Anda di halaman 1dari 13

DIABETES MELLITUS

2.2.2 Klasifikasi

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Pada tipe diabetes mellitus I penderita yang dapat


Bertahan hidup, bergantung pada pemberian insulin dari luar.
Pada waktu yang lalu, istilah yang sering dipakai adalah Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Faktor penyebab
Terjadinya diabetes mellitus tipe I adalah infeksi virus atau
Rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi
Autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel β pada
Pankreas, secara menyeluruh. Pankreas tidak dapat memproduksi
Insulin. Penderita diabetes mellitus untuk bertahan hidup harus
Diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh
Penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita akan
Tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau
Koma diabetik (Nurrahmani, 2012).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe II bisa juga disebut dengan
Diabetes lifestyle karena faktor keturunan disebabkan juga gaya
Hidup yang tidak sehat. Diabetes Melitus tipe II perkembangan
Penyakitnya sangat lambat, bisa sampai bertahun-tahun. Penderita
Diabetes mellitus tidak mutlak memerlukan insulin karena
Pankreasnya masih bisa memproduksi insulin (Lanywati, 2011).
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang
Diketahui selama kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4%
Kehamilan. Wanita dengan diabetes kehamilan akan mengalami
Peningkatan risiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun
Melahirkan (Damayanti, 2015).
4. DM Tipe Lainnya
Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan
Hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atau
Penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Sebelumnya dikenal
Dengan istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini
Menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan keadaan dan
Sindrom tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit
Pankreas atau pengangkatan jaringan pankreas dan penyakit
Endokrin seperti akromegali atau syndrom chusing, karena zat
Kimia atau obat, infeksi dan endokrinopati (Damayanti, 2015).
2.2.3 Gejala DM Tipe 2
Beberapa keluhan dan gejala klasik pada penderita diabetes
Mellitus tipe 2 yang perlu mendapat perhatian menurut (Subekti,
2009) yaitu :
1. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita
Kehilangan cadangan lemak dan otot digunakan sebagai sumber
Energi untuk menghasilkan tenaga akibat dari kekurangan glukosa
Yang masuk ke dalam sel.
2. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
Penderita diabetes mellitus lebih banyak mengeluarkan urin,
Terutama pada malam hari.
3. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita
Karena banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi insulin lalu
Akan berakibat pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga
Merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretik Hormone) dan
Menimbulkan rasa haus.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah
Dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya
Dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar.
Selain itu terdapat keluhan lain seperti gangguan saraf
Tepi berupa kesemutan, gangguan penglihatan (mata kabur), gatal,
Bisul, gangguan ginekologis berupa keputihan, dan gangguan
Ereksi.
2.2.4 Faktor Risiko Diabetes Mellitus
1. Faktor risiko yang dapat dirubah
a. Obesitas
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko utama
Terjadinya penyakit diabetes mellitus. Obesitas dapat membuat
Sel tidak sensitif terhadap insulin (retensi insulin). Semakin
Banyak jaringan lemak dalam tubuh semakin resisten terhadap
Kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah
Sentral atau perut (Fathmi, 2012). Makan – makanan yang
Berlebihan dapat menyebabkan gula darah dan lemak
Mengalami penumpukan dan menyebakan kelenjar pankreas
Bekerja lebih ekstra memproduksi insulin untuk mengolah gula
Darah yang masuk (Lanywati, 2011). Seseorang yang
Mengalami obesitas apabila memiliki Indeks Massa Tubuh
(IMT) lebih dari 25, maka dapat meningkatkan resiko untuk
Terkena diabetes mellitus. Jaringan lemak yang banyak
Menyebabkan jaringan tubuh dan otot akan menjadi resisten
Terhadap kerja insulin, lemak tersebut akan memblokir kerja
Insulin sehingga glukosa darah tidak dapat diangkut ke dalam
Sel dan menumpuk dalam peredaran darah (Sustrani, 2010).
b. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang
Ditujukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji
(junk food), kurangnya berolahraga dan minum-minuman yang
Bersoda merupakan faktor pemicu terjadinya diabetes mellitus
Tipe 2 (Abdurrahman, 2014). Penderita diabetes mellitus
Diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat dikarenakan
Pasien kurang pengetahuan tentang bagaimana pola makan
Yang baik dimana mereka mengkonsumsi makanan yang
Mmpunyai karbohidrat dan sumber glukosa secara berlebihan,
Kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga perlu
Pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam mengkonsumsi
Makanan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya
(Bertalina, 2016).
