Disusun Oleh :
Kelompok 3
Nama : 1. Fifit Safitri (SK420001)
2. Mutiara Hasna Khairunnisa (SK420005)
Prodi : D – 3 Farmasi
Semester : Ganjil (3)
Dosen Pengampu :
Melani Dewi, M.Sc., Apt
Penulis dapat menyelesaikan Laporan Ilmu Resep ini tidak terlepas dari doa dan
dorongan semangat serta perhatian yang didapat dari saudara-saudara, rekan-rekan
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Program Studi D-3 Farmasi dan dosen
Ilmu Resep yang telah membimbing penulis serta telah banyak menyumbang hasil
pemikiran serta memberi bantuan moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Laporan Ilmu Reaep dengan selesai.
Penulis menyadari bahwa Laporan Ilmu Resep ini jauh dari kesempurnaan,
mempunyai kesalahan dan kekurangan, kritik dan saran membangun dikemudian hari
sangat menyenangkan hati dan nurani penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan Ilmu Resep ini dapat memberikan
sumber informasi dan pikiran yang dapat membantu kita dalam menempuh program studi
D-3 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.2 Hiperlipidemia
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Hiperlipidemia
2.2.1 Devinisi Hiperlipidemia
2.2.2 klasifikasi Hiperlipidemia
2.2.3 Patofisoilogi Hiperlipidemia
2.2.4 Manifestasi Klinik Hiperlipidemia
2.2.5 Diagnosis Hiperlipidemia
2.2.6 Parameter data laboraturium Hiperlipidemia
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.2 Hiperlipidemia
- Glukosa Puasa dan 2 Jam PP, untuk melihat kadar gula darah pada
saat diperiksa.
- HbA1c, untuk melihat kadar gula darah rata-rata selama 3 bulan
terakhir, menilai kepatuhan dan keberhasilan pengobatan.
- Albumin urin kuantitatif (AUK), kreatinin dan urin rutin,untuk
melihat fungsi ginjal karena diabet isi berisiko mengalami komplikasi
pada ginjal.
- Albumin/Globulin dan SGPT, untuk melihat ada tidaknya gangguan
fungsi hati,karena konsumsi obat diabetes mampu mempengaruhi
fungsi hati.
- Kolesterol total, HDL, LDL, dan Trigliserida, untuk melihatada
tidaknya gangguan lemak karena mampu meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner.
- Fibrinogen (uji saring faal hemostasis), untuk mendeteksi
kemungkinan adanya gangguan proses hemostasis yang merupakan
factor risiko dari perkembangan penyakit jantung dan pembuluh
darah sebagai konsekuensi dari DM.
- Tekanan darah dan Indeks Masa Tubuh (Prodia, 2016).
B. HbA1c
C. Fibrinogen
Fibrinogen merupakan Faktor I, yaitu protein yang berasal dari dalam
hati, yang dikonversi menjadi fibrin selama proses bloodclotting
(koagulasi). Fibrinogen memainkan 2 peran penting dalam tubuh yaitu
protein yang disebut reaktan fase akut yang menjadi tinggi ketika terjadi
http://repository.unimus.ac.id 19 peradangan jaringan atau kerusakan
jaringan, dan juga merupakan bagian penting dari "jalur umum" pada
proses koagulasi (Gale Encyclopedia of Medicine, 2008). Fibrinogen
termasuk protein fase akut yang sangat berperan terhadap risiko
penyakit pembuluh darah dan kardiovaskular, sehingga dianggap bahwa
hiperfibrinogenemia sangat berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas (Aprijadi et al., 2014).
1.1.1 Definisi
Hiperlipidemia adalah keadaan terdapatnya akumulasi berlebih salah
satu atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan
metabolisme atau transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia
dinyatakan sebagai hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau
kombinasi keduanya. Hiperlipidemia dapat terjadi karena defek
transportasi lipid atau karena produksi endogen berlebihan. Kelainan ini
dapat terjadi secara primer (hiperlipidemia primer) maupun sekunder
akibat penyakit lain (hiperlipidemia sekunder).
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang
berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh.
Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama
di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di
kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan
membantu melindungi tubuh terhadap cedera.
