anemia Itu
definisi Anemia, besaran masalah
Apa Sih?”
anemia, kadar normal Hemoglobin,
definisi Anemia Defisiensi Zat Besi,
dampak, gejala, penyebab, serta cara
pencegahan Anemia.
2. Media Media Edukasi yang digunakan - - - -
Poster untuk menyampaikan pesan gizi
“Anemia Itu tentang Anemia dengan visualisasi
Apa Sih?” yang menarik bagi siswa/siswi
Sekolah Menengah Atas. Poster
tersebut berisi tentang definisi
Anemia, besaran masalah anemia,
kadar normal Hemoglobin, definisi
Anemia Defisiensi Zat Besi,
dampak, gejala, penyebab, serta cara
pencegahan Anemia.
Pengetahuan
1. Pengetahuan Baik: >
tentang
50%
Anemia Pemahaman siswa/siswi Sekolah Responden mengisi
2. Pengetahuan Kurang
sebelum di Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal pre-test yang
3. Kuesioner (Soal Pre-test) Baik: < 50% Rasio
berikan sebelum diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
intervensi media Video Animasi. web Google Formulir.
(Budiman dan Riyanto,
media Video
2013)
Animasi
Pengetahuan 1. Pengetahuan Baik: >
tentang 50%
Pemahaman siswa/siswi Sekolah Responden mengisi
Anemia 2. Pengetahuan Kurang
Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal pre-test yang
4. sebelum di Kuesioner (Soal Pre-test) Baik: < 50% Rasio
sebelum diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
berikan
media Poster. web Google Formulir.
intervensi (Budiman dan Riyanto,
media Poster 2013)
Pengetahuan
1. Pengetahuan Baik: >
tentang
50%
Anemia Pemahaman siswa/siswi Sekolah Responden mengisi
2. Pengetahuan Kurang
setelah di Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal post-test yang
5. Kuesioner (Soal Post-test) Baik: < 50% Rasio
berikan setelah diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
intervensi media Video Animasi. web Google Formulir.
(Budiman dan Riyanto,
media Video
2013)
Animasi
6. Pengetahuan Pemahaman siswa/siswi Sekolah Kuesioner (Soal Post-test) Responden mengisi 1. Pengetahuan Baik: > Rasio
tentang Menengah Atas terkait Anemia sendiri soal post-test yang 50%
Anemia 2. Pengetahuan Kurang
setelah di Baik: < 50%
setelah diberikan intervensi dengan diberikan melalui halaman
berikan
media Poster. web Google Formulir.
intervensi (Budiman dan Riyanto,
media Poster 2013)
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemberian media edukasi video animasi dan poster tentang Anemia
berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan pada remaja putri kelas X di
SMA Negeri 1 Sliyeg, Indramayu.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang anemia pada
kelompok video animasi dan poster pada remaja putrid kelas X di SMA
Negeri 1 Sliyeg, Indramayu.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalen Control
Group Design dengan menggunakan desain penelitian Eksperimen Semu
(Quasy Eksperiment Design). Non Equivalen Control Group merupakan… .
Penelitian ini menggunakan dua media edukasi gizi untuk mengetahui
perbandingan efektivitas antara metode video animasi dan poster terhadap
pengetahuan mengenai anemia pada remaja putri. Bentuk rancangan penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
1. Kelompok Intervensi 1: Kelompok dengan media edukasi video animasi.
2. Kelompok Intervensi 2: Kelompok dengan media edukasi poster.
3. O1 : Pemberian pre test pada kelompok intervensi 1 untuk
mengetahui pengetahuan awal remaja putri mengenai anemia.
4. X1 : Pemberian media edukasi gizi dengan video animasi.
5. O2 : Pemberian post test pada kelompok intervensi 1 untuk
mengetahui pengetahuan akhir remaja putri mengenai anemia.
6. O3 : Pemberian post test pada kelompok intervensi 2 untuk
mengetahui pengetahuan awal remaja putri mengenai anemia.
7. X2 : Pemberian media edukasi gizi dengan poster.
8. O4 : Pemberian post test pada kelompok intervensi 2 untuk
mengetahui pengetahuan awal remaja putri mengenai anemia.
Pemberian pre-test dilakukan sebelum responden diberikan
intervensi, sebaiknya antara pemberian pre-test dengan intervensi
diberikan jarak waktu yang tidak terlalu lama untuk meminimalisasi
adanya pengaruh dari luar sebelum diberikan intervensi (Arimurti, 2012).
Namun, jarak pemberian pre-test dengan intervensi yang terlalu dekat
juga dapat mempengaruhi tingkat sensitifitas ingatan responden terhadap
intervensi yang diberikan. Oleh karena itu, pada penelitian ini ditentukan
pemilihan jarak antara pemberian pre-test dengan intervensi yaitu selama
7 hari, seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ulfa Yusa
Handayani (2019). Kemudian, untuk jarak pemberian post-test dengan
intervensi berdasarkan pada penelitian yang juga dilakukan oleh Ulfa
Yusa Handayani (2019) yaitu sesaat setelah diberikan intervensi.
Tujuh Hari
Dibandingkan
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian tentang perbandingan efektivitas antara metode video animasi
dan poster dalam meningkatkan pengetahuan tentang anemia ini berlokasi di
SMA Negeri 1 Sliyeg, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa
Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan …
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
perempuan kelas X di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten Indramayu.
Setelah dilakukan studi pendahuluan, diketahui siswa perempuan kelas
10 di SMA Negeri 1 Sliyeg, Kabupaten Indramayu berjumlah 129 siswa
perempuan kategori kelas IPA dan 83 siswa perempuan kategori kelas
IPS. Kemudian kedua kategori kelas akan digabungkan dan dibagi secara
rata menjadi 2 kelompok eksperimen.
2. Sampel
Sampel yang termasuk dalam penelitian ini adalah siswa
perempuan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah:
a) Siswa perempuan kelas X dan berstatus aktif di SMA Negeri 1
Sliyeg.
b) Siswa perempuan kelas X yang bersedia mengikuti seluruh
rangkaian penelitian.
c) Siswa perempuan kelas X yang sehat secara jasmani (tidak sakit).
d) Siswa perempuan kelas X yang berusia 15-17 tahun.