Anda di halaman 1dari 2

Karakteristik

Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2012) Aeromonas hydrophila adalah salah


satu spesies bakteri yang terdapat di hampir seluruh lingkungan perairan tawar maupun payau,
bahkan pada feces mamalia, katak dan manusia. Bakteri ini bersifat Gram negatif, bentuk batang
0,7-0,8 µm x 1,0-1,5 µm, bergerak dengan menggunakan polar flagella, cytochrom oksidase
positif, fermentatif, dan oksidatif.
Menurut Arwin et al., (2016), Aeromonas hydrophila berbentuk batang pendek berukuran 2-3
mikrometer, koloni bulat, cembung, berwarna kekuning-kuningan dan mempunyai variasi
biokimia. Aeromonas hydrophila umumnya hidup di air tawar yang mengandung bahan organik
tinggi dan senang hidup di lingkungan bersuhu 15-30℃ pada pH antara 5,5-9. Aeromonas
hydrophila menginfeksi semua jenis ikan tawar. Infeksi yang biasanya berkaitan dengan
perubahan kondisi lingkungan, stress akibat kepadatan, malnutrisi, infeksi parasit, kualitas air
yang buruk dan fluktuasi suhu air yang ekstrim. Serangan bersifat akut, jika kualitas lingkungan
air terus menurun, maka kematian yang ditimbulkan bisa mencapai 100% (Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan, 2012).

 Arwin, M., Ijong, F. G., & Tumbol, R. (2016). Characteristics of Aeromonas


hydrophila isolated from tilapia (Oreochromis niloticus). Aquatic science &
management, 4(2), 52-55.

Patogenesis
Patogenisitas yang ditunjukkan dengan LD 50 cukup bervariasi, yaitu berkisar antara 104 – 106
sel/ml (Sarono et al., 1993). Bakteri Aeromonas Hydrophila dapat ditemukan dimana-mana,
terutama di perairan yang mengandung bahan organik tinggi, bakteri ini juga dapat tumbuh pada
suhu 4 – 45℃, meskipun lambat dan tumbuh optimum pada suhu 37℃ (Farmer et al., 2000).
Bakteri Aeromonas Hydrophila menghasilkan bermacam-macam enzim, seperti gelatinase,
caseinase, elastase, lipase, lecithinase, staphylolyase, deoxyribonuclease, dan ribonuclease.
Selain itu, bakteri menghasilkan bermacam-macam toksin antara lain eksotoksin, seperti α dan β
hemolisin, cytotoksin, enterotoksin dan endotoksin, yaitu LPS (Lipopolisakarida) (Roberts, 1993).
Perbedaan bakteri Aeromonas hydrophila dengan bakteri lain adalah kemampuannya yang
dapat menyebabkan exophthalmia. Hal tersebut menunjukan bahwa Aeromonas
hydrophila mempunyai mekanisme patogenitas yang berbeda terhadap ikan (Kamiso, 2004).

 Mangunwardoyo, W., Ismayasari, R., & Riani, E. (2016). Uji Patogenisitas dan


Virulensi Aeromonas hydrophila Stanier pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus Lin.)
melalui Postulat Koch. Jurnal Riset Akuakultur, 5(2), 145-255.
 Olga, O. (2012). Patogenisitas Bakteri Aeromonas Hydrophila Asb01 Pada Ikan Gabus
(Ophicephalus Striatus). Sains Akuatik: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Perairan, 14(1).

Gejala klinis
Gejala klinis dari penyakit ini adalah munculnya borok (ulcer), dropsy / kembung, iritasi sirip, sisik
menguak. Menurut Mulia (2003), infeksi bakteri ini dapat menimbulkan penyakit dengan gejala-
gejala diantaranya yaitu kulit mudah terkelupas, bercak merah pada seluruh tubuh, insang
berwarna suram atau kebiruan, exopthalmia (bola mata menonjol keluar), pendarahan sirip
punggung, dan hilang nafsu makan. Ikan yang terinfeksi ini biasanya akan mati dalam waktu
satu minggu (Dana & Angka, 1990).

 Affandy, G. (2017). Pengaruh Infeksi Aeromonas Hydrophilla Terhadap Nilai Lethal


Dosis 50 (Ld50) Dan Prevalensi Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (Mas) Pada
Benih Ikan Mas Punten (Cyprinus Carpio). [skripsi]. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
 Haryani, A., Grandiosa, R., Buwono, I. D., & Santika, A. (2012). Uji efektivitas daun
pepaya (Carica papaya) untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada
ikan mas koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3).

Anda mungkin juga menyukai