KLASIFIKASI
Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi tiga sub-kategori,
yaitu hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi), hipertrigliserida
(kadar trigliserida tinggi), Hiperlipidemia campuran (kolesterol dan
trigliserida meningkat).
1. Hiperkolesterolemia
Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu
proses kompleks pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque
(penimbunan lemak) dalam pembuluh darah, perlekatan monosit,
agregasi platelet, dan pembentukan trombus. Berbagai proses tersebut
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh
darah. Akibatnya, organ-organ yang disuplai pembuluh darah akan
mengalami kekurangan atau penghentian suplai darah. Kondisi inilah
yang pada akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung
koroner (PJK), stroke, atau penyakit vaskuler lainnya. Idealnya,
kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari 130 mg/dL dan kadar
kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar HDL harus
meliputi lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006).
2. Hipertrigliserida
Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan
resiko terjadinya penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas.
Kadar trigliserida darah diatas 250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi
kadar yang tinggi ini tidak selalu meningkatkan resiko terjadinya
aterosklerosis maupun penyakit arteri koroner. Kadar trigliserida
yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL) bisa menyebabkan
pancreatitis (Neal, 2006).
3. Hiperlipidemia campuran (kolesterol dan trigliserida meningkat).
Dapat pula dibedakan menjadi hiperlipidemia primer dan sekunder
berdasarkan faktor resikonya.
1. Hiperlipidemia Primer
2. Hiperlipidemia Sekunder
a) Hiperlipoproteinemia tipe I
b) Hiperlipoproteinemia tipe II
d) Hiperlipoproteinamia tipe IV
e) Hiperlipoproteinamia tipe V
PATOFISIOLOGI
Lipid darah diangkut dengan dua cara yaitu jalur eksogen dan jalur
endogen.
a. Jalur Eksogen
b. Jalur Endogen
· Disfungsi endotelium
Respon inflamasi
Faktor genetik
MANIFESTASI KLINIK
Anamnesis
Evaluasi riwayat hidup pasien meliputi umur, jenis kelamin, dan status
menstrual dan jika wanita diperhatikan status menstrual dan estrogennya
(Sukandar et al., 2008).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium
Klasifikasi Fredrickson
Kolesterol mg%
Trigliserida mg%
Serum puasa 23 jam
(tes refrigerator)
Klasifikasi Fredickson
< 220
< 150
Jernih
Normal
< 260
> 1000
Lapisan atas seperti susu, infranatan jernih
Tipe I
> 300
< 150
Jernih
Tipe II-a
> 300
150-300
Jernih atau keruh
Tipe II-b
350-500
350-500
Keruh
Tipe III
< 260
200-1000
Keruh sampai seperti susu
Tipe IV
> 300
> 1000
Lapisan atas seperti susu, infranatan keruh
Tipe V
PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya pengobatan untuk orang-orang yang memiliki kadar
kolesterol tinggi adalah:
Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan,
karena kadar HDL menurun pada kegemukan.
Berhenti merokok, sebab rokok dapat menurunkan kadar HDL.
Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya. Diet
rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL.
Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu mengurangi kadar
LDL-kolesterol dan menambah kadar HDL-kolesterol.
Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan).
Terapi farmakologis
a. Asam Fibrat
Klofibrat ditemukan peningkatan angka mortalitas. Derivat asam
fibrat yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat,
dan bezafibrat. Obat ini diduga bekerja dengan cara berikatan dengan
resptor peroxisome proliferator-activated receptors alpha (PPARa)
dengan peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis LPL dan penurunan
ekspresi Apo C-III. Peninggian kadar LPL meningkatkan klirens
lipoprotein yang kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo C-III hati
akan menurunkan VLDL. HDL meningkat secara moderat karena
peningkatan ekspresi Apo A-I dan Apo A-II (Departemen Farmakologi
dan Terapeutik. 2007). Resorpsinya dari usus lambat tetapi lengkap, di
dalam hati segera dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Ekskresinya
berlangsung melalui kemih sebagai glukuronida. Efek samping berupa
gangguan (sementara) saluran cerna, kadang kala nyeri kepala, kantuk,
eksantema, timulasi nafsu makan, rambut rontok, dan impotensi.
