Pada tipe diabetes mellitus I penderita yang dapat
Bertahan hidup, bergantung pada pemberian insulin dari luar. Pada waktu yang lalu, istilah yang sering dipakai adalah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Faktor penyebab Terjadinya diabetes mellitus tipe I adalah infeksi virus atau Rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi Autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada Pankreas, secara menyeluruh. Pankreas tidak dapat memproduksi Insulin. Penderita diabetes mellitus untuk bertahan hidup harus Diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh Penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita akan Tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau Koma diabetik (Nurrahmani, 2012). 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 Diabetes Melitus tipe II bisa juga disebut dengan Diabetes lifestyle karena faktor keturunan disebabkan juga gaya Hidup yang tidak sehat. Diabetes Melitus tipe II perkembangan Penyakitnya sangat lambat, bisa sampai bertahun-tahun. Penderita Diabetes mellitus tidak mutlak memerlukan insulin karena Pankreasnya masih bisa memproduksi insulin (Lanywati, 2011). 3. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang Diketahui selama kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4% Kehamilan. Wanita dengan diabetes kehamilan akan mengalami Peningkatan risiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun Melahirkan (Damayanti, 2015). 4. DM Tipe Lainnya Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan Hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atau Penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Sebelumnya dikenal Dengan istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini Menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan keadaan dan Sindrom tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit Pankreas atau pengangkatan jaringan pankreas dan penyakit Endokrin seperti akromegali atau syndrom chusing, karena zat Kimia atau obat, infeksi dan endokrinopati (Damayanti, 2015). 2.2.3 Gejala DM Tipe 2 Beberapa keluhan dan gejala klasik pada penderita diabetes Mellitus tipe 2 yang perlu mendapat perhatian menurut (Subekti, 2009) yaitu : 1. Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita Kehilangan cadangan lemak dan otot digunakan sebagai sumber Energi untuk menghasilkan tenaga akibat dari kekurangan glukosa Yang masuk ke dalam sel. 2. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan Penderita diabetes mellitus lebih banyak mengeluarkan urin, Terutama pada malam hari. 3. Polidipsi (peningkatan rasa haus) Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita Karena banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi insulin lalu Akan berakibat pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga Merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretik Hormone) dan Menimbulkan rasa haus. 4. Polifagia (peningkatan rasa lapar) Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah Dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya Dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar. Selain itu terdapat keluhan lain seperti gangguan saraf Tepi berupa kesemutan, gangguan penglihatan (mata kabur), gatal, Bisul, gangguan ginekologis berupa keputihan, dan gangguan Ereksi. 2.2.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus 1. Faktor risiko yang dapat dirubah a. Obesitas Obesitas menjadi salah satu faktor risiko utama Terjadinya penyakit diabetes mellitus. Obesitas dapat membuat Sel tidak sensitif terhadap insulin (retensi insulin). Semakin Banyak jaringan lemak dalam tubuh semakin resisten terhadap Kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah Sentral atau perut (Fathmi, 2012). Makan – makanan yang Berlebihan dapat menyebabkan gula darah dan lemak Mengalami penumpukan dan menyebakan kelenjar pankreas Bekerja lebih ekstra memproduksi insulin untuk mengolah gula Darah yang masuk (Lanywati, 2011). Seseorang yang Mengalami obesitas apabila memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 25, maka dapat meningkatkan resiko untuk Terkena diabetes mellitus. Jaringan lemak yang banyak Menyebabkan jaringan tubuh dan otot akan menjadi resisten Terhadap kerja insulin, lemak tersebut akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa darah tidak dapat diangkut ke dalam Sel dan menumpuk dalam peredaran darah (Sustrani, 2010). b. Gaya Hidup Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang Ditujukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya berolahraga dan minum-minuman yang Bersoda merupakan faktor pemicu terjadinya diabetes mellitus Tipe 2 (Abdurrahman, 2014). Penderita diabetes mellitus Diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat dikarenakan Pasien kurang pengetahuan tentang bagaimana pola makan Yang baik dimana mereka mengkonsumsi makanan yang Mmpunyai karbohidrat dan sumber glukosa secara berlebihan, Kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga perlu Pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam mengkonsumsi Makanan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya (Bertalina, 2016). 2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah a. Usia Faktor usia yang risiko menderita diabetes mellitus Tipe 2 adalah usia diatas 40 tahun, hal ini karena adanya Perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan Dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat Jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat Mempengaruhi homeostatis. Setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg % tiap tahun Saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan, Berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama Terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta gangguan toleransi Glukosa (Damayanti, 2015). b. Riwayat keluarga Diabetes Melitus Ibu yang menderita diabetes mellitus tingkat risiko Terkena diabetes mellitus sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki Ayah menderita Diabetes mellitus . Apabila kedua menderita diabetes mellitus, Maka akan memiliki resiko terkena diabetes mellitus sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi (Nurhidayat, 2017). c. Riwayat Diabetes pada kehamilan (Gestasional) Seorang Ibu yang hamil akan menambah konsumsi Makanannya, sehingga berat badannya mengalami peningkatan 7-10 kg, saat makanan Ibu ditambah konsumsinya tetapi Poduksi insulin kurang mencukupi maka akan terjadi diabetes Mellitus (Lanywati, 2011). 2.2.5 Patofisiologi Dalam patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terdapat Beberapa keadaan yang berperan yaitu : 1. Resistensi insulin 2. Disfungsi sel B pancreas Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya Sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak Mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut Sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin banyak terjadi akibat Dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada Penderita diabetes mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa Hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B Langerhans secara autoimun seperti diabetes mellitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 Hanya bersifat relatif dan tidak absolut. Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe 2, sel B Menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya Sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila Tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan Terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas Akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi Insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 memang umumnya Ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan Defisiensi insulin (Fatimah, 2015). 2.2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus 2.2.7 Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat Menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan Pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes yang sering Terjadi adalah : 1. Meningkatnya resiko penyakit jantung dan stroke. 2. Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan Kejadian ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan untuk Amputasi kaki. 3. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab Utama kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil Di retina. 4. Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal. 5. Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua Kali lipat dibandingkan bukan penderita diabetes (Infodatin, 2014). 2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus 2.2.9 Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas Insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang Ditimbulkan akibat diabetes mellitus. Caranya yaitu menjaga kadar Glukosa dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia. Penatalaksanaan diet diabetes mellitus dilakukan dengan cara Sebagai berikut : 1. Manajemen Diet Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien diabetes Mellitus antara lain : mencapai dan mempertahankan kadar Glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan Mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal atau ± 10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan Kronik, serta meningkatkan kualitas hidup (Damayanti, 2015). a. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari (Perkeni, 2015) : 1) Karbohidrat Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total Asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi. Pembatasan karbohidrat total < 130 gr/hari tidak dianjurkan. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti Glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian. Penderita DM dianjurkan makan tiga kali sehari dan perlu Diberikan makan selingan seperti buah atau makanan lain Sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari. 2) Lemak Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25 % Kebutuhan kalori dan tidak dianjurkan melebihi 30% total Asupan energi. Komposisi yang dianjurkan yaitu untuk Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh Ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah makanan yang Banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti Daging berlemak dan susu fullcream, konsumsi kolesterol Dianjurkan < 200mg/hari. 3) Protein Kebutuhan protein yang diperlukan pada pasien Diabetes mellitus adalah sebesar 10-20% total asupan Energi. Sumber protein yang baik diantaranya meliputi ikan, Udang, cumi-cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, Produk susu dengan rendah lemak, kacang-kacangan, tempe Dan tahu. 4) Natrium Anjuran asupan natrium untuk penderita diabetes Mellitus sama dengan orang yang sehat yaitu < 2300 Mg/hari. Penderita diabetes mellitus yang juga menderita Hipertensi perlu dilakukan pengurangan natrium secara Individual. Sumber natrium antara lain garam dapur, soda Dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium Nitrit. 5) Serat Penderita diabetes mellitus dianjurkan Mengkonsumsi serat dan kacang-kacangan, buah dan Sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran Konsumsi serat adalah 20-35% gr/hari yang berasal dari Berbagai jenis bahan makanan. b. Kebutuhan kalori Salah satu cara menentukan jumlah kalori yang Dibutuhkan oleh penderita diabetes mellitus yaitu dengan Memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 Kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut dikurangi atau Ditambah bergantung pada jenis kelamin, umur, aktivitas, berat Badan, dan lain-lain. Cara perhitungan berat badan ideal yaitu Sebagai berikut (Perkeni, 2015). Penghitungan berat badan ideal menggunakan rumus Broca yang sudah dimodifikasi oleh PERKENI : Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg. Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita 150 Cm rumus dimodifikasi menjadi : Berat Badan Ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg. BB Normal : B ideal ± 10% Kurus : Kurang dari BBI – 10% Gemuk : Lebih dari BBI + 10% Penghitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus : IMT = BB(kg) / TB(m²) KLASIFIKASI DENGAN TABEL 2. Latihan Jasmani Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam Pengelolaan diabetes mellitus. Kegiatan jasmani sehari-hari dan Latihan jasmani dilkukan secara teratur sebanyak 3-5 kali dalam Seminggu, waktunya sekitar 30-45 menit, dengan total waktu 150 Menit per minggu. Dianjurkan untuk meakukan pemeriksaan Kadar glukosa darah sebelum latihan jasmani jika kadar glukosa Darah <100mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat Terlebih dahulu dan bila kadar glukosa darah >250mg/dL Dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Latihan jasmani yang Dianjurkan yaitu latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan Intensitas sedang seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging Dan berenang (Perkeni, 2015). 3. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus Diperlukan karena penatalaksanaan diabetes mellitus memerlukan Perilaku penanganan yang khusus seumur hidup. Pasien tidak Hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna Menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi Juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk Menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Pasien harus Mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, Latihan, perkembangan penyakit, strategi pencegahan, teknik Pengontrolan gula darah dan penyesuaian terhadap terapi. Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 adalah selama hidupnya Pasien harus rutin melakukan kunjungan ke dokter untuk Melakukan pemerikaan laboratorium serial, pemeriksaan fisik, Perawatan kaki, melakukan diet diabetes mellitus olahraga dan Mendapatkan pendidikan kesehatan dalam upaya merawat Diabetes mellitus secara mandiri (Damayanti, 2015). 4. Pemantauan (Monitoring) kadar gula darah Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-monitoring blood glucose (SMBG) memungkinkan untuk Deteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipogliekmia, pada Akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka panjang. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit Diabetes mellitus yang tidak stabil, kecenderungan untuk Mengalami ketosis berat, hiperglikemia dan hipoglikemia tanpa Gejala ringan. Kaitannya dengan pemberian insulin, dosis insulin Yang diperlukan pasien ditentukan oleh kadar glukosa darah yang Akurat. SMBG telah menjadi dasar dalam memberikan terapi Insulin (Damayanti, 2015). Beberapa hal yang harus dimonitor secara berkala adalah Glukosa darah, glukosa urine, keton darah, keton urin. Pengkajian Tambahan seperti cek berat badan secara reguler; pemeriksaan Fisik teratur, dan pendidikan tentang diit, kemampuan monitoing Diri, injeksi, pengetahuan umum tentang diabetes dan perubahanperubahan dalam diabetes (Damayanti, 2015). 