Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

UNIT PEMBELAJARAN 4
BLOK 6
“Pejantan Gagah Tapi Tak Perkasa”

Brilian Taufiq Efendi


Kelompok 13
12/334044/KH/07469

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

1
Learning Objektif
1. Jelaskan tentang sperma
2. Bagaimana mekanisme ereksi dan ejakulasi ?
3. Apa saja hormone yang berperan dalam system reproduksi hewan jantan ?
4. Apa saja parasit yang menyerang system reproduksi hewan jantan ?
5. Bagaimana perbandingan masa pubertas pada tiap spesies ?

Pembahasan

1. SPERMA
Proses Spermatogenesis
A. Spermatocytogenesis
Langkah pertama dalam spermatocytogenesis adalah suatu pembelahan mitosis
dari spermatogonium tidak
aktif ( dormant ).spermatogonium
dormant tetap tinggal dalam epitel
lembaga di dekat membran basalis
untuk mengulangi prosesnya lagi.
Spermatogonium dormant akan
membelah untuk membentuk suatu
spermatogonium dormant baru dan
spermatogonium yang aktif yang
baru setelah kurang lebih satu
minggu spermatogonium aktif
menghilang lewat pembelahan
untuk membentuk spermatozoa “Skema Spermatogenesis
baru. Spermatogonium aktif akan mengalami empat pembelahan mitosis, akhirnya
membentuk 16 spermatocyt primer. Kemudian mengalami pembelahan meiosis yang
membentuk dua spermatocyt sekunder. Dengan pembelahan ini,komplemen kromosom
didalam nukleus tereduksi menjadi setengahnya. Kemudian akan membelah lagi menjadi dua
spermatid. Dengan demikian empat spermatid terbentuk dai setiap spermatocyt primer.
( Arthur, dkk : 1996 )
Pada hewan dewasa, spermatogonia dibedakan menjadi A,intermediet dan
B,denagan masing-masing kelas punya subdivisi menurut morfologi dan derajat
2
diferensiasi. Pada sapi dan domba ,A0, A1, A2, A3, B1, B2 spermatozoa terjadi. ( Arthur,
dkk : 1996 )
Sintesis DNA terjadi selama mitosis dan kemudia perluasan terbesar, selama
meiosis. Sistesis RNA terjadi selama preleptotene dan akhir pachytene. ( Arthur, dkk :
1996 )
B. Spermiogenesis
Selama fase ini spermatid terikat pada sel-sel sertoli. Setiap spermatid
mengalami suatu metamorphosis untuk membentuk spermatozoon. Selama fase ini
material nucleus akan memadat pada suatu bagian dan sel akan membentuk ekor.
Akrosom,selubung mengelilingi kepala spermatozoon,akan terbentuk dari apparatus
golgi dari spermatid. ( Arthur, dkk : 1996 )
Ketika sitoplasma dari
spermatid terlepas selama
pembentukan ekor,suatu tetes
sitoplasmik akan terbentuk pada leher
spermatozoon. Spermatozoon
terbentuk kemudioan akan dilepas
dari sel sertoli dan dipaksa keluar
lewat tubuli seminiferi lewat rete
testis. Spermatozoa merupakan sel
yang unik, tidak mempunyai sitoplasma dan sesudah dewasa memiliki kemampuan
untuk bergerak dengan cepat. ( Arthur, dkk : 1996 )
C. Spermatozoa
Dibagi menjadi :
kepala,leher dan ekor. Kepala
terdiri dari nucleus. 2/3
anteriordari nucleus dibungkus
oleh akrosom,yang terdiri dari
enzim yang penting dalam proses
fertilissasi.bagian posterior dari
nucleus dibentuk oleh membrane
disebut basal plate. Bagian leher
pendek dan dibelakang basal
plate. Ada sentriol kira-kira
3
dibelakang basal plate. Leher terdiri dari 9 kolom segmen daru material fibrosa, yang
melanjut keluar fibrosa padat dalam ekor. Bagian ekor dibagi menjadi middle
piece,principal piece, dan end piece. Aksonema dimulai di middle piece,yang
dikelilingi 9 fibrosa padat luar yang tidakditemukan di silia lain. Aksonema dan
fibrosa padat dikelilingi oleh lembaran mitokondria. Principal piece terdiri dari
lembaran fibrosa. End piece, aksonema hanya dikelilingi oleh sitoplasma yang sedikit
dan membrane plasma. ( Arthur, dkk : 1996 )
Macam-macam spermatozoa menurut struktur:
Ada 2 kelompok : I. Tak berflagellum
II. Berflagellum
Yang tak berflagellum terdapat pada beberapa jenis Evertebrata, yakni
Nematoda, Crustacea, Diplopoda. Yang berflagellumlah yang umum terdapat pada
hewan. Flagellum itu ada yang satu (umum), ada yang dua (jarang) .
Yang berflagellum lazim memiliki bagian-bagian: kepala dan ekor. Kepala
sebagai penerobos jalan menuju dan masuk ke dalam ovum, dan membawa bahan
genetis yang akan diwariskan kepada anak cucu. Ekor untuk pergerakan menuju
tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala menerobos selaput ovum. Dalam
kepala ada inti dan akrosom. Inti mengandung bahan genetis, akrosom mengandung
berbagai enzim lysis. Akrosom ialah lisosom spermatozoon, untuk melysis lendir
penghalang saluran kelamin betina dan selaput ovum. Seperti halnya lisosom
umumnya, akrosom pun diproduksi oleh alat golgi (Toelihere, 1981).
Ekor berporoskan flagellum. Flagellum ini memiliki rangka dasar, disebut
axonema, dibina atas 9 duplet dan 2 singlet mikrotubul. Ekor mengandung sentriol
(sepasang), mitokondria, dan serat fibrosa .

