BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berikut :
Phylum : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Familia : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
yang berukuran 0,8-1 x 1-3,5 µm, bersifat Gram negatif, fakultatif aerobik (dapat
hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak mempunyai spora, dan bersifat motil
(bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel yang keluar dari salah satu
kutubnya, serta hidup pada suhu 15 – 30 °C (Kordi, 2004). Bakteri ini juga
bertahan hidup pada temperatur rendah ± 4 oC), tetapi setidaknya hanya dalam
berkembang biak pada suhu 37 oC dan tetap motil pada suhu tersebut. Di samping
itu, pada kisaran pH 4,7 – 11 bakteri ini masih dapat tumbuh. Perkembangbiakkan
bakteri ini dapat dilakukan secara aseksual, yaitu dengan memanjangkan sel
diikuti dengan pembelahan inti atau pembelahan biner. Waktu yang diperlukan
untuk pembelahan satu sel menjadi dua sel bakteri ± 10 menit (Laili, 2007).
Bakteri A. hydrophila dapat hidup di air tawar, air laut, maupun air payau.
Pada umumnya bakteri ini hidup pada air tawar yang mengandung bahan organik
tinggi. Bakteri ini juga diakui sebagai patogen dari hewan akuatik yang berdarah
dingin. Di daerah tropik dan sub tropik, pendarahan pada organ dalam pada ikan
yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila pada umumnya muncul pada musim
panas (kemarau) karena pada saat itu konsentrasi bahan organik tinggi dalam
kolam air. Pada ikan, bakteri ini banyak ditemukan pada bagian insang, kulit, hati,
dan ginjal. Ada pula yang berpendapat bakteri ini dapat hidup pada saluran
bakteri ini sangat berpengaruh terhadap budidaya ikan air tawar karena sering
100% dalam kurun waktu yang relatif singkat (1 – 2 minggu) (Irianto, 2005).
Serangan bakteri ini baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat
stres yang disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan, atau
penanganan ikan yang kurang baik. Penularan bakteri ini dapat langsung melalui
air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang tercemar atau karena
pemindahan ikan yang telah terinfeksi A. hydrophila dari satu tempat ke tempat
permukaan air, dan nafsu makan menurun. Tanda lainnya seperti sirip ikan rusak,
kulit kering dan kasar, lesi yang berkembang menjadi tukak, dan mata menonjol
Penyakit ini bersifat musiman dan meningkat selama musim panas serta
bakteri menyebar dengan cepat dan serangan bakteri ini bersifat berkepanjangan
(Kordi, 2004). Pencegahan penyakit MAS yang sudah terbukti efektif adalah
dengan menggunakan vaksin dan antibiotik sintetis. Namun, kedua bahan tersebut
untuk pencegahan penyakit MAS pada ikan. Adapun jenis-jenis vaksin yang
polivalen plus, vaksin produk ekstraseluler, dan vaksin produk intraseluler (Mulia,
2012).
antibiotik dengan dosis yang disesuaikan dengan berat tubuh ikan tersebut.
lingkungan dan pada residu antibiotik dapat terakumulasi pada tubuh ikan dan
dkk, 2000).
hidup terutama fungsi bakteri atau melalui sintesis, dan memiliki efek mematikan
Kloramfenikol adalah salah satu jenis antimikroba turunan amfenikol yang secara
karena hanya satu steroisomer yang memiliki aktivitas antibakteri, yaitu D (-)
mampu mengikat subunit ribosom 50-S sel mikroba terget secara terpulihkan,
treponema dan kebanyakan mikroba aerob. Senyawa ini juga efektif terhadap
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Familia : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Bunga berbentuk tabung relatif sempit, panjang sekitar 6 mm, berbibir dua
mencolok, bibir atas lonjong, berwarna putih dengan bagian atas kekuningan,
panjang sekitar 7-8 mm, bibir bawah lebih tipis, berwarna putih dengan noda
ungu, sekitar 6 mm, benang sari terletak di tenggorokan, filamen sempit dengan
basis broadned, sekitar 6 mm, bassal anter berjanggut, permukaan yang luas
dalam melai terminal, tangkai bunga 3-7 mm, kelopak 3-4 mm. Buah seperti
meruncing, panjang 3 – 7 cm, lebar 1 – 3 cm, permukaan atas berwarna hijau tua,
bagian bawah berwarna hijau muda, tangkai daun 1 – 1 cm. Batang berbentuk segi
empat (kuadrangulis) dengan nodus membesar (Backer dan van den Brink, 1965).
tanah kosong yang agak lembab, atau pekarangan. Tumbuh di dataran rendah
ini merupakan salah satu bahan aktif dari daun sambiloto yang juga banyak
mengandung unsur-unsur mineral lain seperti kalium, kalsium, natrium, dan asam
kersik, dalam daun sambiloto juga terdapat, alkane, ketone, dan aldehide
empedu, selain itu zat yang terasa pahit ini juga bisa meningkatkan produksi
darah, efek pada jantung isemik, efek respirasi pada sel, antiinflamasi dan
(Abadnego, 2012).
senyawa yang dihasilkan tumbuhan namun tidak berperan langsung dalam proses
yang mengandung gugus fenol. Beberapa senyawa yang termasuk fenolat antara
lain selulosa, lignin, flavonoid, dan tanin. Sejumlah metabolit sekunder memiliki
a. Flavonoid
ungu, dan biru serta sebagian zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman.
b. Tanin
dalam jaringan kayu. Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan
enzim sitoplasma. Secara kimia tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi lebih panjang dari segi
jika dididihkan dalam larutan asam klorida encer. Tanin terhidrolisis biasanya
berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna cokelat, hijau, kuning yang larut
dalam air (terutama air panas) membentuk alkaloid (Padmawinata dan Soediro,
1996).
c. Terpenoid
karbon hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatis. Secara kimia terpenoid
larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya
kloroform, dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel atau
d. Alkaloid
kadar alkaloid kurang dari 1%, alkaloid dari tanaman kebanyakan amina tersier
dan lainnya terdiri dari nitrogen primer, sekunder, dan quartener. Semua alkaloid
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
sebagian atom nitrogen ini merupakan cincin aromatis (Kristanti dkk, 2008).
e. Saponin
busa, jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer,
saponin sangat beracun untuk ikan. Tumbuhan yang mengandung saponin telah
lama pada waktu ekstraksi atau ekstrak tanaman yang pekat menunjukkan adanya
tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, dan biji). Terutama
kumarin, glikosida jantung, saponin (steroid dan triterpenoid), pilifenol, tanin, dan
minyak atsiri. Adapun tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah menganalisis
cepat dan dapat dilakukan dengan peralatan minimal, selektif terhadap golongan
tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang
Tanin terdeteksi dalam ekstrak karena kemampuan ion Fe3+ dari reagen
kovalen antara ion Fe3+ dengan atom O dari gugus fungsi OH senyawa tanin
melepaskan atom H.
membentuk buih dalam air. Senyawa glikosida terhidrolisis menjadi glukosa dan
pereaksi asetat anhidrat dan asam sulfat. Senyawa terpenoid akan mengalami
dalam air yaitu akan membentuk busa. Beberapa saponin bekerja sebagai
yang sering digunakan dalam kimia organik bahan alam. Fenomena yang terjadi
pada KLT adalah berdasarkan prinsip adsorbsi. Pada KLT, secara umum
larut dalam lipid, yaitu lipid, karotenoid, steroid, kuinon sederhana, dan klorofil
(Harbone, 1996). Proses KLT mudah dan cepat, sehingga banyak digunakan
untuk melihat kemurnian suatu senyawa organik. Ada dua macam fase dalam
KLT yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan dalam KLT
berupa zat padat silika atau alumunia yang mempunyai kemampuan mengabsorpsi
bahan-bahan yang akan dipisahkan sebagai absorben (Kristanti dkk, 2008). Fase
gerak yang diapakai adalah pelarut tunggal atau campuran pelarut dengan
1984).
2.7 Ekstraksi
Ekstrak adalah sedian padat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa
adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut dan
pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap mili
ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat
RI, 1996).
2.8 Maserasi
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dalam masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.
derajat halus yang cocok dimasukan kedalam bejana, kemudian dituangi dengan
bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan 5 hari diserkai, sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk,
terlindungi dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan (Depkes RI,
1986).
perbedaan konsentrasi yang sekcil-kecilnya antara larutan di dalam sel dan di luar
diperlukan tetapi terlarut didalam cairan penyari seperti malam dan lilin-lilin
simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah itu tuangakan dan
peras, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua (Depkes RI,
1986).