Interaksi. Efek derivat kumarin diperkuat, begitu pula efek furosemida
dan antidiabetika oral berdasarkan pendesakan dari ikatan proteinnya.
d. Asam Nikotinat
Contohnya adalah niasin, acipimox. Pada jaringan lemak, asam
nikotinat menghambat hidrolisis trigliserida oleh hormone-sensitive
lipase, sehingga mengurangi transport asam lemak bebas ke hati dan
mengurangi transport asma lemak bebas ke hati dan mengurangi
sintesis trigliserida hati. Hal ini akan menurunkan kadar VLDL dan
LDL. Efek samping yang paling mengganggu adalah gatal dan
kemerahan kulit di daerah wajah dan tengkuk. Efek yang bahaya
adalah gangguan fungsi hati ditandai kadar fosfatase alkali meningkat.
Efek lain adalah gangguan saluran cerna. Asam nikotinat biasanya
diberikan per oral 2-6 g sehari terbagi dalam 3 dosis bersama makanan,
mula-mula dalam dosis rendah (3 kali 100-200 mg sehari) lalu
dinaikkan setelah 1-3 minggu (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik. 2007)
e. Probukol
Probukol dianggap sebagai obat pilihan kedua pada pengobatan
hiperkolesterolemia dengan peninggian LDL. Obat ini menurunkan
kadar LDL dan HDL tanpa perubahan kadar trigliserida. Efek
penurunan kadar LDL obat ini kurang kuat dibandingkan resin.
Pemberian bersama resin meningkatkan efek hipolipidemiknya.
Probukol menimbulka konsistensi tinja yang lunak sehingga
memperbaiki efek samping resin yang menimbulkan konstipasi.
Kombinasi probukol dengan klofibrat tidak boleh dilakukan karena
kadar HDL akan lebih rendah. Efek samping. Reaksi yang sering
terjadi berupa gangguan gastrointestinal ringan (diare, flatus, nyeri
perut dan mual). Kadang-kadang terjadi eosinofilia, parestesia dan
edema angioneurotik. Pada wanita yang merencanakan hamil
dianjurkan agar menghentikan probukol 6 bulan sebelumnya. Dosis.
Dosis dewasa 250-500 mg sebaiknya ditelan bersama makanan, 2 kali
sehari. Biasanya dikombinasi dengan obat hipolipidemik yang lain
(resin atau penghambat HMG CoA reduktase) (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. 2007).
f. Lain-lain:
Penghambat absorpsi: ezetimibe menghambat absorpsi sitosterol dan
kolesterol dalam usus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan
kolesterol total. Pemberian bersama fibrat meningkatkan kadar
ezetimibe dalam plasma. Sebaliknya bila diberikan bersama
kolestiramin, kadar ezetimibe dalam plasma menurun. Dosis obat
berkisar 5-10 mg/hari, diberikan sekali sehari (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. 2007). Neomisin sulfat. Neomisin sulfat
diberikan per oral dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara
mirip resin yaitu membentuk kompleks tidak larut dalam asam
empedu. Efek penurunan kolesterol neomisin bersifat sedang, tidak
mengubah kadar trigliserida. Obat ini diberikan tunggal atau bersama
dengan obat lain. Efek samping meliputi gangguan cerna, ototoksisitas,
nefrotoksisitas (terutama pada pasien gangguan fungsi ginjal),
ggangguan absorpsi obat lain (digoksin), dsb (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. 2007). Beta sitosterol. Beta sitosterol
adalah gabungan sterol tanaman yang tidak diabsorpsi saluran cerna
manusia. Mekanisme kerja diduga menghambat absorpsi kolesterol
eksogen dan diindikasikan hanya untuk pasien hiperkolesterolemia
poligenik yang amat sensitif dengan penambahan kolesterol dari luar
(makanan). Efek samping berupa laksatif, mual dan muntah. Dosis
dianjurkan berkisar 3-6 g/hari (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik. 2007). Metformin. Beberapa penelitian seperti yang
dilakukan oleh Dr Tao Xu, dari Helmholtz Zentrum Munchen, di
Neuherberg, Germany, menunjukkan metformin, yang biasa digunakan
untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
tipe 2, mempunyai efek menurunkan kolesterol terutama LDL. Hal ini
diakibatkan karena konsumsi metformin mengaktifkan AMP-activated
protein kinase (AMPK) dan selanjutnya mensupresi (menekan) gen
fatty-acid desaturase (FADS), yang akhirnya menimbulkan
pengurangan jumlah metabolit lipid dan kolesterol LDL.