Macam spermatozoa menurut kromosom kelamin


Sesuai dengan adanya 2 macam kromosom kelamin pada hewan yang
bersistem XY (umum pada Vertebrata), maka dalam spermatozoa jadi haplon pada
proses meiosis, terbentuklah spermatid yang di sepihak hanya mengandung salah satu
kedua macam kromosom itu: X atau Y. Terbentuklah sperma yang hanya
mengandung kromosom kelamin X, disingkat sperma-X; lalu ada sperma yang hanya
mengandung kromosom kelamin Y, disingkat sperma-Y (Yatim, 1994).

4
Banyak dihasilkan
Spermatozoa dihasilkan terus-menerus tiap hari. Tapi bagi hewan yang
memiliki musim kawin penghasilan itu lebih kentara giat jika tiba musim itu. Ada
pula penghasilan berlangsung terus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan. Jika tiba
musim kawin dikeluarkan sekaligus semua, sesuai dengan betina yang waktu itu
mengeluarkan pula semua telurnya sekaligus (Soeminto, 1993)
Gerakan
Ketika masih dalam tubulus seminiferus spermatozoa tak bergerak. Secara
berangsur dalam ductus epididymis mengalami pengaktifan. Ketika keluar dari tubuh
kecepatan spermatozoa dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5
mm/menit (Yatim, 1994).
Sifat gerakan spermatozoa menentukan juga kemandulan seseorang pria.
Kalau gerakan terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tak menentu arahnya, maka
pembuahan sulit berlangsun. Ada batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat
dibuahi. Kalau terlambat spermatozoa datang tak susur lagi (Campbell, 2004).
Ketahanan di luar tubuh
Spermatozoa mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah.
Kekurangan vitamin E menyebabkan ia tak bertenaga melakukan pembuahan. Terlalu
rendah atau tinggi suhu medium pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan
membuahi. Pada mammalia scrotum memilikisuhu lebih rendah dari suhu tubuh.
Perubahan Ph pun merusak sperma. Terlebih terhadap asam. Keasaman sanggama
(vagina) ternyata dapat menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan
spermatozoa yang masuk .

