restipita08@gmail.com, sakilafatimahnugraha@gmail.com,
adibbakhri74@gmai.com, adibbakhri74@gmai.com
Fakultas Tarbiyah & Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Abstrak
Sperma adalah sel reproduksi jantan yang penting dalam pembuahan sel telur
untuk memulai proses perkembangan embrio. Bentuk dan kelainan pada sperma
dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan pembuahan dengan
efektif. Kelainan pada sperma dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk
morfologi yang tidak normal, motilitas yang rendah, dan jumlah yang tidak
mencukupi. Faktor-faktor seperti gaya hidup, paparan zat beracun, dan masalah
kesehatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas sperma. Pemahaman yang lebih
baik tentang bentuk dan kelainan sperma dapat membantu dalam diagnosis dan
penanganan infertilitas pada pria serta memberikan wawasan tentang faktor-
faktor yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi pria secara umum.
PENDAHULUAN
Landasan Teori
METODE PENELITIAN
Langkah kerja
Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, dilakukan pengamatan spermatozoa
terhadap empat sampel hewan yakni mencit, tikus, hamster dan marmut.
Struktur spermatozoa dapat dibagai dalam tiga bagian yaitu kepala, tubuh
dan ekor. Terlihat pada pengamatan tiap sperma yang ada pada tiap sampel
memiliki karakteristik yang berbeda, terkhusus pada bagian kepala dan
ekornya. Spermatozoa yang diamati yakni sperma normal dan sperma
abnormal.
Sperma abnormal menunjukkan adanya suatu kelainan. Menurut
(Guyton 1997) menyatakan bahwa kelainan spermatozoa juga dapat
disebabkan oleh kelainan hormonal. Pada perubahan spermatosit primer
menjadi spermatosit sekunder (dalam spermatogenesis dalam tubulus
seminiferus dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) dari
kelenjar hipofisis anterior. Tidak adanya FSH maka spermatogenesis tidak
akan terjadi. Akan tetapi, FSH tidak dapat bekerja sendiri menyelesaikan
spermatogenesis. Agar spermatogenesis berlangsung sempurna, memerlukan
testosteron yang dihasilkan oleh sel interstisial Leydig. Selanjutnya pendapat
ini diperkuat oleh Munandar yang menyatakan bahwa abnormalitas pada
spermatozoa dibagi menjadi 2 yakni abnormalitas primer dan abnormalitas
sekunder. Abnormalitas primer ditandai dengan kelainan pada
spermatogenesis meliputi kepala yang terlampau besar, kepala yang
terlampau kecil, kepala pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap
dan ekor ganda. Selanjutnya untuk abnormalitas sekunder yaitu spermatozoa
yang mengalami kelainan setelah meninggalkan tubulus seminiferus ditandai
dengan ekor putus,kepala pecah dan kepala tanpa ekor.
Pada pengamatan sperma tikus, sperma normal bagian kepala sperma
mengandung nucleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus yaitu
akrosom. Menurut (Campbell 2008) menyatakan bahwa akrosom
mengandung enzim yang membentu sperma menembus sel telur yang
letaknya dibelakang kepala. Sel sperma sebagain besar mengandung
mitokondria yag menyediakan ATP untuk pergerakan ekor, berapa kepala
berbentuk koma tipis, berbentuk oval dan hampir bulat. Selain itu kelainan
pada sperma (abnormalitas sperma) yang ditemukan pada sampel tikus
tersebut dapat diidentifikaisi akibat dari sterilisasi musim panas, sedang
menderita demam atau sering dikawinkan dengan usia yang masih muda.
Akan tetapi terdapat suatu pendapat dari (Mozes 1991) yang menyatakan
bahwa terkadang tidak ada yang menyebabkan suatu sperma menjadi
abnormal dalam suatu ejakulasi, dan kelainan tersebut dapat kembali ke
keadaan semula yakni menjadi sperma yang normal. Cacat-cacat sel sperma
tertentu diketahui ada yang bersifat genetic atau pengaruh dari makanan
yang dikonsumsi oleh hewan itu sendiri.
Sperma dibutuhkan dalam proses fertilisasi atau pembuahan.
Sperma yang normal dibutuhkan dalam proses fertilisasi untuk memperoleh
gerakan yang normal pada sperma untuk mencapai sel telur. Sperma yang
normal berbentuk seperti kecebong yang memilii kepala, tubuh dan ekor.
Kelainan-kelainan yang terjadi pada berbagai sampel diatas seperti sperma
yang memiliki kepala dua, sperma yang memiliki dua ekor, hal tersebut
termasuk pada sperma yang memiliki kelainan. Dengan kelainan yang ada
akan mempengaruhi pergerakan suatu sperma yang tentunya akan
mempersulit pergerakannya. Sel sperma untuk mencapai sel telur harus
menempuh perjalanan panjang dan hal ini dapat menjadi penentu terjadinya
suatu pembuahan atau fertilisasi. Menurut Yatim (Yatim 1994) menyatakan
bahwa sifat sperma menentukan juga kemandulan seekor jantahn. Apabila
gerakan itu lambat, lamban atau tidak tau arah maka pembuahan akan sulit
berlangsung. Terdapat batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat
dibuahi. Apabila sperma telat datang untuk membuahi sel telur, maka sudah
tidak berada dalam masa subur lagi. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari
(Janqueira LC dan J 1998) menyatakan bahwa jumlah sperma yang cukup
jika tidak dibarengi pergerakan yang normal membuat suatu sel sperma
tidak ada mencapai sel telur. Sebaliknya apabila sperma dalam jumlah yang
sedikit akan tetapi memiliki pergerakan yang normal bisa dengan cepat
mencapai sel telur.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan bentuk dan kelainan pada sperma dapat
disimpulkan bahwa struktur sperma terdiri dari 3 bagian diantaranya kepala,
tubuh dan ekor. Setiap jenis hewan memiliki ciri morfologi sperma yang
berbeda baik dari segi bentuk kepala, tubuh maupun ekor. Kelainan pada sperma
atau abnormalitas sperma yang ditemukan dari sampel pengamatan tikus
termasuk pada sperma abnormalitas primer dengan ciri sperma memiliki ekor
dua dan berkepala dua. Sperma abnormal tidak dapat memfertilisasi
ovum. Apabila sperma abnormal memfertilisasi ovum maka besar
kemungkinan yang terjadi akan melahirkan individu cacat. Faktor yang
mempengaruhi kelainan pada sperma diantaranya faktor keturunan (genetic),
faktor gizi makanan yang dikonsumsi hewan, usia perkawinan dan pengaruh
lingkungan.
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
Afiati. 2015. “Abnormalitas Domba Dengan Frekuensi Penampungan Berbeda.”
Arianthy, Shenny. 2018. “BENTUK DAN KELAINAN PADA SPERMA.”
Campbell, et.al. 2008. Biologi.
Guyton, A.C. 1997. “Fisiologi Kedokteran.”
Janqueira LC dan J, Carniero. 1998. “Histologi Dasar.”
Kimball, John W. 2001. “Biologi.”
Mozes, R. 1991. “Fisiologi Reproduksi Ternak.”
Putra, C.B. 2017. “Gambaran Analisa Sperma Di Klinik Bayi Tabung Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Tahun 2013.”
Salwati, Ervi. 2015. “Bentuk- Bentuk Spermatozoa Abnormal Pada Semen Pria
Pasangan Infertile.”
Yatim, Wildan. 1994. “Embryologi.”