2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Usia
Faktor usia yang risiko menderita diabetes mellitus
Tipe 2 adalah usia diatas 40 tahun, hal ini karena adanya
Perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan
Dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat
Jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat
Mempengaruhi homeostatis. Setelah seseorang mencapai umur
30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg % tiap tahun
Saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan,
Berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama
Terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta gangguan toleransi
Glukosa (Damayanti, 2015).
b. Riwayat keluarga Diabetes Melitus
Ibu yang menderita diabetes mellitus tingkat risiko
Terkena diabetes mellitus sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan
3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki Ayah menderita
Diabetes mellitus . Apabila kedua menderita diabetes mellitus,
Maka akan memiliki resiko terkena diabetes mellitus sebesar
6,1 kali lipat lebih tinggi (Nurhidayat, 2017).
c. Riwayat Diabetes pada kehamilan (Gestasional)
Seorang Ibu yang hamil akan menambah konsumsi
Makanannya, sehingga berat badannya mengalami peningkatan
7-10 kg, saat makanan Ibu ditambah konsumsinya tetapi
Poduksi insulin kurang mencukupi maka akan terjadi diabetes
Mellitus (Lanywati, 2011).
2.2.5 Patofisiologi
Dalam patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terdapat
Beberapa keadaan yang berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya
Sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak
Mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
Sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin banyak terjadi akibat
Dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada
Penderita diabetes mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
Hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B
Langerhans secara autoimun seperti diabetes mellitus tipe 2.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2
Hanya bersifat relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe 2, sel B
Menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya
Sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila
Tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan
Terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas
Akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi
Insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen.
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 memang umumnya
Ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan
Defisiensi insulin (Fatimah, 2015).
2.2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus
2.2.7
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat
Menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan
Pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes yang sering
Terjadi adalah :
1. Meningkatnya resiko penyakit jantung dan stroke.
2. Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan
Kejadian ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan untuk
Amputasi kaki.
3. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab
Utama kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil
Di retina.
4. Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal.
5. Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua
Kali lipat dibandingkan bukan penderita diabetes (Infodatin,
2014).
2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
2.2.9
Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas
Insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang
Ditimbulkan akibat diabetes mellitus. Caranya yaitu menjaga kadar
Glukosa dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia.
Penatalaksanaan diet diabetes mellitus dilakukan dengan cara
Sebagai berikut :
1. Manajemen Diet
Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien diabetes
Mellitus antara lain : mencapai dan mempertahankan kadar
Glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan
Mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal atau ±
10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan
Kronik, serta meningkatkan kualitas hidup (Damayanti, 2015).
a. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari (Perkeni,
2015) :
1) Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total
Asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
Pembatasan karbohidrat total < 130 gr/hari tidak dianjurkan.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
Glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian.
Penderita DM dianjurkan makan tiga kali sehari dan perlu
Diberikan makan selingan seperti buah atau makanan lain
Sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
2) Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25 %
Kebutuhan kalori dan tidak dianjurkan melebihi 30% total
Asupan energi. Komposisi yang dianjurkan yaitu untuk
Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh
Ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah makanan yang
Banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti
Daging berlemak dan susu fullcream, konsumsi kolesterol
Dianjurkan < 200mg/hari.
3) Protein
Kebutuhan protein yang diperlukan pada pasien
Diabetes mellitus adalah sebesar 10-20% total asupan
Energi. Sumber protein yang baik diantaranya meliputi ikan,
Udang, cumi-cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
Produk susu dengan rendah lemak, kacang-kacangan, tempe
Dan tahu.
4) Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penderita diabetes
Mellitus sama dengan orang yang sehat yaitu < 2300
Mg/hari. Penderita diabetes mellitus yang juga menderita
Hipertensi perlu dilakukan pengurangan natrium secara
Individual. Sumber natrium antara lain garam dapur, soda
Dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium
Nitrit.
5) Serat
Penderita diabetes mellitus dianjurkan
Mengkonsumsi serat dan kacang-kacangan, buah dan
Sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran
Konsumsi serat adalah 20-35% gr/hari yang berasal dari
Berbagai jenis bahan makanan.
b. Kebutuhan kalori
Salah satu cara menentukan jumlah kalori yang
Dibutuhkan oleh penderita diabetes mellitus yaitu dengan
Memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
Kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut dikurangi atau
Ditambah bergantung pada jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
Badan, dan lain-lain. Cara perhitungan berat badan ideal yaitu
Sebagai berikut (Perkeni, 2015).
Penghitungan berat badan ideal menggunakan rumus
Broca yang sudah dimodifikasi oleh PERKENI :
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita 150
Cm rumus dimodifikasi menjadi :
Berat Badan Ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
BB Normal : B ideal ± 10%
Kurus : Kurang dari BBI – 10%
Gemuk : Lebih dari BBI + 10%
Penghitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa
Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus :
IMT = BB(kg) / TB(m²)
KLASIFIKASI DENGAN TABEL
2. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam
Pengelolaan diabetes mellitus. Kegiatan jasmani sehari-hari dan
Latihan jasmani dilkukan secara teratur sebanyak 3-5 kali dalam
Seminggu, waktunya sekitar 30-45 menit, dengan total waktu 150
Menit per minggu. Dianjurkan untuk meakukan pemeriksaan
Kadar glukosa darah sebelum latihan jasmani jika kadar glukosa
Darah <100mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
Terlebih dahulu dan bila kadar glukosa darah >250mg/dL
Dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Latihan jasmani yang
Dianjurkan yaitu latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
Intensitas sedang seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging
Dan berenang (Perkeni, 2015).
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus
Diperlukan karena penatalaksanaan diabetes mellitus memerlukan
Perilaku penanganan yang khusus seumur hidup. Pasien tidak
Hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna
Menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi
Juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
Menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Pasien harus
Mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi,
Latihan, perkembangan penyakit, strategi pencegahan, teknik
Pengontrolan gula darah dan penyesuaian terhadap terapi.
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 adalah selama hidupnya
Pasien harus rutin melakukan kunjungan ke dokter untuk
Melakukan pemerikaan laboratorium serial, pemeriksaan fisik,
Perawatan kaki, melakukan diet diabetes mellitus olahraga dan
Mendapatkan pendidikan kesehatan dalam upaya merawat
Diabetes mellitus secara mandiri (Damayanti, 2015).
4. Pemantauan (Monitoring) kadar gula darah
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau
Self-monitoring blood glucose (SMBG) memungkinkan untuk
Deteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipogliekmia, pada
Akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka panjang.
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit
Diabetes mellitus yang tidak stabil, kecenderungan untuk
Mengalami ketosis berat, hiperglikemia dan hipoglikemia tanpa
Gejala ringan. Kaitannya dengan pemberian insulin, dosis insulin
Yang diperlukan pasien ditentukan oleh kadar glukosa darah yang
Akurat. SMBG telah menjadi dasar dalam memberikan terapi
Insulin (Damayanti, 2015).
Beberapa hal yang harus dimonitor secara berkala adalah
Glukosa darah, glukosa urine, keton darah, keton urin. Pengkajian
Tambahan seperti cek berat badan secara reguler; pemeriksaan
Fisik teratur, dan pendidikan tentang diit, kemampuan monitoing
Diri, injeksi, pengetahuan umum tentang diabetes dan perubahanperubahan dalam diabetes
(Damayanti, 2015).