Bagian-bagian Spermatozoa
 Kepala Spermatozoa
Satu spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala lonjong dilihat dari atas
dan pyriform dilihat dari samping, lebih tebal dekat leher dan menggepeng ke ujung.
Panjang kepala 4-5 um, dan lebar 2,5-3,5 um. Sebagian terbesar kepala berisi inti,
yang kromatinnya sangat terkondensasi untuk menghemat ruangan yang kecil, dan
untuk melindungi diri dari kerusakan ketika spermatozoon mencari ovum. Dua pertiga
bagian depan inti diselaputi tutup akrosom berisi enzim untuk menembus dan
memasuki ovum (Yatim, 1994).

5
Kepala sperma terisi sepenuhnya dengan materi inti, chromosom, terdiri dari
DNA yang bersenyawa dengaan protein. Informasi genetic yang dibawa oleh
spermatozoa di simpan dalam molekul DNA yang tersusun oleh banyak nukleoitida.
Pada mamalia sifat-sifat herediter di dalam inti sperma termasuk penentuan kelamin
embrio (Toelihere, 1981).

 Ekor Spermatozoa
Menurut Yatim (1994), Ekor sperma dibagi atas :
1. Leher, bagian penghubung ekor dengan kepala. Tempat melekat ekor ke kepala
disebut implantation fossa, dan bagian ekor yang menonjol disebut capitulum,
semacam sendi peluru pada kepala. Dekat capitulum terletak sentriol depan
(proximal), sentriol ujung (distal) hanya berupa sisa pada spermatozoa matang.
2. Bagian tengah, memiliki teras yang disebut axonem, terdiri dari 9 duplet mikrotubul
radial dan 2 singlet mikrotubul sentral. Susunan axonem sama dari pangkal ke ujung
ekor. Pada bagian ujung selubung mitokondria ada annulus (cincin), tempat melekat
membran flagellum, dan juga sebagai batas dengan bagian utama.
3. Bagian utama, depan panjang 45 um, tebal 0,5 um, yang secara berangsur kian gepeng
ke ujung. Sebelah luar ada seludang fibrosa, terdiri dari batang longitudinal atas-
bawah, diselaputi rusuk-rusuk fibrosa setengah lingkaran.
4. Bagian ujung, panjang 5-7 um, tidak mengandung selaput fibrosa yang berusuk-rusuk,
sehingga ia berstruktur sama dengan flagellum atau cilium. Di daerah ini axonem
berubah komposisinya jadi singlet.
Panjang ekor sperma sekitar 40-50 mikron dan berasal dari sentriol spermatid
selama spermiogenesis. Ujung anterior bagian tengah yang berhubungan dengan
kepala dikenal sebagai daerah implantasi. Pemisahan kepala dari ekor dapat terjadi di
daerah ini. Ia memberi gerak maju pada spermatozoa dengan gelombang-gelombang
yang dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan kearah distal sepanjang
ekor (Toelihere, 1981).

Spermatozoa Abnormal
Abnormalitas sperma dapat terjadi pada kepala dan ekor. Abnormalitas sperma
diklasifikasikan dalam abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer
terjadi karena kelainan-kelainan spermatogenesis di dalam tubuli seminiferi atau

6
epithel kecambah, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi sesudah sperma
meninggalkan tubuli seminiferi, selama perjalanannya melalui saluran epididymis,
selama ejak
ulasi atau dalam manipulasi ejakulat termasuk agitasi yang keras, pemanasan berlebihan,
pendinginan yang cepat, kontaminasi dengan air, urine atau antiseptic dan sebagainya
(Toelihere, 19 81).
Dalam keadaan normal atau patologis ada spermatozoa yang berbentuk abnormal.
Keabnormalan bentuk itu kebanyakan pada kepala, mungkin pula pada ekor. Keabnormalan
pada kepala seperti: kepala
besar, kepala kecil, kepala
kembar, kepala tumpul.
Keabnormalan pada ekor
seperti: bagian tengah besar,
pada bagian tengah melekat
sitoplasma sisa berupa
kantung kecil atau
gembungan di kedua sisi,
ekor melilit, ekor ganda,
ekor pendek (Yatim, 1994).
Bentuk Gambar Sperma Normal dan Abnormal
sperma ada yang normal ada pula yang tidak normal. Dibawah ini adalah bentuk
sperma yang abnormal :