5. Pengelolaan Terapi Farmakologis Pemberian terapi farmakologi bersamaan dengan Pengaturan diet latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari Obat oral dan bentuk suntikan (Perkeni, 2015). a. Obat Anti Hiperglikemia Oral Berdasarkan cara kerjanya, obat anti hiperglikemia Dibagi menjadi 5 golongan yaitu : 1) Pemacu Sekresi Insulin Obat pemacu sekresi insulin meliputi sulfonilurea Adalah obat golongan ini mempunyai efek untuk Meningkatkan sekresi insulin ke pankreas, glinid Merupakan obat yang kerjanya sama dengan obat Sulfonilurea dapat melakukan respon penekanan pada Peningkatan insulin fase pertama. Obat ini diabsorbsi Dengan cepat dengan pemberian secara oral dan di sekresi Dengan cepat oleh hati, obat ini dapat mengatasi Hiperglikemia post prandial. 2) Peningkatan Sensitivitas Terhadap insulin Metformin mempunyai efek untuk mengurangi Produksi glukosa hati dan memperbaiki glukosa di Jaringan perifer. Pada pasien DM yang mengalami Gangguan fungsi ginjal dosisnya diturunkan 30-60 Ml/menit/1,73 m². Metformin tidak boleh diberikan pada Beberapa keadaan seperti adanya gangguan hati berat, Seperti pasien-pasien dngan kecenderungan hiposemia Seperti penyakit serebrovaskular, sepsis, PPOK. Efek Samping berupa gangguan saluran pencernaan seperti Dyspepsia. 3) Penghambat Absorbsi Glukosa di Saluran Pencernaan Obat Penghambat Alfa Glukosidase, jenis obat ini Bekerja dengan memperlambat glukosa darah dalam usus Halus sehingga mempunyai efek menurunkan kadar Glukosa darah sesudah makan. Efek samping obat yang Timbul berupa bloatin (penumpukan gas dalam usus) Sehingga sering menimbulkan flaktus. 4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) Obat ini bekerja dengan menghambat kinerja Enzim DPP-IV sehingga GLP-I untuk meningkatkan Sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon yang Bergantung pada kadar glukosa darah. Contoh obat Golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin. 5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucocase) Obat ini merupakan jenis obat diabetes oral jenis Baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di Tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja Transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk dalam Golongan ini adalah Canaglifozin dan Dapaglifozin. b. Obat Anti Hiperglikemia Suntik 1) Insulin Insulin diberikan dalam keadaan penurunan berat Badan dengan cepat, stress berat, hiperglikemia berat Disertai ketosis. Efek samping pada terapi insulin adalah Terjadinya hipoglikemi, reaksi alergi terhadap insulin. 2) Agonis GLP-1 Bekerja di sel beta sehingga terjadi peningkatan Pelepasan insulin , mempunyai efek menurunkan berat Badan, menghambat pelepasan glukagon dan menghambat Nafsu makan.
FAKTOR KEPATUHAN DIET
Faktor-faktor pembentuk tingkat kepatuhan adalah (Niven, 2008) : 1. Usia Tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih Matang dalam berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya Umur. Dari segi kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai Orang yang lebih dewasa daripada orang yang belum cukup inggi Tingkat kedewasaannya. Hal ini berkaitan dngan pengalaman dan Kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara Berpikir semakin matang. 2. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar Peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk Memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang Diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan Seseorang dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa Pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. 3. Pekerjaan Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh Setiap orang sebagai suatu rutinitas atau kebiasaan setiap hari Dimana setiap tindakan tersebut mendapat penghargaan atau Imbalan baik berupa uang ataupun barang. Pekerjaan seseorang Dapat mempengaruhi tingkat kepatuham orang tersebut. 4. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri Kepribadian seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhan Adalah jarak dan waktu. Hal ini bisa jadi sangat mempengaruhi Kepatuhan seseorang. 5. Dukungan keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri Atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian Darah, hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama Lain, dan mempertahankan kebudayaan. Dukungan positif dari Keuarga dapat meningkatkan kepatuhan orang tersebut. 6. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien (kualitas pelayanan) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan Klien adalah suatu hal penting untuk membeikan umpan balik Pada klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis.