BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gurameh (Jawa), gurame (Sunda, Betawi), kalui, kali, dan alui (Sumatra) (Redaksi
Agro Media, 2008). Dalam daftar klasifikasi, gurami menurut Saanin (1995)
dalam Anggie (2008) termasuk dalam filum Chordata yang merupakan ikan
bertulang belakang, dan kelas pisces yaitu ikan yang bernafas dengan insang.
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Ospluronnemidae
Genus : Osphronemus
Gurami merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam golongan ikan
Labyrinthici, yaitu ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan berupa selaput
tambahan berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama yang disebut
labyrin. Fungsi labyrin untuk menghirup oksigen langsung dari udara. alat ini
asam dari udara yang berada di ruangan labyrin (Khairuman & Amri, 2002).
Oksigen yang terisap akan diikat labyrin, maka dengan demikian gurami dapat
hidup dalam perairan dengan kondisi oksigen terlarut sangat rendah (Sitanggang
Gurami mempunyai tubuh tinggi dan pipih ke samping. Pada bagian mulut
kecil, miring dan dapat disembulkan. Gurami memiliki garis lateral tunggal dan
tidak terputus. Sisik stenoid berukuran besar. Gurami mempunyai gigi pada
Gurami yang masih muda berukuran 9 cm, memiliki 8 garis tegak berwarna
hitam pada kedua sisi badannya. Garis tegak yang ada pada gurami biasanya
hilang setelah dewasa (Khairuman & Amri, 2008). Hal tersebut yang
membedakan antara ikan gurami muda dengan ikan gurami tua. Ikan gurami yang
memunculkan duri dan sirip dubur yang ukurannya kecil akan semakin besar
(Agung, 2007).
dubur ikan gurami akan bertambah besar dan kuat. Gurami juga akan memiliki
alat detektor yang fungsinya sebagai peraba. Sepasang peraba yang terletak pada
bagian dadanya tersebut sesungguhnya adalah sirip perut yang telah mengalami
alat untuk bergerak sudah berubah menjadi alat yang tidak kalah vitalnya, peraba
(Darsono, 1989).
hidup di perairan payau. Gurami biasanya mulai memijah pada umur 2-3 tahun
lain yang ada disekitarnya (Ghufran & Kordi, 2010). Telur tersebut akan menetas
dalam waktu 10 hari. Umumnya, gurami yang masih muda bersikap agresif,
2.1.4. Habitat
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara di luar Pulau Jawa
rendah. Namun, ikan tersebut juga masih dapat hidup di dataran tinggi, tetapi
perkembangan tubuhnya tidak secepat saat hidup di dataran rendah (Khairuman &
Amri, 2008). Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor eksternal yang
Salah satu faktor yang membedakan dataran rendah dan dataran tinggi
adalah suhu. Suhu di dataran rendah lebih tinggi (lebih panas) dibanding di
dataran tinggi. Berkaitan dengan suhu, gurami tumbuh dengan baik pada suhu
antara 24-28 0C. Gurami sangat peka terhadap suhu sehingga jika dipelihara pada
suhu rendah, kurang dari 150C, gurami tidak akan dapat berkembangbiak
dari yunani yang berarti unit monas udara / gas maka maka dapat diartikan suatu
Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Vibironaceae
Genus : Aeromonas
warna. Bakteri ini berbentuk batang dengan sebuah flagel (Susanto, 2003).
dikenal di Indonesia sejak tahun 1980. Hal tersebut terjadi di Jawa Barat yang
menyebabkan kematian 82,2 ton ikan tawar dalam jangka sebulan (Mulia, 2012).
Terkait dengan kasus penyakit klinis, patogen ini menghasilkan faktor virulensi
yang berbeda seperti eksotoksin, sitotoksin, dan lainnya. Spektrum penyakit yang
dan bersifat patogen oportunis serta hanya dapat menimbulkan penyakit pada
populasi ikan yang memiliki daya tahan tubuh lemah atau sebagai infeksi
dari penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) dan dapat menginfeksi ikan
terutama pada kondisi ikan stress atau tercampur dengan patogen lainnya sebagai
laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan akibat adanya infeksi bakteri
A.hydrophila. Menurut hasil penelitian Mulia (2012) yang melakukan uji postulat
Koch pada 10 isolat A. hydrophila pada gurami, ikan gurami mencapai kematian
eksternal dan internal. Gejala eksternal yang timbul insang dan tubuh pucat
operculum, sirip dan bagian tubuh lain, terdapat luka pada bekas sutikan, bahkan
sudah ada yang membentuk borok dan ditumbuhi jamur, mata menonjol hingga
Gejala internal yang timbul yaitu ginjal merah pucat, merah kehitaman
sampai coklat tua, bahkan ada yang timbul bintil-bintil putih berdiameter 0,5-3
mm. Hati berwarna merah pucat, merah kehitaman sampai coklat, bahkan ada
yang bengkak. Lambung pucat, kecoklatan, bahkan ada yang pecah. Usus pucat,
kosong dan menggelembung, serta rongga perut banyak cairan kuning (Mulia,
2012).
eksternal yang muncul akibat penyakit MAS adalah ulser yang berbentuk bulat
atau tidak teratur dan berwarna merah keabu-abuan, inflamasi, dan erosi di dalam
rongga dan sekitar mulut. Selain itu, terjadi hemorrhagik pada sirip serta mata
macam, mulai dari hilangnya sebagian selaput sirip ikan hingga dengan tersisa
(Susanto, 2003). Ikan yang terserang bakteri umumnya menemui kematian, jarang
ada ikan yang tertolong karena rata-rata sudah langsung parah. Di antara
banyaknya species, bakteri yang sering menyerang ikan ialah penyebab penyakit
Penyebaran penyakit ini yaitu melalui air yang telah terkontaminasi A. hydrophila
atau penularan dari ikan yang sakit (Mulyana dkk., 2012). Penyakit MAS
Salah satu cara yang paling aman untuk pengobatan ikan yang terserang
lingkungan dan mudah terurai di perairan, selain itu produk dari tumbuhan alami
memiliki efek samping yang relatif rendah serta ketersediaanya sangat melimpah.
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Lamiales
Family : Acanthaceae
Genus : Avicennia
A B
Avicennia marina biasanya tumbuh di tepi laut yang merupakan bagian dari
komunitas hutan bakau A. marina tumbuh dengan tegak, serta memiliki banyak
cabang. Api-api memiliki batang yang mengeluarkan getah dan memiliki rasa
yang pahit. Akarnya termasuk dalam akar nafas berbentuk ramping yang panjang
berbentuk bulat telur terbalik dengan ujung tumpul dan pangkal yang rata. Bunga
tumbuhan ini berwarna kuning dengan kelopak bunga yang pendek dan pucat.
Buah berbentuk kotak, berkatup, berbiji satu serta berkecambah sebelum rontok.
Kulit kayu tumbuhan ini halus, berwarna kelabu dan hijau loreng. Akar napas api-
api tumbuh lurus, berbentuk ramping dan berjumlah banyak (Windaya, 2015).
pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Mufida,
2013).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu fase air (aqueus phase)
dan fase organik (organic phase). Ekstraksi fase air ialah ekstraksi yang
menggunakan air sebagai pelarut sedangkan ekstraksi fase organik ialah ekstraksi
(Nurwirnawati, 2016).
sebagai bahan anti bakteri. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Salah satu bahan alam yang mengandung
senyawa bioaktif ialah A. marina. Analisis fitokimia pada bakau Avicennia spp
menurut Harbone (1987) dan Hosettmann (1991) dalam Oktavianus (2013) dapat
glikosida yang cukup tinggi. Jenis bakau yang menunjukkan kandungan senyawa
Air berfungsi sebagai media internal dan eksternal bagi ikan. Sebagai media
internal, air berfungsi sebagai bahan baku untuk metabolisme tubuh, pengangkut
dikeluarkan dari dalam tubuh, dan pengatur atau penyangga suhu tubuh.
Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat. Oleh karena itu,
peran air sangat esensial dalam kehidupan ikan. Kualitas dan kuantitas air harus
dijaga agar sesuai kebutuhan ikan peliharaan (Ghufran & Khudri, 2010).
dosis rosella terbaik terhadap ketahanan tubuh benih ikan yang diuji tantang
yang paling penting dalam budidaya ikan sebab air diperlukan sebagai media
hidup ikan. Menjaga kualitas air di dalam akuarium percobaan tetap stabil, maka
dengan cara mengangkat sisa pakan dan kotoran hasil metabolisme benih ikan
sebanyak 70% dari jumlah total air per akuarium percobaan dan penambahan air
sebanyak jumlah total air per akuarium yang disipon. Penyiponan dilakukan pada
Menjaga kualitas air merupakan faktor yang penting pada habitat ikan.
Kualitas air yang baik akan berpengaruh pada kehidupan ikan. Beberapa
parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air meliputi suhu air, oksigen
terlarut atau Dissolved Oxygen (DO), dan derajat keasaman (pH) (Nurfaidah,
2015).
Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung,
yaitu melalui pengaruhnya terhadap oksigen di dalam air. Semakin tinggi suhu air,
semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya. Pengaruh suhu
secara tidak langsung yang lain adalah terhadap metabolisme, daya larut gas,
termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu
air, semakin tinggi laju metabolisme biota budidaya yang berarti semakin besar
konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu akan mengurangi daya larut oksigen
Faktor yang dapat menjaga kestabilan suhu di dalam air, salah satunya
dengan melihat kedalaman air. Suhu air berpengaruh pada pembentukan antibodi.
Pada suhu yang optimal pembentukan antibodi akan berjalan dengan baik,
sedangkan pada suhu yang tidak optimal pembentukan antibodi akan terhambat
(Mulia, 2012).
Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Mulyana dkk. (2012), suhu
pada ikan gurami yang baik yaitu diusahakan konstan antara 28-30 °C, dan untuk
menjaga suhu media pemeliharaan dipasang lampu watt dan heater pada setiap
akuarium percobaan.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernapasannya harus dalam kondisi
terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas sehingga bila
ketersediaanya ada di dalam air tidak mencukupi kebutuhan budidaya maka segala
oksigen ikan terhubung dengan dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tegantung pada metabolisme tubuh
ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies
tertentu disebabkan oeh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang
mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat
Pada ikan gurami, batas minimal kandungan oksigen yang diperlukan ialah
sebesar 5 ppm. Apabila kadar oksigen rendah, maka dapat ditingkatkan dengan
cara menjaga aliran air agar tetap lancar dan membiarkan permukaan kolam
karena memengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif,
menurun, aktivitas pernafasan naik, dan selera makan berkurang. (Ghufran &
Kordi, 2010).
Apabila besarnya pH kurang dari 6 yang berarti kondisi kolam asam, maka harus
di netralkan dengan penambahan CaCO3 atau soda kue kue dalam air. (Agus dkk.,
2001) menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Verawati dkk. (2015) Nilai pH
yang baik selama pemeliharaan ikan gurami berkisar antara 6,70 – 7,12. Selama
peningkatan CO2 akibat proses respirasi. Nilai pH tersebut masih dalam kisaran
bebas sebesar 10 mg/L masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, asal disertai
dengan kadar oksigen yang cukup. Tingkat daya tahan tubuh ikan yang terinfeksi