5. Pengelolaan Terapi Farmakologis
Pemberian terapi farmakologi bersamaan dengan
Pengaturan diet latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari
Obat oral dan bentuk suntikan (Perkeni, 2015).
a. Obat Anti Hiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat anti hiperglikemia
Dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1) Pemacu Sekresi Insulin
Obat pemacu sekresi insulin meliputi sulfonilurea
Adalah obat golongan ini mempunyai efek untuk
Meningkatkan sekresi insulin ke pankreas, glinid
Merupakan obat yang kerjanya sama dengan obat
Sulfonilurea dapat melakukan respon penekanan pada
Peningkatan insulin fase pertama. Obat ini diabsorbsi
Dengan cepat dengan pemberian secara oral dan di sekresi
Dengan cepat oleh hati, obat ini dapat mengatasi
Hiperglikemia post prandial.
2) Peningkatan Sensitivitas Terhadap insulin
Metformin mempunyai efek untuk mengurangi
Produksi glukosa hati dan memperbaiki glukosa di
Jaringan perifer. Pada pasien DM yang mengalami
Gangguan fungsi ginjal dosisnya diturunkan 30-60
Ml/menit/1,73 m². Metformin tidak boleh diberikan pada
Beberapa keadaan seperti adanya gangguan hati berat,
Seperti pasien-pasien dngan kecenderungan hiposemia
Seperti penyakit serebrovaskular, sepsis, PPOK. Efek
Samping berupa gangguan saluran pencernaan seperti
Dyspepsia.
3) Penghambat Absorbsi Glukosa di Saluran Pencernaan
Obat Penghambat Alfa Glukosidase, jenis obat ini
Bekerja dengan memperlambat glukosa darah dalam usus
Halus sehingga mempunyai efek menurunkan kadar
Glukosa darah sesudah makan. Efek samping obat yang
Timbul berupa bloatin (penumpukan gas dalam usus)
Sehingga sering menimbulkan flaktus.
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat ini bekerja dengan menghambat kinerja
Enzim DPP-IV sehingga GLP-I untuk meningkatkan
Sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon yang
Bergantung pada kadar glukosa darah. Contoh obat
Golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucocase)
Obat ini merupakan jenis obat diabetes oral jenis
Baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di
Tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja
Transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk dalam
Golongan ini adalah Canaglifozin dan Dapaglifozin.
b. Obat Anti Hiperglikemia Suntik
1) Insulin
Insulin diberikan dalam keadaan penurunan berat
Badan dengan cepat, stress berat, hiperglikemia berat
Disertai ketosis. Efek samping pada terapi insulin adalah
Terjadinya hipoglikemi, reaksi alergi terhadap insulin.
2) Agonis GLP-1
Bekerja di sel beta sehingga terjadi peningkatan
Pelepasan insulin , mempunyai efek menurunkan berat
Badan, menghambat pelepasan glukagon dan menghambat
Nafsu makan.

FAKTOR KEPATUHAN DIET


Faktor-faktor pembentuk tingkat kepatuhan adalah (Niven,
2008) :
1. Usia
Tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
Matang dalam berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya
Umur. Dari segi kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai
Orang yang lebih dewasa daripada orang yang belum cukup inggi
Tingkat kedewasaannya. Hal ini berkaitan dngan pengalaman dan
Kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara
Berpikir semakin matang.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
Peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
Diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan
Seseorang dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa
Pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh
Setiap orang sebagai suatu rutinitas atau kebiasaan setiap hari
Dimana setiap tindakan tersebut mendapat penghargaan atau
Imbalan baik berupa uang ataupun barang. Pekerjaan seseorang
Dapat mempengaruhi tingkat kepatuham orang tersebut.
4. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri
Kepribadian seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhan
Adalah jarak dan waktu. Hal ini bisa jadi sangat mempengaruhi
Kepatuhan seseorang.
5. Dukungan keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri
Atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian
Darah, hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama
Lain, dan mempertahankan kebudayaan. Dukungan positif dari
Keuarga dapat meningkatkan kepatuhan orang tersebut.
6. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
(kualitas pelayanan)
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan
Klien adalah suatu hal penting untuk membeikan umpan balik
Pada klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai