Patogenesis
Patogenisitas yang ditunjukkan dengan LD 50 cukup bervariasi, yaitu berkisar antara 104 – 106
sel/ml (Sarono et al., 1993). Bakteri Aeromonas Hydrophila dapat ditemukan dimana-mana,
terutama di perairan yang mengandung bahan organik tinggi, bakteri ini juga dapat tumbuh pada
suhu 4 – 45℃, meskipun lambat dan tumbuh optimum pada suhu 37℃ (Farmer et al., 2000).
Bakteri Aeromonas Hydrophila menghasilkan bermacam-macam enzim, seperti gelatinase,
caseinase, elastase, lipase, lecithinase, staphylolyase, deoxyribonuclease, dan ribonuclease.
Selain itu, bakteri menghasilkan bermacam-macam toksin antara lain eksotoksin, seperti α dan β
hemolisin, cytotoksin, enterotoksin dan endotoksin, yaitu LPS (Lipopolisakarida) (Roberts, 1993).
Perbedaan bakteri Aeromonas hydrophila dengan bakteri lain adalah kemampuannya yang
dapat menyebabkan exophthalmia. Hal tersebut menunjukan bahwa Aeromonas
hydrophila mempunyai mekanisme patogenitas yang berbeda terhadap ikan (Kamiso, 2004).
Gejala klinis
Gejala klinis dari penyakit ini adalah munculnya borok (ulcer), dropsy / kembung, iritasi sirip, sisik
menguak. Menurut Mulia (2003), infeksi bakteri ini dapat menimbulkan penyakit dengan gejala-
gejala diantaranya yaitu kulit mudah terkelupas, bercak merah pada seluruh tubuh, insang
berwarna suram atau kebiruan, exopthalmia (bola mata menonjol keluar), pendarahan sirip
punggung, dan hilang nafsu makan. Ikan yang terinfeksi ini biasanya akan mati dalam waktu
satu minggu (Dana & Angka, 1990).