Serat nabati yang terdiri dari polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh
flora usus dan tidak diserap (selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, dan
jenis gom). Banyak terdapat di dinding sel dari jenis gandum, sayuran
dan buah-buahan. Berkhasiat antilipemis karena menyerap asam
empedu, yang dikeluarkan lewat tinja. Tanpa asam ini resorpsi kolesterol
(dan lipida lainnya) sangat berkurang, hingga kadarnya dalam plasma
menurun (Tjay, 2010).
d. Pengobatan kombinasi.
a. Pengaturan diet
Kurangi pemasukan lemak (sampai k.l. 30% dari energi total) antara lain
kurangi asupan produk-produk dairy dan daging (sosis, kornet) yang
merupakan sumber utama lemak jenuh untuk digantikan dengan ikan dan
unggas.
Substitusi minyak jenuh dengan minyak mono/poly-unsaturated (minyak
olive, kembang mataharo, jagung atau kedele);
Kurangi asupan kolesterol dengan menghindari a.l jeroan, hati, otak, dll.
Tingkatkan asupan serat, misalnya sayuran, buah-buahan, sereal murni,
dll.
Kurangi asupan alkohol, karena bila berlebihan merupakan sebab
penting dari hiperlipidemia sekunder dan mengakibatkan parahnya
gangguan primer;
Gunakan makanan yang mengandung ester stanol. Stanol tumbuhan,
seperti margarin khusus (Benecol), mengurangai absorpsi kolesterol dari
saluran cerna. Mekanismenya dalah stanol menempati titik-titik dalam
misel yang mengantar lipid ke sel-sel mukosa lambung-usus (Tjay,
2010).
Edukasi
Tujuan terapi yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan
kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang
dari infark miokardiak, angina, gagal jantung, stroke, iskemia, atau
kejadian lain pada penyakit arterial perifer seperti carotid stenosis atau
aneurisme aortic abdominal (Sukandar et al., 2008)
globulindanalbumin.Hiperviskositasmerupakankomponenpentingkelainan mikrosirkulasi
pada DM, sehingga pada penderita DM
cenderungmemilikikadarfibrinogenyangtinggiyangberkaitaneratdenganterjadinyatrombosis(
Ramadhani, 2010 ; Aprijadi et al.,2014).
Pada kondisi hiperglikemia akan menimbulkan gangguan faal ataukerusakan pada endotel
pembuluh darah. Pada sel endotel yang
mengalamidisfungsiataukerusakandapatmenyebabkanperubahandalamfaalhemostasis yaitu
peningkatan aktivitas koagulasi dan penurunan
aktivitasfibrinolisis.Gangguanhemostasisiniakanmempermudahterjadinyaaktivasi proses
hemostasis dan menyebabkan respon koagulasi yang
terjadiberlangsungsecaraberlebihan.Fibrinogenpadakeadaanhiperglikemiaakan mengalami
glikosilasi, membentuk bekuan fibrin yang memiliki pori-
poriyanglebihkecildanterdiridariserabut-serabutfibrindenganberdiameter kecil, yang lebih
resisten terhadap degradasi oleh plasmin.Keadaan ini membuat bekuan yang terbentuk
menjadi lebih padat sehinggasulit dan butuh waktu yang lebih lama untuk dilarutkan dan
didegradasi(Undas&Ariens, 2011 ;Ramadhani, 2010)
Hubungan kadar fibrinogen dengan hiperglikemia masih
bersifatkontroversial,namunadayangmenunjukkankorelasiyangsignifikanantara kadar
fibrinogen dan HbA1c, data menunjukkan bahwa perbaikanguladarahakan
menurunkankadarfibrinogen(Aprijadiet al.,2014).
BAB III
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
1.4 Saran
DAFTAR PUSTAKA