1. Makro : 25 % > kepala normal


2. Mikro : 25 % <>
3. Taper : kurus, lebar kepala ½ yang normal, tidak jelas batas akrosom
4. Amorf : Bentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom
5. Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
6. Piri : tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja
7. Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
8. Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda ( Wongso, 2007 ).
Setiap sperma abnormal tidak dapat membuahi ovum, tanpa memandang
apakah abnormalitas tersebut terjadi di dalam tubuli seminiferi, dalam epididymis
atau oleh perlakuan yang tidak lege artis terhadap ejakulat. Selama abnormalitas
7
sperma belum mencapai 20 prosen dari contoh semen, maka semen tersebut masih
dapat dipakai untuk inseminasi (Toelihere, 1981).

2. Mekanisme Ereksi dan Ejakulasi


A. Ereksi
Ereksi dibawah sistem otonom. Dengan rangsangan seksual, darah dipompa
kedalam dan terjebak untuk
sementara didalam korpus
cavernosum penis dan korpus
spongiosum penis. Penis kuda
jantan memiliki daerah
cavernosa yang luas guna
menambah besar penis diwaku
ereksi. Pada sapi jantan dan
domba jantan,dan babi jantan
ereksi menghasilkan perluasan / perpanjangan penis dengan sedikit bertambah besar.
Hewan-hewan ini mempunyai penis yang fibroelastik dengan daerah dari jaringan
cavernosa yang sempit / kecil. Corpus cavernosa penis lebih besar dan lebih penting
dari pada corpus spongiosum penis dalam menimbulkan ereksi. ( Arthur, dkk : 1996 )
Tekanan dalam corpus cavernosum p enis sesaat sebelum ejakulasi mungkin
lebih dari 15.000 mm Hg pada sapi jantan dan 6500 mm Hg pada kuda jantan. Energi
untuk tekanan ini berasal dari m. ischiocavernosus, yang berkontraksi untuk
memompa darah kedalam dan menjebaknya didalam corpus cavernosum penis.
Corpus cavernosum penis ini merupakan suatu sistem tertutup tanpa lubang keluar.
( Arthur, dkk : 1996 )
B. Ejakulasi
Ejakulasi didefinisikan sebagai muncratnya semen dari tubuh. Ejakulat ini
terdiri atas spermatozoa dari vas deferens dan epididimis dan cairan dari kelenjar-
kelenjar tambahan ( gld. Accesoria ). Ejakulasi diinisiasi oleh rangsangan syaraf-
syaraf sensoris didalam glans penis,yang menggertak serentetan kontraksi peristaltic
yang melibatkan otot-otot polos didalam epididimis, vas deferens dan urethra.
Disamping itu, cairan-cairan dari glandula accesoria terpompa kedalam urethra.
Kontraksi peristaltic menggerakan spermatozoa dan cairan-cairan glandula accesoria
melewati saluran-saluran yang menuju keorificium urethralis externa. Pelepasan
8
semen dibedakan oleh suatu gelombang kontraksi yang melibatkan otot-otot polos
menyelubungi urethra dan pada sapi jantan oleh tekanan dari corpus spongiosum
penis yang mengosongkan urethra dalam bentuk suatu gelombang. Tekanan dari
corpus spongiosum penis dihasilkan oleh m. bulbospongiosum dan melanjut kearah
glans penis. ( Arthur, dkk : 1996 )
Ejakulasi bervariasi diantara spesies dalam beberapa hal ( tabel). Ejakulasi
terjadi hampir serentak dengan dorongan / tonjokan penis pada sapi jantan dan domba
jantan.Waktu ejakulasi kira-kira 10-15 detik pada kuda jantan dan 10-20 menit pada
babi jantan. Volume ejakulat sangat bervariasi,lebih sedikit pada domba jantan ( 5
cc ),dan sapi jantan ( 7 cc) dan lebih banyak pada kuda ( 75 cc) dan babi ( 300cc).
Konsentrasi spermatozoa bervariasi dari 150 juta per cc pada kuda sampai 1,2milyal
per c.konsistensi ejakulat bervariasi diantara spesies. Pada sapi dan domba terdapat
percampuran yang sempurna dari spermatozoa konsentrat dengan cairan dari glandula
accesoria dalam urethra sebelum pelepasan semen. Tetes-tetes dari prepusium sapi
sebelum kopulasi,diperkirakan berasal dari kelenjar bulbourethralis,sangat rendah
volumenya. Pada sapi dan kuda mempunyai ejakulat yang bersegmen.suatu
spermatozoa bebas segmen akan diikuti oleh suatu spermatozoa kaya segmen
danmiskin segmen.ketika pengumpulan smen babi untuk inseminasi
buatan,spermatozoa bebas semen yang pertama dapat dibuang tanpa mempengaruhi
fertilisasi. ( Arthur, dkk : 1996 )
Reflek ejakulasi distimulasi oleh saraf sensorik didalam glans penis yang di
transmisikan ke spinal cord melalui nervus dorsal di penis yang merupakan cabang
dari nervus pudenda ( Arthur, dkk : 1996 )
Karakteristik rata-rata ejakulat semen untuk spesies yang berbeda :
Spesies Waktu ejakulasi Volume ( ml ) Konsentrasi
Sapi < 1 detik 6 1,2 milyar / ml
Domba < 1 detik 1,5 2 milyar / ml
kambing < 1 detik 1,5 2 milyar / ml
Babi 10-20 menit 300 200 milyar / ml
Kuda 10-15detil 75 150 milyar / ml
( Arthur, dkk :
1996 )
3. Hormone yang Berperan dalam System Reproduksi Hewan Jantan

9
Gonadotropin hormone (GnRH), dihasilkan
oleh kelenjar pituitary anterior (hipofisis anterior)
yang terdiri dari:
- Luteinizing Hormone (LH), berfungsi
merangsang sel-sel Leydig testis untuk
menghasilkan tostesteron

- Folicle Stimulating Hormone (FSH),


berfungsi merangsang perkembangan
spermatosit dalam proses
spermatogenesis, khususnya merangsang
sel-sel sertoli pada perubahan spermatid menjadi sperma.

Androgen merupakan hormone steroid. Salah satu hormone ini adalah tostesteron.
Tostesteron disekresikan oleh
sel-sel Leydig testis.
Tostesteron berfungsi dalam
perkembangan sel germinal
dalam proses
spermatogenesis. Selain itu,
tostesteron sangat penting dalam menentukan sifat kelamin sekunder para pria, contohnya
tumbuhnya rambut pada area tertentu, perbesaran suara dan perkembangan otot yang terjadi
ketika masa pubertas.
-
4. Parasit yang Menyerang System Reproduksi Hewan Jantan
a. Trypanosoma equiperdum
Ada di seluruh dunia. Terdapat pada kuda, sapi, keledai → penyakit dourine.
Ditemukan pada darah dan limfe. Menyerupai evansi, tetapi menyebabkan penyakit
kelamin. Ditularkan melalui coitus (kawin)
Morfologi : 16 – 35 μm, monomorf, kinetoplas sub terminal, plasma bergranula
(Levine, 1994).
b. Trichomonas foetus
Penyebab penyakit : Bovine trichomonad abortion, bovine gentital trichomonosis.
Hospes : Sapi, babi, kuda, rusa. Lokasi : saluran kelamin. Penyebaran : seluruh dunia.

10
Struktur : Badan seperti kumparan, ukuran 10-25 um x 3-15 um. Punya 3 flagela
anterior dan 1 flagela posterior. Patogenesis : penyebab penyakit kelamin pada sapi
yang ditularkan secara coitus (kawin). Kebanyakan sapi akan dapat sembuh sendiri
( self-cure) setelah kekebalan berkembang. Meskipun demikian sapi dapat menjadi
carrier secara permanen dan sumber infeksi (Levine, 1994).
c. Trichomonas bovis
Hospes Sapi jantan. Lokasi usus besar. Struktur piriform, ukuran 11-12 x 6-7 um. Ada
4 flagela anterior. (Levine, 1994).

5. Perbandingan masa pubertas pada tiap spesies


Pubertas atau dewasa kelamin pada ternak jantan timbul pada waktu hampir
bersamaan dengan ternak betina dalam species yang sama. Pada waktu tersebut hormon-
hormon adenohypophysa merangsang pelepasan hormon-hormon gonadal yang
menyebabkan pertumbuhan organ kelamin dan sifat-sifat kelamin sekunder. Timbulnya
pubertas pada hewan jantan ditandai oleh sifat-sifat kelamin sekunder, keinginan
kelamin, kesanggupan berkopulasi dan adanya sperma hidup didalam ejakulat
(Toelihere, 1979).
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap munculnya pubertas ini yaitu:
a. Faktor makanan
Kurangnya makan yang mengandung banyak nutrisi dapat menunda munculnya
pubertas.
b. Faktor cahaya dan perkandangan
Hewan yang dipelihara dengan cara dikurung atau hanya sedikit mendapat sinar
matahari akan lambat mencapai pubertas daripada hewan yang dipelihara bebas
dan mendapatkan banyak sinar matahari.
c. Faktor stres
Misalnya transportasi, dan mencampur atau pengenalan terhadap lingkungan baru
(Sihombing, 2006).
d. Faktor bangsa ternak dan penyakit-penyakit menahun
Pada bangsa-bangsa sapi Eropa, spermatocyte primer muncul di dlam tubuli
seminiferus menjelang umur 4 sampai 6 bulan, spermatid pada 6-7 bulan, dan
spermatozoa pada 7-9 bulan. Periode antara 6 sampai 10 bulan ditandai oleh
pertumbuhan alat-alat kelamin secara cepat, peninggian pelepasan LH didalam

11
hipotalamus dan LH didalam plasma, manifestasi luar pubertas dan terjadinya
spermatogenesis secara cepat (Toelihere, 1979).

Waktu pubertas pada ternak jantan dari beberapa spesies (Toelihere, 1979):
Jenis hewan Waktu pubertas
Sapi Antara 9-12 bulan ( antara 6-18 bulan)
Kuda 18 bulan ( antara 12-24 bulan)
Domba Antara 7-8 bulan ( antara 4-12 bulan)
Babi Antara 5-7 bulan ( antara 4-8 bulan)

DAFTAR PUSTAKA

12
Arthur, G.H.dkk. 1996 . Veterinary Reproduction Obstetrics 7th. Philadelphia : WB Saunders
Company Limited

Bearden, H.J. dan Fuquay, John. 1980. Applied Animal Reproduction. Virginia : Reston
Publishing

Campbell, N. A.2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Jakarta : Erlangga

Hafez, E.S.E , 1987. Reproduction in Farm Animals, 5th Edition. Lea&Febriger, Philadelphia

Levine, N.D. 1994. “ Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner”. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press

Sihombing, D.T.H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Soeminto. 1993. Dasar – dasar Embriologi. Purwokerto : Fakultas Biologi Unsoed

Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Rproduksi Pada Ternak. Bandung : Angkasa Bandung.

Yatim, wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito

13

Anda mungkin juga menyukai